Beranda
Geografi Manusia
Geografi Fisik
Geografi Teknik
Kajian
Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan
kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat
diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar
permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan
distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara
posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha
mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik.
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim
dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka
digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta
membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung
bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS 84 sering digunakan pada
pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan
sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung
ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system
proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal,
dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60
bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6 dan memiliki
meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 di mulai dari
174 BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174 BT sampai 180 BT.
Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar
8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai
dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi
Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan
intrinsik.
Pertimbangan Ekstrinsik:
Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bola bumi.
Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu bola bumi.
Proyeksi Traversal: Sumbu simetri bidang proyeksi ^ terhadap sumbu bola bumi.
Pertimbangan Intrinsik:
Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta setelah disesuikan dengan skala
Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut-sudut pada peta dipertahankan
Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan
Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya
Proyeksi Peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi
sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan
permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut
Proyeksi Azimuthal
Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut
Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder
Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:
Proyeksi Normal (Polar): Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi
Proyeksi Miring (Oblique): Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi
Proyeksi Transversal (Equatorial): Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu
bumi
Proyeksi Konform
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah
sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan factor skala peta bentuk yang
digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi.
Proyeksi Ekuivalen
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap
bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing
berjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut
sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik
potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi titik . Setiap bagian derajat
dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya ( 0).
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta
SISTEM KOORDINAT
Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan
suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system
Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang
(mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis
koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan.
Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini.
Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di
permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR-
LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok
untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat
yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua
1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi,
disebut juga garis lintang (Latitude).
2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur
(Longitude).
Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan
teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di
tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer.
Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat)
atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona
X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona
lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur)
dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M,
Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .
Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap
Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.
Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6
bujur X 12 lintang).
3.
Proyeksi Azimuthal Orthografik
Proyeksi ini menggunakan titik yang letaknya tak terhingga sebagai titik sumber
proyeksi. Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi.
Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar atau ekuidistan.
Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari
pusat.b.
Penggunaan proyeksi
silinder mempunyai
beberapa keuntungan
yaitu:
1. Dapat
menggambarkan
daerah yang luas.
2. Dapat
menggambarkan
daerah sekitar
khatulistiwa.
3. Daerah kutub yang
berupa titik
digambarkan
seperti garis lurus.
4. Makin mendekati
kutub, makin luas
wilayahnya.
Jadi keuntungan
proyeksi ini yaitu
cocok untuk
menggambarkan
daerah ekuator,
karena ke arah kutub
terjadi pemekaran
garis lintang.
Proyeksi Azimuthal,
proyeksi kerucut (conical)
dan proyeksi silinder
(cylindrical) termasuk
kelompok proyeksi murni.
Penggunaan jenis
proyeksi-proyeksi murni
ini sangat terbatas.
2. Proyeksi Sinusoidal
Pada proyeksi ini
menghasilkan sudut dan
jarak sesuai pada
meridian tengah dan
daerah khatulistiwa
sama luas. Jarak antara
meridian sesuai, begitu
pula jarak antar paralel.
Baik untuk
menggambar daerah-
daerah yang kecil
dimana saja. Juga untuk
daerah-daerah yang
luas yang letaknya jauh
dari khatulistiwa.
Proyeksi ini sering
dipakai untuk Amerika
Selatan, Australia dan
Afrika.
3.
Proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator
merupakan proyeksi
silinder normal
konform, dimana
seluruh muka bumi
dilukiskan pada bidang
silinder yang sumbunya
berimpit dengan bola
bumi, kemudian
silindernya dibuka
menjadi bidang datar.
Sifat-sifat proyeksi
Mercator yaitu:
a. Hasil proyeksi
adalah baik dan betul
untuk daerah dekat
ekuator, tetapi
distorsi makin
membesar bila
makin dekat dengan
kutub.
Interval jarak antara
meridian adalah
sama dan pada
b.
ekuator pembagian
vertikal benar
menurut skala.
Interval jarak antara
paralel tidak sama,
makin menjauh dari
c.
ekuator, interval
jarak makin
membesar.
Proyeksinya adalah
d.
konform.
Kutub-kutub tidak
dapat digambarkan
e.
karena terletak di
posisi tak terhingga.
Untuk
selanjutnya
kapan
masing-
masing
proyeksi itu
dipakai?
Jawabanny
a begini!
Kalau yang akan digambarkan itu antara lain:
1. Seluruh Dunia
a. Dalam dua belahan bumi: pakai Proyeksi Zenithal Kutub.
Peta-peta statistika (penyebaran penduduk, hasil pertanian dsb.): pakailah
b.
Mollweide.
c. Arus laut, iklim : pakai Mollweide atau Gall.
d. Navigasi dengan arah kompastetap : pakai Mercator.
e. Navigasi dengan jarak terpendek yaitu melalui lingkaran besar : pakai
Gnomonik.
2. Daerah Kutub Gunakan proyeksi Zenithal sama jarak.
3. Daerah belahan bumi sebelah selatan, gunakan:
a. Sinusoidal
b. Bonne
Untuk daerah yang lebar ke samping dan terletak tidak jauh dari khatulistiwa:
4.
pilih salah satu dari proyeksi jenis kerucut.
Untuk daerah yang membujur pipih Utara-Selatan dan terletak tidak jauh dari
5.
khatulistiwa maka pilih Proyeksi Bonne.
4. Proyeksi Mollweide
Pada proyeksi ini sama luas untuk berubah di pinggir peta. 5. Proyeksi Gall
Sifatnya sama luas, bentuk sangat berbeda pada lintang-lintang yang mendekati
kutub. 6. Proyeksi Homolografik (Goode)
Sifatnya sama luas. Merupakan usaha untuk membetulkan kesalahan yang terjadi pada
proyeksi Mollweide. Baik untuk menggambarkan penyebaran
Aktifkan ArcMap dari menu Start> All Programs> ArcGIS> ArcMap. Dari View,
tekan Add Data. Pilih file gambar raster yang akan di-scan. Setelah muncul jendela Add
Data, misalnya yang akan dipanggil adalah peta.bmp. jangan langsung di-klik, lalu Add.
dalam hal ini, yang musti kita lakukan adalah dengan klik ganda file peta.bmp hingga kita
bisa masuk dalam file raster tersebut, dan menemukan band RGB atau Band_1, 2 dan 3.
Misalnya, yang akan kita pilih adalah Band_1, tinggal klik sekali, lalu tekan Add, atau
klik ganda pada file Band_1. Tidak ada pengaruh signifikan untuk kita pilih band 1, 2 atau
3. singkatnya, semua sama.
