Anda di halaman 1dari 25

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Penerapan TIK dalam Pendidikan Jarak Jauh

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas TIK

Dosen Pembimbing
Dr. Robinson Situmorang, M. Pd

Oleh :

Bekti Rahayu (7526168334)


Fitriani (7526168414)
Lussy Diani R (7526168346)
Seekar Sunaryo P (7526168339)
Shara Syah Putri (7526168409)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) telah berkembang dengan sangat pesat sehingga sudah
merupakan gejala dunia. Teknologi itu sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak
dikembangkannya sistem komunikasi satelit domestik. Dijelaskan dalam Undang-undang Dasar (UUD)
Negara Indonesia pada pasal 31, ayat 4 yang berbunyi sebagai berikut Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dengan adanya penjelasan UUD di atas, ini
menjadi landasan bagi Indonesia untuk lebih memajukan teknologi yang semakin hari terus berkembang,
dan perkembangan tersebut termasuk di dalamnya adalah pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi
mencerdaskan kehidupan bangsa sudah sangat disadari oleh para tokoh bangsa, dan dengan tegas
menuangkannya dalam pasal 31 UUD 1945 setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia nampaknya tidak
berlebihan apabila dikatakan demikian. Meskipun secara makro peningkatan SDM juga mencakup aspek
sosial dan ekonomi, akan tetapi dimensi utama dan kuncinya adalah pendidikan. Dengan alasan tersebut,
sangatlah wajar jika pemerintah menjadikan Pendidikan Jarak Jauh sebagai satu diantara usaha dalam
pembangunan pendidikan dengan maksud peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan teknologi, pendidikan pun mengalami
perkembangan yang sangat pesat pula, diantaranya dengan adanya pembelajaran jarak jauh (distance
learning). Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi itu, pendidikan dapat
menjangkau seluruh lapisan masarakat yang tinggal di berbagai tempat, di kota, desa, bahkan di daerah
terpencil atau pedalaman sekalipun, sehingga upaya pemerataan pendidikan dapat terlaksana.

Guru Pendidikan Anak Usia Dini sekarang ini pun dituntut untuk terampil menggunakan Teknologi
Informatika dalam pembelajaran, sehingga perlu diadakan pelatihan dan juga penyediaan fasilitas yang
memadai. Dengan adanya Pendidikan Jarak Jauh diharapkan dapat memudahkan guru untuk mengakses
dan mendapatkan informasi dengan menggunakan teknologi informatika.

Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus
berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi
tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak gagap
teknologi. Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) telah berkembang dengan sangat pesat sehingga sudah
merupakan gejala dunia. Teknologi itu sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak
dikembangkannya sistem komunikasi satelit domestik. Dijelaskan dalam Undang-undang Dasar (UUD)
Negara Indonesia pada pasal 31, ayat 4 yang berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Dengan adanya penjelasan UUD di atas, ini menjadi landasan bagi Indonesia untuk lebih
memajukan teknologi yang semakin hari terus berkembang, dan perkembangan tersebut termasuk di
dalamnya adalah pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi mencerdaskan kehidupan bangsa sudah sangat
disadari oleh para tokoh bangsa, dan dengan tegas menuangkannya dalam pasal 31 UUD 1945 setiap
warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan manusia nampaknya tidak berlebihan apabila dikatakan demikian. Meskipun secara makro
peningkatan SDM juga mencakup aspek sosial dan ekonomi, akan tetapi dimensi utama dan kuncinya
adalah pendidikan.
Dengan alasan tersebut, sangatlah wajar jika pemerintah menjadikan Pendidikan Jarak Jauh
sebagai satu diantara usaha dalam pembangunan pendidikan dengan maksud peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM). Dengan pembahasan di atas, dalam kesempatan ini penulis akan membahas upaya
pemerintah dalam peningkatan pemerataan pendidikan yaitu Pendidikan Jarak Jauh. Adapun fokus yang di
bahas adalah Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) pada Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia dan di
dalamnya akan lebih di rincikan kembali dengan adanya Universitas Terbuka (UT) di Indonesia secara
umum, dan Universitas Terbuka di Palembang Secara khusus.
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup yaitu pembelajaran sejak lahir
hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multi makna. Pembelajaran sepanjang hayat
(life long learning) berlangsung secara terbuka melalui jalur formal, non formal, dan informal yang dapat
diakses oleh peserta didik setiap saat, tidak dapat dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu (Warsita, 2011: 3).
Pembelajaran dengan sistem terbuka atau sistem pembelajaran jarak jauh diselenggarakan dengan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-multy
exit system).
Teknologi pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai tambah menghasilkan produk
yang bermanfaat. Teknologi telah mempengaruhi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga jika
tidak menguasai teknologi akan terlambat menguasai informasi, dan akan tertinggal pula untuk
memperoleh kesempatan untuk maju. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi , pendidikan dapat menjangkau seluruh lapisan masarakat yang tinggal di berbagai tempat, di
kota, desa, bahkan di daerah terpencil atau pedalaman sekalipun, sehingga upaya pemerataan pendidikan
dapat terlaksana.
Mengingat kondisi Indonesia yang ada, baik kondisi sosial ekonomi, geografis, kesempatan
memperoleh pendidikan bagi setiap warganya dengan jumlah penduduk yang banyak, SDM pendidik yang
berkualitas terbatas, anggaran pendidikan yang terbatas menjadikan pendidikan jarak jauh sulit untuk
diselenggarakan. Padahal pembelajaran jarak jauh memungkinkan masyarakat yang ada di daerah
memperoleh informasi dan pendidikan karena pembelajaran jarak jauh adalah suatu model pembelajaran
yang membebaskan pembelajar untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit
mungkin bantuan dari orang lain. Pada pembelajaran jarak jauh tidak ada kontak langsung antara instruktur
dengan pembelajar. Proses pembelajaran dilakukan dengan perantaraan media pembelajaran yang saat
ini sebagian besar dalam bentuk pemanfaatan TIK yang dirancang secara khusus.
Tabel I.
Perkembangan Pemanfataan Internet di UT
Dari tahun ke tahun mulai dari tahun 1994-2001

