Anda di halaman 1dari 9

Kelainan Metabolisme Karbohidrat

KELAINAN-KELAINAN PADA METABOLISME KARBOHIDRAT

Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan


hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme.
Karbohidrat adalah gula. Beberapa gula sederhana, dan lainnya lebih kompleks. Sukrose (gula
meja) dibuat dari dua gula yang lebih sederhana yaitu glukosa dan fruktosa. Laktose (gula susu)
terbuat dari glukosa dan galaktose. Baik sucrose maupun laktose harus dipecahkan ke dalam gula
pembentuknya dengan enzim sebelum badan bisa menyerap dan memakai mereka. Karbohidrat
pada roti, pasta, padi, dan makanan lain yang berisi karbohidrat adalah rangkaian panjang
molekul gula sederhana. Molekul ini yang lebih panjang juga harus dibongkar oleh tubuh. Jika
enzim yang diperlukan untuk mengolah gula tertentu hilang, gula bisa menumpuk di badan,
menyebabkan masalah.

KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT:

1.Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah suatu sindrom(kumpulan gejala) yang timbul karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik absolute maupun
relatif, dimana penyakit ini merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Patofisiologisnya, manusia butuh energi yang berasal dari bahan makanan yang mengandung
KH,Protein dan Lemak dan diolah (proses metabolisme). Untuk memasukkan glukosa ke dalam
sel dan diproses sehingga bias digunakan sebagai energy dibutuhkan hormone insulin. Hormon
insulin berfungsi: mengubah glukosa menjadi glikogen, mengubah glikogen menjadi energi dan
sebagai aktifator enzim glikogen pada sintesa dalam glikogenesis. Beberapa hal yang
menyebabkan produksi/kerja insulin berkurang adalah kemampuan pancreas kurang sejak lahir,
kerusakan pankreas, dan produksi yang berlebihan dari hormon-hormon yang secara faali
mempunyai sifat melawan insulin seperti tiroid dan kortison. Pada penderita Diabetes Mellitus
terjadi kekurangan hormone insulin,yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah.

2.Galaktosemia
Galaktosemia adalah kadar glukosa yang tinggi dalam darah, etiologinya disebabkan oleh
kekurangan atau bahkan ketidakpunyaan tubuh terhadap enzim galaktose 1-fosfat uridil
transfarase. Galaktosemia merupakan kelainan bawaan.
Yang paling extrim kelainan galaktosemia terjadi sekitar 1 dari 50.000-70.000 bayi terlahir tanpa
enzim tersebut.
Patofisiologisnya pada awalnya pasien penderita kelainan ini tampak normal secara fisik, namun
setelah beberapa hari maupun beberapa minggu kemudian terlihat penurunan nafsu makan juga
terjadi mual dan muntah, tubuh tampak kuning seperti hepatitis (jaundice) dan pertumbuhan
yang normal seperti anak biasanya terhenti.
Hati membesar, di dalam air kemihnya ditemukan sejumlah besar protein dan asam amino,
terjadi pembengkakan jaringan dan penimbunan cairan dalam tubuh.
Ini akan menjadi bahaya jika pengobatan terlambat diberikan, akibatnya adalah anak akan
memiliki tubuh yang pendek dan mengalami penurunan mental.Banyak yang menderita katarak.
Kebanyakan penyebabnya tidak diketahui.
Diduga suatu galaktosemia jika pada pemeriksaan laboratorium, di dalam air kemih ditemukan
galaktosa dan galaktose 1-fostate. Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan darah
dan sel-sel hati, yang akan menunjukkan tidak adanya enzim galaktose 1-fosfat uridil transferase.

