PENDAHULUAN
1
Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pengolahan limbah tekstil dengan cara yang umum dilakukan menggunakan
cara fisika, kimia dan biologi dimana cara tersebut dapat mengubah warna dan
menguraikan limbah tersebut. Namun, teknik pengolahan tersebut belum
memberikan dampak yang signifikan terhadap pengurangan kadar zat warna di
dalam limbah cair. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain yang lebih baik dari
tinjauan proses maupun tinjauan ekonominya.
Salah satu alternatif pengolahan limbah tekstil dengan biaya operasional
yang tidak terlalu tinggi adalah metode Advanced Oxidation Process (AOP) yang
dapat mendegradasi senyawa-senyawa berbahaya dalam limbah melalui proses
oksidasi (oxidative degradation) (Malato et a.l, 2002). Teknologi Advanced
Oxidation Process (AOP) adalah salah satu atau kombinasi dari beberapa proses
seperti ozon (O3), hydrogen peroxide, ultraviolet light, titanium oxide,
photocatalyst, sosnolysis, electron beam, electrical discharge serta beberapa
proses lainnya untuk menghasilkan radikal aktif (Esplugas et al., 2002). Radikal
aktif tersebut mudah bereaksi dengan senyawa organik apa saja tanpa terkecuali,
terutama senyawa-senyawa organik yang selama ini sulit atau tidak dapat
diuraikan dengan metode mikrobiologi atau membran filtrasi. Selain itu, hasil
akhir dari proses oksidasi tersebut hanya karbon dioksida dan air, sehinga tidak
berbahaya jika dibuang ke badan air (Klamerth, 2011).
Salah satu radikal aktif, yaitu sulfate radical (SO4*) memiliki potensial
oksidasi yang cukup tinggi sebesar 2,5 - 3,1 V (Neta et al., 1988). Beberapa
penelitian telah dilakukan menggunakan proses oksidasi katalitik untuk
menghasilkan sulfat radikal, seperti kombinasi peroxymonosulfate dengan katalis
homogen ion logam ((Fe2+, Mn2+, Ni2+, Co2+, Cd2+, Cu2+, Ag+1, Cr3+, Zn2+)
(Klamerth, 2011). Namun, penggunaan katalis homogen ini merupakan cara yang
kurang efektif karena membutuhkan waktu lama dalam proses pemisahan antara
larutan dengan katalisnya. Selain itu, beberapa penggunaan ion logam seperti Co,
dianggap sebagai senyawa beracun dan berbahaya yang mengganggu kesehatan
manusia (Hamilton, 2003).
2
Oleh karena itu pada penelitian ini, akan dilakukan proses AOP terhadap
limbah pewarna tekstil buatan (artifisial) dari zat warna Rhodamine B,
menggunakan katalis sintetis yang disintesis dari tanah terkontaminasi minyak
bumi dan dikombinasikan dengan peroxymonosulfate (2KHS5.KHSO4.K2SO4).
Hasil dari penenlitian tersebut akan dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV-Vis.
3
mampu mereduksi senyawa organik tersebut sebesar 90,5% dengan fenol (25
ppm), katalis (0,4 g/L), peroxymonosulfate (2 g/L) dan suhu 25o C.
Pada penelitian ini akan dilakukan proses degradasi zat warna tekstil
menggunakan katalis yang disintesis dari tanah terkontaminasi minyak bumi dan
peroxymonosulfate. Penggunaan tanah terkontaminasi merupakan kebaruan dalam
penelitian dimana tanah yang terkontaminasi minyak bumi mengandung karbon
yang nantinya akan direaksikan dengan permanganat. Jadi, diharapkan
penggunaan katalis dari tanah terkontaminasi dan peroxymonosulfate mampu
mendegradasi zat warna yang terkandung di dalam air buangan industri tekstil.
4
4. Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya agar dapat lebih
mengembangkan penelitian dalam usaha menurunkan resiko pencemaran
air akibat dari aktivitas industri.