Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,

yang selalu mendengarkan segala permintaan kami dan yang telah memberikan petunjuk besar pada

kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul KEDUDUKAN KPK SELAKU

LEMBAGA INDEPENDEN DAN PEMBANTU.

Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada beliau Nabi besar Muhammad SAW.

yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia yaitu Ad-Din Al-Islam yang kita

harapkan syafaatnya di dunia dan akhirat.

Makalah ini dapat di selesaikan dengan baik berkat dukungan, motivasi, petunjuk dan

bimbingan dari berbagai pihak motivator. Oleh karena itu kami penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kendatipun demikian, kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstrukif kami harapkan dari para pembaca

yang budiman. Akhirnya, kami penulis berharap agar paper ini dapat mendatangkan manfaat bagi

pembaca umumnya dan bagi kami penulis khususnya baik di dunia dan akhirat. Amiin.

Yogyakarta, 5 Januari 2012

Tim Penulis

1
PEMBAHASAN

Pendahuluan

Tindak pidana Korupsi di Indonesia sudah meluas di masyarakat. Perkembangannya pun


terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian
keuangan negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan juga semakin sistematis dengan
lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu
faktor utama penghambat keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur. Pemerintah dalam memberantas korupsi juga semakin memperburuk citra Pemerintah di
mata masyarakat yang tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat
terhadap hukum. Apabila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut akan sangat
membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
Dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998, maka telah disahkan dan diundangkan beberapa
peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum untuk melakukan pencegahan dan
penindakan tindak pidana korupsi. Upaya tersebut diawali dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi,
Korupsi, dan Nepotisme.
Perbaikan di bidang legislasi juga diikuti dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagai penyempurnaan atas Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK).
Pada tahun 2001, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 disempurnakan kembali dan
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Penyempurnaan ini dimaksudkan untuk
lebih menjamin kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam
memberantas tindak pidana korupsi.
Dengan pertimbangan bahwa sampai akhir tahun 2002 pemberantasan tindak pidana korupsi
belum dapat dilaksanakan secara optimal dan lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak
pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien, maka ditetapkan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 yang menjadi dasar pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang disingkat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Berdasarkan Pasal 6 Undang
Undang Nomor 30 Tahun 2002, maka tugas dari KPK ini meliputi: melakukan koordinasi dan
supervisi terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang

2
berwenang, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi,
melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Visi, misi dan Tujuan KPK
o VISI
Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan. Visi harus bersifat praktis,
realistis untuk dicapai, dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat
bagi pegawai Komisi untuk mewujudkannya. Visi KPK adalah:

Menjadi Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi

Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad kuat dari
KPK untuk segera dapat menuntaskan segala permasalahan yang menyangkut Tindak
Pidana Korupsi.
o MISI

Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang tugas dan
kewenangan KPK, misi KPK adalah:

Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi

Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas
dari korupsi.

Dengan misi ini diharapkan KPK menjadi pemimpin sekaligus mendorong dalam gerakan
pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut mempunyai makna bahwa KPK adalah
lembaga yang terdepan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia serta menjalankan tugas
koordinasi dan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pencegahan dan
penindakan TPK. Peran yang akan dimainkan KPK adalah pendobrak kebekuan penegakan
hukum dan pendorong pemberantasan korupsi pada umumnya.

o TUJUAN

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan dan menggambarkan
kondisi yang diinginkan pada akhir periode Renstra. Tujuan yang ingin dicapai oleh KPK
dalam periode Tahun 2008 2011 adalah: Meningkatnya integritas aparat penegak hukum
dan aparat pengawasan dalam pemberantasan korupsi, disertai dengan berkurangnya niat
dan peluang untuk melakukan korupsi, sehingga korupsi di Indonesia berkurang secara
signifikan; Penetapan tujuan ini dilandasi oleh fakta bahwa tindak pidana korupsi di
Indonesia sudah sangat meluas dan dilakukan secara sistematis dengan cakupan yang telah
memasuki berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3
Perkembangannya juga terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang
terjadi maupun dari jumlah kerugian negara.

Berdasarkan kondisi tersebut, pemberantasan TPK harus dilakukan secara optimal, intensif,
efektif, profesional, dan berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara
KPK dengan instansi penegak hukum dan instansi lain serta seluruh komponen bangsa dan
negara. Peran KPK sebagai pemimpin dan pemicu memungkinkan terciptanya kerjasama
tersebut, sehingga timbul suatu gerakan pemberantasan korupsi yang masif, dinamis, dan
harmonis.

Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi

Pada tahun 2001, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 disempurnakan kembali dan
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Penyempurnaan ini dimaksudkan untuk
lebih menjamin kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam
memberantas tindak pidana korupsi.
Dengan pertimbangan bahwa sampai akhir tahun 2002 pemberantasan tindak pidana korupsi
belum dapat dilaksanakan secara optimal dan lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak
pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien, maka ditetapkan Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 yang menjadi dasar pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang disingkat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
1. Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
b. Supervise terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegajan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara (Pasal 6 Undang-
Undang Nomor 30 tahun 2002)
2. Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi
a. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi.
b. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait.
4
d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
e. Meminta laporan instansi yang terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi
(Pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002)
f. Tertuang dalam Pasal 12, 13, dan 14 Undang-Undang No.30 Tahun 2002.
3. Kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi
Sebagaimana diamanatkan didalam pasal 15 Undang-Undang No. 30 tahun 2002, Komisi
Pemberantasan Korupsi berkewajiban:
a. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan
ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi.
b. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan
untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana
korupsi yang ditanganinya.
c. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia,
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
d. menegakkan sumpah jabatan.
e. menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

TATA CARA PELAPORAN DAN PENENTUAN STATUS GRATIFIKASI

1. Tata Cara Pelaporan Gratifikasi


Tentang cara pelaporan gratifikasi diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Setiap pegawai negeri atau penyelenggata negara yang menerima gratifikasi wajib
melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan tata cara sebagai berikut.
1) Laporan disampaikan secara tertulis dengan mengesi formulir sebagaimana
ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan gratifikasi.
2) Formulir sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi;
b. Jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara;
c. Tempat dan waktu penerimaan gratifikasi;
d. Urain jenis gratifikasi yang diterima; dan
e. Nilai gratifiksi yang diterima

5
Dalam penjelasan pasal 16 dijelaskan bahwa;
Ketentuan dalam pasal 16 ini mengatur mengenai tata cara pelaporan dan
penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 B Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Penentuan Status Gratifikasi
Penentuan mengenai status gratifikasi diatur dalam Pasal 17 ayat (1) sampai dengan (6) dan
pasal 18 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, sebagai berikut:
1) Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status kepemilikan status
gratifikasi disertai pertimbangan.
2) Dalam menentukan status kepemilikan gratifikasi, Komisi Pemberantasan Korupsi
dapat memanggil penerima gratifikasi untuk memberikan keterangan berkaitan
dengan penerimaan gratifikasi.
3) Status kepemilikan gratifikasi ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
4) Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dapat berupa penetapan status
kepemilikan gratifikasi bagi penerima gratifikasi atau menjadi milik negara.
5) Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan keputusan status kepemilikan
kepada penerima gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal
ditetapkan.
6) Penerahan gratifikasi yang menjadi meilik negara kepafa Menteri Keuangan,
dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.
7) Komisi Pemberantasan Korupsi wajib mengumumkan gratifikasi yang ditetapkan
menjadi milik negara paling sefikit 1 (satu) kali dalam setahun dalam Berita Negara.