Susu dan hasil olahan susu (yang merupakan sumber dari galaktosa) tidak boleh diberikan
kepada anak yang menderita galaktosemia. Demikian juga halnya dengan beberapa jenis buah-
buahan, sayuran dan hasil laut (misalnya rumput laut).
Karena kelainan ini merupakan herediter yang dibawa oleh ibu atau ayahnya, seorang wanita
yang diduga membawa gen untuk penyakit ini sebaiknya tidak mengkonsumsi galaktose selama
kehamilan. Penderita dengan galaktosemia dilarang mengkonsumsi galaktosa dari karbohidrat
seumur hidupnya. Seorang wanita yang diketahui membawa gen untuk penyakit ini sebaiknya
tidak mengkonsumsi galaktosa selama kehamilan. Jika kadar galaktosanya tinggi, galaktosa
dapat melewati plasenta dan sampai ke janin, menyebabkan katarak. Penderita galaktosemia
harus menghindari galaktosa seumur hidupnya. Jika diobati secara adekuat, tidak akan terjadi
keterbelakangan mental.
Tetapi tingkat kecerdasannya lebih rendah dibandingkan dengan saudara kandungnya dan sering
ditemukan gangguan berbicara. Pada masa pubertas dan masa dewasa, anak perempuan
seringkali mengalami kegagalan ovulasi (pelepasan sel telur) dan hanya sedikit yang dapat hamil
secara alami. Namun untuk anak laki-laki, mempunyai fungsi testicular normal.

3.Glikogenosis
Glikogenosis (Penyakit penimbunan glikogen) adalah sekumpulan penyakit keturunan yang
disebabkan oleh tidak adanya 1 atau beberapa enzim yang diperlukan untuk mengubah gula
menjadi glikogen atau mengubah glikogen menjadi glukosa (untuk digunakan sebagai energi).
Pada glikogenosis, sejenis atau sejumlah glikogen yang abnormal diendapkan di dalam jaringan
tubuh, terutama di hati.Gejalanya timbul sebagai akibat dari penimbunan glikogen atau hasil
pemecahan glikogen atau akibat dari ketidakmampuan untuk menghasilkan glukosa yang
diperlukan oleh tubuh. Usia ketika timbulnya gejala dan beratnya gejala bervariasi, tergantung
kepada enzim apa yang tidak ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap contoh jaringan (biasanya otot atau hati), yang menunjukkan adanya enzim yang hilang.
Pengobatan tergantung kepada jenis penyakitnya. Untuk membantu mencegah turunnya kadar
gula darah, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dalam porsi kecil
sebanyak beberapa kali dalam sehari. Pada beberapa anak yang masih kecil, masalah ini bisa
diatasi dengan memberikan tepung jagung yang tidak dimasak setiap 4-6 jam. Kadang pada
malam hari diberikan larutan karbohidrat melalui selang yang dimasukkan ke lambung.
Penyakit penimbunan glikogen cenderung menyebabkan penimbunan asam urat, yang dapat
menyebabkan gout dan batu ginjal. Untuk mencegah hal tersebut seringkali perlu diberikan obat-
obatan. Pada beberapa jenis glikogenesis, untuk mengurangi kram otot, aktivitas anak harus
dibatasi.

4.Intoleransi Fruktosa Herediter


Intoleransi Fruktosa Herediter adalah suatu penyakit keturunan dimana tubuh tidak dapat
menggunakan fruktosa karena tidak memiliki enzim fosfofruktaldolase. Sebagai akibatnya,
fruktose 1-fosfatase (yang merupakan hasil pemecahan dari fruktosa) tertimbun di dalam tubuh,
menghalangi pembentukan glikogen dan menghalangi perubahan glikogen menjadi glukosa.
Mencerna fruktosa atau sukrosa (yang dalam tubuh akan diuraikan menjadi fruktosa, kedua jenis
gula ini terkandung dalam gula meja) dalam jumlah yang lebih, bisa menyebabkan:

- hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) disertai keringat dingin