Tahun Aktivitas
1994 0 Introduksi kode akses internet pribadi (personal account) bagi karyawan UT

1995 0 Introduksi kode akses internet via institusi (corporate account) bagi karyawan UT

Kelas C: ut.ac.id tersedia pada jam kerja saja e-mail19960 Uji coba I Tutorial via internet terbatas Situs
web UT 1997 Sambungan 24 jam internet Lanjutan pengembangan situs web dan tutorial 1998
Sambungan ke internet dengan dua jalur telpon dengan kapasitas 2x 32 kbps 1999 Uji coba II Tutorial
elektronik dalam skala besar Pengembangan suplemen bahan ajar berbasis web Akses jurnal elektronik
Introduksi pemanfaatan Fax-Internet 2000 Penambahan jumlah mata kuliah untuk tutorial elektronik
Penambahan jumlah suplemen bahan ajar berbasis web Penempatan naskah tugas mandiri di situs web
UT Uji coba perkuliahan online 2001Peningkatan Bandwith LAN-UT ke internet
Pendekatan Tambal Sulam, walaupun secara kronologis pemanfaatan TIK UT mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, UT pada dasarnya belum memiliki rencana induk pemanfatan TIK. UT
masih bersifat reaktif terhadap kebutuhan TIK baik dalam arti perbaikan dengan pendekatan tambal sulam,
maupun dengan menguji coba teknologi baru sebagai reaksi terhadap pertumbuhan atau perkembanga
TIK di luar.
Secara spesifik, menurut Indrajit (2000) beberapa sebab timbulnya pendekatan tambal sulam,
antara alain adanya berbagai perubahan dalam struktur organisasi, proses, standar, atau prosedur dalam
sutau institusi.Pendekatan semacam ini dalam beberapa hal tidak menguntungkan karena UT terjebak
dalam rutinitas dan penyeleesaian masalah yang insidental di lapangan. Kelemahan terbesarnya adalah
UT tidak punya gambaran tentang kuantitas masalah potensial. Penyelesaian masalah yang bersifat
reaktif, walaupun terselesaikan, akan tetap mengganggu maajemen UT sehari-hari. Misalnya, jika ada
masalah teknis dalam jaringan UT, maka aktivitas akan terganggu dalam ukuran menit, jam, atau hari,
yang lebih sering tidak dapat diramalkan.
Kebutuhan Terhadap Rencana Induk TIK, Seperti yang telah disampaikan dalam uraian pengantar
pendekatan tambal sula di atas, salah satu timbulnya fenomena atau pendekatan tersebut karena institusi
tidak mempunyai rencana induk TIK. Secara ideal, pengembangan rencana induk TIK suatu institusi
emrupakan bagian yang tidak terlepas dengan rencana induk pengembangan institusi itu sendiri. Dengan
demikian, TIK dapat dipergunakan sebagai alat untuk meng-akselerasi dan meng-optimalkan seluruh
aktivitas operasional institusi yang bersangkutan untuk mencapai visi dan misinya. Dengan memandang
UT sebagai institusi penyelenggara PJJ, aktivitas operasional UT secara keseluruhan menurut Setijadi
(2001) dapat digambarkan seperti pada gambar I berikut ini. Jika dipandang dari perspektif pemanfaatan
TIK, keseluruhan proses aktivitas operasional pada gambar 1. tersebut dapat dikategorisasikan yang
secara garis besar dapat dipetakan seperti pada gambar 2. Berikut ini (Asandhimitra, 2004 : 566).
B. Masalah
Dengan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh untuk guru PAUD dengan
keterbatasan SDM guru PAUD, sarana dan prasarana di daerah yang tertinggal? Bagaimanakah Sejarah
Pendidikan Jarak Jauh Di Indonesia? Bagaimanakah Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam Institusi
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)? Bagaimanakah Teknologi Informasi Komunikasi Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Jarak Jauh: Universitas Terbuka (Universitas Terbuka di Palembang)? Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut, yaitu :Bagaimanakah
menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh pada daerah dengan kondisi sosial ekonomi, geografis dan
SDM pengelola yang terbatas?
C. Tujuan