TEMPAT KEDUDUKAN, TANGGUNG JAWAB, DAN SUSUNAN ORGANISASI

1. Kedudukan Komisi Pemberantasan korupsi

Tempat kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi ditentukan sebagaimana diatur Pasal 19


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, sebagai berikut:

1) Komisi Pemberantasan Korupsi berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan


wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
6
2) Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk perwakilan di daerah provinsi.

2. Tanggung Jawab Komisi Pemberantasan korupsi.

Tanggung jawab Komisi Pemberantasan Korupsi ditentukan sebagaimana diatur dalam pasal
20Undang-Undang nomor 30 Tahun 2002, sebagai berikut:

1) Komisi Pemberantasan Korupsi bertanggung jawab kepada publik atas pelaksanaan


tugasnya dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden RI,
Dean Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan badan pemeriksa Keuangan.
2) Pertanggungjawaban Komisi Pemberantasan Korupsi dilaksanakan dengan cara:
a. Wajib audit terhadap kinerja dan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
program kerjanya;
b. Menerbitkan laporan tahunan; dan
c. Membuka akses informasi

3. Susunan Organisasi komisi Pemberantasan Korupsi

Struktur organisasi Komisi Pemberantasan Korupsi ditentukan sebagaimana diatur dalam Pasal 21
sampai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, sebagai berikut:

1) Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai suatu lembaga negara yang dalam pelaksanaannya
bersifat bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, keanggotaannya
terdiri atas:
a. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas 5 (lima) Anggota Komisi
Pemberantasan Korupsi
b. Tim Penasehat yang terdiri dari 4 (empat) orang Anggota
c. Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai pelaksana tugas.
2) Susunan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi adalah sebagai berikut;
a. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi merangkap anggota; dan
b. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas 4 (empat) orang, masing-
masing merangkap anggota.
3) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota, dan 4 (empat) orang wakil ketua merangkap anggota, adalah:
a. Pejabat negara.
b. Penyidk dan penuntut umum.
c. Bekerja secara kolektif, dalam penjelasan Pasal 21 ayat (5) dijelaskan bahwa; yang
dimaksud dengan bekerja secara kolektif adalah bahwa setiap pengambilan
7
keputusan harus disetujui dan diputusknan secara bersama-sama Pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi.
d. Penanggung jawab tertinggi Korupsi Pemberantasan Korupsi.
4) Korupsi Pemberantasan Korupsi berwenang mengangkat Tim Penasehat yang
beranggotakan sebanyak 4 (empat) orang, yang diajukan oleh panitia seleksi pemilihan.
5) Pembentukan panitia seleksi dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
6) Panitia seleks pemilihan mengumumkan penerimaan calon dan melakukan kegiatan
mengumpulkan calon anggota Tim Penasehat berdasarkan keinginan dan masukan dari
masyarakat.
7) Para calon Tim Penasehat yang telah terdafar, oleh paniti seleksi pemilihan diumumkan
terlebih dahulu kepada masyarakat untuk mendapatkan tanggapan sebelum ditunjuk dan
diangkat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan calon yang diusulkan oleh panitia
seleksi pemilihan.
8) Setelah para callon anggota Tim Penasehat tersebut mendapat tanggapan dari masyarakat,
panitia seleksi pemilihan mengajukan 8 (delapan) calon anggota Tim Penasehat kepada
Komisi Pemberantasan Korupsi untuk selanjutnya dipilih sebanyak 4 (empat) orang
anggota.
9) Tim Penasehat berfungsi memberikan nasehat dan pertimbangan sesuai dengan
kepakarannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melaksakan tugas dan
wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi.
10) Anggota Tim Penasehat adalah warga negara Indonesia yang karena kepakarannya diangkat
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
11) Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi adalah warga negara Indonesia yang karena
keahliannya diangkat sebagai pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
12) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi sebagaimana diatur dalam keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi.
13) Komisi Pemberantasan Korupsi:
a. Menetapkan kebijakkan data dan tata kerja organisasi mengenai pelaksanaan tugas
dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi;
b. Mengangkat dan memberhentikan Kepala Bidang, Kepala Sekertariat, Kepala
Subbidang dan pegawai yang bertugas pada Komisi Pemberantasan Korupsi;
c. Menentukan kriteria penanganan tindak pidana korupsi.
14) Ketentuan mengenai tata kerja Komisi Pemberantasan Korupsi diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi.

8
15) Susunan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
dan 4 (empat) orang Wakil Ketua Pemberantasan Korupsi.
16) Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan 4 (empat) orang Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi membawahkan 4 (empat) deputi yang terdiri atas dan membawahi
direkturat-direkturat;
a. Deputi Bidang Pencegahan:
a) Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara.
b) Direktorat Gratifikasi.
c) Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat.
d) Direktoran Penelitian dan Pengembangan.
e) Sekretariat Diputi Bidang Pencegahan.
b. Deputi Bidang Penindakan:
a) Direktorat Penyelidikan
b) Direktorat Penyidikan.
c) Direktorat Penuntutan
d) Sekretariat Deputi Bidang Penindakan
c. Deputi Bidang Informasi dan Data:
a) Direktorat Pengolahan Informasi dan Data
b) Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi.
c) Direktorat Monitor
d) Sekretariat Deputi Bidang Informasi dan Data.
d. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat:
a) Direktorat Pengawasan Internal
b) Direktorat Pengaduan Masyarakat
c) Sekretariat Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengduan Masyarakat.
17) Dengan Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor: KEP-07/P/KPK/02/2004
tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi telah ditetapkan
mengenai tugas Deputi dan masing-masing Direktorat.
a) Deputi Bidang Pencegahan
Deputi Bidang Pencagahan mempunyai tugas melakukan upaya-upaya atau tindakan-
tindakan pencegahan tindak pidana korupsi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8, Deputi Bidang Pencegahan menyelenggrakan fungsi:
a. Pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggaraan
negara;
9
b. Penerimaan laporan dan penetapan status gratifikasi;
c. Penyelenggaraan progam pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;
d. Sosoalisai pemberantasan tindak pidana korupsi;
e. Kampaye antikorupsi kepada masyarakat umum;
f. Kerja sama bilateral atau multilateral dlam pemberantasan tidak pidana korupsi.

