PENDAHULUAN
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus didalam parenkim
hati. Abses ini merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang
berkembang seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya
berhubungan dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang
buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di
daerah perkotaan.
Secara umum Abses hati terbagi menjadi dua, yaitu abses hati amoebik (AHA)
dan abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver Abcess). AHA
merupakan salah satu komplikasi amoebiasis ekstraintestinal yang paling sering
dijumpai di daerah tropis/subtropik termasuk Indonesia. AHA lebihsering terjadi
endemik di negara berkembang dibanding AHP. AHA terutama disebabkan oleh
Entamoeba Histolytica.2 AHP dikenal juga sebagai hepatic abscess, bacterial liver
abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess. AHP ini merupakan
kasus yang relatif jarang, pertama kali ditemukan oleh Hippocrates (400 SM) dan
dipublikasikan pertama kali oleh Bright pada tahun 1936. AHP ini tersebar di seluruh
dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi higiene/sanitasi yang kurang.
Hampir 10% penduduk dunia terutama penduduk dunia berkembang pernah
terinfeksi Entamoeba histolytica tetapi 10% saja dari yang terinfeksi menunjukkan
gejala. Insidensi penyakit ini berkisar sekitar 5-15 pasien pertahun. Individu yang
mudah terinfeksi adalah penduduk didaerah endemik ataupun wisatawan yang kearah
endemik dimana laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan dengan rasio 3:1
hingga 22:1 dan umur tersering pada dekade empat.
Abses hati didapatkan di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih sering
ditemukan di negara maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan abses hati ameba
di negara sedang berkembang yang beriklim tropis dan sub tropis terutama pada
daerah dengan kondisi lingkungan yang kurang baik.
1
Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per 100.000 penduduk
dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3,3
berbanding 1,3 per 100.000 penduduk.
Insiden abses hati amuba mencapai di Amerika Serikaty mencapai 0,05 %
sedangkan di India dan Mesir mencapai 10%-30%/ tahun dengan perbandingan laki-
laki: perempuan sebesar 3:1 sampai dengan 22:1
Dari suatu study di Amerika, didapatkan 13% abses hati dari 48% abses
visceral.Abses hati dapat berbentuk soliter ataupun multipel.sekitar 90% dari abses
lobus kanan hepar,merupakan abses soliter,sedangkan abses lobus kiri hanya
10%,yang merupakan abses soliter.hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen
maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga peritoneum.
Gejala tersering yang dikeluhkan pasien dengan amebiasis hati adalah berupa
nyeri perut kanan atas, demam, hepatomegali dengan nyeri tekan atau nyeri spontan
atau disertai dengan gejala komplikasi. Gejala yang menyertai adalah anoreksia, mual
muntah, berat badan menurun, batuk, ikterus ringan sampai sedang dan berak
berdarah. Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan sampai sedang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Abses Hepar.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi Abses Hepar
2. Mengetahui dan memahami tentang patogenesis Abses Hepar
3. Mengetahui dan memahami tentang etiologi Abses Hepar
4. Mengetahui dan memahami tentang gejala klinis Abses Hepar
5. Mengetahui dan memahami tentang kriteria diagnosis Abses Hepar
6. Mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan penunjang Abses Hepar
7. Mengetahui dan memahami tentang diagnosis banding dan prognosis
Abses Hepar
1.3 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang Abses Hepar
2. Untuk memenuhi tugas referat kepanitraan klinik senior di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSUD Solok 2017.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh kita, dengan berat 1.200 gram
1.500 gram. Pada orang dewasa 1/50 dari berat badannya, sedangkan pada bayi
1/18 dari berat bayi. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh
struktur sekitarnya. Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak
di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati
berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan
usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak
terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Ligamentum falsiformis berjalan
dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh
peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang
melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan
peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat jaringan
ikat padat yang disebut sebagai kapsula Glisson, yang meliputi permukaan
seluruh organ; bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta hepatis,
membentuk rangka untuk cabang vena porta, arteri hepatica, dan saluran empedu.
