Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No.

1, Juni 2012, 43-52


ISSN 1411-2485 print / ISSN 2087-7439 online

Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen, dan Konsultan


dalam Tahap Awal Penerapan Sistem Manajemen Mutu
I Nyoman Sutapa1*

Abstract: The success of implementing the quality management system (QMS) ISO 9001:2008
for the family companies that applying in the initial stage will be the beginning of the strategic
competitiveness. To develop, implement, control, and improve the QMS, it required roles,
responsibilities, and sufficient authority for implementing actors. In this study, five hypotheses
put forward by processing 30 data samples from the two companies of truck and bemo, and
motorcycle partss company. The results of hypothesis testing showed the successful application
of SMM in the family companies that already implementing QMS in the initial stage,
significantly influenced by the roles, responsibilities, and authority from top management, and
bridged with the role and tasks of the management representative and companion consultant.

Keywords: Quality Management System ISO 9001:2008, top management, a management


representative, companion consultant, a family company, the application in the initial stage.

Pendahuluan Namun dalam perjalanannya, setelah mereka men-


dapatkan manfaat meskipun kecil, seperti turunnya
Keberhasilan menerapkan Sistem Manajemen Mutu keluhan pelanggan, mereka umumnya mensyarat-
ISO 9001:2008 (selanjutnya disingkat SMM) pada kan lebih, yaitu terjadi peningkatan kinerja mutu.
perusahaan keluarga yang baru pertama kali me- Kedua, perusahaan yang sedari awal menginginkan
nerapkannya adalah hal yang sangat penting (Tari terjadi perbaikan kinerja mutu yang berkelanjutan.
[16]). Bagi pemilik perusahaan, keberhasilan ini akan Mereka akan menerapkan seluruh persyaratan
mendorong mereka untuk memberikan sokongan standar SMM dengan memanfaatkan secara optimal
sumber daya yang memadai, sementara bagi karya- seluruh sumberdaya yang dimiliki. Terutama peran,
wan akan meningkatkan moral dan semangat tanggung-jawab, dan wewenang dari sumberdaya
mereka bekerja (Balzarova et al.[2]). manusia perusahaan akan dikelola secara siste-
matis agar implementasi SMM berjalan efektif dan
Perusahaan yang dikelola dengan sistem kekeluar- menghasilkan kinerja mutu yang lebih tinggi (van
gaan dengan struktur, tanggung-jawab, dan wewe- der Wiele et al.[17]).
nang yang belum jelas dan tumpang-tindih, butuh
waktu lama membangun SMM (Oliver [11]). Lebih Keberhasilan penerapan SMM nampak dari efek-
lanjut, hasil implementasi SMM tidak dapat dicapai tivitas sistem manajemen perusahaan, diantaranya
dalam jangka pendek, membuat pemilik perusaha- dapat diukur dari penurunan keluhan dan retur
an atau pemegang saham yang kurang sabar, tidak dari pelanggan, pengurangan produk cacat, dan
bersedia berkorban untuk seuatu yang belum jelas variasi proses berkurang. Kesadaran mutu karya-
hasilnya (Balzarova et al. [2]). Bagi perusahaan yang wan meningkat, komunikasi antar karyawan dan
memiliki karyawan dengan kompetensi dan jumlah pihak manajemen berjalan efektif, hubungan kerja
terbatas dan belum siap melakukan perubahan antar unit/fungsi perusahaan berjalan baik, dan
manajemen, aplikasi SMM malah akan membebani, komunikasi dengan pelanggan berjalan konstruktif
yaitu terjadi tambahan tugas, tanggung-jawab, dan (Williams [18]; Magd [9]; Zaramdani [19]; Fotopoulos
wewenang (Psomas et al.[12]). et al. [6]). Keberhasilan tersebut sangat dipengaruhi
dukungan sumberdaya dan kapabilitas perusahaan.
Motivasi perusahaan mengadopsi SMM umumnya Namun, bagi perusahaan keluarga yang pertama
dibedakan jadi dua (Zaramdini [19]), pertama kali menerapkan SMM berharap tidak banyak
semata-semata untuk mendapatkan pengakuan mengeluarkan biaya, hasil implementasi cepat ke-
atau sertifikat ISO, karena disyaratkan pelanggan. lihatan, dan tidak banyak pekerjaan dokumentasi
Perusahaan seperti ini akan menerapkan persyarat- yang mengorbankan waktu karyawan (Oliver [11]).
an minimal dari standar SMM ISO 9001:2008.
Berdasarkan hasil penelitian (Bolzarova et al. [2];
1 Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Univer-
Tari [16]; Lewis et al. [8]; Psomas [12]), keberhasilan
sitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60238,
Indonesia. Email: mantapa@petra.ac.id penerapan SMM sangat dipengaruhi oleh komitmen
* Penulis korespondensi
jajaran manajemen puncak. Komitmen jajaran mana-

