Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Managemen adalah proses bekerja melalui staff keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996).
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola
yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan keperawatan dengan
membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer pengetahuan dan aplikasi
pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara langsung yang dilakukan
oleh kepala ruangan, perawat primer, dengan melibatkan seluruh perawat asociate.
Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi : pasien dilibatkan secara langsung, pasien
merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi, konselor memfasilitasi
kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan masalah klien dapat teratasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan mampu :
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis
b. Menumbuhkan cara berfikir tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien
c. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
d. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
e. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
h. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar tim
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

D. Tahap Ronde Keperawatan


1. Pra ronde (persiapan)
Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
Pemberian informed consent kepada klien keluarga & t a h a p p e l a k s a n a
2 . Ta h a p P e l a k s a n a
Penjelasan tentang klien oleh perawat primer-ketua tim yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan
dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian justifikasi oleh perawat primer- perawat konselor- kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan & t a h a p p a s c a r o n d e
3 . Ta h a p P a c a R o n d e
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
BAB II
RENCANA STRATEGIS
RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
DI PAV. CEMPAKA KELAS 3A RSUD JOMBANG

A. Topik : Askep dengan pasien Efusi Pleura


B. Sasaran : Ny. S / 82 tahun
C. Waktu : Pukul 08.30 WIB selesai
D. Hari/tanggal : 16 Agustus 2017

E. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi
2. Tujuan Khusus
Tim keperawatan mampu menggali masalah2masalah klien yang belum
teratasi
Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien
Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai
masalah klien
Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah
klien
Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan
keperawatan yangdilakukan.

F. Sasaran
Klien Ny. S, Usia 82 Tahun yang di rawat di Pav. Cempaka RSUD JOMBANG

G. Materi
Konsep dasar penyakit Efusi Pleura
Asuhan keperawatan klien dengan Efusi Pleura

H. Metode
Diskusi
I. Tim Ronde
1. Kepala Ruangan : Sugeng Ariadi
2. PP 1 : Zainul Hasandityas
3. PP 2 : Ahmad Adiyatma
4. PA 1 : Sriwulan
5. PA 2 : Ravika Novasari
6. Ahli Gizi : Tim Gizi
7. Dokter spesialis : Dokter DPJP

J. ALAT BANTU
1. Sarana diskusi : buku, pulpen
2. Status / dokumentasi keperawatan pasien
3. Meteri yang disampaikan secara lisan

K. PERAN
1. Ketua Tim
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peran yang bisa
memaksimalkan keberhasilan.
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan
d. Menjelaskan alasan ilmiah dalam melakukan intervensi keperawatan
2. Peran Perawat Pelaksana Lain dan atau Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari

L. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur :
a. Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
b. Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
c. Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang akan dirondekan,
informed concent, menghubungi konsultan, dll).
d. Pembagian peran : Karu, Katim, PA.
2. Proses
a. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana dan konsultan.
b. Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini penjelasan difokuskan pada
masalah keperawatan dan intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu
mengatasi masalah pasien
c. Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus tersebut.
d. Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi masalah
klien tersebut.
3. Hasil
a. Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien
b. Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan.

M. ALUR RONDE KEPERAWATAN


Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap
Perawat
Pra Ronde
Primer

Penetapan Pasien

- Apa -diagnosaApa diagnosa


keperawatankeperawatan
? ?
- Apa -dataApa yang data
mendukung
yang mendukung
? ?
Tahap Pelaksanaan Persiapan Pasien: - Bagaimana
- Bagaimana
intervensi intervensi
yang sudah
yang sudah
Tahap dilakukan?dilakukan?
Tahap Kesimpulan dan Rekomendasi Solusi
- Informed consent Apa hambatan
Apa hambatan
di Kamar Pasien Penyajian Masalah -Diskusi -
LanjutanPerawat diyang
primer,
Diskusi ditemukan?
Nurse yang ditemukan?
Station
Pasca Ronde - Hasil pengkajian / validasi data MasalahData
Validasi
Pelaksanaan
Keterangan :
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur memersiapkan pasien
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yanng difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencanan tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota ti tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau epala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.

