Anda di halaman 1dari 21

19

ABSTRAK

Pemisahan merupakan suatu proses teknik kimia dalam konsep perpindahan massa.
Dalam proses pengeringan massa yang akan berpindah adalam massa air yang
terkandung dalam suatu bahan. Air dalam bahan biasanya akan membuat kualitas dari
suatu bahan menurun. Dalam industry bahan makanan, air dihilangkan dalam bahan
untuk memperpanjang keawetan suatu bahan tersebut. Dalam paktikum ini pengeringan
dilakukan terhadap kentang dengan luas permukaan kentang dan ketebalan yang
bervariasi. Hasil praktikum menunjukkan bahwa kentang yang luas permukaannya sama
namun tipis lebih cepat konstan pengeringannya, dikarenakan kadar air yang
dikandungnya sedikit.

Kata Kunci: Pengeringan


20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Drying

1.2 Tanggal Praktikum : 2 Juni 2012

1.3 Tujuan Praktikum :

1. Manpu menyebutkan dan menjelaskan cara kerja dari alat pengeringan


2. Mampu menjelaskan variable variable operasi dalam pengeringan
3. Mampu mengoperasikan alat
4. Membuat grafik antara moisture content zat pada dengan kecepatan
pengeringan ( drying rate zat yang dikeringkan )
5. Dapat menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringkan
dalam dryer.

20
21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Kimiadan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk


mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa
kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi
suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan.
Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik kimia. Suatu contoh pentingnya
proses pemisahan adalah pada proses pengolahan minyak bumi. Minyak bumi
merupakan campuran berbagai jenis hidrokarbon. Pemanfaatan hidrokarbon-
hidrokarbon penyusun minyakbumi akan lebih berharga bila memiliki kemurnian yang
tinggi. Proses pemisahan minyak bumi menjadi komponen-komponennya akan
menghasilkan produk LPG, solar, avtur, pelumas, dan aspal. Secara mendasar, proses
pemisahan dapat diterangkansebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan
sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuranyang tidak
dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi),
proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.

Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.


Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran.
Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen
(lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa:
padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas,
dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan. (Mc Cabe. 1985)

21
22

2.1 Pengeringan

Tujuan akhir dari sistem pengeringan bukan saja untuk mempercepat proses
pengeringan, akan tetapi juga untuk meningkatkan mutu bahan yang dikeringkan dan
sistem dapat beroperasi dengan biaya relatif rendah. Dengan kata lain, kita ingin
mengoptimumkan operasi sistem pengeringan tersebut.
Sistem pengeringan dapat direka bentuk hanya setelah kita mengetahui prinsip dasar
pengeringan suatu jenis bahan. Hal ini penting untuk menghindari proses pengeringan
lampau dan pengeringan yang terlalu lama, karena kedua proses pengeringan ini akan
meningkatkan biaya operasi.
Metodologi dan teknik pengeringan dapat dikatakan baik apabila kita memahami
konsep pengeringan itu sendiri. Dengan mengetahui konsep tersebut maka dapat
membantu kita menghasilkan satu sistem pengeringan yang handal dan dapat beroperasi
secara optimum.

2.2 Proses Pengeringan


Bahasa ilmiah pengeringan adalah penghidratan, yang berarti menghilangkan air
dari suatu bahan. Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang
dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses
utama yang terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi
apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu apabila panas diberikan
kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu
api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga surya.
Pengeringan juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan memecahkan ikatan
molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul air
yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut
akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan tersebut akan kehilangan air yang
dikandungnya.
Cara ini juga disebut pengeringan atau penghidratan. Untuk memecahkan ikatan
oksigen dan hidrogen ini, biasanya digunakan gelombang mikro. Gelombang mikro
merambat dengan frekuensi yang tinggi. Apabila gelombang mikro disesuaikan setara
dengan getaran molekul-molekul air maka akan terjadi resonansi yaitu ikatan molekul-
molekul oksigen dan hidrogen digetarkan dengan kuat pada frekuensi gelombang mikro
23