1. Dengan pembuatan makalah ini, maka diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
keterbatasan SDM guru PAUD, sarana dan prasarana di daerah yang masih tertinggal dalam
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Pendidikan Jarak Jauh. Untuk mengetahui
sejarah Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan Teknologi
Informasi Komunikasi (TIK) dalam Institut Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)?Untuk mengetahui
bagaimanakah peranan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dan Institusi Pendidikan Jarak Jauh.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi


Teknologi Informasi menurut Haag dan Keen (dalam Kadir, 2005: 2) adalah seperangkat alat yang
membantu kita bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pemrosesan informasi. Selanjutnya Martin (Kadir, 2005:2) memperjelas definisi tersebut Teknologi
informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi informasi
komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Sementara itu, pengertian teknologi komunikasi atau biasa disebut juga teknologi telekomunikasi
adalah teknologi yang berhubungan dengan komunkasi jarak jauh. Termasuk dalam kategori teknologi ini
adalah telepon, radio, dan televisi (Kadir, 2005:3). Teknologi komunikasi di definisikan pula sebagai
peralatan perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai
sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar
informasi dengan individu-individu lainnya.
Jadi, dari beberapa definisi di atas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi Komunikasi merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, juga mencakup untuk mengirimkan informasi oleh individu kepada
individu-individu lainnya atau kelompok organisasi.