Porta hepatis adalah fisura pada hati tempat masuknya vena porta dan arteri
hepatika serta tempat keluarnya duktus hepatika.
Struktur Mikroskopis
3
sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel Kuppfer merupakan
sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan
benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50 % dari semua makrofag dalam hati
adalah sel Kuppfer, sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam
pertahanan melawan invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena
porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga
terdapat saluran empedu. Saluran empedu interlobular membentuk kapiler
empedu yang sangat kecil yang disebut sebagai kanalikuli, yang berjalan ditengah
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit diekskresi ke dalam
kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama makin
besar hingga menjadi duktus koledokus.4
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna dan limpa
melalui vena porta hepatik, dan dari aorta melaui arteri hepatika. Sekitar sepertiga
darah yang masuk adalah darah arteria dan duapertiganya adalah darah vena dari
vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah 1.500
4
ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang selanjutnya bermuara
pada vena kava inferior.
5
Penimbunan vitamin dan mineral
Vitamin larut-lemak ( A,D,E,K ) disimpan dalam hati, juga vitamin B 12,
tembaga, dan besi dalam bentuk ferritin. Vitamin yang paling banyak disimpan
dalam hati adalah vitamin A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan B 12 juga
disimpan secara normal.
Hati menyimpan besi dalam bentuk ferritin
Sel hati mengandung sejumlah besar protein yang disebut apoferritin, yang dapat
bergabung dengan besi baik dalam jumlah sedikit maupun banyak. Oleh karena
itu, bila besi banyak tersedia dalam cairan tubuh, maka besi akan berikatan
dengan apoferritin membentuk ferritin dan disimpan dalam bentuk ini di dalam
sel hati sampai diperlukan. Bila besi dalam sirkulasi cairan tubuh mencapai kadar
rendah, maka ferritin akan melepaskan besi.
Hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam
jumlah banyak
Zat-zat yang dibentuk di hati yang digunakan pada proses koagulasi meliputi
fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, faktor VII, dan beberapa faktor
koagulasi lainnya. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati, untuk
membentuk protrombin dan faktor VII, IX, dan X.
6
2.2 Abses Hepar
2.2.1 Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau
sel darah didalam parenkim hati.
2.2.2 Epidemiologi
Di negara negara yang sedang berkembang, AHA didapatkan secara
endemik dan jauh lebih sering dibandingkan AHP. 2
Penyakit AHA ini masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah
dengan strain virulen Entamoeba histolytica (E. Histolytica) yang tinggi. Abses
hati amebik merupakan komplikasi ekstraintestinal yang paling sering terjadi
sesudah infeksi E. histolytica yaitu pada 1-25 % (rata-rata 8,1 %) penderita
dengan amebiasis intestinalis klinis. Pria lebih sering menderita AHA dibanding
wanita. Pravelensi terbanyak ditemukan pada umur antara 30 50 tahun dengan
perbandingan 4 : 1 lebih sering pada orang orang dewasa.
AHP ini tersebar di seluruhdunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan
kondisi hygiene /sanitasi yangkurang. Secara epidemiologi, didapatkan 8 15 per
100.000 kasus AHP yangmemerlukan perawatan di RS, dan dari beberapa
kepustakaan Barat, didapatkan prevalensi autopsi bervariasi antara 0,29 1,47%
sedangkan prevalensi di RSantara 0,008 0,016%. AHP lebih sering terjadi pada
pria dibandingkan perempuan, dengan rentang usia berkisar lebih dari 40 tahun,
dengan insidensi puncak pada dekade ke 6.