yang diberikan sehingga ikatannya pecah.Hal ini yang menyebabkan air tersebut
menguap. Proses yang sama terjadi pada oven gelombang mikro (microwave) yang
digunakan untuk memasak makanan.Pada pembahasan selanjutnya kita tidak akan
menyinggung proses pengeringan menggunakan gelombang mikro, tetapi difokuskan
pada pengeringan menggunakan tenaga panas. Hal ini disebabkan sistem pengeringan
gelombang mikro mahal dan tidak digunakan secara luas untuk mengeringkan suatu
bahan terutama dalam sektor pertanian.
Dalam sektor pertanian sistem pengeringan yang umum digunakan adalah
tenaga surya. Pada sistem tenaga surya ini, bahan diexpose ke sinar surya secara
langsung maupun tidak langsung. Uap air yang terjadi dipindahkan dari tempat
pengeringan melalui aliran udara. Proses aliran udara ini terjadi karena terdapat
perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas
maupun konveksi paksa. Konveksi bebas terjadi tanpa bantuan luar, yaitu pengaliran
udara hanya bergantung pada perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan
densitas udara, sedangkan pada konveksi secara paksa digunakan kipas untuk memaksa
gerakan udara.
Pada sistem pengeringan yang bersumberkan tenaga minyak, bahan yang akan
dikeringkan diletakkan di dalam suatu ketel tertutup. Udara panas hasil pembakaran
minyak dialirkan mengenai permukaan bahan tersebut. Akhir-akhir ini, cara tersebut
diatas juga digunakan dalam teknologi tenaga surya. Udara yang dipanaskan oleh
pengumpul surya digunakan untuk menguapkan air pada bahan.
Udara merupakan medium yang sangat penting dalam proses pengeringan, untuk
menghantar panas kepada bahan yang hendak dikeringkan, karena udara satu-satunya
medium yang sangat mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya operasional. Oleh
karena itu untuk memahami bagaimana proses pengeringan terjadi, maka perlu ditinjau
sifat udara.

2.3 Kelembaban Udara


Komponen yang paling banyak di dalam udara adalah oksigen, nitrogen, dan uap
air. Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi kelembaban udara, sedangkan
kandungan uap air sangat berpengaruh terhadap kelembaban udara. Udara yang kurang
24

mengandung uap air dikatakan udara kering, sedangkan udara yang mengandung
banyak uap air dikatakan udara lembab.
Setiap unsur di dalam udara, termasuk uap air, mempengaruhi tekanan udara.
Pada suatu nilai tekanan udara tertentu, tekanan maksimum uap air yang dapat dicapai
dinamakan tekanan jenuh. Jika tekanan melebihi tekanan jenuh akan menyebabkan uap
air kembali membentuk titisan air. Seandainya suhu dinaikkan, tekanan jenuh juga akan
turnt meningkat. Oleh karena itu kita dapat mendefenisikan tekanan jenuh sebagai
tekanan uap air diatas permukaan air mendidih dalam suatu ketel tertutup tanpa udara.
Tekanan jenuh berubah menurut keadaan suhu yang menyebabkan air tersebut
mendidih. Oleh karena itu nilai tekanan jenuh senantiasa berubah. Kelembaban adalah
suatu istilah yang berkenaan dengan kandungan air di dalam udara. Udara dikatakan
mempunyai kelembaban yang tinggi apabila uap air yang dikandungnya tinggi, begitu
juga sebaliknya. Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air
di dalam suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap
air) di dalam volume yang sama. Kwantitas panas yang dibutuhkan untuk menguapkan
air pada suhu dan tekanan tertentu disebut kapasitas panas. Setelah kualitas udara
diketahui, barulah kita dapat mengkaji kemampuan udara menguapkan air yang berada
dalam suatu bahan, karena bahan yang akan dikeringkan selalu berada di dalam udara
berkualitas tertentu.
Pengalaman sehari-hari kita dapati bahwa sejumlah udara hanya mampu untuk
mengeringkan suatu bahan atau menguapkan air dari suatu bahan apabila bahan tersebut
tidak seratus persen lembab. Dengan kata lain, kemampuan udara untuk menguapkan air
dalam suatu bahan pada proses pengeringan adalah maksimum apabila udara tersebut
kering dan nol apabila udara tersebut jenuh dengan uap air. Pada keadaan biasa, udara
tidak seratus persen kering atau lembab, sehingga udara masih mampu melakukan
proses pengeringan apabila bahan-bahan yang mengandung air diletakkan di dalamnya.
Di dalam laboratorium atau ruangan tertentu yang memerlukan pengontrolan
udara sering terdapat alat yang terdiri dari dua termometer yang diletakkan
bersebelahan. Pada salah satu termometer bola kaca yang menempati air raksa dibalut
dengan kain basah sedangkan bola kaca yang satunya lagi dibiarkan kering. Alat ini
dinamakan psikrometer, yaitu meter yang digunakan untuk mengukur kelembaban
udara.
25