43
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

jemen puncak sesuai klausul 5.1 dan 5.2 persyarat- puncak, yang berdampak nyata pada keberhasilan
an standar SMM (ISO 9001), meliputi peran, penerapan SMM ISO? (3) Apa peran konsultan,
tanggung-jawab, dan wewenang dalam memas- yang membantu jajaran manajemen puncak, yang
tikan persyaratan pelanggan dipenuhi, merumus- berdampak nyata pada keberhasilan penerapan
kan dan menetapkan kebijakan mutu, memastikan SMM?
sasaran mutu tercapai, menyelenggarakan tinjauan
manajemen, dan memastikan ketersediaan sumber- Metode Penelitian
daya. Peran, tanggung-jawab, dan wewenang, pada
perusahaan yang terstruktur baik dapat berjalan Penerapan SMM di suatu perusahaan dikatakan
efektif, namun sebaliknya, banyak yang gagal berhasil efektif, jika produk dan/atau layanan yang
(Oliver [11]), disebabkan komitmen mereka rendah dihasilkan memuaskan pelanggan (Srivastav [15]).
dan dampaknya kurang efektif memengaruhi dan Kepuasan konsumen tercapai ketika terjadi ke-
menggerakkan seluruh pihak yang berkepentingan sesuaian antara permintaan pelanggan dengan
untuk menjalankan SMM. Beberapa peneliti (Chow- produk dan/atau layanan yang diberikan perusaha-
Choa [3]; Balzarova [2]) mengungkapkan, kegagalan an (ISO 9001). Disamping memberikan kepuasan,
tersebut mungkin terjadi karena jajaran manajemen efektivitas SMM diperlihatkan oleh peningkatan
puncak kurang memahami kondisi psikologis karya- kinerja mutu yang berdampak pada peningkatan
wan, keliru merumuskan persyaratan pelanggan, keunggulan bersaing perusahaan (Alic and Rusjan
dan kurang mampu menggambarkan proses bisnis [1]). Ukuran keberhasilan implementasi SMM
utama perusahaan. (Williams [18]; Zaramdini [19]; Fotopoulos et al. [6])
dapat ditunjukkan dengan penurunan keluhan
Pada tahap awal mengadopsi SMM, umumnya pelanggan, penurunan retur, dan peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan jajaran manajemen hubungan relasi dengan pelanggan, serta penurun-
puncak dan menengah mengenai SMM masih ter- an produk cacat, penurunan variasi proses, pem-
batas, mereka memerlukan bantuan konsultan benahan prosedur dokumentasi, peningkatan kesadar-
sebagai pendamping dan pelatih (Alic and Rusjan an mutu diantara seluruh karyawan, komunikasi
[1]). Berdasarkan penelitian (Alic and Rusjan [1]) antara karyawan dari berbagai fungsi lebih efektif,
peran konsultan sangat besar dalam mempercepat dan peningkatan sistemisasi manajemen mutu.
pemahaman dan penguasaan ketrampilan dalam Magd [10] menambahkan ukuran keberhasilan
perencanaan dan pengendalian mutu. Para karya- yaitu perluasan pasar internasional, peluang ekspor
wan tidak memiliki waktu belajar dan berlatih yang lebih besar, peningkatan penjualan, peningkatan
cukup sebagai akibat kesibukan di unitnya masing- ceruk pasar, perbaikan produktivitas, peningkatan
masing. Selanjutnya, dengan waktu serta pema- mutu produk dan layanan, peningkatan efisiensi
haman tentang SMM yang terbatas, mereka di- sistem mutu, prosedur dan instruksi kerja menjadi
hadapkan pada tugas dan tanggung-jawab tambah- lebih jelas, peningkatan relasi dengan pemasok,
an, yaitu menyukseskan penerapan SMM. peningkatan mutu bahan baku, membantu melaku-
kan perbaikan berkelanjutan, perbaikan desain
Menurut van der Wiele et al. [17], penelitian SMM proses, meningkatnya keunggulan bersaing, dan
terutama difokuskan pada enam bidang utama, menurunnya biaya usaha. Selanjutnya, tugas,
yaitu hubungan antara ISO 9000 dan TQM, per- tanggung-jawab, dan wewenang semakin jelas, me-
sepsi tentang keuntungan penerapan ISO 9000, ningkatnya motivasi karyawan, terjadi peningkatan
hubungan antara ISO 9000 dengan perbaikan laba, citra perusahaan makin baik, dan tumbuh
organisasi, manfaat ISO 9000 bagi berbagai jenis budaya positif di perusahaan.
dan ukuran organisasi, dampak jangka panjang ISO
9000, dan motivasi menerapkan ISO 9000. Belum Pada saat awal melakukan adopsi SMM, tiga pelak-
ada penelitian SMM yang membahas peran dari sana kunci berperan penting atas keberhasilan
aktor kunci, yaitu jajaran manajemen puncak, implementasi SMM. Jajaran manajemen puncak
jajaran manajemen menengah, ataupun peran kon- sebagai pemilik dan pengendali sistem, wakil
sultan, dalam keberhasilan penerapan SMM, ter- manajemen sebagai koordinator dan pengendali
utama pada perusahaan yang baru pertama kali sistem, dan konsultan sebagai pendamping dalam
menerapkannya. pengembangan dan penerapan SMM.

Berdasarkan permasalahan di atas dirumuskan per- Peran, tanggung-jawab, dan wewenang jajaran mana-
tanyaan penelitian: (1) Apa peran, tanggung-jawab, jemen puncak ditunjukkan oleh komitmen mereka
dan wewenang jajaran manajemen puncak yang (Standar ISO 9001), yaitu dengan menetapkan dan
berdampak nyata pada keberhasilan penerapan mengkomunikasikan persyaratan pelanggan (undang-
SMM? (2) Apa peran dan tanggung-jawab wakil undang, peraturan, keinginan dan kebutuhan pe-
manajemen, yang membantu jajaran manajemen langgan). Selanjutnya, menetapkan kebijakan mutu