B. Pengertian Pendidikan Jarak Jauh


Pengertian Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menurut Miarso (2004:34) adalah pendidikan terbuka
dengan program belajar yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap
muka atau keterpisahan atau guru dengan peserta didik. Sedangkan menurut Setiadi (2005:1) PJJ adalah
jenis pendidikan dimana peserta didik berjarak jauh jauh dari dari pendidik, sehingga pendidikan tidak
dilakukan dengan cara tatap muka. Maka penyajian materi pembelajaran kepada peserta didik harus
melalui media.
Menurut UU Nomor 20 Tauhun 2003 tentang system pendidikan nasional, Pasal 1 ayat 15
dijelaskan bahwa PJJ adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi informasi komunikasi dan
media lain.
Menurut Keegan (1984) dalam A.P. Hardhono (2002) karakteristik PJJ adalah 1) adanya
keterpisahan mendekati permanen antara tenaga pengajar dari peserta didik selama program pendidikan.
2) ada keterpisahan yang`mendekati permanen antara seorang peserta didik dari peserta didik lain selama
program pendidikan. 3) ada suatu institusi yang mengelola program pendidikan, inilah yang membedakan
dengan kegiatan seseorang yang belajar sendiri di rumah atau studi pribadi. 4) pemanfaatan sarana
komunikasi baik baik mekanis maupun elektronis untuk menyampaikan bahan belajar. 5) penyediaan
sarana komunikasi dua arah sehingga peserta didik dapat mengambil inisiatif dialog dan mengambil
manfaatnya.
Adapun ciri khas utama PJJ, yaitu 1) adanya jarak yang jauh antara pendidik dengan peserta didik,
dan 2) individualisasi dan kemandirian dalam belajar. Selain itu ada beberapa karaksteristik lain yang
menjadi ciri khas PJJ, yaitu. 3) adanya bahan belajar yang biasanya dikembangkan sendiri oleh lembaga
penyelenggara PJJ. 4) penggunaan berbagai media pembelajaran. 5) adanya bantuan belajar yang berupa
tutorial dan bantuan belajar lain yang terbatas. 6) adanya proses industrialisasi dalam pengembangan,
pengadaan, dan distribusi bahan belajar.
Dengan demikian dalam proses pendidikannya memiliki bentuk yang mirip dengan proses
industri. Jadi salah satu karaksteristik PJJ yang menonjol adalah keterpisahan kegiatan pengajaran dari
kegiatan belajar, keterpisahan baik karena faktor jarak, waktu atau kombinasi keduanya selain itu
dimanfaatkannya berbagai media untuk keperluan komunikasi.
Keterpisahan jarak dalam PJJ itu terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam situasi khusus.
Keterpisahan atau jarak itu menimbulkan adanya pola perilaku pendidik dan peserta didik yang berbeda
dengan pola prilaku dalam lingkungan pendidikan konvensional. Karena keterpisahan itu ada jarak
kejiwaan dan jarak komunikasi yang dapat dijembatani dengan memanfaatkan TIK. Jarak ini dapat
menimbulkan perbedaan penafiran materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik dan pengertian
yang ditangkap oleh peserta didik.
C. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
Renstra Depdiknas Tahun 2005-2009, menegaskan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran jarak jauh, prioritas renstra adalah mengembangkan
system pembelajaran jarak jauh (distance learning) di perguruan tinggi, pendidikan formal dan pendidikan
non formal untuk mendukung perluasan dan pemerataan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan
pendidikan non formal.TIK akan dimanfaatkan secara optimal dalam fungsinya sebagai media
pembelajaran jarak jauh. Dan juga untuk memfasilitasi manajemen pendidikan.
Perkembangan TIK, telah mendorong berkembangnya PJJ. PJJ adalah suatu model pembelajaran
yang membebaskan peserta didik untuk dapat belajar tanpa terkait oleh ruang dan waktu dengan sesedikit
mungkin bantuan dari orang lain. Karena keterpisahan jarak maka dalam PJJ materi pembelajaran
dikembangkan, dikemas dan disampaikan melalui media dalam berbagai jenis dengan memanfaatkan TIK
sehingga dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri. Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri,
melainkan belajar dengan prakarsa dan tanggungjawab sendiri dengan bantuan minimal dari orang lain.
Dalam sistem PJJ peserta didik dituntut untuk belajar secara mandiri. Belajar mandiri dalam
konteks sistem PJJ berdampak pada pemanfaatan TIK artinya media dapat digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Media teknologi tersebut dapat berupa: (1) media cetak; (2) radio;
(3) televisi; (4) komputer; dan (5) media lain yang dapat digunakan untuk mengemas materi pembelajaran
Disisi lain sistem PJJ tentu mengandalkan kehadiran pengajar untuk sering bertatap muka dengan
peserta didik untuk sering datang ke tempat belajar pada waktu yang di tentukan oleh pengelola
pendidikan. Oleh karena itu, kehadiran pengajar harus digantikan oleh kehadiran bahan belajar yang
dirancang khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri, didiskusikan dengan teman kelompok belajar, dan
mungkin dibahas dengan tutor. Bentuk bahan belajar tersebut biasanya dengan memanfaatkan TIK dalam
berbagai kombinasi dari media cetak (modul), program audio, program video, radio, TV. komputer, alat-alat
praktik dan praktikum, dan sebagainya. Kehadiran media yang berbasis TIK dalam sistem belajar jarak
jauh menurut Atwi Suparman & Aminudin Zuhairi (2004:185) berfungsi sebagai sumber belajar utama
seperti halnya guru dalam pembelajaran konvensional.
Pemanfaatan sarana media yang berbasis TIK ini memungkinkan terjadinya interaksi dan
komunikasi antara peserta didik dengan tenaga pengajar atau dengan bahan belajar, bahkan dengan
penyelenggaraan PJJ. Dengan demikian peserta dan sarana komunikasi dua arah tersedia sehingga
memungkinkan peserta didik dan tenaga pengajarnya dapat berinteraksi untuk membahas materi
pembelajaran.
Peran TIK beserta infrastrukturnya dalam PJJ yaitu untuk menyajikan materi pembelajaran dan
menyediakan sarana komunikasi atau interaksi antara institut PJJ dengan peserta didik. TIK yang dapat
dimanfaatkan untuk PJJ adalah siaran Radio, televisi, telekonferensi, pembelajaran berbantuan komputer
dan atau multimedia melalui jaringan komputer. Materi pembelajarannya dapat dikemas dengan
menggunakan media cetak (modul) dan audio/video kaset. Menurut Wedemeyer (1979) pemanfaatan TIK
bertujuan untuk: (1) membebaskan peserta didik dari pola pembelajaran regular; (2) membuka
kesempatan belajar sesuai kemampuan; (3) membangun suatu pola pembelajaran yang membimbing
peserta didik melaksanakan self directed learning.
Teknologi Informasi menurut Haag dan Keen (dalam Kadir, 2005: 2) adalah seperangkat alat yang
membantu kita bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pemrosesan informasi. Selanjuntya Martin (Kadir, 2005:2) memperjelas definisi tersebut Teknologi
informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang
digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi informasi
komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Sementara itu, pengertian teknologi komunikasi atau biasa disebut juga teknologi telekomunikasi
adalah teknologi yang berhubungan dengan komunkasi jarak jauh. Termasuk dalam kategori teknologi ini
adalah telepon, radio, dan televisi (Kadir, 2005:3). Teknologi komunikasi di definisikan pula sebagai
peralatan perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai
sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar
informasi dengan individu-individu lainnya (http://opr3kkomd4.wordpress.com).
Jadi, dari beberapa definisi di atas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi Komunikasi merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, juga mencakup untuk mengirimkan informasi oleh individu kepada
individu-individu lainnya atau kelompok organisasi.
Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) sebagai suatu produk dan proses telah berkembang
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi segenap kehidupan kita dalam berbagai bentuk aplikasi. Alvin
Toffler (dalam Miarso, 2011: 302) menggambarkan perkembangan itu sebagai revolusi yang berlangsung
dalam tiga gelombang. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian, gelombang kedua
ditandai dengan adanya teknologi industri, dan gelombang ketiga merupakan revolusi teknologi elektronik
dan informatika. Teknologi terakhir ini mendorong timbulnya telecommunity. Toffler juga menyatakan
bahwa keputusan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sistem komunikasi setelit domestik
merupakan lambang dimulainya transformasi.
Teknologi komunikasi dan informasi sebagai Penetrasi TIK ke dalam dunia pendidikan tak terlepas
dari daya TIK itu sendiri sebagai alat yang menjanjikan berbagai macam kemudahan dan keefisienan
dalam pengelolaan suatu institusi pendidikan. Kedua, kelebihan TIK ini dipromosikan dengan sangat
gencar oleh industri TIK dan kemudian diadopsi dan diterjemahkan oleh pihak manajemen pendidikan ke
dalam bentuk kebijakan pemanfaatan TIK di institusi masing-masing. Kerangka kerja strategi TIK atau
kebijakan TIK pada saat ini merupakan dokumen standar bagi suatu institusi pendidikan di berbagai.
Negara maju sebagai cerminan sikap dalam mengambil posisi terhadap peran TIK. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Indonesia juga mempunyai dokumen yang sama dengan nama Strategi TIK Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ruang lingkup atau isi cakupan yang terdapat dalam dokumen kebijakan pemanfaatan TIK
tersebut bervariasi, karena disesuaikan dengan kondisi Perguruan Tinggi dan perkembangan TIK di
Negara masing-masing. Hal ini tampak dari komponen-komponen utama yang mereka tuangkan secara
eksplisit dalam dokumen tersebut.
Bagi institusi penyelenggara PJJ, wacana dan praktek pemanfaatan TIK bukan hal baru karena
pola pngelolaan PJJ yang bersifat bisnis semacam industri seperti yang diungkapkan oleh Keegan (dalam
Asandhimitra, 2004: 555). Aktivitas utama dalam PJJ seperti pengelolaan data registrasi, pengembangan
dan bahan ajar, pemberian bantuan belajar atau tutorial, pengelolaan data pengujian, dan sebagainya tidak
terlepas dari TIK dengan tingkat kedalaman peran dan kecanggihan yang beragam diantara institusi PJJ.
Pemanfaatan komputer dengan berbagai macam program atau aplikasi genetik (missal: administrsi
umum, persuratan, keuangan, dan kepegawaian) yang biasa digunakan di dunia bisnis atau komersial juga
telah digunakan oleh intitusi PJJ, bahkan sebelum istilah TIK itu sendiri muncul pada dekade sembilan
puluhan. Meskipun saat ini sangat banyak aplikasi yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh institusi
PJJ, aplikasi-aplikasi tersebut tampaknya terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu aplikasi untuk
kepentingan adminstrasi atau manjemen dan aplikasi untuk kepentingan akademis atau pembelajaran.