N. PERSIAPAN
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga

O. PASCA RONDE
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan rencana
tindakan selanjutnya.
M. EVALUASI
No.
Aspek Yang Dinilai Tanggal Total
No.
A. Persiapan
1 Topik yang disajikan sudah tepat
2 Sasaran klien sesuai dengan rencana
3 Dihadiri semua perawat
4 Ketepatan pengguanan waktu
5 Metode sesuai dengan rencana (nursing rounds)
6 Pemanfaatan media secara tepat guna
B. Proses pelaksanan ronde
7 Perawat penanggung jawab mempersiapkan ronde
keperawatan
8 Perawat penanggung jawab menjelaskan kondisi
pasien
9 Ada diskusi antar anggota ronde tentang temuan yang
ada pada pasien
10 Menetapkan rencana yang perlu dilaksanakan terkait
11 dengan kondisi dan asuhan keperawatan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan kondisi pasien
12 dan asuhan keperawatannya
Menetapkan tindak lanjut terkait dengan kondisi
13 pasien dan asuhan keperawatannya
Mendokumentasikan hasil kegiatan ronde keperawatan
terkait dengan kondisi pasien dan asuhan
keperawatannya
Total
Nilai

Catatan :

1 = dilakukan
0 = tidak dilakukan

Nilai = jumlah nilai / 13 x 100%

< 25 % = kurang

26- 50 % = cukup

51-75 % = baik

76 = sangat baik
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMONIA
3.1 Definisi
a. Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2006).
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan.
2006).
c. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;
merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada anak dan anak balita (Said 2007).
d. Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)

3.2 EPIDEMIOLOGI

Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan


serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia
lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan pada orang dewasa dan
anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan
anak.
Pneumonia sangat rentan terhadap anak berumur di bawah dua bulan, berjenis
kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat
pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada anak, kurang gizi, berat
badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan
tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab kematian
utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan mendapatkan
pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi pada balita. Berbagai
mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain adalah
defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di
negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan Hib. Di
seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena
pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001
kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa
pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir
300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa
dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah
raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia
tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran
bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga
sebagai "pembunuh balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari
pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama kehidupan.
Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan pada 70
% anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5tahun,
mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada pasien
antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada anak dan anak-anak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus pneumonia
virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada anak dan
anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat di
rumah sakit.

2.3 ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.

4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :


1) Pneumonia bakterial

Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia

Jenis yan lain :


- staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza
2) Pneumonia atipikal

Penyebab paling sering :


- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma

Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis

(Smeltzer, 2001 : 568-570).


3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin
atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer, 2001 : 572). Karena
aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif
hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol,
stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang
menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan
aspirasi tersembunyi. ( Smeltzer, 2001 :637)

Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005)
antara lain :
1. Status gizi anak
2. Imunisasi tidak lengkap
3. Lingkungan
4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

2.4 PATOFISIOLOGI

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).

Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai


alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke
dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke
dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia
(Engram 1998).

Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas


terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali
pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
2.5 KLASIFIKASI

Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :

1) Klasifikasi klinis
Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara
lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,
disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat
dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme
atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas:
a. Pneumonia komunitas sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn
konsolidasi paru, dapat berupa :
- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru
dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
- Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu
perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi
paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik
b. Pneumonia non bacterial

Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia


pneumoniae.
Area paru-paru yang terkena.
a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau lebih.
b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan
menyebar ke jaringan paru sekitar.
2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella,dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu


diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Community-acquired (diperoleh diluar institusi kesehatan)

Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae.
2. Hospital-acquired (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).

Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada
saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk
melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi
oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah lebih besar.

Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.

2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar


(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi
yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah
RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari
ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam
tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal
penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia
streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme
individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan
nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,


pneumonia dapat diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan
1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40
x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara
sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose
medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di
lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat
penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila
terdapat gejala :
Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
Terdapat stridor ( suara napas bunyi grok-grok saat inspirasi )
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat,
batasan nafas cepat adalah :
Anak usia 2 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
Anak Usia 1 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda tanda atau penyakit sangat berat.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada
penderita pneumonia, yaitu :
1. Serangan akut dan membahayakan 4. Reles (ronchi)
5. Wheezing
2. Demam tinggi (pneumonia virus
6. Sakit kepala, malaise
bagian bawah) 7. Nyeri abdomen
3. Batuk
Manifestasi klinis :
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.

Batuk mula-mula kering produktif.


Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.

Manifestasi klinis pada anak


Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,
napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar
dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi
nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi.
(Mansjoer,2000,hal 467 )
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru
meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak
50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40
kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak
dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai
dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan
dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5
tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala
pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala
sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen
kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk.
Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin
tiba tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.

3.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain :
1. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan
dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak
berespons terhadap pengobatan
6. Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
8. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus
dan bakteri
10. Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens
penyebab seperti bakteri dan virus
11. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari
pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara
terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.
12. Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian
diagnostik.

Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi


1. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
2. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di
atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
3. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
4. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
Pemeriksaan mikrobiologik
1. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru
Pemeriksaan imunologis
1. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
2. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
3. Spesimen: darah atau urin.
4. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex
agglutination, atau latex coagulation.

Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap


mikroorganisme penyebab pneumonia.
a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan
sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru
atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Anak dan anak-anak
gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia
difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang
terdapat adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan
penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan
mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya
penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.

3.8 PENATALAKSANAAN

Pengobatan umum pasien pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik


yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk menanggulangi hipoksemia
dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk
penyakit ini adalah penisilin G. (patofisiologi page 806).

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi menunjukkan tanda-tanda
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )

Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada
pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat terapi inhalasi
bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi anak adalah alat terapi dengan
kompresor (jet nebulizer). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu anak diminta
menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker. Obat-obatan
yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau
menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan dokter.
Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif ketimbang obat
oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena dengan inhalasi obat langsung mencapai
sasaran. Bila tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan
langsung menuju ke sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH

Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi tubuh untuk
membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronkhus
utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan.
Untuk itu, orang tua mesti mengetahui di mana letak lendir berkumpul.

Caranya:
* Setelah letak lendir berhasil ditemukan (dengan melihat hasil rontgen atau dengan
penjelasan dari dokter mengenai letak dari sekret di paru-paru), atur posisi anak.
- Bila lendir berada di paru-paru bawah maka letak kepala harus lebih rendah dari dada
agar lendir mengalir ke arah bronkhus utama. Posisi anak dalam keadaan tengkurap.
- Kalau posisi lendir di paru-paru bagian atas maka kepala harus lebih tinggi agar lendir
mengalir ke cabang utama. Posisi anak dalam keadaan telentang.
- Kalau lendir di bagian paru-paru samping/lateral, maka posisikan anak dengan miring
ke samping, tangan lurus ke atas kepala dan kaki seperti memeluk guling.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada dinding
dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret yang menempel
pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih
mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
Caranya:
* Lakukan postural drainage. Bila posisinya telentang, tepuk-tepuk (dengan posisi
tangan melekuk) bagian dada sekitar 3-5 menit. Menepuk anak cukup dilakukan dengan
menggunakan 3 jari.
* Dalam posisi tengkurap, tepuk-tepuk daerah punggungnya sekitar 3-5 menit.
* Dalam posisi miring, tepuk-tepuk daerah tubuh bagian sampingnya. Setelah itu lakukan
vibrasi (memberikan getaran) pada rongga dada dengan menggunakan tangan
(gerakannya seperti mengguncang lembut saat membangunkan anak dari tidur). Lakukan
sekitar 4-5 kali.
Observasi tanda vital
Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
Ciptakan lingkungan yang nyaman

3.9 KOMPLIKASI
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

3.10 PENGKAJIAN

DS :

Pasien mengeluh sesak nafas


Pasien mengatan terdapat dahak
Pasien mengatakan demam

DO :
RR : 55X/ menit
PCH (pernafasan cuping hidung) positif
Pasien tampak lesu
Pernafasan pasien tampak dangkal dan cepat
Retraksi intercosta (IC) positif
Tax : 390 C
Pasien tampak tidak menyusu
Tampak sianosis di sekitar area hidung dan mulut pasien
Sekret (+), berwarna kuning kehijauan dan kental
Mukosa bibir pasien tampak kering
Turgor kulit pasien lambat

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis
tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan
otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh

Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.


d. Berat badan dan tinggi badan

Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.


e. Integumen

Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit
anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata

Kepala
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi
abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala.

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah


menurun.
i. Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.


j. Sistem Genitourinaria

Subyektif : mual, kadang muntah.

Obyektif : konsistensi feses normal/diare.


k. Sistem Digestif

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal.


b. Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah.