2.2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya abses hati dapat diklasifikasikan menjadi :
7
A. Abses Hepar Amebik
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
3. ETIOLOGI
8
4. PATOGENESIS
Cabang-cabang
Leuco kecil Vena porta
sit
Amoebic hepatitis
Sembuh Spontan
Kemudian lesi
membesar
Cara penularan pada umumnya fekal-oral baik melalui makanan atau minuman
yang tercemar kista atau transmisi langsung pada keadaan higiene perorangan yang
buruk. Pada kelompok homoseksual disebutkan insidens amebiasis lebih tinggi
dikaitkan dengan masalah hubungan oro-anal atau oro-genitalyang dilanjutkan dengan
genito-oral. Sesudah masuk per oral hanya bentuk kista yang bisa sampai ke dalam
intestinal tanpa dirusak oleh asam lambung, kemudian kista pecah, keluar trofozoit.
Di dalam usus trofozoit menyebabkan terjadinya ulkus pada mukosa akibat enzim
proteolitik yang dimilikinya dan bisa terbawa aliran darah portal masuk ke hepar.
9
Amoeba kemudian tersangkut menyumbat venul porta intrahepatik, terjadi infark
hepatosit sedangkan enzim-enzim proteolitik tadi mencerna sel parenkim hati
sehingga kemudian terbentuk abses. Didaerah sentralnya terjadi pencairan yang
berwarna coklat kemerahan anchovy sauce yang terdiri dari jaringan hati yang
nekrotik dan berdegenerasi. Amoebanya dapat ditemukan pada dinding abses dan
sangat jarang ditemukan di dalam cairan dibagian sentral abses. Kira-kira 25 % abses
hati amoebik mengalami infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi purulen
dan berbau busuk.
Terdapat periode laten yaitu jarak waktu yang lamanya bervariasi kadang-kadang
sampai bertahun-tahun diantara kejadian infeksi pada usus dengan timbulnya abses
hati. Jarak waktu antara serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan di hati
berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3 minggu, tetapi
bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun. Disamping
itu hanya lebih kurang 10 % penderita abses hati yang dapat ditemukan adanya kista
E.histolytica dalam tinjanya pada waktu yang bersamaan, bahkan dilaporkan 2-33 %.
Faktor yang berperan dalam keaktivan invasi amoeba ini belum diketahui dengan
pasti tetapi mungkin ada kaitannya dengan virulensi parasit, diit flora bakteri usus dan
daya tahan tubuh sesorang baik humoral maupun seluler.
5. MANIFESTASI KLINIS
10
bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh. 3
Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa kurang
dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan atas.
Rasa nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai ke
perut kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin
disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda
tanda pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis
jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke punggung
atau skapula kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk batuk.
Keadaan serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru
paru. Sebagian penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang
dibuat.
Gejala demam merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses
hepar. Gejala yang non spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah,
perasaan lemah badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa
didapatkan. Lebih dari 90 % didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati
akan membesar kearah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau
ruang interkostal. Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi
biasanya kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada tempat abses
teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri,
berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah
diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tanda
Ludwig positif dan merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang besar tampak
sebagai massa yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar
meninggi. Pada kurang dari 10 % abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat
seperti massa yang teraba nyeri di daerah epigastrium.
Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya
disebabkan abses yang besar atau multipel, atau dekat porta hepatik. Pada
pemeriksaan toraks didaerah kanan bawah mungkin didapatkan adanya efusi pleura
atau friction rub dari pleura yang disebabkan iritasi pleura.1,8,10
11
Gambaran klinik abses hati amebik mempunyai spektrum yang luas dan sangat
bervariasi, hal ini disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan penyulit yang
terjadi. Pada satu penderita gambaran bisa berubah setiap saat. Dikenal gambaran
klinik klasik dan tidak klasik.
6. PENEGAKKAN DIAGNOSA
- Leukositosis, tanpa anemia pada penderita abses amoebik yang akut atau
leukositosis ringan disertai anemi pada abses tipe kronik. Adanya pus
amoebik yang mungkin mengandung trofozoit E. Histolytica.
Gejala :
- Demam internitten ( 38-40 oC)
- Nyeri perut kanan atas, kadang nyeri epigastrium dan dapat menjalar
hingga bahu kanan dan daerah skapula
- Anoreksia
- Nausea
12
- Vomitus
- Keringat malam
- Berat badan menurun
- Batuk
- Pembengkakan perut kanan atas
- Ikterus
- Buang air besar berdarah
- Kadang ditemukan riwayat diare
- Kadang terjadi cegukan (hiccup)
Kelainan fisis :
- Ikterus
- Temperatur naik
- Malnutrisi
- Hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai komplikasi
- Nyeri perut kanan atasFluktuasi
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
13
sehingga tampak ada kubah dibagian anteromedial diafragma kanan. Abses di
lobus kiri memberikan gambaran deformitas berbentuk bulan sabit di daerah
curvatura minor pada foto memakai barium. Secara angiografik abses tampak
sebagai daerah avaskuler dengan pembuluh disekelilingnya yang berdistorsi dan
hipervaskularisasi.
- Lesi hipoeekoik pada gain normal maupun ditinggikan dan pada gain
tinggi jelas tampak echo halus homogen tersebar rata.
- Lesi berbentuk bulat oval, pada abses hepar tampak lobulasi, tidak
berdinding, terletak dekat permukaan hati.
8. DIAGNOSA BANDING
a. Hepatitis virus
14
Hepatistis virus merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang
hati. Hampir semua kasus hepatitis virus disebabkan oleh salah satu dari lima
jenis virus yaitu : virus hepatitis A (HAV),virus hepatitis B (HBV),virus
hepatitis C (HCV),virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV).
Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala
prodromal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti malaise,
anoreksia, mual dan muntah. Gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, sakit kepala,
dan mialgia. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV
pada virus yang lain secara insidious. Demam jarang ditemukan kecuali pada
infeksi HAV. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap,
pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus
meningkat.Gejala prodromal menghilang pada saat timbul ikterus, tetapi gejala
anoreksia, malaise dan kelemahan dapat menetap. Pemeriksaan fisis
menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati, splenomegali
ringan dan limfadenopati dapat ditemukan pada 15-20 % pasien.
15
sudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi,
maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus. Temuan fisis tersering pada HCC
adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit hepatic, splenomegali, asites,
ikterus, demam dan atrofi otot. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar
AFP serum 400 ng/mL disertai dengan pemeriksaan USG abdomen yang
menunjang adanya karsinoma hepar dan CT atau MRI yang menunjukkan
daerah hipervaskularisasi arterial dari nodul.
c. Hepatoma
9. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya pengobatan medikamentosa terdiri dari pemberian
amebisid jaringan untuk mengobati kelainan di hatinya, disusul amebisid
intestinal untuk pemberantasan parasit E. Histolytica di dalam usus sehingga
16
dicegah kambuhnya abses hati. Perlu diperhatikan pemberian amebisid yang
adekuat untuk mencegah timbulnya resistensi parasit.
Berikut terapi yang dapat diberikan pada saat Abses Hati Amebik :
1. Medikamentosa
17
Abses hati amoeba tanpa komplikasi lain dapat menunjukkan
penyembuhan yang besar bila diterapi hanya dengan antiamoeba.
Pengobatan yang dianjurkan adalah:
a. Metronidazole
2. Aspirasi
Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut di atas
tidak berhasil (72 jam), terutama pada lesi multipel, atau pada ancaman
ruptur atau bila terapi dcngan metronidazol merupakan kontraindikasi
seperti pada kehamilan, perlu dilakukan aspirasi. Aspirasi dilakukan dengan
tuntunan USG.
18
3. Drainase Perkutan
4. Drainase Bedah
10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada Abses Hati Amebik, yaitu :
a) Infeksi sekunder
Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses, misalnya
abses di lobus kiri mudah pecah ke perikardium dan intraperitoneum.
Perforasi paling sering ke pleuropulmonal (10-20 %), kemudian ke rongga
intraperitoneum (6-9 %) selanjutnya perikardium (0,01 %) dan organ-
organ lain seperti kulit dan ginjal.
19
c) Komplikasi vaskuler
11. PROGNOSIS
- Virulensi parasit/bakteri.
- Letak dan jumlah abses, abses soliter prognosis lebih baik dibandingkan
dengan abses ganda multipel
- Stadium penyakit
20
Abses hati piogenik merupakan suatu kondisi yang berat dan
mengancam kehidupan dengan angka mortalitas yang tinggi sehingga
membutuhkan diagnostik dan terapi yang akurat. Gejala yang paling
sering ditemukan adalah nyeri perut bagian atas, hepatomegali, demam
tinggi, mual dan muntah. Gejala ini bervariasi sesuai ukuran abses,
keadaan umum pasien, adanya penyakit dasar dan komplikasi.
2. Epidemiologi
Abses hati didapatkan di seluruh dunia, abses hati piogenik lebih
sering ditemukan di negara maju termasuk Amerika Serikat, sedangkan
abses hati ameba di negara sedang berkembang yang beriklim tropis
dan sub tropis terutama pada daerah dengan kondisi lingkungan yang
kurang baik.
Insiden tahunan abses hati piogenik mencapai 2,3 kasus per 100.000
penduduk dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 3,3 berbanding 1,3 per 100.000 penduduk.
Insiden abses hati amuba mencapai di Amerika Serikaty mencapai
0,05 % sedangkan di India dan Mesir mencapai 10%-30%/ tahun dengan
perbandingan laki-laki: perempuan sebesar 3:1 sampai dengan 22:1
3. Etiologi
Sedangkan etiologi AHP adalah enterobacteraceae, microaerophilic
streptococci, anaerobic streptococci,klebsiella pneumonia, bacteroides,
fusobacterium,staphylococcus aureus, staphylococcus milleri, candida
albicans, aspergillus, actinomyces,eikenella corrodens, yersinia
enterocolitica, salmonella typhi, brucella melitensis dan fungal.
21
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari :
1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran
empedu.
2. Viscera abdomen melalui vena porta yaitu secara langsung atau
pieloflebitis atau embolisasi. Biasanya berasal dari apendisitis,
diverticulitis atau penyakit Crohn. Kolitis ulseratif jarang dengan abses
hati.
3. Arteri hati pada bakterimia/septikemia akibat infeksi ditempat lain.
4. Penyebaran langsung dari infeksi organ sekitar hati seperti gaster,
duodenum, ginjal, rongga subdiafragma atau pankreas.
5. Trauma tusuk atau tumpul. Selain itu embolisasi transarterial dan
cryoablation massa hati sekarang diakui sebagai etiologi baru abses
piogenik.
6. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada orang
lanjut usia. Namun insiden meningkat pada pasien dengan diabetes atau
kanker metastatik.
4. Patogenesis
Abses hati piogenik paling sering disebabkan oleh penyakit saluran
empedu (35-45 % kasus). Perluasan infeksi di dalam perut (diverticulitis,
apendistis, penyakit crohn) lewat vena porta merupakan penyebab untuk 20
% lainnya. Sisa kasus disebabkan oleh perluasan infeksi lokal secara
langsung, penyebaran hematogen lewat arteri hepatika dari tempat yang
jauh, atau penyebab idiopatik (10-20 %).
Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena
portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri
yang berulang, tetapi dengan adanya sel Kuppfer yang membatasi sinusoid
hati akan menghindari terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. Adanya
penyakit sistim biliaris sehingga terjadi obstruksi aliran empedu akan
menyebabkan terjadinya proliferasi bakteri. Adanya tekanan dan distensi
kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena portal dan limfatik
sehingga akan terbentuk formasi abses filelebitis. Mikroabses yang
terbentuk akan menyebar secara hematogen sehingga terjadi bakteremia
sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan menyebabkan inokulasi
22
bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi AHP. Penetrasi akibat trauma
tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan intrahepatik dan terjadi
kebocoran saluran empedu sehingga terjadi kerusakan dari kanalikuli.
Kerusakan kanalikuli menyebabkan masuknya bakteri ke hati dan terjadi
pertumbuhan bakteri dengan proses supurasi dan pembentukan pus.
5. Manifestasi klinis
23
6. Diagnosis
24
- Berkurangnya nafsu makan
- Anoreksia
Pemeriksaan fisis :
- Hepatomegali
- Nyeri tekan perut kanan
- Ikterus, namun jarang terjadi
- Kelainan paru dengan gejala batuk, sesak nafas serta nyeri pleura
- Buang air besar berwarna seperti kapur
- Buang air kecil berwarna gelap
- Splenomegali pada AHP yang telah menjadi kronik
7. Pemeriksaan penunjang
Pada zaman sebelum ada antibiotika bakteri penyebab abses ini adalah
E. Coli, S.aurens dan S.hemolyticus, tetapi semenjak ditemukannya dan
digunakannya antibiotik/kemoterapeutik maka bakteri aerob gram negatif
seperti P. vulgaris, A.aerogenes, S. Faecalis dan P.aeroginosa secara
tersendiri atau bersama-sama dapat ditemukan pada kultur dari pus abses
hati. Selain itu kuman anaerob ( Bacteriodes, Fusobacterium, Clostridium,
dan Actinomyces) juga bisa ditemukan pada pus yang berbau busuk.
25
Gsmbaran CT scan Abses Hepae Piogenik
8. Diagnosis banding
e. Hepatitis virus
Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala
prodromal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti malaise,
anoreksia, mual dan muntah. Gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, sakit kepala,
dan mialgia. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV
pada virus yang lain secara insidious. Demam jarang ditemukan kecuali pada
infeksi HAV. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap,
pruritus (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus
26
meningkat.Gejala prodromal menghilang pada saat timbul ikterus, tetapi gejala
anoreksia, malaise dan kelemahan dapat menetap. Pemeriksaan fisis
menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati, splenomegali
ringan dan limfadenopati dapat ditemukan pada 15-20 % pasien.
g. Hepatoma
27
Anamnesis: penurunan berat badan, nyeri perut kanan atas, anoreksia, malaise,
benjolan perut kanan atas.
Pemeriksaaan fisik : hepatomegali berbenjol-benjol, stigmata penyakit hati
kronik.
Laboratorium : peningkatan AFP, PIVKA II, alkali fosatase
USG : lesi lokal/ difus di hati
h. Koleisistitis Akut
9. Penatalaksaan
28
terjadi kesalahan dalam penempatan kateter drainase, kadang kadang pada
HAP multipel diperlukan reseksi hati.
Terapi yang dapat diberikan pada Abses Hati Piogenik jika terapi
medikamentosa tidak efektif adalah
Terapi definitif
Terapi ini terdiri dari antibiotik, drainase abses yang adekuat
dan menghilangkan penyakit dasar seperti sepsis yang berasal dari
saluran cerna. Pemberian antibiotika secara intravena sampai 3 gr/hari
selama 3 minggu diikuti pemberian oral selama 1-2 bulan. Antibiotik
ini yang diberikan terdiri dari:
a. Penisilin atau sefalosporin untuk coccus gram positif dan
beberapa jenis bakteri gram negatif yang sensitif. Misalnya
sefalosporin generasi ketiga seperti cefoperazone 1-2
gr/12jam/IV
b. Metronidazole, klindamisin atau kloramfenikol untuk bakteri
anaerob terutama B. fragilis. Dosis metronidazole 500 mg/6
jam/IV
c. Aminoglikosida untuk bakteri gram negatif yang resisten.
d. Ampicilin-sulbaktam atau kombinasi klindamisin-
metronidazole, aminoglikosida dan siklosporin.
Drainase abses
Pengobatan pilihan untuk keberhasilan pengobatan adalah drainase
terbuka terutama pada kasus yang gagal dengan pengobatan
konservatif. Penatalaksanaan saat ini adalah dengan menggunakan
drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan tuntunan abdomen
ultrasound atau tomografi komputer.
Drainase bedah
Pencegahan
Merupakan cara efektif untuk menurunkan mortalitas akibat abses hati
piogenik yaitu dengan cara:
a. Dekompresi pada keadaan obstruksi bilier baik akibat batu
ataupun tumor dengan rute transhepatik atau dengan melakukan
endoskopi
b. Pemberian antibiotik pada sepsis intra-abdominal
29
Drainase bedah dilakukan pada kegagalan terapi antibiotik, aspirasi
perkutan, drainase perkutan, serta adanya penyakit intra-abdomen yang
memerlukan manajemen operasi.
10. Pencegahan
11. Komplikasi
12. Prognosis
30
- Bakterimia poli mikroba
- Gangguan faal hati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abses hati merepakan bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan
pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam
parenkim hati. Secara umum Abses hati terbagi menjadi dua, yaitu abses hati amoebik
(AHA) dan abses hati piogenik (AHP).
Etiologi dari abses hati amebik yang paling sering akibat infeksi E. Histolytica.
Sedangkan etiologi AHP adalah enterobacteraceae, microaerophilic streptococci,
anaerobic streptococci,klebsiella pneumonia, bacteroides,
fusobacterium,staphylococcus aureus, staphylococcus milleri, candida albicans,
aspergillus, actinomyces,eikenella corrodens, yersinia enterocolitica, salmonella
typhi, brucella melitensis dan fungal.
31
Gejala tersering yang dikeluhkan pasien dengan amebiasis hati adalah berupa
nyeri perut kanan atas, demam, hepatomegali dengan nyeri tekan atau nyeri spontan
atau disertai dengan gejala komplikasi. Gejala yang menyertai adalah anoreksia, mual
muntah, berat badan menurun, batuk, ikterus ringan sampai sedang dan berak
berdarah. Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan sampai sedang.
Diagnosis banding abses hepar yaitu hepatitis virus, karsinoma hepatoselular
(HCC), kolesistisis, kista hidatid, kolelitiasis.
Sementara pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk abses hati
adalah pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi (foto thorak, USG, CT Scan)
Penatalaksanaan abses hati amebik adalah metronidazole yang saat ini merupakan
pilihan pertama dengan dosis 3 x 750 mg/hari selama 10 hari. Sementara abses hati
piogenik erapi awalnya menggunakan penisilin. Selanjutnya, dikombinasikan antara
ampisilin, minoglikosida atau sefalosporin generasi III dan klidamisin atau
metronidazol.
Sementara untuk prognosisnya sendiri di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu,
ussia, makin tua prognosis akan makin buruk., Status imunitas dan keadaan nutrisi
penderita, lokalisasi abses, mudah/sukar dicapai untuk drainase, virulensi
parasit/bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wordpress. AbsesHepar [online]. 2012 [cited on 2012 Jan 4]. Available from:
http://panmedical.wordpress.com/2010/04/10/abses-Hepar/
3. Bukhari AJ, Abid KJ. Amebic liver abscess: Clinical Presentation and
Diagnostic Difficulties. Kuwait Medical Journal. 2003. p.183-186.
4. Brailita DM. Amebic hepatic abscess [online]. 2012 [cited on 2011 Jan 4].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/183920-
overview#shGLall
32
5. InfoKedokteran. Diagnosis danpenatalaksanaanamebiasis [online].2012 [cited
on 2012 Jan 4]. Available from: http://www.infokedokteran.com/info-
obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-amebiasis.html
33