1. Aspek TIK dalam manajemen PJJ

Terry (dalam Winardi, 1983: 4) mendefinisikan manajemen merupakan sebuah proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, peng-organisasian, menggerakkan, dan pengawasan,
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.
Manajemen suatu institusi penyelenggaraan PJJ berdimensi sangat luas. Manajemen institusi
pada umumnya akan meliputi bidang-bidang adminstrasi umum, keuangan, kepegawaian, pengelolahan
data registrasi, produksi dan pengiriman bahan ajar, pengolahan tutorial, dan produksi pengiriman bahan
ujian, serta pengelolaan hasil ujian. Jika matriks dibuat dengan memasukan masing-masing komponen
yang terdapat dua sisi tersebut maka akan muncul sejumlah kombinasi komponen manajemen dan PJJ
serta TIK akan mempunyai peran spesifik atau beragam.

Secara sederhana dipahami bahwa dengan adanya TIK dalam manajemen PJJ dapat
mempermudah dalam pengelolaan baik itu sistem administrasi umum, keuangan, kepegawaian,
pengelolaan data registrasi, produksi dan pengiriman bahan ajar, pengolahan tutorial, dan produksi
pengiriman bahan ujian, serta pengelolaan hasil ujian. Sehingga dengan demikian manajemen PJJ akan
menjadi lebih mudah terkontrol.