Jika psikrometer ini berada pada udara jenuh, kedua termometer akan
memberikan bacaan yang sama. Hal ini disebabkan kedua bola kaca berada dalam
keadaan lembab yang sama, yaitu seratus persen lembab, tetapi seandainya udara
tersebut tidak seratus persen jenuh, sebahagian dari air yang membasahi kain bola kaca
pada termometer tersebut akan menguap, sehingga menyebabkan sebahagian dari tenaga
akan digunakan dalam proses penguapan ini. Akibatnya, suhu pada termometer ini akan
lebih rendah berbanding dengan bacaan suhu pada termometer kering. Termometer
diletakkan bersebelahan pada tekanan yang sama, oleh karena itu hubungan antara
kedua suhu akan memberikan nilai kelembaban udara yang ditempatinya. Uap air dapat
jenuh pada suhu dan tekanan yang berbeda, sehingga pada tekanan yang lain kedua
termometer pada psikrometer akan memberikan bacaan yang berbeda pula.
Hubungan antara kelembaban, suhu termometer basah, suhu termometer kering, dan
tekanan biasanya dinyatakan dalam suatu chart yang dikenal sebagai psikrometri chart
seperti yang digambarkan pacta gambar L 1 pada lampiran. Pada gambar L 1. kadar
kelembaban udara diberikan oleh sumbu-y disebelah kanan, clan suhu termometer
kering diberikan oleh sumbu-x. Kurva paling atas menyatakan suhu termometer basah
yang merupakan suhu uap air jenuh atau suhu titik embun (perkataan titik embun
berasal dari penelitian yang dilakukan terhadap rumput pada pagi hari dengan embun
yang terbentuk di atasnya, pada saat itu suhunya hampir sama dengan bola termometer
basah). Kurvakurva lainnya yang terletak di antara sumbu suhu termometer kering
dengan kurva
Secara umum proses pengeringan bahan merupakan proses yang amat rumit,
karena melibatkan berbagai fenomena. Sampai sekarang ini, penjelasan secara terperinci
bagaimana pengeringan dapat terjadi masih belum diketahui,terutama untuk
menjelaskan proses pengeringan hasil pertanian yang melibat beberapa proses lain
seperti proses peragian, pengoksidaan dan sebagainya. Pengeringan melibatkan proses
pelepasan air dari sel-sel bahan yang dikeringkan, sehingga pengeringan tersebut bukan
saja melibatkan fenomena fisika tetapi juga melibatkan fenomena biologi dan kimia
atau ketiga-tiganya. Walaupun demikian secara umum kita menerima hakikat bahwa
apabila berlaku proses pengeringan maka akan berlaku:
a. Air akan menguap dari permukaan bahan
b. Air akan berpindah dari bagian dalam ke permukaan luar bahan.
26

Fenomena inilah yang akan kita perhatikan dalam mengkaji proses pengeringan sesuatu
bahan dan faktor-faktor luar yang mempengaruhi proses pengeringan.
27

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat alat

Oven
Baki

3.1.2 Bahan bahan

Kentang

3.2 Metode Praktikum

1. Kentang dipotong dengan ketebalan, panjang dan lebar masing-masing 0.2


cm, 2 cm dan 2 cm, sebanyak 3 buah (lembar kentang)
2. Panaskan oven sampai mencapai suhu 100oC
3. Kentang yang telah dipotong dimasukkan dimasukkan kedalam oven, selama
5 menit dalam 1 jam kentang dikeluarkan dari oven dan ditimbang namun
sebelumnya dimasukkan dulu dalam desikator dn hasil perubahan massa
setiap 5 menit tersebut dicatat
4. Metode diatas diulangi dengan perubahan ketebalan, panjang, dan lebar
kentang masing-masing 0.1 cm, 2 cm, dan 2 cm.