44
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

perusahaan sesuai visi-misi perusahaan dan per- nya menetapkan dan memastikan persayaratan
syaratan pelanggan, dan dengan manajemen unit pelanggan dipenuhi, dan bila terjadi ketidakpuasan,
menetapkan sasaran mutu unit yang sejalan dipastikan dapat diselesaikan, menurut (Psomas et
dengan kebijakan mutu. Melaksanakan tinjauan al. [13]) peran ini dapat meningkatkan kepuasan
manajemen, memastikan sumberdaya cukup mema- pelanggan. Tanggung-jawab jajaran manajemen
dai menunjang implementasi SMM, serta menetap- puncak dalam merumuskan kebijakan mutu sesuai
kan dan mengkomunikasikan tugas, tanggung- dengan visi-misi perusahaan, dan selanjutnya me-
jawab, dan wewenang setiap karyawan (Fotopoulos nurunkannya menjadi sasaran-saran mutu unit,
et al. [6]). Dalam prakteknya, komitmen ditunjuk- akan memberikan arah/tujuan yang jelas bagi
kan dengan hadirnya jajaran manajemen puncak pelaksana lapangan dalam mengembangkan dan
di setiap kegiatan ISO untuk memberi motivasi, melaksanakan SMM (Tari [16]). Selanjutnya,
dorongan, bantuan, pendampingan, dan arahan jajaran manajemen puncak bertanggung-jawab me-
(Psomas [13]). nyediakan sumberdaya yang memadai untuk men-
dukung kelancaran pelaksanaan SMM (Tari [16];
Dalam menjalankan kewenangannya, jajaran mana- Lewis et al. [8]). Menetapkan dan menyosialisasikan
jemen puncak memberikan tugas dan tanggung- tugas, tanggung-jawab, dan wewenang setiap karya-
jawab kepada salah seorang wakil manajemen. wan fungsional secara jelas agar tidak tumpang-
Tugas dan tanggung-jawabnya adalah mengendali- tindih, membantu memastikan apa yang menjadi
kan seluruh dokumen dan rekaman mutu, melak- tugas, tanggung-jawab, dan kewewenangan setiap
sanakan audit SMM, mengkoordinasikan dan me-
karyawan (Magd [9]; Zaramdini [19]). Disamping itu
ngendalikan pelaksanaan perbaikan dan pencegah-
juga, mengurangi konflik antara karyawan yang
an, serta mengendalikan penanganan produk/layan-
dapat menghambat efektifitas hubungan antar
an yang tidak sesuai persyaratan pelanggan (per-
karyawan dan hubungan karyawan dengan mana-
syaratan standar ISO 9001). Agar peran ini berjalan
jemen perusahaan (Fotopoulos et al. [6]).
dengan baik, seorang wakil manajemen harus dapat
memengaruhi pelaksana sistem di lapangan, dengan
menjadi sumber rujukan dan memiliki prinsip da- Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesa
lam menegakkan sistem yang telah dikembangkan H1, yaitu jajaran manajemen puncak yang men-
(Chow-Chua et al., [3]). Wakil manajemen juga di- jalankan tanggung-jawab dan wewenang dengan
harapkan mampu membangkitkan partisipasi selu- baik akan berdampak nyata pada keberhasilan
ruh karyawan yang berkepentingan serta mampu penerapan SMM.
memelihara semangat atau antusiasme mereka
(Balzarova et al. [2]). Wakil manajemen, sebagai representasi jajaran
manajemen puncak di lapangan, mempunyai tugas
Peranan konsultan SMM adalah sebagai pen- dan tanggung-jawab yang besar dalam perencanaan,
damping dalam melakukan diagnosa awal terhadap pelaksanaan, pengendalian, dan perbaikan SMM (Tari
sistem manajemen yang telah diterapkan perusaha- [16]; Magd [9]). Beberapa tugas, tanggung-jawab,
an, memberikan analisis kelemahan sistem sesuai dan wewenang mereka (Chow-Chua et al.[3]; Lewis
persyaratan standar, memberikan pelatihan pema- et al. [8]) diantaranya adalah pengendali dokumen
haman standar SMM, pelatihan sistem dokumen- dan rekaman, untuk memastikan bahwa aturan
tasi dan rekaman, dan pelatihan audit (Magd [10]; terkini yang ditetapkan dijalankan dengan konisten
Psomas [13]). Agar pendampingan dan pelatihan dan data hasil implementasi dapat dijadikan acuan
berjalan efektif, seorang konsultan harus mampu untuk melakukan evaluasi dan perbaikan. Audit
menterjemahkan dan mengajarkan klausul-klausul internal dan eksternal untuk memeriksa kesesuaian
standar ISO 9001:2008 dalam bahasa yang di- antara dokumen perusahaan dan standar ISO,
pahami karyawan, memberikan pemahaman SMM memeriksa kinerja SMM, dan untuk meningkatkan
secara personal dan intensif, menjadi sumber rujuk- pemahaman klausul-klausul ISO 9001 dan kesadar-
an dalam pengembangan SMM, serta menjadi an mutu karyawan, serta untuk mengevaluasi
pendamping dan motivator dalam pelaksanaan efektivitas pelaksanaan tugas, tanggung-jawab, dan
SMM (Oliver [11]; Psomas, [13]). Pemahaman SMM
wewenang setiap karyawan. Selanjutnya, audit
akan berjalan lebih cepat jika diikuti dengan learning
kinerja dapat membantu perusahaan melihat efek-
by doing oleh pelaksana lapangan (Balzarova et
tivitas SMM yang dibangun. Beberapa penelitian
al.[2]).
menunjukkan bahwa tindak-lanjut hasil audit ber-
Hipotesa dan Model Penelitian dampak nyata pada peningkatan kinerja perusaha-
an (Magd [10]; Zaramdini [19]; Fotopoulos et al. [6])
Dampak dari komitmen jajaran manajemen puncak terutama dalam penurunan produk cacat, penye-
terhadap keberhasilan implementasi SMM dapat lesaian keluhan pelanggan, penanganan produk/
ditelusuri dari beberapa hasil penelitian berikut. layanan tidak sesuai, dan secara tidak langsung
Jajaran manajemen puncak dengan kewenangan- peningkatan kepuasan pelanggan.

