di Kodya Sukabumi Kasnodihardjo, Sumengen Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta PENDAHULUAN Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang ditandai demam mendadak, perdarahan di kulit maupun di bagian tubuh lainnya, dapat menimbulkan shock atau renjatan dan kematian(1). Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini biasanya berjangkit di daerah perkotaan. Pada umumnya yang dijangkiti demam berdarah adalah anak-anak termasuk bayi dan angka kematiannya tergolong tinggi. Di Indonesia penyakit demam berdarah mulai ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan di Jakarta. Sejak itu jumlah kasus/insidennya meningkat dan menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor Timur. Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit demam berdarah terus menerus dilakukan,oleh pemerintah antara lain melalui pengobatan penderita, pemberantasan nyamuk penular dan pembasmian larva menggunakan insektisida serta larvasida. Namun upaya-upaya tersebut selain biayanya sangat mahal juga tidak praktis. Upaya yang paling efektif dan efisien adalah memberantas sarang dan tempat perindukan nyamuk oleh masyarakat. Upaya ini sebetulnya sudah digalakkan, hanya saja hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dalam rangka mencari strategi pemberantasan penyakit demam berdarah yang lebih baik, dilakukan suatu studi tentang peningkatan kualitas lingkungan. Studi ini meliputi dua tahap, yaitu tahap I merupakan survei dasar dan tahap II studi intervensi dan evaluasi. Studi dilakukan di Kotamadya Sukabumi, Jawa Barat. Tulisan ini merupakan hasil survei dasar yang mengungkapkan aspek perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan demam berdarah. Aspek perilaku dalam hal ini meliputi tiga faktor yaitu : pengetahuan, sikap dan tindakan. Survei dasar dilakukan pada bulan Oktober 1988. BAHAN DAN CARA Sejumlah 382 rumah tangga telah dipilih sebagai sampel. Sebagai responden pada survei dasar ini adalah ibu rumah tangga, yang diasumsikan mengetahui keadaan anggota keluarganya dan memiliki perilaku yang mewakili rumah tangganya dalam kaitannya dengan masalah demam berdarah. Data aspek perilaku meliputi berbagai variabel yang berhubungan dengantejadian penyakit demam berdarah. Variabelvariabel tersebut antara lain menyangkut penyebab penyakit, jenis nyamuk penular, jentik, cara pemberantasan dan pencegahan penyakit demam berdarah. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan cara mengunjungi rumah responden. Tenaga pewawancara terdiri dari para peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. HASIL Dari 382 ibu rumah tangga yang berhasil diwawancarai, 67% tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Sebagian besar (65%) tidak bekerja dan pada umumnya (90%) beragama Islam. Pengetahuan responden dalam kaitannya dengan penyakit demam berdarah yaitu mengenai tanda-tanda penyakit, bahaya penyakit, penyebab penyakit, cara pertolongan jika terkena penyakit, cara penularan penyakit, kebiasaan yang menyebabkan timbulnya penyakit, jenis nyamuk dan jentik yang menularkan penyakit serta cara pemberantasan penyakit yang dinilai benar menurut kriteria jawaban, tertera pada tabel 1. Tabel 1. Pengetahuan Responden yang Benar terhadap Demam Berdarah Pengetahuan tentang Proporsi responden (%) Tanda-tanda penyakit Bahaya penyakit Penyebab penyakit Pertolongan terhadap penderita Cara penularan penyakit Jenis nyamuk penular Jentik nyamuk penular Kebiasaan yang erat dengan penyakit Cara pemberantasan penyakit 81 76 5 96 56 78 85 71 52 Rata-rata 67 (N = 382) Pengetahuan responden pada setiap komponen pertanyaan memberikan jawaban benar berkisar antara 5% 96% dari 382 responden. Rata-rata jawaban pengetahuan yang benar adalah 67%. Sementara itu sikap responden yang positif dalam arti setuju terhadap upaya-upaya penanggulangan penyakit demam berdarah tertera pada tabel 2. Tabel 2. Sikap Responden yang Positif terhadap