2. Aspek TIK dalam Kegiatan Belajar PJJ

Ada enam bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah
media belajar interaktif untuk sistem PJJ. Menurut Heinich (Sanaky, 2011:203), bentuk-bentuk interaktif
pembelajaran tersebut, antara alin berupa:

a) Praktik dan latihan (drill and practice), dengan praktik dan latihan dalam pembelajaran diharapkan
dapat menguasai suatu keterampilan tertentu apabila dilakukan secara terus menerus.

b) Tutorial, dalam interaksi pembelajaran berbentuk tutorial, informasi dan pengetahuan dikomunikasikan
sedemikian rupa seperti situasi pada waktu dosen yang member bimbingan akademik kepada mahasiswa.

c) Permainan (games), interaksi berbentuk permainan (games) akan bersifat intruksional apabila
pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsure
pelatihan (training).

d) Simulasi (simulation), dalam interaksi ini dapat dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
pembelajaran.

e) Penemuan (discovery), interaksi ini adalah istilah yang digunakan untuk mengganti istilah pendekatan
induktif dalam proses belajar.

f) Pemecahan masalah (problem solving). Yaitu member kemungkinan terhadap pembelajaran untuk
melatih kemampuan dalam memecahkan sutau masalah.
Teknologi Informasi baik secara implisit maupun eksplisit tidak sekedar berupa teknologi komputer,
tetapi juga mencakup teknologi telekomunikasi. Dengan kata lain, yang disebut teknologi informasi adalah
gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi (Kadir, 2005: 2). Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan
khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001) dengan berkembangnya
penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu (dalam Surya, 2006):
dari pelatihan ke penampilan,
dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
dari kertas ke on line atau saluran,
fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Dalam konsep PJJ, salah satu karakter yang menonjol
yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik PJJ adalah sifat mandiri, terutama dalam proses belajar.
Terpisahnya peserta didik dan mengajar secara geografis membuat mereka suka atau tidak suka harus
mengandalkan bahan ajar yang ada ditangannya. Meskipun hampir semua intitusi penyelenggaraan PJJ
memberikan layanan tutorial tatap muka, para mahasiswa tidak selalu dapat memanfaatkan secara optimal
karena terbatasnya waktu atau karena kendala teknis yang lain, seperti lokasi tutorial yang terlalu jauh dari
tempat tinggalnya. Hal semacam ini sebenarnya sudah diantisipasi oleh para penyelenggara PJJ dengan
menekankan bahwa peranan media sangat penting dalam PJJ. Schramm (1981) mengatakan bahwa PJJ
adalah pengajaran yang menggunakan media komunikasi untuk memperluas kesempatan belajar di luar
kelas dan kampus, sehingga dimungkinkan terjadinya kontribusi keahlian mengajar secara lebih luas
dibadingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh guru dan sekolah manapun (Asandhimitra, 2004: 557).
Peran TIK dalam kegiatan belajar PJJ yang menonjol pada awalnya sebagai tool untuk mengemas
dan menyajikan media atau bahan belajar yang dikenal dengan modul. Suatu aplikasi penerbitan di atas
meja (desktop-publishing) akan menghasilkan suatu modul yang bagus ditangan seorang desainer
instruksional yang baik. Jika TIK tidak hanya diartikan sebagai komputer dan aplikasinya tapi diperluas
dengan radio, televisi, telepon, dan internet. Maka makna peran TIK dalam PJJ juga meluas. TIK tidak
hanya dapat dipandang sebagai alat untuk mengemas bahan ajar tetapi juga alat untuk menyampaikan
bahan ajar atau dengan kata lain sebagai media yang menjembatani proses pembelajaran. Hal ini dapat
dicerminkan dalam bentuk-bentuk pembelajaran melalui tutorial radio, televisi, telepon, internet, dan
sebagainya.
Khusus mengenai TIK dalam arti teknologi internet, perannya dalam berbagai bidang termasuk
dalam PJJ, sangat luar biasa. Internet praktis mampu mengatasi berbagai kendala atau memperkaya
proses belajar peserta didik PJJ yang termuat dalam enam karakteristik PJJ yang dikemukakan oleh
Keegan (1980). Keenam karakter tersebut adalah (Asandhimitra, 2004: 558):
1) Adanya keterpisahan antara guru dan siswa selama proses belajar,
2) Adanya pengaruh dari institusi penyelenggara sehingga membedakannya dengan belajar
sendiri di rumah,
3) Adanya pemanfaatan media yang beragam baik elektronik maupun non elektronik,
4) Tersedianya fasilitas komunikasi dua arah,
5) Adanya pertemuan yang tidak terlalu sering, baik untuk ke[entingan belajar kelompok maupun
sosialisasi, dan
6) Adanya proses pengelolaan yang mirip dengan manajemen di dunia industri.
Siginifikansi peran internet yang cukup ekstrim dalam proses belajar PJJ adalah kemampuannya
sebagai komunikasi interaktif secara virtual antara tutor-mahasiswa dan antar mahasiswa. Perkembangan
terakhir di Negara maju menunjukkan bahwa komuniksi interaktif seperti ini tidak ubahnya seperti
komunikasi yang terjadi di ruang kelas dalam kuliah tatap muka. Diskusi lisan dan tertulis secara
bersamaan antar pengajar dan peserta didik yang berada dibenua yang berbeda dimungkinkan karena
adanya TIK dalam arti internet.
Dalam era internet dan perkembangan TIK yang sangat cepat seperti saat ini, wacana infrastruktur
komunikasi, hardware, software, SDM, budaya kerja TIK dan sebagainya sebaiknya menjadi suatu
masalah bersama yang bisa dikaji oleh antar institusi PJJ. Perbedaan pengalaman pemanfaatan TIK suatu
institusi PJJ yang satu dengan yang lain menarik untuk dipelajari karena peluang untuk memperoleh
gambaran yang lebih utuh akan terbuka. Berikut ini ilustrasi pemanfaatan TIK di institusi penyelenggara
PJJ di Indonesia yang dikenal dengan Universitas Terbuka (UT).
UT merupakan terobasan dari pemerintah yang dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Terobosan tersebut merupakan hasil dari proses pembahasan dengan mengkaji berbagai
pengalaman PJJ di Indonesia dan Negara lainnya, seperti India (Indira Gandhi National Open University),
Thailand (Sukothai Thammatirat Open University), Korea (Korean Open University), Inggris (British Open
University). Di Indonesia UT didirikan pada bulan September 1984 dengan Keputusan Presiden, dengan
tujuan utama menyediakan akses pendidikan tinggi bagi lulusan sekolah menengah dan menyediakan
program peningkatan kualifikasi bagi tenaga profesional, khususnya bagi guru (Prawiradilaga, 2004: 265-
267).