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot
aksesoris pernafasan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Studi Laboratorik :

Hb : menurun/normal
Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon
darah meningkat/normal
Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

3.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan
Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan
gelisah (rewel)
b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
diatas normal, dan kulit terasa hangat.
c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan
penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.
d. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan
ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan.
3. 12 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kreteria Intervensi Rasional Evaluasi


hasil
1. Gangguan pertukaran
Setelah dilakukan NIC label S:-
gas b.d. perubahan
tindakan keperawatan
membran aveolar- Respiratory Monitoring
selama 4x 24 jam
kapiler ditandai dengan 1. Monitor laju ritme dari nafas 1. Untuk mengetahui status
diharapkan pertukaran O : hasil nilai AGD
Gas Darah Arteri pernapasan pasien
gas adekuat dengan dalam batas normal :
abnormal, PH artery 2. Untuk mengetahui apabila
kreteria hasil : 2. Monitor suara nafas tambahan Ph dalam batas
abnormal,sianosis,nafas adanya kelainan pada
cuping hidung,dan seperti snoring normal (7,35-
NOC label saluran pernapasan
gelisah (rewel) 7,35)
3. Utuk memantau keadaan
Respiratory status PCO2 dalam
3. Monitor peningkatan kelelahan fisik pasien
RR normal (skla 5) batas normal
4. Untuk memantau dan
Ritme respiratory (35-45)
mengurangi kecemasan dari
normal (skala 5) 4. Monitor peningatan HCO3 dalam
pasien
Kedalaman nafas kegelisahan, dan kekurangan 5. Untuk memantau adanya batas normal
normal (skala 5) oksigen (22-26)
sekret pada saluran napas
Akumulasi sputum 5. Monitor sekresi dari sistem klien SaO2 dalam
tidak ada (skala 5) pernafasan pasien 6. Untuk mengencerkan dan batas normal
95 %
mempermudah sekret PO2 dalam
Respiratory status :Gas
keluar dari saluran batas normal
exchange 6. Berikan terapi perawatan
pernapasan (80-100 %)
Tekanan parsial nebulizer sesuai kebutuhan
karbondioksida
pada darah arteri 7. Untuk mempermudah jalan
A : Tujuan tercapai
normal (skala 5) napas
sebagian
pH arteri normal 8. Mengatasi terjadinya defisit
Oxigen therapy O2
(skala 5)
7. Bersihkan skresi mulut hidung 9. memastikan kebutuhan
Tidak terjadi
dan trakea sesuai kebutuhan oksigen yang sesuai untuk P : Lanjutkan
sianosis (skala 5)
8. Memeberikan terapi oksigen klien intervensi
sesuai kebutuhan 10. mencegah terjadinya iritasi
9. Monitor aliran oksigen pada kulit

10. Monitor kerusakan kulit dari


gesekan dengan selang oksigen
2. Hipertermia b.d.
Setelah dilakukan NIC : Vital Signs Monitoring S : pasien
dehidrasi dan penyakit
tindakan keperawatan 1. Monitor TTV pasien (tekanan 1. Untuk mengetahui kondisi mengatakan
ditandai dengan
selama 4x 24 jam darah, nadi, suhu, dan umum pasien. tubuhnya tidak
peningkatan suhu tubuh pernapasan).
diharapkan suhu tubuh terasa panas lagi.
diatas normal, dan kulit 2. Monitor dan laporkan tanda dan
pasien dalam batas 2. Untuk memantau adanya
terasa hangat. gejala hipertermi. O : tubuh pasien
normal dengan kriteria peningkatan suhu tubuh
tidak teraba panas.
hasil : pasien.
3. Kaji warna kulit, suhu, 3. Untuk mengetahui adanya A : tujuan tercapai.
NOC : Vital Signs
kelembapan. tanda dan gejala
- Suhu tubuh dalam P : pertahankan
hipertermi.
batas normal (36- kondisi
4. Agar dapat mengontrol
0
37,5 C) dengan 4. Identifikasi kemungkinan
perubahan TTV pasien.
skala 5. penyebab perubahan tanda vital.

TTV dalam rentang


normal (tekanan darah,
NIC : Temperatur Regulation
nadi, pernapasan) 5. Untuk membuat tubuh
5. Anjurkan penggunaan selimut
dengan skala 5. merasa nyaman.
hangat untuk menyesuaikan
perubahan suhu tubuh.
6. Anjurkan asupan nutrisi dan 6. Untuk menghindari
cairan adekuat. terjadinya dehidrasi.