Upaya Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Sikap terhadap Proporsi responden (%) Pertolongan penderita Penyebab penyakit Pencegahan penyakit Bahaya penyakit Pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan jentik Abatisasi Kesediaan membantu upaya penanggulangan Pengawasan lingkungan 82 49 47 80 84 48 70 98 80 Rata-rata 71 (N = 382) Sikap responden pada setiap komponen pertanyaan memberi jawaban positif berkisar antara 47% 98% dari 382 responden. Rata-rata jawaban yang positif adalah 71%. Tindakan responden dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan demam berdarah belum seluruhnya menunjukkan tindakan positif dalam arti tindakan tersebut benar. Jika di ratarata, tindakan yang benar dalam kaitannya dengan penanggulangan penyakit demam berdarah adalah 54%. Tindakan tersebut pada setiap komponen pertanyaan menunjukkan tindakan positif berkisar antara 9% 79%. Tabel 3 menunjukkan tindakan responden yang positif dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan penyakit demam berdarah. PEMBAHASAN Banyaknya ibu rumah tangga yang berhasil diwawancarai cukup memberikan gambaran perilaku masyarakat yang dipelajari. Pendidikan responden yang relatif rendah boleh jadi ikut mempengaruhi perilaku mereka dalam kaitannya dengan upaya- Tabel 3. Tindakan Responden yang Positif dalam Kaitannya dengan Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dalam kaitan dengan oporsi responden (%) Tempat penampungan air (TPA) Kebersihan lingkungan Frekuensi pengurasan/pembersihan TPA Petugas abatisasi Penutupan TPA Pengawasan jentik 77 79 75 69 16 9 Rata-rata 54 (N = 382) upaya penanggulangan penyakit demam berdarah. Diketahui bahwa hanya 67% yang mengetahui tentang masalah yang menyangkut penyakit demam berdarah. Rendahnya tingkat pendidikan akan menghambat program pembangunan kesehatan(4). Seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah atau buta huruf, pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menyerap ide-ide baru dan membuat mereka bersifat konservatif, karena tidak mengenal alternatif yang lebih baik. Pengetahuan responden mengenai penyakit demam berdarah masih rendah terutama mengenai penyebab penyakit, cara penularan dan cara pemberantasan penyakit terutama pemberantasan sarang/tempat berkembang biaknya nyamuk. Umumnya responden belum mengetahui dengan benarpenyebab atau faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit demam berdarah; mereka beranggapan bahwa penyebab penyakit demam berdarah adalah nyamuk. Mereka belum mengetahui bahwa virus sebagai penyebabnya dan sejenis nyamuk hanya berperan sebagai penular. Hal lain yang belum dipahami responden pada umumnya adalah cara penularan penyakit dan cara pemberantasannya. Mereka beranggapan bahwa penularan penyakit demam berdarah terjadi karena gigitan nyamuk. Setiap nyamuk pada setiap gigitan menyebabkan penularan. Adanya proses penularan dari penderita, gigitan nyamuk, pemindahan bibit penyakit (virus) belum dimengerti dengan baik oleh penduduk. Begitu pula mengenai konsep pemberantasan sarang nyamuk atau tempat berkembang biaknya nyamuk, belum diketahui dengan baik. Mereka belum memahami tujuan, manfaat dan hubungan pembersihan sarang nyamuk dan jentik dengan kejadian penyakit demam berdarah. Kurangnya pengetahuan penduduk dalam kaitannya dengan penyakit demam berdarah dapat disebabkan oleh banyak faktor; sebagaimana telah dikemukakan salah satu di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan. Di samping itu mungkin sikap masa bodoh dan kurangnya penyuluhan yang efektif menyebabkan pengetahuan masyarakat menyangkut masalah penyakit demam berdarah rendah. Pendidikan yang relatifrendah melatarbelakangi sulitnya penduduk untuk mengetahui konsep kejadian penyakit demam berdarah serta cara penanggulangan/pemberantasannya. Kurang efektifnyapenyuluhan menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang informasi untuk mengetahui manfaat pemberantasan; akibatnya masyarakat kurang mendukung upaya pemberantasan penyakit tersebut. Penyuluhan yang I efektif sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penyakit demam berdarah. Materi penyuluhan yang sederhana dan metode yang terarah merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat. Masyarakat pada prinsipnya perlu dibekali pengertian dan konsep kejadian penyakit yang benar. Mereka sebenarnya tidak perlu mengetahui apa itu virus, yang lebih penting adalah bahwa penyakit demam berdarah disebabkan oleh bibit penyakit dan sangat berbahaya. Bibit penyakit ditularkan oleh nyamuk yang berwarna hitam putih dari orang yang kebetulan sakit, ditularkan ke orang lain yang sehat. Memberantas nyamuk memang sulit, sehingga yang paling mudah ialah memberantas tempat berkembang biaknya nyamuk yaitu tempattempat penampungan air, ban bekas, kaleng bekas dan sebagainya. Dengan dasar pengetahuan sederhana dan benar, maka diharapkan masyarakat akan bersikap dan bertindak lebih positif dalam memberantas dan mencegah penyakit demam berdarah. Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa pada umumnya responden bersikap positif terhadap upaya pemberantasan dan .pencegahan penyakit demam berdarah walaupun berdasarkan penilaian terhadap beberapa komponen sikap seperti tentang atau menyangkutpenyebabpenyakit, pencegahan penyakit, pemberantasan jentik menunjukkan persentase yang rendah yaitu kurang dari 50%. Hal ini mung.kin dilatarbelakangi oleh pengetahuan yang masih kurang dalam topik atau hal yang sama. Dengan demikian upaya penyuluhan yang efektif merupakan kunci untuk meningkatkan sikap masyarakat dalam rangka pemberantasan penyakit demam berdarah. Pada umumnya tindakan responden dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah masih belum mendukung. Mereka pada umumnya masih belum melakukan tindakan penting seperti menutup tempat penampungan air, memperhatikan dan memberantas jentik nyamuk di lingkungan rumah tangganya. Tindakan penting ini belum dilakukan sehingga dengan sendirinya mendukung penyebaran penyakit demam berdarah dan kurang mendukung upaya pemberantasan penyakit tersebut; oleh karena itu tindakan tersebut perlu diubah agar menunjang upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit denim berdarah. Suatu upaya yang diduga cukup efektif dalam meningkatkan tindakan masyarakat dalam memberantas dan mencegah penyakit demam berdarah ialah melalui pemantauan dan pengawasan lingkungan rumah-tangga yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah di Kotamadya Sukabumi belum sepenuhnya mendukung upaya tersebut. Keadaan demikian tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sub. Dit Arbovirosis P2MPLP di 9 kota yang mengungkapkan rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat. Oleh karena itu upaya penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dengan penekanan pada pengertian mengenai transmisi, penyebab penyakit dan cara pemberantasan penyakit perlu ditingkatkan. Metode penyuluhan dipilih yang sifatnya langsung mencapai target yaitu ibu rumah tangga. Dengan pendekatan semacam itu, diharapkan upaya pemberantasan dan penanggulangan penyakit demam berdarah dapat lebih efektif. KEPUSTAKAAN 1. Suroso T. Demam Berdarah : pencegahan dan pemberantasannya di Indonesia. Maj Kes Mas Indon 1984; 15 (5). 2. Suroso T. Pemberantasan Demam Berdarah. Makalah Seminar Sehari, Ditjen PPM & PLP, Depkes RI, 25 Agustus 1988. 3. Suroso T, Abas Abdulkadir, All Izhar, Gunawan, Faltah Noor, Bachtiar, Yusuf. Knowledge, attitude, practice of the community in the prevention of DHF in Pontianak, Indonesia. Dengue News Letter, WHO Reg Off for SEA. New Delhi, 1986. 4. Soetrisno L, Somadiningrat G, Prasetyantono T, Ratnandari D. Faktorfaktor Non Medis serta Pengaruhnya terhadap Status Kesehatan Anak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. P4K UGM, 1988. Never let yourself be worried by what people say, just ask yourself why they say it