Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran lingkungan merupakan masalah serius yang memiliki dampak
yang sangat signifikan bagi keberlangsungan hidup manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh aktifitas industri,
salah satunya dari sektor industri tekstil. Indonesia adalah salah satu negara
pengekspor tekstil, karena tekstil merupakan salah satu hasil kerajinan turun
temurun masyarakat indonesia yang banyak diminati oleh masyarakat
mancanegara sehingga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perolehan
devisa negara. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2016 pertumbuhan
produksi industri tekstil mencapai 9,71% dari tahun sebelumnya sebesar 7,62%.
Hal ini menunjukkan bahwa industri tekstil Indonesia mampu menghasilkan
produk yang mampu menarik minat asing dan dapat bersaing dengan produk
serupa di level internasional.
Seiring dengan meningkatnya permintaan produk tekstil membuat
perkembangan industri tekstil semakin pesat yang pastinya akan membawa
dampak positif bagi negara. Namun, di sisi lain namun perkembangannya juga
perlu diimbangi dengan pengolahan yang baik terhadap limbah buangannya, baik
dalam bentuk gas, padat maupun cair (Prapto W, 1980). Kebanyakan industri
tekstil menggunakan pewarna sintetis dengan alasan murah, tahan lama, mudah
diperoleh dan mudah dalam penggunaannya, tetapi limbah yang dihasilkan masih
berwarna dan sulit terdegradasi.
Air limbah dari industri tekstil tidak hanya mengganggu kualitas badan air
secara visual (warna) tetapi dapat juga menghambat jalannya sinar dalam air, yang
pada akhirnya menghambat proses biologis dalam badan air (Meyer et al.,
1992). Berdasarkan alasan inilah maka pemerintah memprioritaskan industri
tekstil untuk masuk kedalam Kep MENLH No. 51/1995, yakni suatu industri yang
limbahnya harus memenuhi baku mutu air buangan dan pemakaian air juga harus
dibatasi untuk menghasilkan setiap ton produk. Dan juga berkaitan dengan

1
Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pengolahan limbah tekstil dengan cara yang umum dilakukan menggunakan
cara fisika, kimia dan biologi dimana cara tersebut dapat mengubah warna dan
menguraikan limbah tersebut. Namun, teknik pengolahan tersebut belum
memberikan dampak yang signifikan terhadap pengurangan kadar zat warna di
dalam limbah cair. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain yang lebih baik dari
tinjauan proses maupun tinjauan ekonominya.
Salah satu alternatif pengolahan limbah tekstil dengan biaya operasional
yang tidak terlalu tinggi adalah metode Advanced Oxidation Process (AOP) yang
dapat mendegradasi senyawa-senyawa berbahaya dalam limbah melalui proses
oksidasi (oxidative degradation) (Malato et a.l, 2002). Teknologi Advanced
Oxidation Process (AOP) adalah salah satu atau kombinasi dari beberapa proses
seperti ozon (O3), hydrogen peroxide, ultraviolet light, titanium oxide,
photocatalyst, sosnolysis, electron beam, electrical discharge serta beberapa
proses lainnya untuk menghasilkan radikal aktif (Esplugas et al., 2002). Radikal
aktif tersebut mudah bereaksi dengan senyawa organik apa saja tanpa terkecuali,
terutama senyawa-senyawa organik yang selama ini sulit atau tidak dapat
diuraikan dengan metode mikrobiologi atau membran filtrasi. Selain itu, hasil
akhir dari proses oksidasi tersebut hanya karbon dioksida dan air, sehinga tidak
berbahaya jika dibuang ke badan air (Klamerth, 2011).
Salah satu radikal aktif, yaitu sulfate radical (SO4*) memiliki potensial
oksidasi yang cukup tinggi sebesar 2,5 - 3,1 V (Neta et al., 1988). Beberapa
penelitian telah dilakukan menggunakan proses oksidasi katalitik untuk
menghasilkan sulfat radikal, seperti kombinasi peroxymonosulfate dengan katalis
homogen ion logam ((Fe2+, Mn2+, Ni2+, Co2+, Cd2+, Cu2+, Ag+1, Cr3+, Zn2+)
(Klamerth, 2011). Namun, penggunaan katalis homogen ini merupakan cara yang
kurang efektif karena membutuhkan waktu lama dalam proses pemisahan antara
larutan dengan katalisnya. Selain itu, beberapa penggunaan ion logam seperti Co,
dianggap sebagai senyawa beracun dan berbahaya yang mengganggu kesehatan
manusia (Hamilton, 2003).