1. Sekilas TIK di UT

Kebutuhan dasar akan TIK sebagai alat dalam sistem PJJ seperti UT tampak nyata sekali ketika
UT dihadapkan pada proses pengolahan data mahasiswa secara massal. Dalam proses pendirian UT, unit
khusus pengolahan data telah didesain dan difungsikan sebagai salah satu bagian esensial, dari unit
pendukung operasional UT. Pertama, pada tahun 1984, UT melakukan investasi dalam hal penyediaan
sarana dan prasarana utuk unit pendukung tersebut yang dikenal dengan pusat komputer UT.
Kedua, peran TIK yang juga cukup menonjol dalam masa awal berdirinya UT adalah dalam hal
penyiapan bahan ajar. Dalam penyediaan atau penulis modul, UT memilih melakukan investasi dengan
membeli Komputer Apple II dengan pengolah kata wordstar. Perkembangan pemanfaatan di UT semakin
meningkat dari tahun ke tahun, baik ragam maupun kualitasnya. Ragam yang dimaksud adalah spesifikasi
perangkat keras, perangkat lunak, dan jeis-jenis aplikasi lain yang dibutuhkan oleh UT.
Ketika teknologi internet mulai popular, UT mengintroduksikan teknologi tersebut pada civitas
akademika UT yang dimulai dilingkungan para staf UT. Beberapa hal yang didapat dicatat sehubungan
perkembangan penggunaan internet di UT, kurang lebih dapat digambarkan secara kronologis seperti
tertera dalam tabel 1 (Asandhimitra, 2004: 561-562).
Teknologi informasi dan komunikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,
bilangan, dan gambar. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini diharapkan mampu
meningkatkan keberhasilan belajar pembelajar, penurunan tingkat putus sekolah, penurunan tingkat
ketidakhadiran di kelas, dan pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan yang dapat menjangkau
seluruh masyarakat dari berbagai lapisan yang bertempat tinggal di mana pun.

Peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan adalah:


1. Menggantikan peran manusia, yaitu dengan melakukan kegiatan otomasi suatu tugas atau proses.
2. Memperkuat peran manusia yaitu menyajikan informasi, tugas, atau proses.
3. Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.
Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran dimana peserta didik tidak berada dalam satu tempat
dengan pendidik sehingga pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan cara tatap muka, maka penyajian
materi pembelajaran kepada peserta didik dilakukan melalui media. Ini berarti dalam proses pembelajaran
tidak terjadinya kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar. Komunikasi
berlangsung dua arah yang dijembatani dengan media seperti komputer, televisi, radio, telephon, internet,
video dan sebagainya.
Pembelajaran jarak jauh merupakan bentuk belajar mandiri yang terorganisasi secara sistematik, dimana
bimbingan kepada siswa, penyajian bahan belajar, keyakinan, dan supervise terhadap keberhaislan siswa
diselenggarakan oleh satu tim pengajar yang masing-masing mempunyai tanggungjawab tertentu. Hal ini
memungkinkan dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan media yang menjangkau jarak jauh
(Dohmein dalam Suparman dan Zuhairi, 2009: 8).