BAB IV
27
28

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Moisture Contain Laju Pengeringan


t (menit) Run I Run II Run I Run II
5 5.19 11.49 9.2 11.92
10 17.62 21.49 31.21 22.29
15 23.96 27.8 42.4 29.60
20 29.25 32.58 51.3 33.80
25 35.114 34.26 61.63 35.50
30 42.62 34.87 74.40 36.18
35 44.25 35.16 78.4 36.47
40 48.31 34.96 85.6 36.27
45 51.94 35.17 92.03 36.48
50 54.51 35.05 96.5 36.36
55 56.49 35.00 100.09 36.31
60 57.92 35.05 102.7 36.36

4.2 Pembahasan
28
4.2.1 Moisture Contain
29

Grafik Moisure Contain Terhadap Waktu


70
57.99
56.49
60 54.51
51.94
48.31
50 44.25
42.62
40 35.14
29.25 Run I
t (menit) 30 23.96 34.26 35.16 35.17
34.96 35.053535.05 Run II
32.58 34.87
17.62
27.8
20
21.49
10 5.19
11.49
0
0 10 20 30 40 50 60 70
moisure contain (%)

Gambar 1. Grafik Moisture Contain vs Waktu

Pada grafik menunjukkan adanya perbedaan garis perubahan moisture contain


terhadap waktu pada run I dan run II. Pada run I, nilai-nilai moisture contain semakin
lama semakin menanjak naik, ini disebabkan belum konstannya pengeringan pada run I,
artinya perlu dilakukan pemanasan lagi secara bertahap agar kentang pada run I. Ada
pula hal yang mengakibatkan makin naiknya nilai moisture contain aytau belum
konstannya kentang tersebut pada run tersebut dikarenakan pemotongan kentang tidak
merata dan mengakibatkan beberapa bagian lbh tebal dan bagian lainnya sebih tipis
sehingga mempengaruhi proses pengeringan pada run I.

Berbeda dengan run I, run II menunjukkan sudah konstannya nilai moisture


contain sejak menit 30. Nini disebabkan kentang/irisan kentang sebagai sampel lebih
tipis, yakni 0.1 cm. berdasarkan teori, permukaan yang lebih besar akan mempercepat
proses pengeringan pada suatu bahan. (Smith,1985)

Pengaruh suhu dalam oven juga sangat mempengaruhi proses pengeringan pada
bahan. Saat percobaan dilakukan, beberapa kali suhu dalam oven berkurang dari 100 oC
sehingga optimal suhu 100oC selama 5 menit tidak didapatkan. Moisture contain
menunjukkan besarnya kadar air dalam suatu bahan, apabila suatu bahan sudah kering
maka nilai moisture contain akan konstan. (GeanKoplis,1987)
30

4.2.2 Laju Pengeringan

Grafik Laju Pengeringan Terhadap Waktu


120
102.7
100.09
96.5
92.03
100 85.6
78.4
74.4
80
61.63
60 51.3 Run I
Laju Pengeringan (gr/m^2.menit) 42.4 Run II
36.47
36.48
36.36
36.27
36.18
35.5
33.8 36.31
36.36
40 31.21
29.6
22.29
20 11.92
9.2

0
0 10 20 30 40 50 60 70
t (menit)

Gambar 2. Grafik Laju Pengeringan vs Waktu

Laju pengeringan suatu bahan akan berjalan cepat jika suhu yang diberikan besar
atau melebihi suhu dimana komponen yang ingin dihilangkan menguap. Grafik diatas
menerangkan bahwa terjadinya penurunan dan peningkatan laju pengeringan pada menit
ke-15 sampai menit ke-25. Dikarenakan karena 2 faktor:

1. Ketebalan sampel yang tidak merata sehingga kadar airnya yang terkandung
lebih banyak dari paa bagian lain, dan
2. Tidak optimalnya suhu 100oC yang didapat selama 5 menit

Penurunan suhu pada oven terjadi akibat kontak dengan suhu ruang pada saat oven
dibiarkan terlalu lama terbuka ketika bahan dimasukkan atau dikeluarkan dari dalam
oven.