NIC : Fever Treatment


7. Anjurkan pemberian kompres 7. Untuk menurunkan panas
hangat. badan.

1. Untuk mengetahui status


hidrasi pasien

2. Untuk memastikan jumlah


cairan yang masuk dan
keluar
3. Untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien

3. Kekurangan volume
Setelah dilakukan NIC label: Fluid management 4. Untuk mengetahui factor S: ibu mengatakan
cairan b.d. kehilangan
tindakan keperawatan 1. Monitoring status hidrasi risiko ketidakseimbangan bahwa anaknya
cairan keluarga aktif
selama 4x 24 jam (kelembaban membrane mukosa, cairan dan mencegah secara sudah tidak rewel
ditandai dengan
diharapkan kebutuhan nadi yang adekuat) secara tepat dini factor tersebut lagi, tidak demam
penurunan turgor kulit,
volume cairan pasien 2. Atur catatan intake dan 5. Komplikasi letal dapat lagi, masih ada diare
memebran mukosa
terpenuhi dengan output cairan secara akurat terjadi selama awal periode
kering, dan
kriteria hasil : pengobatan antimikroba.
peningkatan suhu
Kurva suhu tubuh O: turgor kulit
tubuh. 3. Beri cairan yang sesuai memberikan indeks respon
Noc label: pasien sudah
pasien terhadap terapi.
membaik, intake dan
Hydrasi: Hipotensi yang terjadi dini
output cairan px
- Turgor kulit Fluid monitoring: pada perjalanan penyakit
seimbang
kembali normal 4. Identifikasi factor risiko dapat mengindikasikan

(skala 5) ketidakseimbangan cairan hipoksia atau bakterimia.

- Membrane (hipertermi, infeksi, muntah dan Antipiretik diberikan dengan


kewaspadaan, karena A: tujuan tercapai
mukosa tampak diare)
antipiretik dapat sebagian
lembab (skala 5) 5. Monitoring tekanan darah,
- Intake cairan yang nadi dan RR mengakibatkan penurunan

adekuat (skala 5) suhu dan dengan demikian


mengganggu evalusasi kurva P: lanjutkan
- Tidak terdapat
suhu intervensi
diare (skala 5)
6. Untuk memastikan terapi
Fluid balance: diberikan secara benar
- Nadi normal (skala
5)
7. Untuk memastikan
- Intake dan output
pemberian terapi diberikan
cairan seimbang
secara tepat
dalam sehari(skala
5)
8. Untuk mengetahui tanda dan
IV teraphy:
gejala diare
6. Lakukan 5 benar pemberian
9. Untuk mengetahui apa
terapi infuse (benar obat, dosis,
factor penyebab dari diare
pasien, rute, frekuensi)
10. Untuk mengetahui efek
7. Monitoring tetesan dan
obat terhadap
tempat IV selama pemberian
gastrointestinal
11. Untuk mengetahui
perubahan penyakit pasien
Diarrhea managemenet:
8. Monitoring tanda dan gejala
diare 12. Untuk mengetahui

9. Ketahui penyebab diare adanya iritasi dan perlukaan


pada kulit pasien

10. Evaluasi mengenai pengobatan


terhadap efek gastrointestinal

11. Instruksikan keluarga untuk


memantau warna, volume,
frekuensi dan konsistensi feses
12. Monitoring kulit dan perianal
pasien untuk mengethui adanya
iritasi dan ulserasi
4. Ketidakefektifan
Setelah dilakukan NIC label :
regimen terapeutik
tindakan keperawatan
keluarga b.d. konflik Family Involvement Promotion S : keluarga
selama 4x 24 jam
keputusan ditandai 1. Indentifikasi kemampuan 1. untuk mengetahui seberapa mengatakan mau
diharapkan regimen
dengan keterlibatan keluarga dalam jauh tingkat pengetahuan ikut berpartisipasi
terapeutik keluarga
ketidakefektifan perawatan pasien keluarga klien dalam penyediaan
efektif
aktifitas kluaraga untuk 2. Identifikasi harapan keluarga 2. untuk mengetahui tingkat keperawatan
memenuhi tujuan NOC label : terhadap pasien kepedulian keluarga
kesehatan terhadap pasien
Family participation in
3. keterlibatan keluarga dalam O : keluarga tampak
professtional care 3. Ajak anggota keluarga dan
perawatan akan menambah mampu mengikuti
Partisipasi pada pasien untuk ikut dalam
motifasi klien dan mendukung
rencana perawatan perencanaan perawatan
proses keperawatan
(skala 5) mencakup hasil yang
pasien
Partisipasi pada diharapkan dan tindakan dari
penyediaan rencana keperawatann
perawatan 4. Identifikasi mekanisme koping
yang digunakan oleh keluarga A : Tujuan tercapai
Evaluasi dari 4. mengetahui mekanisme
sebagian
efektifitas dari koping keluarga berkaitan
perawatan dengan pemberian asuhan
keperawatan
P : Lanjutkan
5. pemberian informasi yang
5. berikan informasi krusial pada intervensi
benar kepada keluarga
keluarga pasien tentang kondisi
bertujuan untuk mengurangi
pasien
kecemasan keluarga
terhadap pasien