45
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

Berdasarkan uraian di atas, dapat diturunkan menjalankan peran dan tanggung-jawabnya demi
hipotesa H2, yaitu peran dan tanggung-jawab wakil keberhasilan SMM (Srivastav [15]). Selanjutnya,
manajemen berdampak nyata pada keberhasilan jajaran manajemen puncak yang terus-menerus
penerapan SMM. memotivasi ke wakil manajemen, berdampak pada
kepercayaan diri mereka untuk menjalankan tugas
Peranan konsultan dalam mendampingi perusaha- dan tanggung-jawab (Alic dan Rusjan [1]). Semen-
an mendiagnosa kelemahan sistem manajemen tara itu, untuk mengomunikasikan dan mening-
mutu sesuai persyaratan standar, membantu mereka katkan kesadaran karyawan mengenai pencapai
menetapkan prioritas pembenahan dan pengem- sasaran mutu, perusahaan menggunakan tangan
bangan (Magd [9]). Prioritas ini dapat menurunkan pihak ketiga yaitu konsultan (Craig dan Lemon [4]).
biaya operasional pengembangan dan implementasi Selanjutnya, keterlibatan jajaran manajemen puncak
SMM (Psomas et al. [13]). Selanjutnya, peran dalam acara-acara yang berkaitan dengan ISO,
konsultan memberikan pemahaman klausul-klausul akan memberikan dorongan positif bagi konsultan
standar dengan bahasa yang nudah dipahami serta (Srivastav [15]).
dilakukan dengan personal dan intensif berpeng-
aruh pada kecepatan perusahaan dalam mengem- Dengan demikian, dapat diturunkan hipotesa H4:
bangkan SMM (Oliver [11]). Pelatihan pengembang- Jajaran manajemen puncak yang menjalankan
an dokumen dan rekaman mutu membantu per- tanggung-jawab dan wewenang dengan baik akan
usahaan menjadikan dokumen perusahaan ter- berdampak nyata pada tingginya motivasi wakil
struktur rapi, jelas sistematikanya, dan lebih ring- manajemen menjalankan peran dan tanggung-
kas (Tari [16]). Selanjutnya, dengan sistem dokumen jawabnya. Hipotesa H5: Jajaran manajemen puncak
dan rekaman yang sistematis, komunikasi dalam yang menjalankan tanggung-jawab dan wewenang
unit dan antar unit dapat dilakukan transparan dan dengan baik akan memotivasi konsultan menjalan-
efektif (Fotopoulos et al. [6]). Juga, data hasil pelak- kan perannya secara optimal.
saan SMM dapat derekam baik sehingga pene-
lusuran serta analisis data untuk perbaikan kinerja Berdasarkan kelima hipotesis di atas dapat diturun-
dapat dilakukan (Magd [10]). Pelatihan audit mem- kan model penelitian seperti pada Gambar 1.
bantu para auditor melaksanakan audit secara
Operasionalisasi Variabel
objektif dan efektif, yaitu pelaksanaan audit ber-
dasarkan fakta lapangan dan fokus memeriksa Operasionalisasi variabel penelitian adalah pende-
kesesuaian SMM. Hasil audit yang objektif dan finisian suatu konsep sehingga dapat diukur sesuai
fokus membantu unit pemilik proses dengan suka- obyek yang diteliti. Peran, tanggung-jawab, dan we-
rela melakukan perbaikan (Zaramdini [19]). wenang pimpinan puncak dalam perencanaan dan
penerapan SMM menggunakan konsep standar ISO
Berdasarkan uraian di atas, dapat diturunkan hipo- 9001:2008 [7] dan definisinya mengacu pada Chow-
tesa H3, yaitu peran konsultan mendampingi mana- Chua et al. [3]. Peran dan tanggung-jawab wakil
jemen perusahaan berdampak nyata pada keber- manajemen didasarkan pada konsep standar ISO
hasilan penerapan SMM. 9001:2008 dan definisinya mengacu pada Balzarova
et al. [2] dan Magd [9]. Peran konsultan mengacu
Jajaran manajemen puncak yang komitmen me- pada definisi Oliver [11] dan Psomas et al. [12]. Se-
ngembangkan dan menerapkan SMM, akan mem- mentara itu, keberhasilan penerapan SMM ISO
beri motivasi yang tinggi bagi wakil manajemen 9001 : 2008 pada perusahaan yang baru pada tahap

Peran dan
Tanggung-Jawab
H4 Wakil Manajemen H2

Peran, Tanggung- H1 Keberhasilan


Jawab, dan Wewenang Penerapan SMM
Jajaran Manajemen
Puncak
H5 Peran Konsultan
H3
Pendamping

Gambar 1. Model Penelitian Gambar 1. Model penelitian

46
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

Tabel 1. Deskripsi dan validitas indikator-indikator model pengukuran


Deskriptif Validitas: Factor loading
Variabel Indikator
Mean SD X1 X2 X3 Y
Pimpinan puncak menetapkan persyaratan pelanggan dan
4,2 2,0 0,9 0,9 0,4 0,6
wewenang pimpinan

memastikan kepuasan pelanggan tercapai (X11)


Peran, tanggung-

puncak (X1)