Pastikan anda sudah mengaktifkan ekstensi ArcScan, yaitu dari menu Tools>
Extensions>ArcScan. Beri tanda centang (V), lalu klik Close
Klik pada sembarang tempat kosong di menu bar atau button bar, lalu dari list yang ada,
pilih ArcScan
Sekarang toolbar ArcScan sudah muncul, akan tetapi menu Vectorization tetap belum
aktif. Hal ini disebabkan karena belum ada shapefile atau fitur yang akan digunakan
sebagai lokasi tujuan atau lokasi penyimpanan hasil scanning. Karena itu, kita juga harus
menampilkan shapefile yang akan dijadikan sebagai lokasi penyimpanan hasil scanning.
Dari tombol Add Data, dalam contoh ini kita panggil scanning.shp
Apa sekarang menu Vectorization pada toolbar ArcScan sudah aktif? belum. Sekarang
kita perlu mengatur shapefile scanning dalam mode editing, yaitu dari toolbar Editor,
tekan drop-down menu Editor, lalu pilih Start Editing. maka menu-menu pada
toolbar ArcScan akan menjadi aktif.
Gunakan tool panah Edit Tool untuk menyeleksi seluruh bagian yang akan dikonversi
menjadi topologi poligon, dengan cara membuat seleksi dengan bentuk kotak melingkup
keseluruhan fitur dari shapefile scanning.shp..
Setelah seluruh bagian yang akan dikonversi terseleksi, maka tombol Construct
Feature akan menjadi aktif. Tinggal klik tombol tersebut, dan jangan lupa dari toolbar
Editor, pada opsi Target:, yang anda pilih adalah shapefile topologi poligon yang akan
anda jadikan sebagai target/lokasi penyimpanan hasil konversi. Berikutnya akan muncul
jendela Construct Features, dimana akan ada kolom isian Cluster Tolerance:, dan
adapula Construction Options. Pada Construction Options, ada tiga opsi yang bisa
anda pilih:
(1) Create new polygon from selected features
Opsi ini secara otomatis akan langung membuat fitur poligon tanpa mempedulikan
apakah dalam fitur yang akan dijadikan sebagai wadah sudah memiliki fitur atau masih
kosong.
(2) Create new polygons (considering existing features in target layer)
Untuk opsi ini, apabila layer target sudah memiliki fitur, maka poligon akan ditambahkan
ke dalam fitur yang sudah ada, sehingga apabila fiturnya saling bertampalan, maka secara
otomatis fitur dari polyline milik layer scanning dan fitur poligon yang sudah ada pada
shapefile fromline akan saling diintersect, sehingga akan terbentuk poligon yang
merupakan gabungan dari fitur poligon yang sudah ada dengan fitur hasil konversi yang
sudah ter-construct alias tidak ada poligon yang saling betumpukan karena sudah
terintersect.
(3) Split existing features in target layer using selection
Untuk opsi ini, fitur poligon yang ada pada layer target akan di-split menggunakan garis-
garis yang membentuk fitur scanning.
Karena shapefile target kita masih kosong, maka opsi yang terpilih adalah Create new
polygon from selected features. Selanjutnya klik OK. Sekarang layer fromline anda
sudah memiliki fitur berbentuk poligon. dari menu Editor, pilih Stop Editing, lalu
simpan perubahan yang sudah anda lakukan.
Tutorial ini saya praktikkan dengan menggunakan piranti lunak ESRI ArcGIS 9.2, dengan
kontribusi dari rekan saya; Bang Satrio. Saya dulu tidak sengaja menemukan fasilitas ini
dengan menggunakan program ESRI ArcGIS versi 9.0, dan dari pengamatan saya,
operasi scanning ini hanya bisa dilakukan dengan syarat bahwa file raster yang
ditampilkan hanya memiliki 2 warna, yaitu hitam dan putih. Saya sedikit lupa dengan
langkah yang harus dilakukan pada ESRI ArcGIS 9.0, tapi secara garis besar tidak jauh
beda dengan tutorial ini.
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu
sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta
konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Kalau Anda
bertanya kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Jawabannya adalah peta mulai ada dan
digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian. Walaupun masih
dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk sketsa mengenai lokasi suatu tempat.
Pada awal abad ke 2 (87M -150M), Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya
peta. Kumpulan dari peta-peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama Atlas
Ptolomaeus. Ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli
membuat peta disebut kartografer.
Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan
menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai
contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di
Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi
banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke
wilayah tersebut.
Berdasarkan penggunaannya peta dapat di bagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar
biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun
pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik
adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih
dalam/detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam
dari satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan skala peta dpt dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai
skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000
sampai 1 : 250.000, Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000
dan Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih.
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi
suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di
permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara,
gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei
untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu
wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-
rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-
fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.
1. Isi peta => Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada
pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan, isi peta tentunya
berupa isohyet.
2. Judul peta => Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya
menjadi Peta Distribusi Curah Hujan, dan sebagainya.
3. Sekala peta dan Simbol Arah => Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat
ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada
peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk
pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala
1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya
mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi,
sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting
sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di
lapangan.
4. Legenda atau Keterangan => Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh
bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5. Inzet dan Index peta => Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang
dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi.
Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan
Indonesia yang diinzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana
menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
6. Grid => Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid
system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak
lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
7. Nomor peta => Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar
peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8. Sumber/Keterangan Riwayat Peta => Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi
penyusun peta, percetakan,sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis,
tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya
yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.
Secara umum, proyeksi peta dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara
pemindahan data topografi dari permukaan Bumi ke atas permukaanpeta.
1. Proyeksi normal
2. Proyeksi miring
3. Proyeksi transversal
Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan :
Jenis tanah yang dominan adalah Regosol seluas 224.869 ha, tersebar di bagian timur Pulau
Bali mulai dari Kabupaten Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem. Sebarannya
mulai dari daerah pantai sampai ketinggian 600 m dan ketinggian 600 1000 m di atas
permukaan laut. Jenis tanah lain yang mendominasi wilayah Provinsi Bali adalah Latosol, yang
terdapat di Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana seluas 251.185 ha. Sebarannya dari
pantai sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Di samping itu terdapat tanah
Aluvial seluas 27.458 ha, tanah Mediteran seluas 36.000 ha di daerah Bukit Jimbaran dan Nusa
Penida serta tanah Andosol seluas 27,976 ha di dataran tinggi Bedugul dan Pancasari.
Peta jenis tanah ini berasal dari Peta Tanah Skala tinjau yng di buat pada tahun 1970
dengan skala 1:250.000. untuk saat ini, Peta Jenis tanah di Pulau Bali hanya ini yang
terlengkap. adapun Peta Tanah berdasarkan soil taxonomy untuk skala 1:50.000 hanya
terekam untuk Pulau Bali bagian selatan dan timur. Berikut peta Jenis tanah Provinsi Bali
beserta luasannya. (klik gambar untuk memperjelas)
WEB GIS
Applikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai penyedia data
melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Applikasi seperti ini
bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dll).
Untuk menampilkan dan berinteraksi dengan data GIS, sebuah browser
membutuhkan Pug-In atau Java Applet atau bahkan keduanya. Web Server bertanggung
jawab terhadap proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan terhadap
respon tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi
dengan server side GIS Komponen. Server side GIS Komponen bertanggung jawab
terhadap koneksi kepada database spasial seperti menterjemahkan query kedalam SQL
dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Side Server
GIS Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk
analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting adalah
aspek fungsional yang terletak di sisi client atau di server.
Manajemen Data
Untuk melakukan menajeman data geografis paling tidak dibutuhkan sebuah DBMS
(Databese Management System). Pemodelan berorientasi objek menjadi sangat
dibutuhkan karena pemodelan basisdata relational tidak mampu melakukan
penyimpanan data spasial. Pada analisis spasial system manajemen database
memberikan beberapa keragaman. Ada beberapa keragaman applikasi yang dapat
digunakan sebagai database seperti Oracle Spatial, PostgreSQL, Informix, DB2, Ingres
dan yang paling popular saat ini adalah MySQL.
Mendesain GUI
Detail Proses
Objek Geo Spasial terdiri dari informasi data spasial dan data non spasial. Informasi
Spasial dapat divisualisasikan dengan mengkonversinya VRML dan data non Spasial
ditampilkan secara dinamis di halaman HTML. Gambar berikut menunjukkan proses
request data standart. Request memanggil desain dari PHP yang berinteraksi dengan
database. Setelah menerima respon system mengikuti alur seperti pada gambar.
Ketika terjadi Tsunami di Aceh bukti kehebatannya baru dapat kita analisa jika sudah
ditampilkan kedalam bentuk peta. Gambar tersebut dapat memberikan banyak arti dan
informasi lebih jika dilengkapi dengan data-data yang akurat.
BAB I
Teknologi GIS (Georaphic Information System) telah berkembang pesat. Saat ini telah
dikenal istilah-istilah Desktop GIS, WebGIS, dan Database Spatial yang merupakan
wujud perkembangan teknologi Sistem Informasi Geografis, untuk mengakomodir
kebutuhan solusi atas berbagai permasalahan yang hanya dapat dijawab dengan
tekhnologi GIS ini.
Saat ini ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk membangun sistem
WebGIS. Salah satu yang paling populer adalah MapServer, yang menggunakan
konsep Open Source. Sedangkan untuk pilihan teknologi Database Spatial, PostgreSQL
merupakan pilihan database Open Source yang paling populer, dengan dukungan
ekstensi spatial yang bernama POSTGIS.
BAB II
ALOV
WebGIS, sudah banyak yang tahu binatang apakah ini. Membuatnyapun sudah bukan
masalah lagi dengan semakin banyaknya pengembang perangkat lunak khusus
pendukung. Modal yang diperlukan untuk membangun ini dari puluhan juta sampai yang
hanya modal warnet dan rajin berselancar di web dalam rangka mendapatkan versi
opensource-nya
Salah satu engine webgis berbasis java (applet), dan opensource, adalah ALOV Map.
Beberapa pengenalan Alov sudah pernah tertulis pada beberapa waktu lalu, antara lain:
ALOV Map (berikutnya disebut ALOV) adalah aplikasi WebGIS portabel berbasis Java
yang digunakan untuk publikasi data vektor dan raster di Internet. Juga untuk
penampilan interaktif pada web browser. ALOV mendukung arsitektur penyajian yang
cukup kompleks, navigasi yang baik dan dapat bekerja dengan multi layer, peta-peta
tematik, mendukung taut (hyperlink) dan juga data atribut.
ALOV adalah hasil dari proyek kerjasama antara ALOV Software dan Archeological
Computing Laboratory, University of Sydney, Australia. ALOV dibangun dengan bahasa
Java dan dikemas dalam Applet. Sebagai penghubung antara HTML (Hypertext Markup
Language, bahasa pembangun halaman web) dan proses di dalam Applets digunakan
bahasa XML (Extensible Markup Language).
MAP SERVER
MapServer merupakan salah satu aplikasi pemetaan online (web GIS) yang
dikembangkan oleh Universitas Minnesota, NASA, dan Departemen Sumber Daya
Alam Minnesota (Minnesota Departemen of Natural Resources). MapServer merupakan
aplikasi open source yang berarti dapat didistribusikan dengan gratis disertai dengan
sumber kode pemrograman apabila ingin mengembangkan lebih lanjut. MapServer dapat
dijalankan pada beberapa sistem operasi yaitu Unix/Linux, MacOS dan Windows.
WebGIS Simpotenda
MS4W
Di dalamnya sudah menyatu aplikasi Apache Web Server, PHP, Map Server dan berbagai
library yang dibutuhkan untuk membangun sistem WebGIS. Ada dua buah versi yang
MS4W yang dapat didownload, versi 1.x dan versi 2.x .Akan tetapi jika kita hendak
menggunakan framework chameleon, lebih baik pilih MS4W versi 1.x (yang digunakan
saat ini adalah versi 1.6) karena Chameleon belum mendukung secara sempurna PHP5
pada paket MS4W versi 2.x.
BAB III
Dalam penggunaan Web GIS sangat berpotensi sekali untuk perkembangan geografis di
dunia. Terutama untuk penghasilan perorangan atau sebuah perusahaan yang mengelola
Web GIS. Hal ini dapat dilihat dari kegunaan Web GIS tersebut. Misalnya membuat Web
GIS untuk pemetaan populasi hewan, dan pihak organisasi perlindungan hewan tersebut
dapat menggunakan produk yang telah dibuat. Dengan itu kita dapat menambah
pendapatan
KARTOGRAFI
Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta (Prihandito, 1989).Proses kartografi
adalah proses grafis sampai sebuah gambar manjadi peta yang terlihat informatif (map
composition). Bahan Kartografi adalah semua bahan yang secara keseluruhan atau
sebagian menggambarkan bumi atau benda angkasa dalam semua skala, termasuk peta
dan gambar rencana dalam 2 dan 3 dimensi; peta penerbangan, pelayaran, dan angkasa;
bola peta bumi; diagram balok; belahan; foto udara, satelit, dan foto ruang angkasa; atlas;
gambar udara selayang pandang, dan sebagainya
Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta
disebut kartografi.
Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya.
Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
Menurut ICA(International Cartographic Association), yang dimaksud peta adalah gambaran unsure-unsur
permukaan bumi (yang berkaitan dengan permukaan bumi ) dan benda-benda diangkasa.
Menurut Erwin Raiz, peta merupakan gambaran konvesional permukaan bumi yang terpencil Dn kenampakannya
terlihat dari atas dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelasnya. Gambaran konvesional dalah gambaran yang
sudah umium dan sudah diatur dengan aturan tertentu yang diakui umum.
Menurut Soetarjo Soerjosumarmo, peta adalah lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang diperkecil denagn perbandingan ukuran yang disebut skala atau kadar.
Banyak sekali definisi tentang peta, tetapi pada dasarnya hakekat peta adalah
1. Tata warna;
2. Simbol (terutama pada peta tematik);
3. Proyeksi.
Sebuah peta harus teliti. Sehubungan dengan itu, perlu diingatkan bahwa tingkat ketelitian harus disesuaikan dengan
tujuan peta dan jenis peta, serta kesanggupan sekala peta itu dalam menyatakan ketelitian. Sebagai contoh :
Untuk menyampaikan ide melaui peta dari berbagai hal kedudukannya dalam ruang muka bumi diamana objek (objek
geografis) yang akan disampaikan tersebut tentunya amatlah rumit. Penyederhanan objek geografis dalam peta terdiri
dari :
1. Titik, bentuk titik ini misalnya sebuah menara, tugu dan sebagainya.
2. Garis, misalnya sungai dan jalan.
3. Luasan, misalnya bentuk-bentuk penggunaan tanah, danau dan sebagainya.
Proyeksi Peta
Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar,
dengan persyaratan sebagai berikut ;
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi
ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Kerucut (conical)
Silinder/Tabung (cylindrical)
Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan
peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi
atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan).
Dalam kesempatan ini tidak akan dijelaskan bagaimana perhitungan proyeksi tersebut di atas, akan tetapi cukup jenis
proyeksi apa yang biasa digunakan dalam menyediakan kerangka peta di seluruh dunia.
Proyeksi Sinusoidal
Proyeksi Lambert
- Proyeksi Mercator
- Proyeksi Mollweide
Proyeksi Gall
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Homolografik
1. Seluruh Dunia
2. Daerah Kutub
Proyeksi Lambert
Sinusoidal
Lambert
Bonne
Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne.
Agar peta dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna peta, pemakaian tata warna dan simbol sangat membantu
untuk mencapai tujuan tersebut.
. Tata warna
Penggunaan warna pada peta (dapat juga pola seperti titik-titik atau jaring kotak-kotak dan sebagainya) ditujukan untuk
tiga hal :
Untuk membedakan
Untuk keindahan
Dalam menyatakan perbedaan digunakan bermacam warna atau pola. Misalnya laut warna biru, perkampungan warna
hitam, sawah warna kuning dan sebagainya.
Sedangkan untuk menunjukan adanya perbedaan tingkat digunakan satu jenis warna atau pola. Misalnya untuk
membedakan bersarnya curah hujan digunakan warna hitam dimana warna semakin cerah menunjukan curah hujan
makin kecil dan sebaliknya warna semakin legam menunjukan curah hujan semakin besar.
Simbol
Untuk menyatakan sesuatu hal ke dalam peta tentunya tidak bisa digambarkan seperti bentuk benda itu yang
sebenarnya, melainkan dipergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol.
Bentuk simbol dapat bermacam-macam seperti; titik, garis, batang, lingkaran, bola dan pola.
Simbol titik biasanya dipergunakan untuk menunjukan tanda misalnya letak sebuah kota dan menyatakan kuantitas
misalnya satu titik sama dengan 100 orang, dam sebagainya.
Simbol garis digunakan untuk menunjukan tanda seperti jalan, sungai, rel KA dan lainnya. Garis juga digunakan untu
menunjukan perbedaan tingkat kualitas, yang dikalangan pemetaan dikenal dengan isolines.
Tujuan dari penggunaan peta isopleth (menunjukan angka kuantitas sama) yaitu untuk memperlihatkan perbandingan
nilai dari sesuatu hal pada daerah yang satu dengan daerah yang lain. Sehingga pengguna peta akan tahu mana
daerah dengan nilai besar dan mana daerah dengan nilai kecil.
Untuk simbol batang, lingkaran dan bola biasanya lebih banyak dipakai untuk nilai-nilai statistik yang ditunjukan dengan
garfik (batang, lingkaran dan bola).
Komponen Peta
Setelah kita memahami konsep dasar dari penyusunan peta tersebut di atas, menjadi semakin mudah untuk menyimak
apa saja komponen peta yang baik.
1. Isi peta
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta.
Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan , isi peta tentunya berupa isohyet.
2. Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi "Peta Distribusi Curah
Hujan", dan sebagainya.
3. Sekala peta dan Simbol Arah
Sekala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah
belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya.
Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala
1:50.000.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta.
Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik
peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan
objek sebenarnya di lapangan.
Inzet peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau
Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinzet.
Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta , dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap
peta yang lain di sekitarnya.
6. Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system.
Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk
memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi kedalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode.
Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya.
Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain :
Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer.
Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping
System).
Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan
sistem UTM grid system dan UPS grid system (Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic Grid
System).
7. Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian
muka bumi.
- Proyeksi
Permukaan bumi adalah bidang lengkung, dan peta baik yang tercetak maupun dalam bentuk gambar di layar komputer
adalah bidang datar. Artinya, semua peta tidak terkecuali globe (bola dunia) mengalami distorsi dari bumi yang
sebenarnya.
Untuk wilayah yang lebih kecil, distorsi tidak signifikan karena wilayah yang kecil dalam globe kelihatan seperti
permukaan datar. Untuk wilayah yang lebih luas atau untuk tujuan yang butuh akurasi yang tinggi, bagaimanapun
distorsi merupakan hal yang sangat penting.
Kita dapat melihat bagaimana distorsi peta terjadi jika kita melihat kulit jeruk. Ketika permukaan luar lengkungan jeruk
dikupas dan diletakkan mendatar, hamparan kulit akan dalam potongan yang terpisah. Kartografer menghadapi
masalah yang sama ketika memetakan permukaan bumi. Mereka harus memindahkan bagian geografis dengan cara
tertentu, menarik dan menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut secara bersamaan agar menjadi peta datar
yang nyambung.
Pada prinsipnya, proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bola (bidang lengkung) ke bentuk bidang datar dengan
persyaratan; bentuk yang diubah harus tetap sama, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu
titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Untuk memenuhi ketiga syarat itu sekaligus merupakan hal yang tidak mungkin.
Untuk memenuhi satu syarat saja bagi seluruh bola dunia, juga merupakan hal yang tidak mungkin. Yang bisa
dilakukan hanyalah satu saja dari syarat di atas untuk sebagian kecil permukaan bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar, harus dilakukan kompromi
antara ketiga syarat di atas. Ini mengakibatkan lahirnya bermacam jenis proyeksi peta. Beberapa jenis proyeksi yang
umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui
perhitungan. Salah satu proyeksi gubahan yang sering digunakan adalah proyeksi Mercator. Proyeksi ini merupakan
sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Transversal.
-Skala
Ukuran peta dalam hubungannya dengan bumi disebut dengan skala, biasanya dinyatakan dengan pecahan atau
rasio/perbandingan. Pembilang, yang terletak di bagian atas pecahan merupakan satuan unit peta dan penyebut yang
terletak di bagian bawah pecahan merupakan angka dalam unit yang sama yang menunjukan jarak yang sebenarnya
di lapangan/bumi. Sebagai contoh skala 1/10.000 artinya jarak satu centimeter di peta eqivalen dengan 10.000
centimeter di lapangan. Sebagai perbandingan, skala ini akan ditunjukkan sebagai 1:10.000. Jika penyebut makin
besar atau pecahan makin kecil maka semakin luas permukaan bumi yang dapat ditunjukkan dalam peta tunggal. Oleh
karena itu, peta berskala kecil akan menunjukkan bagian bumi yang lebih luas dan peta berskala besar relatif
menunjukkan bagian bumi yang lebih kecil.
Skala peta digital bisa lebih bervariasi yang dapat dirubah dengan zoom. Memperbesar zoom dan lebih
memperdekat ke bumi akan menggambarkan skala yang lebih besar.
-Koordinat
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan
menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat
yang dipakai adalah koordinat geografis (geographical coordinate). Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur
barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan)
yang sejajar dengan garis katulistiwa. Garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub
selatan, mengukur seberapa jauh suatu tempat dari meridian. Sedangkan garis lintang adalah garis khayal di atas
permukaan buni yang sejajar dengan khatulistiwa, untuk mengukur seberapa jauh suatu tempat di utara/selatan
khatulistiwa.
Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Derajat dibagi dalam 60 menit dan tiap menit
dibagi dalam 60 detik. Sebagai contoh Menara Eiffel di Paris mempunyai koordinat 48? 51? 3? Lintang Utara dan 2?
17? 35? Bujur Timur. Kadang-kadang koordinat ditunjukkan dalam desimal sebagai ganti dari menit dan detik. Jadi
koordinat Menara Eiffel dapat juga ditulis sebagai 48? 51,53333 Lintang Utara dan 2? 17,5833 Bujur Timur.
-Legenda
Peta ini menggunakan simbol untuk menggambarkan letak objek yang sebenarnya.
Legenda adalah penjelasan simbol-simbol yang terdapat dalam peta. Gunanya agar pembaca dapat dengan mudah
memahami isi peta. Contoh simbol legenda adalah ikon-ikon yang melambangkan bangunan, perbedaan warna yang
melambangkan elevasi, perbedaan jenis garis yang melambangkan batas-batas atau jenis ukuran jalan, titik dan
lingkaran yang menunjukkan populasi suatu kota. Jika detail peta kelihatan tidak familiar, mempelajari legenda peta
akan sangat membantu sebelum melanjutkan proses lebih jauh.
-Arah
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta.
Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik
peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan
objek sebenarnya di lapangan.
-Elevasi
Salah satu unsur yang penting lainnya pada suatu peta adalah informasi tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu.
Unsur ini disebut dengan elevasi, yaitu ketinggian sebuah titik di atas muka bumi dari permukaan laut. Kartograf
menggunakan teknik yang berbeda untuk menggambarkan ketinggian, misalnya permukaan bukit dan lembah.
Peta yang sudah modern menggambarkan pegunungan dengan relief yang diberi bayangan, yang disebut dengan hill
shading. Peta Topografi tradisional menggunakan garis lingkaran yang memusat yang disebut dengan garis kontur,
untuk menggambarkan elevasi. Setiap garis menandakan ketinggian di atas permukaan laut.
Sebagai ganti garis kontur, peta berwarna seringkali menggunakan standarisasi skala warna untuk menunjukkan
elevasi; laut diberi warna biru, elevasi rendah digambarkan dengan bayangan hijau, elevasi tinggi digambarkan dari
range sawo matang sampai coklat, dan puncak tertinggi diberi warna putih, menunjukkan salju.
Semakin tajam bayangan warna biru sama artinya dengan semakin dalam kedalaman suatu laut atau danau.
Jenis Peta
Berdasarkan temanya/isinya, peta dapat dibagi menjadi tiga kategori.,
1.peta umum, biasanya terdiri dari banyak tema dan memberikan gambaran umum. Peta umum biasanya praktis,
menunjukkan dunia yang memungkinkan orang dari satu ujung menuju ujung lain tanpa tersesat, atau menunjukkan
layout keseluruhan suatu tempat yang belum dikenal tanpa harus pergi ke sana. Contoh peta umum adalah peta jalan
suatu negara yang juga menunjukkan kota besar, pegunungan, sungai, landmark dan lain-lain.
2. adalah peta tematik, yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih dalam/detail. Peta tematik
juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Contoh peta
tematik adalah peta penyebaran penduduk atau tingkat penghasilan menurut negara, propinsi atau kabupaten, dengan
masing-masing bagian diberi warna yang berbeda untuk menunjukkan tingkat relativitas jumlah penduduk atau
penghasilan.
3. Peta kategori ketiga adalah grafik, di mana keakuratan peta rute perjalanan digunakan untuk navigasi laut dan udara.
Ini harus sering diupdate sehingga kapten atau pilot mengetahui bahaya yang terjadi di sepanjang rute mereka.
Berdasarkan metode pembuatannya, peta dibedakan menjadi peta kualitatif dan peta kuantitatif.
1. peta kualitatif
Peta kualitatif adalah peta yang digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol. Tiga metode penggambaran peta
kualitatif sebagai berikut.
b) Metode korokomenatik menggunakan tanda simbol pada peta dengan huruf, misalnya pohon, manusia,, biji-bijian atau
mineral.
2. peta kuantitatif
Peta kuantitatif yaitu peta yang menggunakan garis-garis yang menghubungkan daerah-daerah yang mempunyai
kesamaan. Contoh :
Peta dapat dibuat dengan berbagai bentuk. Peta pertama mungkin dibuat manusia dengan menggambar garis di pasir
atau batu kerikil dan ranting kecil disusun di atas tanah. Peta modern diterbitkan untuk penggunan yang lebih lama
oleh manusia. Peta cetak adalah bentuk yang paling sederhana. Peta cetak menggambarkan dunia sebagai bidang
datar dalam dua dimensi. Dalam peta cetak, relief gunung dan lembah ditunjukkan dengan simbol khusus untuk
memperbaiki kekurangan tingkat kedalaman, di mana hal tersebut adalah dalam bentuk tiga dimensi. Jadi,
peta relief adalah peta bidang datar dengan penambahan tonjolan dan lekukan untuk menunjukkan perbedaan tinggi
rendahnya permukaan bumi. Tonjolan dan lekukan ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik.
Peta berbasis komputer (digital) lebih serba guna. Peta yang terprogram akan lebih dinamis karena bisa
menunjukkan banyak view yang berbeda dengan subjek yang sama. Peta ini juga memungkinkan perubahan skala,
animasi gabungan, gambar, suara, dan bisa terhubung ke sumber informasi tambahan melalui internet. Peta digital
dapat diupdate ke peta tematik baru dan bisa menambahkan detail informasi geografi lainnya. Hal ini disebabkan
informasi baru dapat dimasukkan ke dalam database setiap saat. Mempunyai peta digital sama seperti mempunyai
selusin peta tematik cetak yang meng-overlay daerah tertentu yang terhubung secara elektronik ke sebuah
perpustakaan besar dalam tema utama atau yang berhubungan dengan tema utama.
Penggunaan peta tergantung pada jenis peta yang ada dan jenis informasi yang diinginkan dari peta tersebut.
Dalam kasus peta sederhana, hanya satu atau dua jenis informasi yang mungkin tersedia sehingga sedikit atau bahkan
tidak perlu keahlian membaca peta untuk menggunakannya. Sebagai contoh, sketsa lingkungan sekitar (tetangga)
hanya menunjukkan hubungan rumah utama dengan sudut jalan atau jaraknya dari suatu pasar atau sekolah. Semua
orang dapat menggunakan peta seperti ini. Peta lengkap dapat menggambarkan jarak yang sebenarnya, lokasi lahan
dengan tepat, elevasi, vegetasi dan aspek lainnya. Untuk menginterpretasikan peta lengkap seperti ini, diperlukan
beberapa keahlian dasar membaca peta.
Fungsi Peta
Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan
menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi.
Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti
Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain,
peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat
menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut.
Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek
yang sama yang memungkinkan kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional.
Beberapa fakta dan skill yang sederhana akan dijabarkan di sini guna membantu anda menggunakan peta dengan
efektif. Tetapi sebelumnya, perhatikan beberapa fakta penting berikut ini :
Peta bagaimanapun juga dapat melakukan error (salah) dan tidak akurat.
Data atau kartografi yang salah bisa membuat letak desa/kampung tertentu tidak tepat pada peta, atau puncak
pegunungan tidak setinggi yang muncul pada peta.
Kartografer (pembuat peta) yang menggunakan alat tradisional, seperti merekam data dengan manual atau
menggunakan fotografi altitude tinggi, terbatas pada seberapa banyak objek yang terekam oleh mereka dan seberapa
kecil objek yang dapat terekam. Objek yang terlalu kecil bisa jadi tidak akurat ditempatkan atau malah bisa tidak
muncul.
Alat modern seperti fotografi yang menggunakan satelit resolusi tinggi mampu merekam detail sampai resolusi
beberapa meter. Sebagian besar permukaan objek yang penting dapat terekam dengan imagery untuk kemudian
dialihkan menjadi peta atau foto dengan akurasi yang lebih tinggi, tetapi tetap masih harus diinterpretasikan lagi dan
masih ada data yang error.
2. Peta selalu menjadi tidak update, tidak lama menunjukkan keakuratan dunia
Hal ini disebabkan dunia secara konstan berubah baik secara fisik maupun secara kurtural/budaya. Teknologi modern
menyediakan solusi komputer yang memungkinkan kita memperbaharui peta dengan mudah tanpa menggambar
ulang. Bagaimanapun informasi yang tepat patut dipertimbangkan. Perubahan dunia tetap harus dikumpulkan secara
periodik dan digunakan untuk memperbaiki database peta.
3. Peta adalah bias. Peta umumnya tidak menunjukkan setiap penampakan area topografi secara terpisah misalnya setiap
pohon, rumah, atau jalan sehingga kartograf harus menentukan proyeksi dan skala peta dan jumlah detail yang
tersedia. Tujuan pemetaan dan latar belakang budaya Kartograf juga sering berpengaruh pada proses ini, yang disebut
dengan generalisasi. Informasi pada peta dan bagaimana distorsi terjadi juga berpengaruh terhadap apa yang
dipikirkan orang tentang dunia dan apa yang mereka lakukan.
Penggunaan peta
Kegunaan peta tergantung pada jenisnya. Peta topografi yang skalanya kecil dapat memberikan gambaran secara
luas tentang muka bumi yang digambar dipeta. Peta tematik atau khusus digunakan untuk tujuan tujuan tertentu.
Misalnya peta persebaran penduduk, peta iklim, peta oersebarab flora dana fauana, dan sebagainya
PEMETAAN
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi)
dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil
berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.
Kegiatan survey dan pemetaan setelah kemerdekaan RI, dilaksanakan atas dasar Peraturan Pemerintah Nomor 71
tahun 1951, tentang Pembentukan Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Selanjutnya
kegiatan survey dan pemetaan dipertegas lagi dengan Keputusan Presiden Nomor 263 tanggal 7 September 1965
tentang Pembentukan Dewan Survey dan Pemetaan Nasional (DESURTANAL) serta Komando Survey dan Pemetaan
Nasional (KOSURTANAL) sebagai pelaksana. Dalam tugas DESURTANAL tersebut secara jelas dicantumkan kaitan
antara pemetaan dengan inventerisasi sumber-sumber alam, dalam rangka menunjang Pembangunan Nasional.
Lingkup tugas KOSURTANAL tidak hanya bersifat koordinasi terhadap kegiatan Departemen-Departemen yang
memerlukan peta ,melainkan juga mencakup fungsi pengelolaan bagi pemetaan
Praktek pemetaan dimaksudkan untuk melatih kemampuan teknis mahasiswa di bidang pemetaan. Praktek pemetaan
ini meliputi praktek pembuatan peta, praktek interpretasi foto udara, praktek Geographic Positioning System, Pratek
Fotogrametri dan praktek analisis spasial berdasarkan data citra maupun peta tematik. Pengolahan data spasial
dilakukan secara digital dengan memanfaatkan software-software pemetaan seperti AutodeskMAP, Arc View, Arc Info,
dan ERMapper yang terangkum dalam mata kuliah pilihan pemetaan dan komputer perencanaan.
Praktek pemetaan ini juga mengakomodasi perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia perencanaan. Pada saat
ini sedang dikembangkan sistem pembelajaran pemetaan dengan pengembangan database perencanaan. Sehingga
mahasiswa nantinya tidak hanya dilatih untuk bisa membuat peta ataupun analisis peta tetapi juga dapat menyusunnya
dalam sebuah database
SISTEM PENDETEKSIAN POPULASI HEWAN MAMALIA LIAR PADA PETA JAWA TIMUR
RANCANGAN PROYEK
Jarang sekali kita mendengar adanya sistem pendeteksian populasi hewan terutama menggunakan peta. Sering kita
jumpai peta-peta atau yang biasa disebut dengan GPS yang mendeteksi lalu lintas, lokasi, maupun tempat yang selalu
ramai. Hal ini terjadi populasi hewan hanya dibutuhkan pada organisasi perlindungan hewan saja, maka dari itu hanya
orang-orang tertentu saja yang mengetahui informasi ini. Selain itu juga masih belum berkembangnya sistem informasi
mengenai populasi hewan di khalayak umum terutama pada teknologi peta. Maka dari itu pada tugas besar ini kami
ingin membuat sebuah sistem pendeteksian tentang penyebaran hewan mamalia liar khususnya pada peta Jawa
Timur. Dan tujuan dari pembuatan program ini adalah kami ingin memudahkan para pengguna dalam pencarian
populasi hewan mamalia liar di Jawa Timur terutama untuk badan organisasi perlindungan hewan.
Dalam rancangan pengerjaan tugas besar ini saya (Dewi Randika Aprilia-06560122) bekerja sama dengan rekan saya
(Winda Martalia Suseno-06560173) untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dan rancangan pengerjaanya yakni, pertama
Data populasi hewan pada setiap wilayah di Jawa Timur khususnya hewan mamalia liar.
Untuk memilih uji statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data maka tipe data memegang peranan yang
penting. Jenis data pada gilirannya akan menentukan jenis uji statistik yang digunakan. Dalam statistik, data
merupakan karakteristik, symbol atau angka dari sebuah variabel yang diukur. Pengukuran hanya dilakukan terhadap
variabel yang dapat didefinisikan seperti minat, kinerja ataupun sikap. Agar hasil penelitian tidak memberikan
interpretasi yang berbeda maka definisi operasional terhadap variabel yang diteliti perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Data dalam statistik secara umum dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu:
Data diskrit : yaitu data data yang tidak dikonsepsikan adanya nulai-nilai di antara data (bilangan) lain yang terdekat
contoh banyaknya jumlah anak di suatu keluarga, jumlah rumah di suatu kampung. Misalnya juka bilangan 2 dan 3
menunjukan jumlah anak anak di keluarga A dan keluarga B, maka di antara kedua bilangan tersebut tidak ada
bilangan-bilangan lain. Tidak pernah kita mengatakan bahwa jumlah anak di suatu keluarga adalah 2,4 atau 2,9.
Data kontinu : yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran. Data hasil pengukuran diperoleh dari tes, kuesioner
ataupun alat ukur lain yang sudah terstandar misalnya timbangan, panjang ataupun skala psikologis yang lain. yang
Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran. Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan
bilangan pada obyek atau peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan notasi
bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut skala atau tingkat pengukuran (scales of
measurement).Secara lebih rinci, dalam statistik terdapat 4 skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk menklasifikasi obyek, individual atau kelompok; sebagai contoh
mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan
angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik
digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh kita
mengklaisfikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki kita beri simbol angka 1 dan wanita angka 2.
Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya
Contoh: Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan ya dan tidak yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol angka-angka
Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek
atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat
relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi
Contoh: Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat
diberi symbol angka 1, 2,3,4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan
jumlah.
Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah
karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan
karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan
angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan
atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametric.
Contoh: Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda melakukan kunjungan
ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka
Ratio
Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan
kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat
ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan
Contoh: Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.
Validitas
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal bukan untuk
mengukur variabel interval yang bersifat parametrik. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti.
Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang
diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu
Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Reliabilitas
PROYEKSI PETA
Suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta.
Peta dikatakan ideal, kalau:
Luas benar;
Bentuk benar;
Arah benar; dan
Jarak benar.
yang dapat dilakukan hanyalah mereduksi distorsi sekecil mungkin untuk memenuhi
satu atau lebih syarat-syarat peta ideal, yaitu dengan:
a. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang
tidak begitu luas;
b. Menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan,
yaitu bidang kerucut dan bidang silinder.
Daerah yang kecil (maks 30 km X 30 km) dapat dianggap sebagai daerah yang datar,
sehingga pemetaan daerah tersebut dapat langsung digambar dari hasil pengukuran di
lapangan, tanpa memakai salah satu sistem proyeksi peta.Metode proyeksi atau
transformasi dapat diklasifikasikan sbb:
Proyeksi peta adalah pemindahan sistem paralel dan meridian yang ditetapkan dalam
bidang globe yang lengkung ke atas bidang datar.
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain diatas permukaan yang diubah harus tetap
(equidistant)
Macam-macam proyeksi :
KETERANGAN :
Garis yang rapat pada peta kontur menandakan bahwa daerah tersebut TERJAL, sedang
garis yang jarang-jarang jaraknya menggambarkan daerah tersebut LANDAI.
UNSUR-UNSUR PETA
a. Judul peta
b. Skala peta
c. Garis tepi
d. Garis astronomi berupa garis bujur dan garis lintang untuk menentukan lokasi/letak
sutu wilayah.
e. Legenda keterangan simbol-simbol pada peta agar pembaca mudah mengerti peta.
f. Petunjuk arah
g. Simbol
i. Sumber data merupakan data untuk mengetahui sumber pembuatan peta dan
untuk mengetahui kecocokan gambar yang sebenarnya dengankebenaran skalanya.
k. Warna peta
Warna Menggambarkan
(1) Inzet dengan skala sama untuk mengatasi bila kita menggambarkan
besar dengan peta pokok kekurangan kertas daerah-daerah tertentu yang
wilayahnya berjauhan
(2) Inzet dengan skala lebih untuk menerangkan menggambarkan wilayah Jawa
besar dari peta pokok bagian peta pokok yang Tengah yang dianggap penting
dianggap penting sebagai rute gerilya Pangeran
Diponegoro.
(3) Inzet dengan skala lebih untuk menerangkan Menggambar wilayah Indonesia
kecil dari peta pokok hubungan antara peta yang berada di kawasan Asia
pokok dengan daerah Tenggara.
sekitarnya
1o = 60' = 111 km
Misalnya :
Dalam pembuatan peta apabila kita ingin menggambarkan perubahan benda yang
berukuran tiga dimensi ke benda yang berukuran dua dimensi, benda itu harus
diproyeksikan ke bidang datar. Teknik proyeksi ini juga berlaku untuk memindahkan
letak titik-titik pada permukaan bumi ke bidang datar yang dinamakan Proyeksi
Peta.Secara khusus pengertian dari proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem
paralel (garis lintang) danmeridian (garis bujur) berbentuk bola (Globe) ke bidang datar
(peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.Pemindahan
dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai
tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di
bawah ini:
a. Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap),persis
seperti pada gambar peta di globe bumi.
b. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus
tetap.
Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus
adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja
untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi
hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka
bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih
besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka
lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Macam-macam Proyeksi peta
1. Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan
a. Proyeksi Ekuivalen adalah luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta
sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b. Proyeksi Konform artinya bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta dipertahankan
sama dengan bentuk aslinya.
c. Proyeksi Ekuidistan artinya jarak-jarak di peta sama dengan jarak di muka bumi
setelah dikalikan skala.
2. Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris
a. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi
c. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.
3. Berdasarkan bidang asal proyeksi yang digunakan
a. Proyeksi Zenithal (Azimuthal)
Proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini
menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik.
Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik
pusat proyeksi.
Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:
Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk
lingkaran.
Proyeksi Azimuthal dibedakan 3 macam, yaitu:
Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat
antara kutub dan ekuator.
b. Proyeksi Kerucut (Conical Projection)
Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke
sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang
tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-
jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel
Standar).
Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.
Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat
menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta yang
meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi. Untuk dapat
membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan
bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat di atas. Sebagian dampak
kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis proyeksi peta. Masing-masing
proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan sesuai dengan tujuan peta dan bagian
mukabumi yang digambarkan.
B. Satuan Koordinat
Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu titik
dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah didefinisikan.
Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan
matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut
secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat
Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu
disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya.
Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM adalah salah satu transformasi geografi yang
mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk
posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan.
UTM ( Universal Tranvers Mercator ) sistim ini telah dibakukan oleh BAKOSURTANAL
sebagai sistim Proyeksi Pemetaan Nasional.
Mengapa UTM, karena
a) Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar Garis Katulistiwa atau garis
lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatip seimbang.
b) Untuk kondisi seperti ini, sistim proyeksi Tranvers Mercator/Silinder Melintang
Mercator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
c) Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka dipilih sistim proyeksi Universal
Transverse Mercator yang memberikan batasan luasan bidang 6 antara 2 garis bujur di
elipsoide yang dinyatakan sebagai Zone.
Kesimpulan Dihubungkan Dengan Konsep GIS
Karena Sistem Informasi Geografi (GIS) merupakan metoda sajian terpadu, maka semua
data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya, kesatuan
Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan dalam me-
manage data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan sangat
penting.
Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar
Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk
analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang
lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS.
C. Konversi Datum
Dalam permasalah proyeksi peta, datum merupakan hal penting yang harus diperhatikan
karena hal tersebut akan menentukan keakuratan peletakan titik/objek pada sebuah
peta. Transformasi datum merupakan proses konversi koordinat-koordinat titik-titik
yang bereferensi terhadap suatu datum (system koordinat) ke datum yang lain. Saat ini
terdapat sekitar 200 datum yang digunakan di dunia.
Sebagai contoh adanya perbedaan datum yang digunakan oleh Negara Indonesia pada
masa lampau yaitu Id-74. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan SIG
dimana kita biasanya mengintegrasikan dengan data koordinat/spasial yang lain, maka
pengguna harus mentransformasikan datum tersebut ke datum global yaitu WGS84.
Daftar Pustaka
WordPress.com weblog
Bossler, J. D. (2002) Coordinates and Coordinates Systems. Manual of Geospatial Science and
Technology. Ed. J.D. Bossler. Taylor and Francis, London
Purworahardjo, U. (1986) Ilmu Ukur Tanah Seri C Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik Geodesi
FTSP ITB, Bandung
Pruworahardjo, U. (2000) Hitung dan Proyeksi Geodesi. Jurusan Teknik Geodesi FTSP ITB,
Bandung
1. Jean Meeus: Astronomical Algorithm, Willmann-Bell, Virginia, 1991.
2. Oliver Montenbruck: Practical Ephemeris Calculations, Springer-Verlag, 1999.
http://geografientrepreneur.yolasite.com/drs-iwan-teaching-geography.php
7 COMMENTS:
Makasih gan untuk informasinya, sangat membantu :)
http://goo.gl/S4oK7y
Dewii Sumiyati
27 Maret 2015 21.00
Good blog
Dewii Sumiyati
18 Mei 2015 19.20
obat tradisional patah tulang
obat infeksi usus
obat pembengkakan lutut
obat radang paru paru anak
obat Nyeri Lambung
obat gatal selangkangan
Blog Zombie
31 Juli 2015 20.31
tx y gan..
Nuahta Kembaren
31 Agustus 2015 22.12
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi
files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll
dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Dewi Aja
5 Oktober 2016 19.19
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah yang telah mempertemukan saya dengan Mbah Rawa Gumpala
dan melalui bantun pesugihan putih beliau yang sebar 5M inilah yang saya gunakan untuk membuka usaha
selama ini,makanya saya sengaja memposting pesang sinkat ini biar semua orang tau kalau Mbah Rawa
Gumpala bisa membantuh kita mengenai masalah ekonomi dengan bantuan pesugihan putihnya yang
tampa tumbal karna saya juga tampa sengaja menemukan postingan orang diinternet jadi saya lansun
menhubungi beliau dan dengan senang hati beliau mau membantuh saya,,jadi bagi teman teman yang
mempunyai keluhan jangan anda ragu untuk menghubungi beliau di no 085-316-106-111 rasa senang ini
tidak bisa diunkapkan dengan kata kata makanya saya menulis pesan ini biar semua orang tau,ini sebuah
kisa nyata dari saya dan tidak ada rekayasa sedikit pun yang saya tulis ini,sekali lagi terimah kasih banyak
ya Mbah dan insya allah suatu hari nanti saya akan berkunjun ke kediaman Mbah untuk
silaturahmi.Wassalam dari saya ibu Sartika dan untuk lebih lenkapnya silahkan buka blok Mbah
disini Pesugihan Putih Tanpa Tumbal
POSTING KOMENTAR
Posting Lebih BaruPosting Lama
Jakarta
Pemilik Blog ini adalah Staff Pengajar SMA MTA SKA. Perjalanan pendidikan, SDN Kalak II, SMPN 2
Donorojo, SMA MTA SKA, S1 Pend. Geografi FKIP UNS, dan S2 Ilmu Lingkungan UNS. Di SMA MTA
SKA mengampu Mata Pelajaran Geografi. Pemilik blog ini mempunyai seorang istri yang sekarang
Blog Archive
2017 (1)
2015 (5)
2014 (9)
o November (1)
o Juli (1)
o Mei (2)
o Februari (3)
o Januari (2)
2013 (53)
2012 (116)
2011 (292)
2010 (2)
2009 (2)
Kunjungi
.: BMKG :.
All About Geoscience
Badan Geologi - ESDM
Bakosurtanal
BBC Indonesia
BNPB
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Dipendik Jateng
Dunia Astronomi
Environment Engineering
geo_environ-twitter
Geografi FMIPA UI
Geografi UGM
Geography
Geological Dictionary
Georaphy Olimpiad
Geospasial - BNPB
GIS.com
Hendrik Boby H
Hendrik Boby Hertanto
IALHI Website
IMAHAGI
Jurnal Geologi
KASMAMTA
Kasmamta Foundation
Kasmamta-Foundation
Kebumian Indonesia
Kementerian Agama RI
Kementerian Lingkungan Hidup -
LAPAN
Meteorologi
NASA - Home
National Geographic
OneGeology
Pemanasan Global
Perpustakaan Geografi Online
Perubahan Iklim
PSMA
Pusat Sumber Belajar SMA
Satellite Images and Geospatial
Seaga
Sutanto A
TOIKI
www.geografi.ums.ac.id/
www.pend-geografi.ums.ac.id
Yasin Yusuf
http://geoenviron.blogspot.co.id/2014/05/sistem-koordinat-dan-proyeksi-peta.html