Deputi Bidang Pencegahan, membawahkan:

(1) Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaraan


Negara.
Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Negara
melaksanakan sebagian tugas fungsi Deputi Bidang Pencegahan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap kekayaan penyelenggaraan negara.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan,
Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta kekayaan Penyelenggaraan
Negara menyelenggarakan fungsi:
a. Melakukan pemantauan dan klarifikasi atas harta kekayaan Penyelenggaraan
Negara
b. Meneliti laporan atau pengaduan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
instansi pemerintah tentang dugaan adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme dari
para Penyelenggara Negara.
c. Melakukan Penyelidikan atas inisiatif sendiri mengenai harta kekayaan
Penyelenggara Negara berdasarkan petunjuk adanya korupsi, kolusi, nepotisme
terhadap Penyelenggara Negara.
d. Mencari dan memperoleh bukti-bukti, menghadirkan saksi-saksi untuk
penyelidikan Penyelenggaraan Negara yang diduga melakukan korupsi, kolusi,
nepotisme atau meminta dokumen-dokumen dari pihak-pihak yang terkait
dengan penyelidikan harta kekayaan Penyelenggara Negara yang bersangkutan;
dan
e. Jikan dianggap perli, selain meminta bukti kepimilikan sebagian atau seluruh
harta kekayaan Penyelenggaraan Negara yang diduga diperoleh dari korupsi,
kolusi, atau nepotisme selama menjabat sebagai penyelenggara Negara, juga
meminta pejabat yang berwenang membuktikan dugaan tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Direktorat Gratifikasi

10
Direktorat Gratifikasi melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap penerima gratifikasi dan sejenisnya oleh Penyelenggaraan
Negara. Dalam melaksanakansebagian tugas dan Fungsi Deputi Bidang Pencegahan, Direktorat
Gratifikasi Penyelenggaraan fungsi:

a. Penelitian laporan atau pengaduan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau instansi
pemerintah tentang dugaan penerima gratifikasi dan sejenisnya kepada Penyelenggaraan
Negara;
b. Identifikasi penerimaan gratifikasi dan sejenisnya oleh Penyelenggaraan Negara.
c. Pencarian bukti-bukti untuk penyelidikan penyelenggaraan negara yang diduga menerima
gratifikasi dan sejenisnya;
d. Pemeriksaan terhadap laporan penerimaan gratifikasi dan sejenisnya;
e. Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada menteri keuangan.

(3). Direktorat pendidikan dan pelayanan masyarakat

Direktorat pendidikan dan pelayanan masyarakat melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi
bidang pencegahan dalam bidang pendidikan dan pelayanan kepada instansi pemerintah dan
masyarakat umum mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi.

Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pencegahan, Direktorat Pendidikan
dan Pelayanan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. Sosialisasi peran dan fungsi KPK kepada instansi pemerintah.


b. Pendidikan dan pelatihan serta penyempurnaan manajemen kinerja mulai dari perencanaan
sampai kepada pertanggungjawaban berorientasi hasil kepada instansi pemerintah,
masyarakat dan swasta.
c. Pendidikan dan pelatihan serta penyempurnaan manajemen kinerja mulai perencanaan
sampai kepada pertanggungjawaban berorientasi hasil kepada BUMP/ BUMD serta badan
hukum lainnya.
d. Penyelenggaraan seminar, workshop serta bentuk pelatihan lainnya dalam rangka

Mengubah sikap dan perilaku antikorupsiserta meningkatkan peran pemerintah, mastarakat dan
swasta;

e. Penyusun program pendidikan dan pelatihan;


f. Perencanaan, penyusunan, dan pengembangan materi pendidikan dan pelatihan;
g. Perencanaan kebutuhan dan pembinaan instruktur;

11
h. Penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan;
i. Evaluasi pelaksanaan hasil pendidikan dan pelatihan serta penyusunan laporan;

4.Direktorat penelitian dan pengembangan

Direktorat ini melaksanakan sebagian tugas dan fungsi debuti bidang pencegahan dalam
bidang penelitian dan pengembangan pemberantasan korupsi.Diantara fungsinya :

a. Analisa kebutuhan dan penyusunan program penelitian dan pengembangan.


b. Penelitian dan pengembanganmanajemen kinerja sektor publik.
c. Penelitian dan pengembangan kode etik anti korupsi.
d. Pelaksanaan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan instasi lainya di bidang
pemberantasan korupsi.
e. Evalasi dan penyusunan laporan pelaksanaan dan hasil penelitian pengembangan.

5.Sekertariat debuti Bidang Pencegahan

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang kesekertariatan di lingkungan debuti


bidang pencegahan.diantara fungsinya adalah :

a. Pelaksanaan penyiapan rumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesekertariatan berupa


pemberian bimbingan,pembinaan dan pengamanan teknis.
b. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja di lingkungan debuti bidang pencegahan
dalam rangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja.
c. Pelaksanaan pengumpulan pencatatan dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana dan
program kerja,dan pelaksanaan ketatausahaan.

B.Debuti Bidang Penindakan

Mempunyai tugas melakukan penyelidikan ,penyidikan ,penuntutan dan tindakan hukum


lain mengenai tindak pidana korupsi berdasarkan peraturan perundang-undangn dan kebijaksanaan
yang ditetapkan Pimpinan KPK.

Dalam melaksanakan penyelididkan,penyidikan,penuntutan dan tindak hukuman lain


mengenai tindak pidana korupsi berdasarkan peratuuran perundang-undangan dan kebijaksanaan
yang ditetapka oleh pimpinan KPK,Debuti bidang penindakan menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijaksanaan teknis kegiatan justisial berupa pemberian bimbingan dan


pembinaan dalam bidang tugasnya.

12
b. Perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian kegiatan penyelidikan,penyidikan,penuntutan
dan tindak hukum lain serta pengadministrasian.
c. Pembinaan kerjasama,pelaksanaan koordinasi,dan pemberian bimbingan,serta petunjuk
teknis dalam penanganan tindak pidana korupsii,dengan instansi dan lembaga terkait
mengenai penyelidikan,penyidikan,penuntutan berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pimpinan KPK.
d. Pembinaan dan peningkatan kemampuan ,ketrampilan dan integritas kepribadian para
petugas pelaksana penyelidik,penyididk dan penuntut umum.

Debuti Bidang Penindakan membawakan :

1.Direktorat Penyelidikan
Ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Debuti bidang penindakan
dalam penyelidikan tindak pidana korupsi.dalam melaksanakan tugasnya direktorat
penyelidikan menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan rencana dan program kerja kegiatan penyelidikan tindak pidana korupsi serta
laporan pelaksanaannya.
b. Penyiapan rumusan kebijaksanaan teknis kegiatan penyelidikan tindak pidana korupsi
berupa pemberian bimbingan,pembinaan,dan pengamanan teknis.
c. Pelaksanaan penerimaan ,analisis, dan penelitian terhadap
informasi,pengaduan,laporan,menyiapkan pendapat dan saran.