Pimpinan puncak menetapkan dan mensosialisasikan kebijakan


jawab dan

4,2 1,9 0,9 0,8 0,4 0,5


mutu dan sasaran mutu unit (X12)
Pimpinan puncak melaksanakan tinjauan manajemen dan
4,2 1,8 0,9 0,7 0,4 0,5
menindaklanjuti hasil tinjauan (X13)
Pimpinan puncak menetapkan dan mengkomunikasikan tugas,
3,9 1,8 0,9 0,6 0,3 0,3
tanggung-jawab, dan wewenang karyawan (X14)
Wakil manajemen bertanggung-jawab mengendalikan seluruh
5,0 1,7 0,5 0,5 0,1 0,1
dokumen dan rekaman (X21)
wakil manajemen
tanggung-jawab

Wakil manajemen merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan


Peran dan

5,3 1,6 0,4 0,8 0,6 0,5


audit tepat waktu dan sesuai ruang lingkup (X22)
(X2)

Wakil manajemen mengkoordinasikan dan mengendalikan tindakan


5,1 1,6 0,4 0,8 0,6 0,6
perbaikan dan pencegahan (X23)
Wakil manajemen mengendalikan penanganan keluhan pelanggan
4,1 1,9 0,5 0,6 0,2 0,2
dan/atau produk/layanan tidak sesuai (X24)
Konsultan mendampingi perusahaan melakukan diagnosa/ tinjauan
5,0 1,8 0,4 0,6 0,9 0,6
Peran konsultan

kelemahan sistem manajemen perusahaan (X31)


Konsultan menjelaskan secara detil klausul-klausul ISO dengan
4,8 1,5 0,2 0,5 0.9 0,5
bahasa yang mudah dipahami (X32)
(X3)

Konsultan memberikan pelatihan pembuatan dokumen dan


4,8 1,7 0,2 0,5 0,8 0,4
rekaman mutu secara personal dan intensif (X33)
Konsultan memberikan pelatihan sistem audit yang efektif (X34) 4,9 1,5 0,2 0,4 0,8 0,4
Keluhan pelanggan dan/atau retur produk berkurang (Y11) 5,6 2 0,4 0,6 0,6 0,8
Kesadaran karyawan terhadap mutu pekerjaan meningkat (Y12) 6,2 0,9 0,1 0,2 0,3 0,8
SMM ISO 9001 (Y)
Keberhasilan

Biaya produksi menurun (Y13) 6,4 0,8 0.1 0,0 0,0 0,3
penerapan

Dokumen dan rekaman semakin teratur rapi dan sistematis (Y14) 5,7 1,1 0,1 0,2 0,3 0,8
Tugas, tanggung-jawab, dan wewenang karyawan jelas (Y15) 5,1 1,9 0,7 0,6 0,2 0,6
Produk cacat dan variasi proses berkurang (Y16) 6,1 0,8 0,1 0,2 0,2 0,8
Komunikasi dan hubungan antara unit dan dengan manajemen
6,0 1 0,1 0,2 0,4 0,8
lebih terbuka (Y17)

Tabel 2. Realibelitas model pengukuran, koefisien determinasi, dan Stone Geisser model struktural
Variabel Composite Average variance R2 Q2
realibility extracted
Peran, tanggung-jawab, dan wewenang manajemen
0,969 0,886
puncak (X1)
Peran dan tanggung-jawab wakil manajemen (X2) 0,787 0,504 0,644
Peran konsultan pendamping (X3) 0,927 0,760 0,151
Keberhasilan penerapan SMM (Y) 0,885 0,536 0,491 0,846

awal menerapkannya diacu dari definisi yang di- dengan judgment sampling, yaitu sampel dipilih
turunkan oleh Williams [18], Magd [10], Zaramdini berdasarkan suatu kriteria, yaitu terlibat aktif
[19], dan Fotopoulos et al. [6]. Definisi operasional dalam merencanakan, mengembangkan dan melak-
setiap variabel ditunjukkan oleh indikator-indikator sanakan SMM minimal 6 bulan. Sampel data terdiri
yang disajikan pada Tabel 1. dari 30 karyawan yang menduduki posisi di mana-
jemen fungsional puncak dan menengah. Penelitian
Pengukuran dan Sampel Penelitian dilakukan berdasarkan studi kasus di 3 perusahaan
manufaktur yang dikelola secara kekeluargaan,
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala 7 masing-masing memproduksi badan angkutan umum,
(1: sangat tidak setuju, 7: sangat setuju). Data diolah badan dump truck, dan suku cadang sepeda motor.
menggunakan SmartPLS 2.0. Metode pengumpulan Pada saat penelitian dilakukan, perusahaan telah
data menggunakan metode survey. Pemilihan sampel menerapkan SMM selama 6 bulan sampai tiga

47
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

tahun, dengan waktu pengembangan SMM, se- an. Tingkat pendidikan karyawan/pemilik adalah
belum disertifikasi, antara 4 sampai dengan 8 bulan. SLTA (47%), SLTP (20%), D3 (20%), dan S1 (13%).
Unit analisis penelitian adalah karyawan/pemilik Lama kerja di perusahaan yang diteliti adalah 40%
perusahaan pada posisi manajemen puncak (direk- bekerja kurang dari 2 tahun, 20% bekerja antara 2
tur dan/atau pemilik perusahaan) dan manajemen dan 5 tahun, dan 40% bekerja lebih dari 5 tahun.
menengah (setingkat manajer atau kepala unit). Sementara itu, 87% jajaran manajemen belum
Para manajer atau kepala unit tersebut mengepalai mengenal atau belum pernah menerapkan SMM
unit fungsional pemasaran, pembelian, perencanaan ISO 9001.
produksi, produksi, pemeliharaan mesin, gudang,
kendali mutu, dan desain. Uji Kecocokan Model