Pada run II, laju pengeringan berlangsung turun secara perlahan-lahan. Tidak
adanya nilai yang bersifat rancu dalam grafik. Laju pengeringan berangsur-angsur turun
karena kadar air dalam sampelpun mulai berkurang.
31

Pengeringan adalah operasi yang sangat kompleks yang melibatkan perpindahan


panas transien dan massa bersama dengan beberapa tingkat proses, seperti transformasi
fisik atau kimia yang pada gilirammya dapat menyebabkan kualitas dalam produk serta
mekanisme panas dan perpindahan massa. (Penuntun Praktikum,2012)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
32

5.1 Kesimpulan

1. semakin besar suhu yang diberikan maka proses pengeringan akan


berlangsung cepat
2. kadar air bahan dalam bahan juga mempengaruhi lamanya atau waktu yang
diperlukan untuk mengeringkan bahan tersebut.

5.2 Saran

1. usahakan suhu dalam oven optimal, yaitu tidak terbuang kelingkungan.


Apabila terbuaang, uahakan seminimal mungkin.
2. Sebaiknya pemotongan sampel kentang yang dikeringkan merata, besar dan
ketebalan setiap bagiannya sama.

DAFTAR PUSTAKA
32
33

Christie, J. Gean Koplis. 1987. Transport Process and Valve Operation, 2nd Edition.
Allyn and Bacon Inc

Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia II. 2012. Jurusan Teknik Kimia Universitas
Malikussaleh ; Lhokseumawee

Mc. Cabe and Smith and Harriot, E. Josifi. 1985. Operasi Teknik Kimia Jilid I dan II
serta III Edisi Ke-4. Penerbit; Erlangga

LAMPIRAN
33 I
DATA PENGAMATAN
34

BAKI I II III
Berat Baki Run I 0.495 0.443 0.5143
Run II 0.5172 0.5469 0.534
kosong (gr)
Berat Baki Run I 1.5445 1.7763 1.784
Run II 0.9652 0.9566 0.817
Basah (gr)
Berat Baki Run I 0.6576 0.7197 0.7664
Run II 0.5958 0.6054 0.5775
Kering (gr)

Run I, T = 100oC

t (menit) M1 (gr) M2 (gr) M3 (gr) M4 (gr)


0 1.5445 1.7763 1.7821 1.7009
5 1.357 1.5812 1.5995 1.6125
10 1.2449 1.4747 1.4840 1.4012
15 1.384 1.3735 1.3864 1.2933
20 1.0378 1.2774 1.2947 1.2033
25 0.9198 1.1829 1.2069 1,1032
30 0.8422 0.9861 1.1300 0.9861
35 0.7686 1.0249 1.0508 0.9481
40 0.7161 0.9475 0.9739 0.8791
45 0.6788 0.8733 0.9001 0.8174
50 0.6645 0.8168 0.8395 0.7736
55 0.7976 0.7622 0.6603 0.7400
60 0.6576 0.7197 0.7664 0.7145

Run II, T = 110oC 34

t (menit) M1 (gr) M2 (gr) M3 (gr) M4 (gr)


0 0.9652 0.5966 0.8170 0.9129
5 0.86-8 0.8527 0.7107 0.8080
35

10 0.7536 0.7713 06252 0.7167


15 0.6765 0.6963 0.5838 0.6519
20 0.6226 0.6440 0.5797 0.6154
25 0.6027 0.6187 0.5790 0.6001
30 0.5972 0.6079 0.5785 0.5945
35 0.5946 0.6029 0.5784 0.5919
40 0.5960 0.6069 0.5783 0.5937
45 0.5941 0.6051 0.5762 0.5918
50 0.5955 0.6052 0.5781 0.5929
55 0.5943 0.6068 0.5790 0.5933
60 0.5958 0.6054 0.5775 0.5929