(2) direktorat penyidikan

Direktorat penyidikan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tgas dan fungsi Deputi Bidang
Penindakan dalam penyidikan perkara tindak pidana korupsi.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang deputi bidang dalam penyidikan tindak pidana
korupsi,direktorat penyidikan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan rencana dan program kerja kegiatan penyidikan perkara tindak pidana korupsi
serta laporan pelaksanaannya.
b. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis kegiatan penyidikan perkara tindak pidana
korupsi berupa pemberianbimbingan,pembinaan,dan pengamanan,teknis
c. Pelaksanaan penerimaan,analisis,dan penelitian terhadap hasil penyelidikan yang diterima
dari penyelidik
d. Pelaksanaan kegiatan penyidikan dan pemberkasan perkara tindak pidana korupsi

13
e. Penyiapan dan penyampaian pertimbangan,pendapat,dan saran kepada Deputi Bidang
Penindakan atas hasil penyidikan perkara tindak pidana korupsi telah cukup ditingkatkan ke
penuntutan, dan pengambilalihan penyidikan tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan
kepolisian atau kejaksaan,umum dan putusan pengadilan serta penyiapan laporannya
f. Pelaksanaan pembinaan kerjasama dan koordinasi kegiatan penyidikan perkara tindak
pidana korupsi dengan instansi terkait
g. Pelaksanaan kerja sama koordinasi pemberian bimbingan dan petunjuk teknis kepada satuan
tugas penyidik perkara tindak pidana korupsi

(3).Direktorat Penuntutan

Direktorat penuntutan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang
penindakan dalam penututan ,pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan serta tindakan
hokum lainnya terhadap perkara , pidana korupsi.

Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang penindakan dalam penyelidikan
tindak pidana korupsi,direktorat penuntutan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijaksanan teknis di bidang penyelesaian perkara tindak


pidana korupsi berupa bimbingan,pembinaan,dan pengamanan teknis
b. Penerimaan penyerahan berkas perkara dari penyidik dan menyempurnakan serta
melengkapi berkas perkara tersebut untuk dilakukan penuntutan.
c. Penerimaan penyerahan perkara dan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti,
melakukan penuntutan melaksanakan penetapan hakim,putusan pengadilan serta tindakan
hokum lainnya terhadap perkara tindak pidana korupsi
d. Penyiapan dan penyampaian petimbangan ,pendapat dan saran kepada Deputi Bidang
penindakan terhadap proses persidangan perkara tindak pidana korupsi, dan
pengambilaliahan penuntutan tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kejaksaan
e. Pengumpulan dan penyiapan bahabn pengendalian dan memantau jalannya persidangan
melalui peneriamaan laporan harian persidangan dan mengadministrasikannya,menelaah
rencana tuntutan jaksa penuntut umum,dan putusan pengadilan serta penyiapan laporannya
f. Pelaksanaan pemberian bimbingan dan petunjuk teknis kepada satuan tugas jaksa penuntut
umum pada komisi pemberantasan korupsi.

(4) secretariat deputi bidang penindakan

Secretariat deputi bidnag penindakan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang


kesekretariatan di lingkungan deputi bidang penindakan.
14
Dalam melaksanakan di bidang kesekretariatan di lingkungan deputi bidang penindakan,secretariat
deputi bidang penidakan menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesekretariatan berupa


pemberian bimbingan,pembinaan dan pengaman teknis
b. Pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja di lingkungan deputi bidang penindakan dalam
rangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja
c. Pelaksanaan pencatatan dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana program kerja
d. Pelaksanaan ketatausahaan
e. Pengelolaan dan pemeliharaan administrasi perkara,barang bukti,dan tahanan
f. Pelaksanaan penigkatan kemampuan,keterampilan,disiplin dan integritas kepribadian aparat
pelaksa dan pelaksanaan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai dengan petunjuk
deputi bidang penindakan.

c) deputi bidang informasi dan data

deputi bidang informasi dan data mempunyai tugas melaksanakan pengolahan data dan
informasi serta penembangan system informasi yang mendukung kegiatan
pencegahan,penyelidikan,penyidikan,dan penuntutan tindak pidana korupsi, serta melakukan
monitor terhadap upaya pencegahan, dan penindakan tindak pidana korupsi yang dilakukan
oleh penyelenggara Negara.

Dalam melaksanakan tugas pengolahan data dan informasi serta pengembangan system
informasi yang mendukung kegiatan pencegahan,

Penyelidikan,penyidikan,dan penuntutan tindak pidana korupsi,serta melakukan monitor


terhada pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
penyelenggaraan Negara , deputi bidang informasi dan data menyelenggarakan tugas:

a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan data dan informasi serta


pengembangan system
b. Pengumpulan, pengolaha, dan penyajian data dan informasi, serta administrasi basisi
data
c. Penyiapan analisis hasil pelaksanaan program dan kegiata KPk
d. Pengembangan system informasi dan pembinaan terhadap pengguna
e. Pengembangan jaringan informasi dengan instansi pemerintah dan masyarakat
f. Monitor terhadap upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi yang
terjadi pada instansi pemerintahan Negara
15
Deputi Bidang Informasi dan Data membawahkan

1) Direktorat Pengolahan Informasi dan Data


Direktorat Pengolahan Informasi dan Data mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Deputi BIdang Informasi dan Data dalam bidang pengolahan
informasi dan data yang mendukung pelaksanaan kegiata pencegahan, penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan tindak pdana korupsi.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Informasi dan Data
dalam bidang pengolahan Informasi dan data yang mendukung pelasanaan kegiatan
pencegahan, penyelidikan, penyidikan, dan penuntun tindak pidana korupsi, Deputi
Bidang Informasi dan data menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan data dan informasi
b. Pengumpulan dan pengolahan data
c. Penyiapan bahan analisis kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi
d. Penyelenggaraan administrasi basis data
2) Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antarkomisi dan instansi

Direktorat pembinaan jaringan kerja atar komisi dan instansi mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi bidang informasi dan data dalam
bidang pembinaan jaringan antarkomisi dan instansi yang berwenang dalam
pemberantasan korupsi

Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Informasi dan dalam
bidang pengolahan informasi dan yang mendukung pelasanaan kegiata pencegahan,
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi, Direktorat
Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi menyelenggarakan fungsi;

a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program serta pengembangan system


aplikasi
b. Peyiapan bahan penyusunan rencana dan program serta pengembangan teknologi
informasi
c. Pengembangan serta pemeliharaan jaringan informasi dengan instansi
pemerintah dan masyarakat.
(1) Direktorat Monitor
Direktorat Monitor mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi
Bidang Informasi dan Data dalam melakukan monitor terhadap upaya pencegahan dan
penindakan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Penyelenggaraan Negara.
16
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fugnsi deputi bidang informasi dan data dalam
bidang pengolahan informasi dan data yang mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan,
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi, Direktorat Monitor
menyelenggrakan tugas;
a. Pengkajian terhadap system pengelolaan administrasi di semua lembaga Negara dan
pemerintah
b. Perumusan saran KPK kepada pimpinan lembaga Negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, system pengelolaan
administrasi tersebut berpotensi korupsi
c. Perumusan lapiran KPK kepasda presiden republic Indonesia, dewan perwakilan rakyat
republic Indonesia, dan badan pemeriksa keuangan, jikasaran komisi pemberantasan
korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.
(2) Sekertariat Deputi Bidang INformasi dan Data
Sekertariat deputi bidang informasi dan data mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di
bidang kesekretariatan di lingkungan deputi bidang informasi dan data, secretariat deputi
bidang informasi dan data menyelenggrarakan tugas:
a. Pelaksanaan penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesekretariatan
berupa pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis;
b. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja di lingkungan deputi bidang
informasi dan data dalam rangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja
c. Pelaksanaan pengumpulan pencatatan dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana dan
program kerja
d. Pelaksanaan ketatausahaan
e. Pelaksanaan peningkatan kemampuan, keterampilan disiplin dan integritas kepribadian
aparat pelaksana serta pelaksanaan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai
dengan petunjuk deputi bidang inforasi dan data

d) Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat Deputi Bidang Pengawasan
Internal dan Pengaduan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional
terhadap unit kerja yang berada di bawah Komisi Pemberantasan Korupsi dan memproses
pengaduan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan fungisonal terhadap unit kerja yang berada di bawah
Komisi Pemberantasan Korupsi dan memproses pengaduan masyarakat.