Validitas dan Realibelitas Pemodelan Struktural SmartPLS memberikan


beberapa ukuran goodness of fit yang dapat diguna-
Validitas dan realibilitas instrumen (indikator- kan menilai kecocokan model, yaitu menggunakan
indikator) penelitian diuji menggunakan validitas validitas konsep dan realibilitas komposit untuk
konsep dan realibilitas komposit (Sekaran [14]). mengevaluasi kecocokan model pengukuran, serta
Validitas konsep dapat dievaluasi dengan validitas menggunakan signifikansi koefisien regresi jalur
konvergen dan diskriminan. Validitas konvergen struktural, koefisien determinasi R2 variable-varia-
dari suatu indikator terhadap konsep atau variable bel dependen, dan Stone-Geisser Q2 test. Model
yang diukurnya, ditunjukkan oleh nilai bobot faktor struktural disebut cocok (Ghozali, 2006), jika R2
(factor loading), terpenuhi jika skor yang diperoleh cukup besar dan Q2 positif. Berdasar nilai-nilai pada
dengan instrument berbeda yang mengukur konsep Tabel 1 dan 2, model struktural cukup cocok
sama menunjukkan korelasi tinggi, disebut valid mewakili sampel untuk menggambarkan populasi.
konvergen jika nilai korelasi minimal 0,50. Validitas
diskriminan dari suatu indikator ditunjukkan oleh Analisis Hubungan Kausalitas
bobot faktor suatu indikator terhadap konsep/
variable yang diukurnya dibandingkan dengan nilai Tabel 3. Signifikansi hubungan kausalitas antar variabel
bobot silang (cross loading) terhadap konsep lain. Hubungan Koefisien t-statistic signifikasi (n = 30,
Suatu indikator disebut valid diskriminan bila nilai regresi df = 29, ,
bobot terhadap konsep yang diukurnya lebih tinggi t-table = 1,699)
Peran, tanggung-jawab, -0,080 0,632 tidak
dibandingkan terhadap konsep lain. Berdasarkan dan wewenang jajaran
Tabel 1, seluruh indikator valid secara konvergen, manajemen puncak (X1)
kecuali indikator biaya produksi menurun (Y13), terhadap keberhasilan
penerapan SMM (Y)
dan valid secara divergen. Realibilitas komposit
Peran, tanggung-jawab, 0.803 11,242 ya
sekumpulan indikator yang mengukur suatu dan wewenang jajaran
konsep/variable dapat dievaluasi dengan konsistensi manajemen puncak (X1)
internal dan nilai average variance extracted (AVE). terhadap peran dan
tanggung-jawab wakil
Suatu kumpulan indikator dari suatu konsep manajemen (X2)
disebut realibel jiuka konsistensi internal-nya mini- Peran dan tanggung- 0,516 3,971 ya
mal 0,7 dan AVE-nya minimal 0,5 (Ferdinand [5]). jawab wakil manajemen
Berdasarkan hasil Tabel 2, seluruh kumpulan indi- (X2) terhadap
keberhasilan penerapan
kator variabel secara komposit. SMM (Y)
Peran, tanggung-jawab, 0,389 2,036 ya
Hasil dan Pembahasan dan wewenang jajaran
manajemen puncak (X1)
terhadap peran konsultan
Analisis hasil pengolahan data berisikan analisis (X3)
deskriptif responden dan analisis model struktural, Peran konsultan (X3) 0,313 2,424 Signifikan
yang meliputi uji kecocokan model dan hubungan terhadap keberhasilan
kausalitas. penerapan SMM (Y)

Deskripsi Responden Signifikansi hubungan antara variabel dapat


dicermati dari perbandingan antara nilai t-statistic
Hampir 50% dari seluruh jajaran manajemen me- dan t-table, untuk tingkat signifikansi
rangkap di 2 posisi fungsional. Jumlah seluruh res- dengan ukuran sampel n=30 diperoleh nilai t-
ponden 30 orang, dimana 80% di posisi manajemen table=1,699. Hubungan antar variable disebut signi-
menengah dan 20% manajemen puncak, 67% fikan bila t-statistic>t-table. Berikut adalah hasil
berstatus pegawai kontrak atau outsourching, 13% pengujian hubungan antar variabel masing-masing
pegawai tetap, dan sisanya 20% pemilik perusaha- hipotesis.