Resiko keterlambatan Child development : 2 NIC Label : S: -


perkembangan b.d nutrisi month
Developmental Care
yang tidak adekuat, dan
- anak tersenyum 1. Ciptakan hubungan terapeutik 1. teciptanya hubungan
prematuritas O: terlihat
(skala 5) dan mendukung dengan yang terapeutik dan ssaling
perkembangan anak
keluarga mendukung dengan keluarga
- refleks menggenggam yang semakin
bertujuan untuk
(skala 5) membaik dan sesuai
mempermudah perawat
dengan umur anak
- menampilkan dalam pemberian intervensi

ketertarikan dalam 2. agar keluarga

rangsang suara (skala 5) mengetahui apa saja yang


2. Ssediakan keluarga dengan perlu dilakukan untuk A: tujuan tercapai
- menampilkan akurat, informasi yang actual mendukung pemenuhan
ketertarikan dalam berkenaan dengan kondisi, kebutuhan dan kelancaran
pengobatan dan kebutuhan anak tumbuh kembang anak
rangsangan visual P: pertahankan
3. agar keluarga
(skala 5) kondisi pasien
mengetahui tentang

- Berinteraksi dengan pentingnya menjaga

gembira terutama 3. Iinformasikan keluarga tentang perkembangan anak

dengan tenaga (skala 5) pentingnya perkembangan dan 4. stimulus yang

persoalan anaknya berlebihan akan dapat


- Family functioning mengganggu perkembangan
4. Monitor stimulus (contohnya
(kekuatan dari system anak
cahaya, kegaduhan), lingkungan
keluarga untuk
anak dan kurani sebagaimana
mencapai kebutuhan
mestinya
anggota keluarga 5. menyediakan tempat
5. Sediakan tempat duduk yang
selama transisi yang nyaman untuk ibu
nyaman di area yang tenang
perkembangan mental) menyusui
untuk menyusui

- Meregulasi kebiasaan 6. Gunakan gerakan yang lambat,

anggota keluarga (skala lemah lembut ketika 6. Memberikan sentuhan

5) menggendong, menyusui dan yang lembut untuk


merawat anak mnciptakan kenyaman bagi
7. Pertimbangkan partisipasi anak
keluarga dalam menyusui
8. Dukung keinginan ibu untuk
7. Partisipasi keluarga
menyusui penting dalam menyusui
8. Pemberian ASI sangan
penting dalam pembentukan
9. Sediakan stimulasi
anti body anak
menggunakan rekaman music
9. Meningkatkan stimulasi
instrumental dan lain-lainnya
perkembangan si anak
sebagaimana mestinya
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada,
Pleuritik, Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat
pada dada. Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi
penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk
mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi
paru dan fibrosis paru.

4.2 Saran
1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan
keluarga pasien.
2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes
tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit dan pengobatannya.
3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat
yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan
agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini
mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth


volume 1.Jakarta:EGC

Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta :


EGC

Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification


(NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisa SWOT
    Analisa SWOT
    Dokumen2 halaman
    Analisa SWOT
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Analisa SWOT
    Analisa SWOT
    Dokumen3 halaman
    Analisa SWOT
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Kriteria Evaluasi
    Kriteria Evaluasi
    Dokumen1 halaman
    Kriteria Evaluasi
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen1 halaman
    Lamp Iran
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen1 halaman
    LP DM
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Rencana Keperawatan
    Rencana Keperawatan
    Dokumen9 halaman
    Rencana Keperawatan
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • LP FRAKTUR Askep
    LP FRAKTUR Askep
    Dokumen32 halaman
    LP FRAKTUR Askep
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • LP FRAKTUR Askep
    LP FRAKTUR Askep
    Dokumen32 halaman
    LP FRAKTUR Askep
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Prost at
    Prost at
    Dokumen17 halaman
    Prost at
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • Rencana Keperawatan
    Rencana Keperawatan
    Dokumen9 halaman
    Rencana Keperawatan
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • FST XX
    FST XX
    Dokumen1 halaman
    FST XX
    Devi Suryandari
    Belum ada peringkat
  • Sap Cva Trombosis
    Sap Cva Trombosis
    Dokumen14 halaman
    Sap Cva Trombosis
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat
  • HALUSINASI
    HALUSINASI
    Dokumen14 halaman
    HALUSINASI
    Cinta Lo Ve
    Belum ada peringkat