17
Dalam melaksanakan tugas pengawasan fungsional terhadap unit kerja yang berasda di bawah
Komisi Pemberantasan Korupsi dan membrpses pengaduan masyarakat, Deputi Bidang
Pengawasan Internal dan pengaduan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengaeasan di lingkungan KPK


b. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pengawasan internal dan
pemorosesan pengaduan masyarakat serta pengadministrasiannya

Pemberian saran dan pendapat kepada Pimpinan KPK mengenai hasi pengawasan
internal dan pemrosesan pengaduan masyarakat

Deputi bidang Informasi dan Data membawahkan :

(3) Direktorat Pengolahan Informasi dan Data


Direktorat Pengolahan Informasi dan Data mempunyai tugas dan melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Deputi Bidang INformasi dan Data dalam bidang pengolahan informasi dan
data yang mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan, penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan tindak pdana korupsi.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Informasi dan Data dalam
bidang pengolahan informasi dan data yang mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan,
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi. Deputi Bidang Informasi
dan Data menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan data dan informasi;
b. Pengumpulan dan pengolahan dan data
c. Penyiapan bahan analisi kinerja KOisi Pemberantasan Korupsi
d. Penyelenggaraan administrasi basis data
(4) Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Sntarkomisi dan Instansi
Direktorat Pembinaan Jangan Kerja Antar-Komisi dan Instansi mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas fungsi Deputi Bidang Informsi dan Data dalam bidang
pembinaan jaringan antar instansi yang berwenang dalam pemberantasan korupsi
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang Informasi dan Data dalam
bidang pengolahan informasi dan data yang mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan,
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi, Direktorat Pembinaan
Jaringan Kerja Antar-Komisi dan Instansi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program serta pengembangan system aplikasi;
b. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program serta pengembangan teknologi
informasi
18
c. Pengembangan serta pemeliharaan jaringan informasi dengan instansi pemerintah dan
masyarakat
(5) Direktorat Monitor
Direktorat Monitor mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi
Bidang Informasi dan Data dalam melakukan monitor terhadap upaya pencegahan dan
penindakan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Penyelenggaraan Negara.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fugnsi deputi bidang informasi dan data dalam
bidang pengolahan informasi dan data yang mendukung pelaksanaan kegiatan pencegahan,
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi, Direktorat Monitor
menyelenggrakan tugas;
d. Pengkajian terhadap system pengelolaan administrasi di semua lembaga Negara dan
pemerintah
e. Perumusan saran KPK kepada pimpinan lembaga Negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, system pengelolaan
administrasi tersebut berpotensi korupsi
f. Perumusan lapiran KPK kepasda presiden republic Indonesia, dewan perwakilan rakyat
republic Indonesia, dan badan pemeriksa keuangan, jikasaran komisi pemberantasan
korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.
(6) Sekertariat Deputi Bidang INformasi dan Data
Sekertariat deputi bidang informasi dan data mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di
bidang kesekretariatan di lingkungan deputi bidang informasi dan data, secretariat deputi
bidang informasi dan data menyelenggrarakan tugas:
f. Pelaksanaan penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kesekretariatan
berupa pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja di lingkungan deputi bidang
informasi dan data dalam rangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja
h. Pelaksanaan pengumpulan pencatatan dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana dan
program kerja
i. Pelaksanaan ketatausahaan
j. Pelaksanaan peningkatan kemampuan, keterampilan disiplin dan integritas kepribadian
aparat pelaksana serta pelaksanaan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai
dengan petunjuk deputi bidang inforasi dan data

d) Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat Deputi Bidang Pengawasan
Internal dan Pengaduan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional

19
terhadap unit kerja yang berada di bawah Komisi Pemberantasan Korupsi dan memproses
pengaduan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan fungisonal terhadap unit kerja yang berada di bawah
Komisi Pemberantasan Korupsi dan memproses pengaduan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pengawasan fungsional terhadap unit kerja yang berasda di bawah
Komisi Pemberantasan Korupsi dan membrpses pengaduan masyarakat, Deputi Bidang
Pengawasan Internal dan pengaduan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pengaeasan di lingkungan KPK


d. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pengawasan internal dan
pemorosesan pengaduan masyarakat serta pengadministrasiannya
e. Pemberian saran dan pendapat kepada Pimpinan KPK mengenai hasi pengawasan internal
dan pemrosesan pengaduan masyarakat.

Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat, membawahkan;

(1) Direktorat Pengawasan Internal


Direktoral Pengawasan Internal melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Deputi Bidang
Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyakrakat dalam pengawasan internal di lingkungan
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi bidang pengawasan internal dan
pengaduan masyarakat dalam pengawasan internal di lingkungan komisi pemberantasan
korupsi.
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi bidang pengawasan internal dan
pengaduan masyarakat dalam pengawasan internal di lingkungan komisi pemberantasan
korupsi, direktorat pengawasan internal mempunyai fungis:
a. Pemeriksaan ketaatan, efisiensi, dan efetivitas pelaksanaan tugas dan kegiatan unit kerja
di lingkungan komisi pemberantasan korupsi
b. Pemantauan dan penyiapan evaluasi pelaksanaan program kerja dibantu oleh tenaga
pelaksanaan fungsional
(2) Direktorat Pengaduan Masyarakat

Direktorat Pengaduan Masyarakat melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi bidang
pengawasan internal dan pengaduan masyarakat dalam pemrosesan pengaduan masyarakat