48
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

Hasil pengujian hipotesis 1 didapat nilai t-statistic = konsultan mendampingi jajaran manajemen meme-
0,632 memperlihatkan, bahwa peran, tanggung- ngaruhi langsung secara nyata keberhasilan pene-
jawab, dan wewenang jajaran manajemen puncak rapan SMM. Konsultan pendamping, terutama
tidak berpengaruh langsung secara nyata terhadap dalam peran membantu meninjau kelemahan sis-
keberhasilan penerapan SMM. Jajaran manajemen tem manajemen mutu perusahaan (rata-rata skor
mempersepsikan bahwa peran, tanggung-jawab, persepsi 5,0), selanjutnya sebagai pelatih pembuat-
dan kewenangan jajaran manajemen puncak belum an dokumen dan rekaman mutu, serta membantu
dijalankan sepenuhnya (rata-rata skor persetujuan pemahaman klausul-klausul ISO dengan bahasa
responden 4,2 dalam skala 1-7). Pada tahap awal yang mudah dipahami, dipandang berkontribusi
penerapan SMM, pemahaman jajaran manajemen nyata dalam peningkatan pemahaman mutu,
puncak mengenai perencanaan SMM belum me- pengurangan produk cacat, serta dalam pengendali-
madai. Disamping itu, beberapa jajaran manajemen an dokumen dan rekaman perusahaan. Hasil
merangkap jabatan, mengakibatkan fokus mereka penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil peneliti-
pada SMM kurang. Kekurang-jelasan terhadap an sebelumnya (Magd [9]; Oliver [11]; Psomas et al.
arah pengembangan SMM merupakan salah satu [12]).
hambatan dalam mencapai kinerja mutu yang
diharapkan (Psomas et al. [12]). Disamping itu, Hasil pengujian hipotesis 4 diperoleh nilai t-statistic
kekurang-pahaman terhadap manfaat SMM ber- = 11,242 menunjukkan bahwa peran, tanggung-
akibat pada rendahnya komitmen jajaran mana- jawab, dan wewenang jajaran manajemen puncak
jemen puncak dalam mendorong para karyawan yang dijalankan dengan baik memengaruhi lang-
menerapkan SMM (Balzarova et al. [2]). sung secara nyata peran dan tanggung-jawab wakil
manajemen. Pada perusahaan keluarga yang sen-
Hasil pengujian hipotesis 2 diperoleh nilai t-statistic tralistis, komitmen manajemen dalam penyeleng-
= 3,971 menunjukkan, bahwa peran dan tanggung- garaan program ISO merupakan bentuk dukungan
jawab wakil manajemen mempegaruhi secara lang- dan kepercayaan perusahaan bagi wakil mana-
sung dan nyata keberhasilan penerapan SMM. jemen untuk membantu menyukseskan SMM.
Deskripsi persepsi responden terhadap peran wakil
manajemen cukup tinggi, terutama pada peran dan Hasil pengujian hipotesis 5 diperoleh nilai t-statistic
tanggung-jawab wakil manajemen dalam menye- = 2,036 menunjukkan, bahwa peran tanggung-
lenggarakan dan mengendalikan audit (rata-rata jawab, dan wewenang jajaran manajemen puncak
skor 5,3 dalam sekala 1-7). Pada tahap penerapan yang dijalankan dengan baik memengaruhi lang-
SMM, kegiatan audit merupakan acara ISO yang sung secara nyata peran konsultan pendamping.
paling menonjol. Proses audit membantu seluruh Pada perusahaan keluarga yang baru pertama kali
menerapkan SMM, sangat dibutuhkan peran pihak
karyawan memahami dan menyadari pentingnya
ketiga, yaitu konsultan, dalam membantu mengajar
mutu, membantu mereka memahami tugas dan
dan melatih para karyawan pemahaman SMM
tanggung-jawabnya. Hasil audit membantu karya-
serta ketrampilan pengembangan dan pengendalian
wan memahami kekurangan/permasalahan dan
SMM. Berhasil tidaknya, konsultan menjalankan
membantu mereka mencari akar peramasalahan
perannya sangat dipengaruhi oleh dukungan jajar-
untuk melakukan perbaikan atau pencegahan.
an manajemen perusahaan, terutama dalam meng-
Proses audit juga membantu mereka meningkatkan
gerakkan partisipasi seluruh karyawan untuk
komunikasi antara karyawan dan dengan jajaran menerapkan SMM.
manajemen. Wakil manajemen juga berperan dalam
mengendalikan dokumen dan rekaman, sehingga Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 dan 4
dokumen dan rekaman yang beredar di perusahaan bahwa peran, tanggung-jawab, dan wewenang
terkendali (testruktur, rapi, dan sistematis). Dampak jajaran manajemen puncak dijembatani oleh peran
positif audit terhadap kinerja mutu perusahaan dan tanggung-jawab wakil manajemen, terbukti
tersebut sejalan dengan hasil beberapa penelitian memengaruhi secara nyata keberhasilan penerapan
yang ada (Magd [9]). Peran wakil manajemen dalam SMM. Artinya, perusahaan keluarga yang baru
mengendalikan produk/layanan tidak sesuai, misal- pertama kali menerapkan SMM membutuhkan
nya penanganan keluhan pelanggan, diawal pene- sebuah tim mutu yang dikoordinasikan wakil mana-
rapan SMM, sangat dihargai oleh pelanggan, karena jemen untuk menyiapkan, mengkoordinasikan
sebelumnya keluhan mereka kurang ditanggapi pelaksanaan, mengendalikan, dan mengevaluasi
dengan sistematis. Pentingnya penanganan keluhan penyelenggaraan SMM. Tanpa bantuan wakil
pelanggan secara sistematis merupakan salah satu manajemen, keberhasilan penerapan SMM membu-
elemen kunci keberhasilan penerapan SMM (Foto- tuhkan waktu lama. Hasil ini bertentangan dengan
poulos et al. [6]). temuan beberapa penelitian sebelumnya (Magd
[9,10]), bahwa komitmen jajaran manajemen pun-
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3, diperoleh cak memengaruhi keberhasilan penerapan SMM,
nilai t-statistic = 2,424 menunjukkan, bahwa peran jika pengalaman menerapkan SMM sudah matang.