LAMPIRAN II
PERHITUNGAN

A. Menghitung Moisture Contain


36

Berat awalBerat Akhir


X= x 100
Berat Awal
1) Run I

1.70091.6125
t = 5 menit, X= x 100=5.19
1.7009

1.70091.4012
t = 10 menit, X= x 100=17.62
1.7009

1.70091.2933
t = 15 menit, X= x 100=23.96
1.7009

1.70091.2033
t = 20 menit, X= x 100=29.25
1.7009

1.70091.1032
t = 25 menit, X= x 100=35.14
1.7009

1.70090.9861
t = 30 menit, X= x 100=42.02
1.7009

1.70090.9481
t = 35 menit, X= x 100=44.25
1.7009

1.70090.8791
t = 40 menit, X= x 100=48.31
1.7009

1.70090.8174
t = 45 menit, X= x 100=51.94
1.7009

1.70090.7736
t = 50 menit, X= x 100=54.51
1.7009

1.70091.7400
t = 55 menit, X= x 100=56.49
1.7009

1.70090.7145
t = 5 menit, X= x 100=57.99
1.7009

36
37

2) Run II

0.91290.8080
t = 5 menit, X= x 100=11.49
0.9129

0.91290.7167
t = 10 menit, X= x 100=21.49
0.9129

0.91290.6519
t = 15 menit, X= x 100=27.80
0.9129

0.91290.6154
t = 20 menit, X= x 100=32.58
0.9129

0.91290.6001
t = 25 menit, X= x 100=34.26
0.9129

0.91290.5945
t = 30 menit, X= x 100=34.87
0.9129

0.91290.5919
t = 35 menit, X= x 100=35.16
0.9129

0.91290.5937
t = 40 menit, X= x 100=34.96
0.9129

0.91290.5918
t = 45 menit, X= x 100=35.17
0.9129

0.91290.5929
t = 50 menit, X= x 100=35.05
0.9129

0.91290.5933
t = 55 menit, X= x 100=35.00
0.9129

0.91290.5929
t = 60 menit, X= x 100=35.05
0.9129
38

B. Menghitung Laju Pengeringan


selisihberat tiap selang waktu
R=
luas permukaan x waktu
Atau
W 1W 2
R=
A ( t 2t 1 )

1) Run I

A=2 [ 2 ( pxL )+2 ( pxL ) +2 ( pxL ) ]=2 [ 2 ( 2 x 2 ) +2 (2 x 0.2 )+ 2 ( 2 x 0.2 ) ]


2 2
19.2 cm =0.00192m
1.70091.6125 gr
R1= =9.2 2 . min
0.00192 ( 50 ) m
1.70091.4012 gr
R 2= =31.21 2 . min
0.00192 (105 ) m
1.70091.2933 gr
R3= =42.40 2 . min
0.00192 (1510 ) m
1.70091.2033 gr
R4 = =51.3 2 . min
0.00192 ( 2015 ) m
1.70091.1092 gr
R5= =61.63 2 . min
0.00192 ( 2520 ) m
1.70090,9861 gr
R6= =74.40 2 . min
0.00192 ( 3025 ) m
1.70090,9481 gr
R 7= =78.40 2 . min
0.00192 ( 3530 ) m
1.70090.8791 gr
R 8= =85.60 2 . min
0.00192 ( 4035 ) m
1.70090.8174 gr
R9= =92.03 2 . min
0.00192 ( 4540 ) m
1.70090.7736 gr
R10= =96.5 2 . min
0.00192 ( 5045 ) m
1.70090.7400 gr
R11 = =100.09 2 . min
0.00192 ( 5550 ) m
1.70090.7145 gr
R12= =102.7 2 . min
0.00192 ( 6055 ) m

2) Run II

A=2 [ 2 ( pxL )+2 ( pxL ) +2 ( pxL ) ]=2 [ 2 ( 2 x 2 ) +2 (2 x 0.1 )+ 2 ( 2 x 0.1 ) ]


39

2 2
17.6 cm =0.00176 m
0,91290.8080 gr
R 1= =11.92 2 . min
0.00176 ( 50 ) m
0,91290.7167 gr
R 2= =22.29 2 . min
0.00176 ( 105 ) m
0,91290.6519 gr
R 3= =29.60 2 . min
0.00176 ( 1510 ) m
0,91290.6154 gr
R4 = =33.80 2 .min
0.00176 ( 2015 ) m
0,91290.6001 gr
R 5= =35.50 2 . min
0.00176 ( 2520 ) m
0,91290.5945 gr
R 6= =36.18 2 . min
0.00176 ( 3025 ) m
0,91290.5919 gr
R 7= =36.47 2 . min
0.00176 ( 3530 ) m
0,91290.5937 gr
R8= =36.27 2 . min
0.00176 ( 4035 ) m
0,91290.5918 gr
R 9= =36.48 2 . min
0.00176 ( 4540 ) m
0,91290.5929 gr
R10= =36.36 2 . min
0.00176 ( 5045 ) m
0,91290.5399 gr
R11 = =36.31 2 . min
0.00176 ( 5550 ) m
0,91290.5929 gr
R12= =36.36 2 . min
0.00176 ( 6055 ) m

Anda mungkin juga menyukai