20
Dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi deputi bidang pengawasan internal dan
pengaduan masyarakat mempunyai tugas

a. Pemeriksaan khusus terhadap indikasi penyimpangan an penyalahgunaan wewenang unit


kerja dan SDM di lingkungan KPK
b. Pemrosesan pengaduan masyarakat yang menyangkut anggota atau pegawai KPK
maupun yang menyangkut Penyelenggara Negara
c. Pelimahan hasil pemeriksaan menurut butir a, dan b, yang mengandung unsure tindak
pidana korupsi kepada Deputi Bidang Penindakan.
(3) Sekretariat Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
Sekretariat Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan dibidang kesekretariatan di lingkungan deputi bidang
pengawasan internal dan pengaduan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dibidang
kesekretariatan di lingkungan deputi bidang pengawasan internal dan pengaduan
masyarakat, secretariat deputi bidang pengawasan internal dan pengadan masyarakat
menyelenggarakan fungsi
a. Pelaksanaan penyiapan perumusan kebijakasanaan teknis di bidang kesekretariatan
berupa pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis
b. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja di lingkungan deputi bidang
pengawasanan internal dan pengaduan masyarakat dalam rangak penyiapan rumusan
rencanan dan program kerja
c. Pelaksanaan pengumpulan pencatatan dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana dan
program kerja
d. Pelaksanaan ketatausahaan deputi bidang pengawasan internal dan pengaduan
masyarakat

(18) dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, KPK dibantu oleh Sekretariat Jendral yang
dipimpin oleh seorang Sekretariat Jendral

Secretariat Jendral mempunyai tugas mengakomodasikan perencanaan, pembinaan,


pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingukngan komisi pemerantasan korupsi.

Daam melaksanakan tugas mengakomodasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian


administrasi, dan sumber daya di lingkungan KPK, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi

a. Koordinasi dan penyusunan kebijakan dan program KPK serta evaluasi pelaksanaannya di
lingkungan KPK

21
b. Pengelolaan sumber daya manusia, penataan organisasi dan ketatalaksanaan, serta keuangan
c. Pemberian bantuan hokum di lingkungan KPK
d. Pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan, dan rumah tangga.

Sekretariat Jenderal terdiri atas;

1) Biro Perencanaan dan Keuangan


Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sinkronisasi penyusunan
kebijakan umum di lingkungan KPK dan evaluasi peaksanaannya, dan melaksanakan
penyusunan anggaran, perbendaharaan, verifikasi dan akuntansi.
Dalam melaksanakan tugas sinkronisasi penyusunan kebijakan umum di lingkungan KPK
dan evaluasi pelaksanaannya , dan melaksanakan penyusunan anggaran, perbendaharaan,
verifikasi dan akuntansi, biro perencanaan dan keuangan menyelenggarakan fungsi;
a. Sinkronisasi penyusunan kebijakan umum
b. Pemantauan dan penyiapan evaluasi pelaksanaan program kerja
c. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja secretariat jenderal
d. Penyusunan anggaran
e. Pelaksanaan urusan perbendaharaan
f. Pelaksanaan verifikasi dan akuntansi
2) Biro umum
Biro umum mempunyai tugas melaksanakan pemerian bantuan hokum di lingkungan KPK,
urusan tata usaha dan rumah tangga, dan kegiatan kesekretariatan pimpinan KPK
Dalam melaksanakan tugas pemerian bantuan hukm dilingkungan KPK, urusan tata usaha
dan rumah tangga, dan kegiatan kesekretariatan pimpinan KPK, Biro umum
menyelenggarakan tugas;
a. Pemerian bantuan huikum dilingkungan komisi pemberantasan korupsi
b. Pelaksanaan urusan tata persuratan, kearsipan dan penggandaan
c. Pelaksanaan urusan penggajian dan perjalanan dinas
d. Pelaksanaan urusan dalam dan perpustakaan
e. Pemeliharaan barang milik kekayaan Negara
f. Pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan keprotkolan
3) Biro Sumber Daya Manusia
Biro Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya
manusia serta penataan organisasi KPK, Biro SDM menyelenggarakan fungsi;
a. Penyusunan rencana formasi, pengembangan, pengelolaan data dan informasi, serta
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia lingkungan KPK
22
b. Penyiapan bahan analisis dan evaluasi kelembaaan KPK\pelaksanaan urusan
pengangkatan, pemberhentian serta kepangakatan.

19) Sekeretariat Jenderal diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia

20) dalam menjalankan tugasnya Sekretariat Jendral bertanggung jawab kepada Pimpinan

Komisi Pemberantasan Korupsi.

21) ketentuan mengenai tugas dan fungsi Sekretariat Jendral sebagaimana diatur dalam
Keputusan KPK

22) KPK dapat melaukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan dan
pembinaan organisasi KPK.

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ditentukan


dalam pasal 29 sampai dengan pasal 37 undang-undang nomor 30 tahun 2002.

1. Persyaratan pengangkatan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Ketentuan tentang persyaratan pengangkatan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi ditentukan


sebagaiman diatur dalam pasal 29 undang-undang nomor 30 tahun 2002.

Untuk dapat diangkat sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1) Warga negara Indonesia


2) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Berijazah sarjana hukum atau sarjana lain yang memiliki keahlian dan pengalaman
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun dalam bidang hukum, ekonomi, keuangan, atau
perbankan
5) Berumur sekurang-kurangnya 40 9empat puluh0 tahun dan setinggi-tingginya 65 ( enam
puluh lima) tahun pada proses pemilihan
6) Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
7) Cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinngi, dan memiliki reputasi yang baik
8) Tidak menjadi pengurus salah satu partai politik
9) Melepaskan jabatan structural dan atau jabatan lainnya selama menjadi anggota komisi
pemberantasan korupsi.
23
Dalam penjelasan pasal 29 huruf dijelaskan bahwa:yang dimaksud denganjabatan lainnya
misalnya komisaris atau direksi, baik pada badan usaha milik negara atau swasta.
10) Tidak menjalankan profesinya selama menjadi anggota Komisi Pemberantasan
Korupsi;dan
Dalam penjelasan pasal 19 huruyf j dijelaskan bahwa;yang dimaksud dengan profesi,
misalnya advokat, akuntan public, atau dokter
11) Mengumumkan kekayaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Proses Pencalonan dan Pemilihan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
Proses pencalonan dan pemilihan Komisi pemberantasan Korupsi ditentukan sebagaimana
diatur dalam pasal 30 dan pasal 31 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002.
3. Pemberhentian Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
Ketentuan mengenai pemberhentian pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaiman
diatur dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang nomor 30 Tahun 2002.
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi berhenti atau diberhentikan karena:
1) Meninggal dunia
2) B erakhir masa jabatannya
3) Menjadi terdakwa karena melaakukan tindak pidan kejahatan
4) Berhalangan tetap atau secara terus-menerus selama lebih dari 3 (tiga) bulan tidak dapat
melaksanakan tugasnya
5) Mengundurkan diri;atau
6) Diknai sanksi berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pemberantasan Korupsi.
4. Kekosongan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
Ketentuan mengenai kekosongan pimpinan sebagai akibat pemberhentian pimpinan Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun
2002, diatur di dalam Pasal 32 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002
sebagai berikut:
(1) Dalam hal terjadi kekosongan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Presiden
Republik Indonesia mengajukan calon anggota pengganti kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Indonesia.
(2) Prosedua pengajuan calon pengganti dan pemilihan anggota yang bersangkutan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, pasal 30,
dan pasal 31 UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
5. Masa Jabatan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
24
Sebagaiman diatur dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 pimpinan
Komisi pemberantasan korupsi yang terdiri atas seorang ketua Pemberantasan Korupsi dan 4
(empat) orang Wakil Ketua Komisi pemberantasan Korupsi, memegang jabatan selama 4
(empat) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.
6. Sumpah Dan Janji Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Tentang ketentuan mengenai sumpah dan janji pimpinan komisi pemberantasan korupsi di tur
dalam pasal 35 undang-undang Nomor 3 tahun 2002, sebagai berikut:

(1) Sebelum memangku jabatan, pimpinan komosi pemberantasan korupsi yang terdiri atas
seorang ketua komisi pemberantasan korupsi dan 4 (empat) orang Wakil Ketua Komisi
pemberantasan Korupsi wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya di hadapan
Presiden Republik Indonesia.
(2) Sumpah/janji ketua komosi pemberantasan korupsi
7. Larangan Bagi Pimpinan, Tim Penasihat Dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi

Terdapat ketentuan mengenai larangan bagi Pimpinan, Tim Penasihat, Dan Pegawai Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 36 dan pasal 37 Undang-Undang
nomor 30 Tahun 2002.

Pimpinan, Tim Penasihat, Dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi dilarang:

1) Mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau langsung
dengan tersangka atau pihak lain yang ada hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi
yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi dengan alas an apapun.
2) Menangani perkarai Tindak Pidana Korupsi yang pelakunya mempunyai hubungan
keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat
ketiga dengan anggota komisi pemberantasan korupsi yang bersangkutan.
3) Menjabat Komisaris atau Direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengawas atau pengurus
koperasi, dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang berhubungan dngan
jabatan tersebut.

Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan

Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hokum
acara pidana yang berlaku dan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dilaksanakan berdasarkan perintah dan
bertindak untuk dan atas nama Komisi Pemberantasan Korupsi.

25
1. Penyelidikan
Penyelidik diangkat dan diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi diatur dalam
Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang No.30 tahun 2002. Jika penyelidik dalam melakukan
penyelidikan menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi
dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal ditemukan bukti
permulaan yang cukup, penyelidik melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan sekurang-
kurangnya dua alat bukti. Dalam hal penyelidik melakukan tugasnya, tidak menemukan
bukti permulaan yang ukup, penyelidik melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi
dan Komisi Pemberantasan Korupsi menhentikan penyelidikan. Dalam hal Komisi
Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara tersebut diteruskan, Komisi
Pemberantasan Korupsi melaksanakan penyidikan sendiri atau melimpahkan perkara
tersebut kepada penyidik kepolisian atau kejaksaan.
2. Penyidikan
Diatur dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No.30 Tahun 2002. Atas dasar dugaan yang
kuat adanya bukti permulaan yang cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa ijin
Ketua Pengadilan Negeri berkaitan dengan tugas penyidikannya. Penyidik wajib membuat
berita acara penyitaan pada hari penyitaan yang memuat :
a. Nama, jenis, dan jumlah barang atau benda berharga lain yang disita
b. Keterangan tempat, waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan penyitaan
c. Keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai barang atau benda berharga lain
d. Tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penyitaan
e. Tanda tangan dan identitas dari pemilik atau orang yang menguasai barang tersebut.

Salinan berita acara penyitaan disampaikan kepada tersangka atau keluarganya.

Untuk kepentingan penyidikan, tersangka tindak pidana korupsi wajib memberikan


keterangan kepada penyidik tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau suami,
anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan/atau yang diduga
mempunyai hubungan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh tersangka. Setelah
penyidikan dinyatakan cukup, penyidik membuat berita acara dan disampaikan kepada
Pimpinan Komisi pemberantasan Korupsi untuk ditindaklanjuti.

Apabila suatu tindak pidana korupsi terjadi dan Komisi Pemberantasan Korupsi belum
melakukan penyidikan, sedangkan perkara telah dilakukan penyidikan oleh kepolisian atau
kejaksaan, instansi tersebut wajib memberitahukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

26
paling lambat 14 hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya penyidikan. Jika Komisi
Pemberantasan Korupsi sudah mulai melakukan penyidikan, maka kepolisian atau kejaksaan
tidak berwenang lagi melakukan penyidikan. Jika penyidikan dilakukan secara bersamaan
maka penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan segera dihentikan.

3. Penuntutan
Penuntut adalah penuntut umum pada Komisi Pemberantasan korupsi yang diangkat dan
diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Penuntut adalah jaksa penuntut umum.
Penuntut umum, setelah menerima berkas perkara dari penyedik, paling lambat 14 hari kerja
wajib melimpahkan berkas perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri.

Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan

Ketentuan mengenai pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi di sidang pengadilan diatur di
dalam Bab VII Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 mulai Pasal 53 sampai dengan Pasal 62 ,
yaitu sebagai berikut.

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantas Tindak


Pidana Korupsi ini dibentuk Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang penuntutannya diajukan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berada di lingkungan Peradilan Umum.
3. Untuk pertama kali Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dibentuk pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat yang wilayah hukumnya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
4. Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi selain pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat akan dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah negara Republik Indonesia dengan
Keputusan Presiden.
5. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang dibentuk pada pengadilan Negeri Jakarta Pusat
selain wilayah hukumnya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia juga
berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi yang dilakukan di luar wilayah
negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia.
6. Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri atas hakim Pengadilan Negeri dan hakim
ad hoc.
7. Hakim Pengadilan Negeri yang menjadi hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung.
Dalam penjelasan Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dijelaskan
bahwa :
27
Berdasarkan ketentuan ini maka dalam menetapkan hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, Ketua Mahkamah Agung dapat menyeleksi hakim yang bertugas pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
8. Hakim ad hoc yang menjadi hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia atas usul Ketua Mahkamah Agung.
9. Dalam menetapkan dan mengusulkan calon hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi bagi
hakim Pengadilan Negeri dan hakim ad hoc , Ketua Mahkamah Agung wajib melakukan
pengumuman kepada masyarakat.
Dalam penjelasan Pasal 56 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 dijelaskan
bahwa :
Berdasarkan ketentuan ini maka pemilihan calon hakim yang akan ditetapkan dan yang
akan diusulkan kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjadi hakim Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi, dilakukan secara transparan dan partisipatif. Pengumuman
dapat dilakukan baik melalui media cetak maupun elektronik guna mendapat masukan
dan tanggapan masyarakat terhadap calon hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
tersebut.