49
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 dan 5 4. Craig, J. H. S., and Lemon, M., Perceptions and
bahwa peran, tanggung-jawab, dan wewenang Reality in Quality and Environmental Mana-
jajaran manajemen puncak dijembatani peran gement Systems: A Research Survey in China
konsultan pendamping, memengaruhi secara nyata and Poland, The TQM Journal, 20(3), 2008, pp.
keberhasilan penerapan SMM. Artinya, pada per- 196208.
usahaan dengan pengetahuan dan pengalaman ISO 5. Ferdinand, A., Metode Penelitian Manajemen:
yang masih terbatas serta terjadi perangkapan Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi,
jabatan manajerial pada beberapa fungsi, kehadiran Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen, AGF
konsultan membantu jajaran manajemen puncak Books, BP Undip Semarang, 2006.
mempercepat pencapaian sasaran mutu perusaha- 6. Fotopoulos, C. V., Psomas, E. L., and Vouzas, F.
an. Konsultan dapat memerankan fungsi sebagai K., ISO 9001:2000 Implementation in the Greek
pembimbing dan referensi SMM bagi perusahaan. Food Sector, The TQM Journal, 22(2), 2010, pp.
129142.
Simpulan 7. ISO 9001:2008, Standard ISO 9001:2008: QMS
requirements, International Organizations for
Pada tahap awal pengembangan dan penerapan Standardization, 2012, available at: http://www.
SMM di perusahaan keluarga yang sistem mana- iso.org., downloaded: 12th January 2012.
jemennya sentralistis dengan tingkat pemahaman 8. Lewis, W., Pun, K. F., and Lalla, T. R. M.,
ISO 9001:2008 yang masih terbatas, peran, tang- Exploring Soft versus Hard Factors for TQM
gung-jawab, dan wewenang yang dijalankan jajaran Implementation in Small and Medium-sized
manajemen puncak tidak dapat secara langsung Enterprises, International Journal of Produc-
memengaruhi keberhasilan penerapannya SMM tivity and Performance Management, 55(7),
ISO 9001:2008. 2006, pp. 539-554.
9. Magd, H. A. E., An Investigation of ISO 9000
Perusahaan ini membutuhkan jembatan perantara Adoption in Saudi Arabia, Managerial Auditing
yaitu wakil manajemen yang berperan dan ber- Journal, 21(2), 2006, pp. 132-147.
tanggung-jawab, mewakili jajaran manajemen 10. Magd, H. A. E., Quality Management Standards
puncak di lapangan, dalam perencanaan, pene- (QMS): Implementation in Egypt: ISO 9000
rapan, pengendalian, dan evaluasi SMM. Sementara Perspectives, Global Business and Management
itu, jajaran manajmen puncak juga membutuhkan Research: An International Journal, 2(1), 2010,
peran konsultan pendamping, terutama membantu pp. 57-68.
dalam memberkan pemahaman dan pelatihan 11. Oliver, G., Implementing International Stan-
SMM yang sesuai dengan kebutuhan perusaan. dards: First, Know Your Organization, Records
Management Journal, 17(2), 2007, pp. 8293.
Penelitian ini memiliki batasan, tidak mempertim- 12. Psomas, E. L., Fotopoulos, C. V., and Kafet-
bangkan variable kebiasaan perusahaan (budaya) zopoulos, D. P., Critical Factors for Effective
yang telah tertanam lama. Disarankan untuk Implementation of ISO 9001 in SME Service
penelitian lanjutan, meneliti dampak moderasi Companies, Managing Service Quality, 20(5),
variable budaya perusahaan dalam memperbesar 2010, pp. 440-457.
13. Psomas, E. L., Fotopoulos, C. V., and Kafet-
keberhasilan penerapan SMM.
zopoulos, D. P., Core Process Management Prac-
tices, Quality Tools and Quality Improvement in
Daftar Pustaka
ISO 9001 Certified Manufacturing Companies,
Business Process Management Journal, 17(3),
1. Alic, M., and Rusjan, B., Contribution of the ISO
2011, pp. 437-460.
9001 Internal Audit to Business Performance,
14. Sekaran, U., Research Methods for Business,
International Journal of Quality & Reliability
John Wiley & Sons, Inc., Canada, 1992.
Management, 27(8), 2010, pp. 916937.
15. Srivastav, A. K., Impact of ISO 9000 Implemen-
2. Balzarova, M. A., Bamber, C. J., McCambridge,
tation on the Organization, International
S., and Sharp, J. M., Key Success Factors in
Journal of Quality & Reliability Management,
Implementation of Process-Based Management:
27(4), 2010, pp. 438-450.
A UK Housing Association Experience, Business
16. Tar, J. J., Components of Successful Total Qua-
Process Management Journal, 10(4), 2004, pp.
lity Management, The TQM Magazine, 17(2),
387-399.
2005, pp. 182-194.
3. Chow-Chua, C., Goh, M., and Wan, T. B., Does 17. van der Wiele, T., van Iwaarden, J., Williams,
ISO 9000 Certification Improve Business Perfor- R., and Dale, B., Perceptions about the ISO 9000
mance? International Journal of Quality & (2000) Quality System Standard Revision and
Reliability Management, 20(8), 2003, pp. 936953. Its Value: The Dutch Experience, International

50
Sutapa / Peranan Manajemen Puncak, Wakil Manajemen dan Konsultan / JTI, Vol. 14, No. 1, Juni 2012, pp. 43-52

Journal of Quality & Reliability Management, 19. Zaramdini, W., An Empirical Study of the
22(2), 2005, pp. 101-119. Motives and Benefits of ISO 9000 Certification:
18. Williams, J. A., The Impact of Motivating Factors the UAE Experience, International Journal of
on Implementation of ISO 9001:2000 Registra- Quality & Reliability Management, 24(5), 2007,
tion Process, Management Research News, 27(1), pp. 472491.
2004, pp. 7484.

51

Anda mungkin juga menyukai