- tremor (gerakan gemetar diluar kesadaran)
- linglung
- mual
- muntah
- nyeri perut
- kejang (kadang-kadang)
- koma.
Jika penderita terus mengkonsumsi fruktosa mengalami kerusakan ginjal dan hati, menghasilkan
penyakit kuning, muntah, pemburukan jiwa, pingsan, dan kematian. Gejala ronis termasuk tidak
mau makan, kegagalan untuk berkembang pesat, gangguan pencernaan, kegagalan hati, dan
kerusakan ginjal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan contoh jaringan hati yang menunjukkan
adanya enzim yang hilang. Juga dilakukan pengujian respon tubuh terhadap fruktosa dan glukosa
yang diberikan melalui infus. Karier (pembawa gen untuk penyakit ini tetapi tidak menderita
penyakit ini) dapat ditentukan melalui analisa DNA dan membandingkannya dengan DNA
penderita dan DNA orang normal. Pengobatan terdiri dari menghindari fruktosa (biasanya
ditemukan dalam buah-buahan yang manis), sukrosa dan sorbitol (pengganti gula) dalam
makanan sehari-hari. Serangan akut dirawat denganmemberi glukosa dengan infuse.Serangan
hipoglikemia diatasi dengan pemberian tablet glukosa, yang harus selalu dibawa oleh setiap
penderita intoleransi fruktosa herediter. Anak yang terus makan makanan berisi fruktosa
mengalami kerusakan ginjal dan hati, menghasilkan penyakit kuning, muntah, pemburukan jiwa,
pingsan, dan kematian. Gejala ronis termasuk tidak mau makan, kegagalan untuk berkembang
pesat, gangguan pencernaan, kegagalan hati, dan kerusakan ginjal.

5.Fruktosuria
Fruktosuria merupakan suatu keadaan yang tidak berbahaya, dimana fruktosa dibuang ke dalam
air kemih. Fruktosuria disebabkan oleh kekurangan enzim fruktokinase yang sifatnya diturunkan.
1 dari 130.000 penduduk menderita fruktosuria. Fruktosuria tidak menimbulkan gejala, tetapi
kadar fruktosa yang tinggi di dalam darah dan air kemih dapat menyebabkan kekeliruan
diagnosis dengan diabetes mellitus. Tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.

6.Pentosuria
Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya, yang ditandai dengan ditemukannya gula
xylulosa di dalam air kemih karena tubuh tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk mengolah
xylulosa. Pentosuria hampir selalu hanya ditemukan pada orang Yahudi. Pentosuria tidak
menimbulkan masalah kesehatan, tetapi adanya xylulosa dalam air kemih bisa menyebabkan
kekeliruan diagnosis dengan diabetes mellitus. Tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.

7.Intoleransi Pada Laktosa (Lactose Intolerance)


Intoleransi Pada Laktosa (Lactose Intolerance) merupakan gangguan pencernaan yang terjadi
karena kurang atau tidak adanya enzim lactose.baik primer yang biasanya karena keturunan atau
sekunder karena adanya kelainan mukosa usus dan sering ditemukan pada anak-anak/ bayi
dengan gejala diare. Lebih dari setengah orang dewasa menderita Intoleransi terhadap lactose.
Orang dewasa keturunan kulit hitam dan keturunan Asia kurang mampu menguraikan laktosa
dibandingkan keturunan eropa atau kulit putih lainnya. Mekanisme hilangnya enzim lactose
belum diketahui dengan jelas tetapi hal ini berkaitan dengan genetic. Penanganannya adalah
menghindari makanan yang mengandung laktosa.

8.Kekurangan Isomaltase-Sukrosa
Kekurangan enzim ini menyebabkan intoleransi terhadap sukrosa didalam makanan.
Penanganannya dilakukan dengan menghindari sukrosa.

9.Kerusakan Disakarida Bawaan (Bereditary Defects)


Kekurangan enzim disakaridase menyebabkan intoleransi terhadap disakarida (disaccharide
intolerance).

Heme

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Heme
Heme adalah kompleks senyawa protoporfirin IX dengan logam besi yang merupakan gugus
prostetik berbagai protein seperti hemoglobin, mioglobin, katalase, peroksidase, sitokrom c dan
triptophan pirolase. Kemampuan hemoglobin dan mioglobin mengikat oksigen tergantung pada
gugus prostetik ini yang sekaligus memberi warna khas pada kedua hemeprotein tersebut.
Heme terdiri atas bagian organik dan suatu atom besi. Bagian organik protoporfirin tersusun dari
empat cincin pirol. Keempat nya terikat satu sama lain melalui jembatan metenil, membentuk
cincin tetrapirol. Empat rantai samping metil, dua rantai samping vinil dan dua rantai samping
propionil terikat kecincin tetrapirol tersebut .
Atom besi didalam heme mengikat keempat atom nitrogen dipusat cincin protoporfirin. Atom
besi dapat berbentuk fero (Fe2+) atau feri (Fe3+) sehingga untuk hemoglobin yang bersangkutan
disebut juga sebagai ferohemoglobin dan ferihemoglobin atau methemoglobin. Hanya bila besi
dalam bentuk fero, senyawa tersebut dapat mengikat oksigen . 2004 Digitized by USU digital
library 2
2.2 Profirin
Porfirin merupakan senyawa organik aromatik. Keberadaan rumpun senyawa ini di bumi sangat
melimpah. Karakteristik porfirin kian banyak mendapat perhatian dari berbagai disiplin ilmu
karena kemampuannya bersenyawa dalam sistem biologis sekaligus mampu mengkonversi
energi surya menjadi energi kimia. Hal ini pula yang menyebabkan porfirin banyak dipakai
sebagai fotosensitizer. Dalam bidang nanosains dan nanoteknologi, porfirin mulai banyak
dikembangkan sebagai blok penyusun struktur nano. Penelitian yang dilakukan oleh Schwab et
al. menunjukkan bahwa struktur nano porfirin (nanotubes dan nanorods) memiliki sifat
fotokonduktif sehingga berpotensi dimanfaatkan untuk pengembangan perangkat elektronik dan
fotonik, misalkan untuk pengembangan fotosintesis buatan untuk konversi energi surya.
Sifat khas porfirin: pembentukan kompleks dengan ion-ion logam yang terikat pada atom N
cincin-cincin pirol
Contoh:
heme = porfirin + Fe2+ (porfirin besi/heme)
klorofil = porfirin + Mg2+ (porfirin magnesium/klorofil)
Di alam, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein membentuk senyawa-senyawa antara lain:
1. Hemoglobin (Hb)
- merupakan porfirin besi yang terikat pada protein globin
- fungsi: mengangkut O2 di darah
2. Eritrokruorin
- terdapat pada beberapa invertebrata
- fungsi: hampir sama dengan Hb
3. Mioglobin
- pengangkut O2 di jaringan otot (pigmen pernafasan)
4. Sitokrom
- fungsi: pemindah elektron pada proses redoks
5. Katalase
- heme + protein
- pemecah 2H2O2 menjadi 2H2O + O2
6. Triptofan pirolase
- mengkatalisa oksidasi triptofan menjadi formil kinurenin

Fungsi porfirin:
1. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2
2. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan elektron
3. Membentuk senyawa sebagai enzim-enzim tertentu

Perbedaan antara porfirin satu dengan yang lain adalah jenis senyawa yang mensubstitusinya

2.3 Struktur Porfirin


Fischer:
- tokoh kimia porfirin
- menyingkat rumus porfirin dengan menghilangkan jembatan metenil dan setiap cincin pirol
yang diperlihatkan sebagai tanda kurung dengan 8 tanda substituent

Ada 4 macam porfirin, di alam hanya tipe I dan III (tipe III >)

Keterangan: O
A : Asetat = CH2 C OH O
P : Propionat = CH2 CH2 C OH+
V : Vinil = CH CH2
2.4 Biosintesa
Biosintesis heme dapat terjadi pada sebagian besar jaringan kecuali eritrosit dewasa yang tidak
mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme terjadi pada sel-sel prekursor eritoid di
sumsum tulang dan sebagian besar sisanya di sel hepar. Biosintesis heme dapat dibagi menjadi 2
tahap, yaitu:
(1) Sintesis porfirin;
(2) Sintesis heme.
1. Biosintesis profirin
Langkah awal biosintesa porfirin pada mamalia ialah kondensasi suksinil ko-A yang berasal dari
siklus asam sitrat dalam mitokondria dengan asam amino glisin membentuk asam amino
ketoadipat, dikatalisis oleh amino levulenat sintase dan memerlukan piridoksal phosfat untuk
mengaktifkan glisin. Asam diatas segera mengalami dekarboksilasi membentuk amino
levulenat atau sering disingkat ALA. Enzym ALA sintase merupakan enzym pengendali
kecepatan reaksi .
Didalam sitosol 2 molekul ALA berkondensasi dan mengalami reaksi dehidrasi membentuk
porfobilinogen/PBG yang dikatalisis oleh ALA dehidratase.
4 molekul PBG berkondensasi membentuk hidroksi metil bilana, suatu tetrapirol linier oleh
enzym uroporfirinogen I sintase atau disebut juga PBG deaminase kemudian terjadi reaksi
siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen, suatu tetrapirol siklik. Pada keadaan normal
uroporfirinogen I sintase adalah kompleks enzym dengan uroporfirinogen III kosintase sehingga
kerja kedua kompleks enzym tersebut akan membentuk uroporfirinogen III, yang mempunyai
susunan rantai samping asimetris. Bila kompleks enzym abnormal atau hanya terdapat enzym
sintase saja, di bentuk uroporfirinogen I yaitu suatu bentuk isomer simetris yang tidak fisiologis.
Rangka porfirin sekarang telah terbentuk, uroporfirinogen I atau III mengalami dekarboksilasi
membentuk koproporfirinogen I atau III dengan melepas 4 molekul CO2 hingga rantai samping
asetat pada uroporfinogen menjadi metil, reaksi ini dikatalisis oleh uroporfirinogen
dekarboksilase. Hanya koproporfirinogen III yang dapat kembali masuk kemitokondria,
mengalami dekarboksilasi dan oksidasi membentuk protoporfirinogen III oleh enzym
koproporfirinogen oksidase, dimana dua rantai samping propionat koproporfirinogen menjadi
vinil.
Protoporfirinogen III dioksidasi menjadi protoporfirin III oleh protoporfirinogen oksidase yang
memerlukan oksigen. Protoporfirin III diidentifikasi sebagai isomer porfirin seri IX dan disebut
juga dengan protoporfirin IX. Porfirin tipe I dan III dibedakan berdasar simetris tidaknya gugus
substituen seperti asetat, propionat dan metil pada cincin pirol ke IV.
Penggabungan besi (Fe 2+) ke protoporfirin IX yang dikatalisa oleh Heme sintase atau Ferro
katalase dalam mitokondria akan membentuk heme.

2. Biosintesa heme
Biosintesis heme dimulai di mitokondria melalui reaksi kondensasi antara suksinil-KoA yang
berasal dari siklus asam sitrat dan asam amino glisin. Reaksi ini memerlukan piridoksal fosfat
untuk mengaktivasi glisin, diduga piridoksal bereaksi dengan glisin membentuk basa Shiff, di
mana karbon alfa glisin dapat bergabung dengan karbon karbosil suksinat membentuk -amino-
-ketoadipat yang dengan cepat mengalami dekarboksilasi membentuk d-amino levulinat
(ALA/AmLev). Rangkaian reaksi ini dikatalisis oleh AmLev sintase/sintetase yang merupakan
enzim pengendali laju reaksi pada biosintesis porfirin.
AmLev yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol. Di sitosol 2 molekul AmLev dengan
perantaraan enzim AmLev dehidratase/dehidrase membentuk porfobilinogen yang merupakan
prazat pertama pirol. AmLev dehidratase merupakan enzim yang mengandung seng dan sensitif
terhadap inhibisi oleh timbal
Empat porfobilinogen selanjutnya mengadakan kondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu
hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase (porfobilinogen
deaminase). Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan membentuk
uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen III yang asimetris dan
membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase Pada kondisi normal hampir
selalu terbentuk uroporfirinogen III.
Uroporfirinogen III selanjutnya mengalami dekarboksilasi, semua gugus asetatny (A) menjadi
gugus metil (M) membentuk koproporfirinogen III. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
uroporfirinogen dekarboksilase. Enzim ini juga mampu mengubah uroporfirinogen I menjadi
koproporfirinogen I.
Selanjutnya, koproporfirinogen III masuk ke dalam mitokondria serta mengalami dekarboksilasi
dan oksidasi, gugus propionat (P) pada cincin I dan II berubah menjadi vini (V). Reaksi ini
dikatalisis oleh koproporfirinogen oksidase dan membentuk protoporfirinogen IX. Enzim
tersebut hanya bisa bekerja pada koproporfirinogen III, sehingga protoporfirinogen I umumnya
tidak terbentuk. Protoporfirinogen IX selanjutnya mengalami oksidasi oleh enzim
protoporfirinogen oksidase membentuk protoporfirin IX. Protoporfirin IX yang dihasilkan akan
mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang dikatalisis oleh heme
sintase atau ferokelatase membentuk heme.

2.5 Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein respiratori yang telah diidentifikasi pada tahun 1862 oleh Felix
Seyler. Beliau menemukan spektrum warna hemoglobin dan membuktikan bahwa warna ini
adalah yang memberikan warna pada darah. Protein yang terdapat dalam sel darah merah ini
bertanggungjawab menjalankan fungsi utama mengangkut oksigen ke jaringan dan membawa
karbon dioksida kembali ke paru. Komponen utama hemoglobin adalah heme dan globin.
Hemoglobin yang normal pada dewasa adalah hemoglobin A yang terdiri dari empat kelompok
heme dan empat rantai polipeptida dengan jumlah keseluruhan 547 asam amino. Rantai
polipeptida ini mempunyai dua rantai alfa dan dua rantai beta. Setiap rantai ini akan mengikat
satu kelompok heme. Satu rantai alfa terbentuk daripada 141 asam amino manakala satu rantai
beta pula terbentuk daripada 146 asam amino (Turgeon, 2005).

Sintesa
Hemoglobin disintesa semasa proses maturasi eritrositik. Proses sintesa heme berlaku dalam
semua sel tubuh manusia kecuali eritrosit yang matang. Pusat penghasilan utama bagi heme
(porfirin) adalah sumsum tulang merah dan hepar. Heme yang terhasil dari prekursor eritroid
adalah identik dengan sitokrom dan mioglobin. Aktiviti preliminer yang memulai pembentukan
heme yaitu sintesa porfirin berlaku apabila suksinil-koenzim A (CoA) berkondensasi dengan
glisin. Asam adipat yaitu perantara yang tidak stabil yang terhasil melalui proses kondensasi
tersebut akan mengalami proses dekarboksilasi menjadi asam delta-aminolevulinat (ALA).
Reaksi kondensasi awalan ini berlaku di mitokondria dan memerlukan vitamin B6. Faktor
pembatas penting pada tahap ini adalah kadar konversi kepada delta-ALA yang dikatalisir oleh
enzim ALA-sintetase. Aktivitas enzim ini pula dipengaruhi oleh eritropoietin dan kofaktor
piridoksal fosfat (vitamin B6). Setelah pembentukan delta-ALA di mitokondria, reaksi sintesis
terus dilanjutkan di sitoplasma. Dua molekul ALA berkondensasi untuk membentuk monopirol
porfobilinogen (PBG). Enzim ALA dehidrase mengkatalisir enzim ini. Untuk membentuk
uroporfirinogen I atau III, empat molekul PBG dikondensasikan menjadi siklik tetrapirol. Isomer
tipe III dikonversi melalui jalur koproporfirinogen III dan protoporfirinogen menjadi
protoporfirin. Langkah terakhir yang berlangsung di mitokondria melibatkan pembentukan
protoporfirin dan penglibatan ferum untuk pembentukan heme. Empat daripada enam posisi
ordinal ferro menjadi chelating kepada protoporfirin oleh enzim heme sintetase ferrocelatase.

Langkah ini melengkapkan pembentukan heme, yaitu komponen yang mengandung empat cincin
pirol yang dihubungkan oleh jembatan methene supaya membentuk struktur tetrapirol yang lebih
besar.
Struktur dan produksi globin tergantung kepada kontrol genetik. Sekuensi spesifik asam amino
dimulai oleh tiga kode dari basis DNA yang diwariskan secara genetik. Sekurang-kurangnya
terdapat lima loki yang mengarahkan sintesa globin. Kromosom 11 (rantai non-alfa) dan
kromosom 16 (rantai alfa) menempatkan loki untuk sintesa globin.
Rantai polipeptida bagi globin diproduksi di ribosom seperti yang terjadi pada protein tubuh
yang lain. Rantai polipeptida alfa bersatu dengan salah satu daripada tiga rantai lain untuk
membentuk dimer dan tetramer. Pada dewasa normal, rantai ini terdiri dari dua rantai alfa dan
dua rantai beta.
Sintesa globin sangat berkoordinasi dengan sintesa porfirin. Apabila sintesa globulin terganggu,
proses sintesa porfirin akan menjadi berkurang dan sebaliknya. Walaupun begitu, tiada kaitan
antara jumlah pengambilan zat besi dengan gangguan pada protoporfirin atau sintesa globin.
Sekiranya penghasilan globin berkurang, ferum akan berakumulasi di dalam sitoplasma sel
sebagai ferritin yang beragregasi (Turgeon, 2005).

Fungsi
Selain berperan dalam transportasi oksigen, hemoglobin juga berperan sebagai molekular
transduser panas melalui siklus oksigenasi-deoksigenasi. Hemoglobin juga adalah modulator
metabolisme eritrosit dan oksidasi hemoglobin merupakan petanda proses penuaan hemoglobin.
Pada penderita malaria, hemoglobin mempunyai implikasi resistensi genetik. Aktivitas enzimatik
hemoglobin mempunyai peranan dalam interaksi dengan obat, selain ia juga merupakan sumber
katabolit fisiologi yang aktif (Giardina et al., 1995). Penurunan jumlah hemoglobin dalam darah
dapat menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi di atas.
Uptake oksigen maksimum (VO2 max), kadar hemoglobin dan volume darah di dalam tubuh
adalah saling berkait. Jika volume darah dalam keadaan tidak berubah, penurunan konsentrasi
hemoglobin akan menyebabkan penurunan nilai uptake oksigen maksimum (VO2 max),
manakala, jika konsentrasi hemoglobin meningkat, uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut
meningkat. Apabila kadar hemoglobin tidak berubah, tetapi volume darah bertambah, nilai
uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut bertambah dan jika volume darah berkurang, nilai
uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut berkurang. Di sini dapat disimpulkan bahawa
uptake oksigen maksimum (VO2 max) sangat dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dan volume
darah (Gledhill et al., 1999).

Konsentrasi Hemoglobin dan Anemia


Menurut Standley (2010) nilai hemoglobin yang normal pada wanita adalah di antara 12g/dL
hingga ke 16g/dL. Sekiranya nilai hemoglobin yang diukur adalah di bawah 12g/dL, seseorang
wanita itu sudah dianggap anemia. Secara tepat, anemia adalah suatu keadaan di mana berlaku
penurunan terhadap massa sel darah merah. Metode pengukuran sel darah merah adalah agak
rumit karena butuh waktu, biaya yang mahal dan biasanya memerlukan transfusi eritrosit radio
label. Secara praktis, anemia ditemukan melalui hitung jumlah sel darah merah, konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit (Conrad, 2009).

Tabel 2.1 Tahap Keparahan Anemia Menurut Konsentrasi Hemoglobin (Elesevier Oncology,
2006)

Tahap keparahan anemia Nilai Hb (g/dL) Simptom Tindakan medis


Ringan 9.5-12.0 Pada kebiasannya tiada tanda dan gejala Tiada intervensi
Sedang 8.0-9.5 Bisa disertai gejala anemia Perlu manajemen untuk mencegah dari terjadinya
komplikasi
Berat < 8.0 Pada kebiasaannya disertai gejala anemia Bisa menggugat nyawa dan perlukan
manajemen segera

Anda mungkin juga menyukai