10. Untuk dapat ditetapkan sebagai hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, hakim
Pengadilan negeri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman menjadi hakim sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. berpengalaman mengadili tindak pidana korupsi;
c. cakap dan memiliki integritas moral yang tinggi selama menjalankan tugasnya
d. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin.
11. Untuk dapat diusulkan sebagai hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. sehat jasmani dan rohani
d. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dan
berpengalaman sekurangkurangnya 15 (lima belas) tahun di bidang hukum
e. berumur sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun pada proses pemilihan
f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela
g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik
h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik
i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi hakim ad hoc
28
12. Perkara tindak pidana korupsi diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal perkara dilimpahkan ke
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
13. Pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi dilakukan oleh majelis hakim berjumlah 5 (lima)
orang yang terdiri atas 2 (dua) orang hakim Pengadilan Negeri yang bersangkutan dan 3
(tiga) orang hakim ad hoc.
14. Dalam hal putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dimohonkan banding ke Pengadilan
Tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktu paling lama 60 (enam
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh Pengadilan Tinggi.
15. Pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi dilakukan oleh majelis hakim berjumlah 5 (lima)
orang yang terdiri atas 2 (dua) orang hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan 3
(tiga) orang hakim ad hoc.
16. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 juga berlaku bagi hakim ad hoc pada
Pengadilan Tinggi.
17. Dalam hal putusan Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi dimohonkan kasasi kepada
Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jangka waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh
Mahkamah Agung.
18. Pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi yang dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung,
dilakukan oleh Majelis Hakim berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri atas 2 (dua) orang
Hakim Agung dan 3 (tiga) orang hakim ad hoc.
19. Untuk dapat diangkat menjadi hakim ad hoc pada Mahkamah Agung harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. warga negara Republik Indonesia
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. sehat jasmani dan rohani
d. berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dan
berpengalaman sekurangkurangnya 20 (dua puluh) tahun di bidang hukum
e. berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun pada proses pemilihan
f. tidak pernah melakukan perbuatan tercela
g. cakap, jujur, memiliki integritas moral yang tinggi, dan memiliki reputasi yang baik
h. tidak menjadi pengurus salah satu partai politik
i. melepaskan jabatan struktural dan atau jabatan lainnya selama menjadi hakim ad hoc
20. Sebelum memangku jabatan, hakim ad hoc wajib mengucapkan sumpah/janji menurut
agamanya di hadapan Presiden Republik Indonesia.
29
21. Sumpah/janji yang harus diucapkan oleh hakim ad hoc berbunyi sebagai berikut :
Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya untuk melaksanakan tugas
ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak
akan memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun
juga suatu janji atau pemberian.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta
mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi negara
Republik Indonesia.
Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan tugas ini dengan jujur,
seksama, dan obyektif dengan tidak membeda-bedakan orang, dan akan menjunjung tinggi
etika profesi dalam melaksanakan kewajiban saya ini dengan sebaik-baiknya dan seadil-
adilnya seperti layaknya bagi seorang petugas yang berbudi baik dan jujur dalam
menegakkan hukum dan keadilan.
22. Pemeriksaan di sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dilakukan berdasarkan hukum
acara pidana yang berlaku dan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam penjelasan Pasal 62 dijelaskan bahwa :
Yang dimaksud dengan hukum acara pidana yang berlaku adalah sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), dan untuk pemeriksaan kasasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Rehabilitasi dan Kompensasi

Didalam Bab VIII Undang-Undang No. 30 tahun 2002 pada pasal 63 diatur mengenai
Rehabilitasi dan Kompensasi, sebagai berikut:

1. Dalam hal seseorang dirugikan sebagai akibat penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan,
yang dilakukan oleh KomisiPemberantasan Korupsi secara bertentangan dengan Undang-
Undang ini atau dengan hukum yang berlaku, orang yang bersangkutan berhak untuk
mengajukan gugatan rehabilitasi dan/atau kompensasi.
30
2. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi hak orang yang dirugikan
untuk mengajukan gugatan praperadilan, jika terdapat alasan-alasan pengajuan praperadilan
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
3. Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Negeri yang
berwenang mengadili perkara tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54.
4. Dalam putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan jenis,
jumlah, jangka waktu, dan cara pelaksanaan rehabilitasi dan/atau kompensasi yang harus
dipenuhi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

Pembiayaan Komisi Pemberantasan Korupsi

Biaya yang diperlikan untuk pelaksanaan tugas komisi pemberantasan korupsi dibebankan
kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, hal tentang pembiayaan komisi pemberantasan
korupsi ini diatur dalam pasal 64 Undang-Undang No. 30 tahun 2002.

Dalam penjelasan pasal 64 dijelaskan bahwa: yang dimaksud dengan biaya termasuk
juga untuk pembiayaan rehabilitasi dan kompensasi

Ketentuan Pidana bagi Anggota dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi

Di dalam Bab X Undang-Undang No. 30 tahun 2002 pada pasal 65 sampai dengan 67 diatur
mengenai ketentuan pidana bagi anggota dan pegawai komisi Pemberabtasab Korupsi.

1. Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
2. Dipidana dengan pidana penjara yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, pegawai
pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang
a. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain
yang terkait dengan perkara tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi tanpa alasan yang sah;
b. menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungan
keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat
ketiga dengan pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan;
c. menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengurus koperasi, dan
jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan jabatan tersebut.

31
3. Setiap Anggota Komisi Pemberantasan Korupsi dan pegawai pada Komisi Pemberantasan
Korupsi yang melakukan tindak pidana korupsi, pidananya diperberat dengan menambah
1/3 (satu pertiga) dari ancaman pidana pokok.

Ketentuan Peralihan
Mengenai ketentuan peralihan diatur didalam bab XI Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 pasal
68 dan pasal 69 sebagai berikut:
1. Semua tindakan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang
proses hukumnya belum selesai pada saat terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi,
dapat diambil alih oleh Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9.
2. Dengan terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi maka Komisi Pemeriksa Kekayaan
Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme menjadi bagian Bidang Pencegahan pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
3. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tetap menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya, sampai Komisi Pemberantasan Korupsi
menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkanUndang-Undang ini.

Ketentuan Penutup
Didalam Bab XII Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 pasal 70 sampai [asal 72 diatur
mengenai ketentuan penutup, yaitu sebagai berikut:
1. Komisi Pemberantasan Korupsi melaksanakan tugas dan wewenangnya paling lambat 1
(satu) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.
2. Dengan berlakunya Undang-Undang ini Pasal 27 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150) dinyatakan tidak berlaku. Setelah
Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan tugas dan wewenangnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70, ketentuan mengenai Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 19 dalam BAB VII Undang-Undang Nomor 28 Tahun

32
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851), dinyatakan tidak berlaku.
3. Setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menjalankan tugas dan wewenangnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70, ketentuan mengenai Komisi Pemeriksa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 19 dalam BAB VII Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851), dinyatakan tidak berlaku.
4. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu
tanggal 27 desember 2002
5. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, yaitu Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 137, tambahan Lembaran Negara Reublik
Indonesia Nomor 4259.

33
KESIMPULAN

KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan tugas
dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Berdasarkan Pasal 6 Undang
Undang Nomor 30 Tahun 2002, maka tugas dari KPK ini meliputi: melakukan koordinasi dan
supervisi terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
berwenang, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi,
melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.

34
DAFTAR PUSTAKA
Djaja, Drs.Ermansjah. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Sinar Grafika: Jakarta. 2008

Hartanti, Evi. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika: Jakarta. 2006

Asshiddiqie, Jimly. Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen. Sekjen
dan Kepaniteraan MK Republik Indonesia: Jakarta. 2006

35

Anda mungkin juga menyukai