2
Oleh karena itu pada penelitian ini, akan dilakukan proses AOP terhadap
limbah pewarna tekstil buatan (artifisial) dari zat warna Rhodamine B,
menggunakan katalis sintetis yang disintesis dari tanah terkontaminasi minyak
bumi dan dikombinasikan dengan peroxymonosulfate (2KHS5.KHSO4.K2SO4).
Hasil dari penenlitian tersebut akan dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV-Vis.

1.2 Perumusan Masalah


Limbah cair mengandung berbagai macam polutan, seperti debu, ion logam,
dan senyawa organik. Penghilangan polutan oragnik merupakan suatu proses
penting dalam pengolahan limbah cair. Beberapa proses penghilangan senyawa
organik antara lain adsorpsi, flokulasi, pemisahan membran dan oksidasi. Dalam
beberapa dekade terakhir, Advanced Oxidation Process (AOP) menjadi teknologi
yang lebih efektif untuk mendegradasi senyawa organik pada pengolahan limbah
cair (Muhammad et al., 2012).
Beberapa peneliti sebelumnya telah mencoba menerapkan beberapa
kombinasi berbagai zat oksidator untuk menangani zat warna dan senyawa
organik dalam industri tekstil.
Menurut Mukaromah et al. (2012), pada penelitiannnya tentang degradasi
zat warna Rhodamine B dengan metode fenton menggunakan hydrogen peroxide
(H2O2) dan ferro sulfat (Fe2+). Penelitian tersebut mampu mendegradasi zat
pewarna Rhodamine B sebesar 88% dalam waktu 90 menit dengan konsentrasi
Fe2+ sebesar 100 ppm dan konsentrasi H2O2 sebesar 450 ppm.
Wang et al. (2014) melakukan degradasi senyawa organik yang terkandung
di dalam air menggunakan katalis Mn/Air-MCS, Mn/N2-MCS dan oksidator
peroxymonosulfate. Hasil yang diperoleh, yaitu jumlah senyawa organik fenol
yang terdegradasi dengan katalis Mn/Air-MCS dan Mn/N2-MCS berturut-turut
adalah 65% dan 70%.
Menurut Saputra et al. (2014), pada penelitiannya tentang menangani
masalah air dengan menggunakan kombinasi peroxymonosulfate dan -Mn2O3-
cubic sebagai katalis untuk mendegradasi senyawa phenol dalam air, ternyata

3
mampu mereduksi senyawa organik tersebut sebesar 90,5% dengan fenol (25
ppm), katalis (0,4 g/L), peroxymonosulfate (2 g/L) dan suhu 25o C.
Pada penelitian ini akan dilakukan proses degradasi zat warna tekstil
menggunakan katalis yang disintesis dari tanah terkontaminasi minyak bumi dan
peroxymonosulfate. Penggunaan tanah terkontaminasi merupakan kebaruan dalam
penelitian dimana tanah yang terkontaminasi minyak bumi mengandung karbon
yang nantinya akan direaksikan dengan permanganat. Jadi, diharapkan
penggunaan katalis dari tanah terkontaminasi dan peroxymonosulfate mampu
mendegradasi zat warna yang terkandung di dalam air buangan industri tekstil.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meminimalisir kadar zat warna yang terdapat di dalam limbah tekstil
menggunakan peroxymonosulfate dan katalis
2. Mengetahui aktivitas katalis pada proses AOP
3. Mengetahui kondisi optimum proses penurunan kadar zat warna
4. Menghitung kinetika reaksi degradasi limbah pewarna tekstil

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini memberikan informasi dan data tentang
penanganan limbah pewarna tekstil sehingga dapat membantu pemerintah
dalam meminimalisir pencemaran lingkungan.
2. Bagi perkembangan IPTEK, penelitian ini dapat menjadi sumber data dan
inovasi terbaru dalam mengolah limbah warna tekstil dengan metode
Advanced Oxidation Process (AOP).
3. Mengurangi pencemaran lingkungan terutama yang berkaitan dengan
pengendalian kualitas air dan pencemaran air, sehingga air lebih dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kegunaannya. Serta memanfaatkan kembali
tanah terkontaminasi minyak yang merupakan kategori limbah B3.

4
4. Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih
mengembangkan penelitian dalam usaha menurunkan resiko pencemaran
air akibat dari aktivitas industri.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 4 (empat) bulan di
Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau, Jalan H.R. Soebrantas, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang
Baru, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai