Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Kolesistitis akut merupakan inflamasi akut pada kandung empedu, faktor paling sering yang
memicu keadaan ini adalah batu empedu. Keadaan ini muncul ketika batu empedu menymbat
duktus sistikus dan inflamasi terjadi akibat obstruksi tersebut. Gejalanya dapat meliputi
anoreksia, takikardia, nausea, serta vomitus.Gejala ikterus menunjukkan obstruksi duktus
koledokus.1

Pemeriksaan Fisik

Demam dengan peningkatan suhu rendah biasanya muncul, tetapi menggigil,atau


kekakuan tidak biasa terjadi. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kandung empedu, nyeri tekan
disertai tanda-tanda peritonitis lokal (Murphy sign). Kuadran kanan atas abdomen nyeri pada
saat dipalpasi. Pembesaran kandung empedu dapat diraba seperempat sampai dengan
setengah dari kasus. Inspirasi dalam atau batuk selama palpasi subcostal biasanya akan
menunjukkan rasa nyeri yang meningkat dan tahanan inspirasi. Biasanya terdapat nyeri lepas
yang terlokalisasi pada kuadran kanan atas, bersama dengan distensi abdomen dan suara bising
usus yang menurun dari ilieus paralitik, tetapi tanda peritoneal menyeluruh dan kekakuan
abdomen biasanya jarang terjadi jika tidak ada komplikasi perforasi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan


peninggian serum transaminase dan alkali fosfatase. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat
disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan empiema dan perforasi
kandung empedu perlu dipertimbangkan.
Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya
kemungkinan 15% pasien yang dapat terlihat batu empedu tidak tembus pandang (radiopak)
oleh karena mengandung kalsium cukup banyak.
Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada
obstruksi jadi pemeriksaan ini tidak berarti pada kolesistitis akut.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat
bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu
dan saluran empedu, dan saluran empedu ekstra hepatic. Nilai kepekaan USG mencapai 90-
95%.
Skintigrafi saluran empedu mempunyai nilai sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
USG. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kantong empedu sangat
menyokong diagnosis kolesistitis akut.
Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitive dan mahal tapi mampu
memperlihatkan adanya abses perikolestik yang masih kecil dan tidak terlihat pada
pemeriksaan USG.

Diagnosis Kerja

Berdasarkan hasil pemeriksaan, dapat dibuat diagnosis pasien pada kasus menderita
kolesistitis akut akibat kolelitiasis. Diagnosis dari kolesistitis akut biasanya dapat dibuat
berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik dengan bantuan pemeriksaan penunjang. Tiga onset
yang berlangsung secara tiba-tiba, yaitu: nyeri tekan pada kuadran kanan atas, demam,
leukositosis dapat menunjukkan kolesistitis akut.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba perlu dipikirkan seperti
penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ di bawah diafragma seperti apendiks yang
retrosekal, sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum, pancreatitis akut. Lokalisasi yang pasti
dari nyeri dan nyeri tekan pada area hipokondrium dengan penyebaran pada area infrascapula,
merupakan indikasi kuat dari kolesistitis akut.

Etiologi

Faktor yang mempengaruhi timbulnya kolesistitis akut adfalah statis cairan empedu,
infeksi kuman, dan iskemi kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalh batu
empedu (90%) yang terdapat pada duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu,
sedangkan sebagian kecil timbul tanpa adanya batu empedu (kolesisttits akut akalkulus).
Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis masih belum jelas.
Diperkirakan banyak factor yang mempengaruhi seperti pekatnya cairan empedu,
kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa didnding kandung
empedu diikuti oleh reaksi inflamasi supurasi.
Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan
mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu
di saluran empedu merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan
diabetes mellitus.

Epidemiologi

Patofisiologi
Inflamasi akut dari kandung kemih biasanya terjadi bersama adanya obstruksi dari
duktus sistikus olen batu empedu (kolelitiasis). Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh tiga
factor, yaitu:
1. Inflamasi mekanik yang terjadi akibat peningkatan tekanan intraluminal dan distensi yang
berujung terjadinya iskemi dari mukosa dan dinding kandung kemih.
2. Inflamasi kimiawi yang disebabkan oelh pelepasan lisolesitin (karena aksi dari dari
fosfolipase pada lesitin di dalam empedu, dan oleh factor ljaringan local lainnya.
3. Inflamasi bacterial, yang memiliki peranan dalam 50-85% pasien dengan kolesistitis akut.
Organisme-organisme yang paling sering diisolasi dengan kultur kandung empedu, yaitu
Escherichia coli, klebsiella spp., Streptococcus spp., dan Clostridium spp.

Manifestasi
Keluhan yang tidak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah
kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan disertai kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang sakit
menjalar sampai ke pundak dan skapula kanan dan dapat berlangsung 60 menit tanpa reda.
Sekitar 60-70% pasien dilaporkan mengalami serangan yang menghilang secara spontan. Rasa
sakit biasanya dipicu oleh makanan berlemak dengan jumlah besar dan munculnya rasa sakit
yang mendadak yang terlokalisasi pada hipokondrium kanan.

Dengan kelanjutan penyakit, nyeri akut dirasakan merata di seluruh bagian perut kanan
atas dan menjalar sampai area interscapula, scapula kanan, dan bahu. Tanda-tanda peritoneal
dari inflamasi seperti peningkatan nyeri pada napas dalam biasanya timbul. Pasien biasanya
mengalami anorexia dan nausea. Biasanya disertai muntah dan disertai simptom dan tanda-
tanda penurunanan vascular dan volume ekstraseluler. Berat ringannnya keluhan tergantung
dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung
empedu.

Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umunmnya derajat ringan (bilirubin <4,0 mg/dl).
Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu empedu ekstra hepatik. Jaundice
biasanya tidak tampak pada awal kasus kolesistitis akut, tetapi bisa saja muncul pada saat
perubahan inflamasi edematous melibatkan duktus biliaris dan mengelilingi nodus limfe.

Tatalaksana

Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan,
obat penghilang nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian meperidine sebagai anti
nyeri juga lebih disenangi dibandingkan morfin karena kurang menyebabkan spasme dari
sfingter Oddi.

Pemberian antibiotik pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi
peritonititis, kolangitis, dan septikemia. Golongan ampisislin dan sefalosporin dan
metronidazopl cukup mematikan untuk kuman-kuman yang terdapat pada kolesistitis akut
seperti Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan Klebsiella spp.

Waktu yang tepat untuk dilakukannya kolesistektomi masih diperdebakan, apakah


sebaiknya dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6-8 minggu setelah terapi konservatif
dan keadaan umum pasien baik. Sebanyak 50% kasus akan membaik tanpa tindakan bedah. Ahli
bedah yang pro terhadap operasi dini menyatakan, timbulnya gangren dan komplikasi
kegagalan terapi konservatif dapat dihindarkan. Sementara yang kontra menyatakan operasi
dini dapat mengakibatkan peneyebaran infeksi ke rongga peritonium dan operasi akan lebih
sulit karena kondisi inflamasi dapat mengaburkan anatomi. Akan tetapi, berdasarkan riwayat
alamiah dari penyakit, kolesistitis akut paling baik diterapi dengan pembedahan dini jika
memungkinkan.

Komplikasi

Kelanjutan atau perkembangan dari nyeri, defans muskulair pada kuadran kanan atas
abdomen, disertai demam, dan leukositosis lebih dari 24-48 jam dapat megindikasikan suatu
inflamasi yang parah, dan kemungkinan gangren kandung empedu. Nekrosis bissa terjadi tanpa
tanda yang pasti pada pasien obesitas, diabetes, lanjut usia, dan pasien dengan imun rendah.
Komplikasi serius lainnya yang mungkin terjadi adalah perforasi kandung empedu, kolesistitis
empiematosus, dan empiema.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan bedah adalah trauma saluran empedu,
perdarahan, dan kebocoran empedu.

Pencegahan
Pencegahan terhadap kolelitiasis berhubungan dengan pencegahan terjadinya batu empedu
(kolelitiasis) karena faktor pemicu tersering dari kolesistitis adalah kolelitiasis. Karena
komposisi terbesar batu empedu adalah kolesterol, sebaiknya menghindari makanan
berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari lemak hewani.

Prognosis
Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandfung kemih menjadi
tebal, fibrotic, penuh dengan batu, dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis
rekurens. Kadang kolistitis berkembang akan berkembang dengan cepat menjadi gangren,
empiema, perforasi kandung empedu, fistel, abses hati dan peritonitis umum. Hal ini dapat
dicegah dengan pemberian antibiotic pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien
dengan usia >75 tahun mempunyai prognosis yang buruk di samping kemungkinan banyak
perforasi pasca bedah.
Daftar Pustaka

1. .
2. Pridady. Kolesistitis. Dalam

Anda mungkin juga menyukai