Peran TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh


Beberapa peran teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi pembelajaran jarak jauh
adalah:
a. Asynchronous discussion. Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu
disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan memberikan
komentarnya. Kondisi ini dapat meningkatkan kualitas diskusi dan merubah psikologi dan sosiologi
komunikasi. Selain itu dapat mengembangkan strategi yang berbeda di dalam pemecahan masalah
diantara para pembelajar.

b. Instructor control of online conference and roles. Dengan konferensi online, pengajar dapat
mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya, peran pembelajar, dan memungkinkan memantau
pelaksanaan diskusi. Beberapa kelompok dapat pula mengembangkan online sendiri di dalam berdiskusi
lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu
team work.
c. Questions and answer communication protocol. Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama
diskusi berlangsung. Pengajar dapat mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan
mencegah pembelajar lainnya untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan
jawabannya.
d. Anonymity and pen name signatures. Ketika pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang
sedang berlangsung, mereka dapat memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk
memberikan illustrasi atas pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya, berupa komentar
yang dapat memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang
diajarkan oleh pengajar. Selain itu, memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga seseorang
mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya, dan secara ekstrim sangat
berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran seperti metode
pembelajaran kolaboratif.

e. Membership status lists. Pemantauan aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam
komunikasi, memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan
seberapa up-to-date setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi apabila
terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok pembelajar kolaboratif dapat
mengusahakan setiap orang di dalam tim up-to-date. Setiap pembelajar dapat dengan mudah
membandingkan frekuensi dan kontribusi relatifnya bagi pembelajar lainnya di dalam pembelajaran.

f. Voting. Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat
pula dalam bentuk voting. Voting tidak hanya digunakan ketika membuat keputusan, lebih kepada
fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang tidak disepakati
atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan diskusi. Dimungkinkan pula
pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama diskusi berlangsung.

g. Special purpose scaling methods. Metode yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok
yang sesungguhnya dan meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap
pembelajar pada akhir pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari
apa yang sudah dipelajarinya.

h. Information overload. Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar di dalam diskusi sangat tinggi,
dengan banyaknya pembelajar saling memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan informasi. Diskusi
online memungkinkan setiap individu untuk memberikan komentar kapan saja tanpa perlu menunggu orang
lain berkomentar terlebih dahulu.

Penerapan TIK dalam Pembelajaran Jarak Jauh


Penerapan TIK pada bidang pendidikan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan teknologi
pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari sering dijumpai kombinasi teknologi
audio/data, video/data, audio/video, dan internet. Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana
memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih. Kemampuan dan karakteristik internet
memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi ebih efektif dan efisien
sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Dengan hadirnya e-learning setiap siswa bisa mengakses
materi pembelajaran yang disediakan melalui situs. Siswa bisa berinteraksi dengan guru atau dengan
siswa lain tanpa harus harus hadir dikelas. Materi pembelajaran online, membuat siapa saja bisa
mengakses materi tersebut tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu.

Beberapa pola pembelajaran berdasarkan sumber belajar:


1. Komunikasi Dua Arah.
Komunikasi dua arah biasanya dilakukan dengan media elektronik. Orang menyebutnya sebagai tutorial
elektronik melalui internet.
2. Telepon
Dalam jenis belajar jarak jauh yang meliputi pendekataan korespondensi dan tatap muka,telepon
memegang peranan penting. Di Indonesia penggunaan telepon untuk kepentingan pengajaran masih
terlalu mahal, namun dengan penerapan teknologi komunikasi yang baru yang disebut dengan Voice
Over baik percakapan maupun data.dengan biaya sambungan telepon jarak jauh biasa.
3. Jaringan Televisi Kabel Dua Arah
Jaringan televisi yang ada memungkinkan pertukaran,baik percakapan maupun data. Peserta didik dapat
meminta dan membaca informasi melalui televise, selain dari menerima bahan ajar cetak melalui pos. TV
dapat menyiarkan gambar-gambar dan film. Masing-masing orang dapat membentuk kelompok temporer
yang dapat berbicara satu sama lain. Saluran-saluran siaran yang cukup luas memungkinkan untuk
mengirim program-program pendidikan ke pesawat televise.
4. Pendidikan Jarak Jauh dengan Bantuan Kompouter (Computer-Assisted Distance Education (CADE))
Dalam CADE pekerjaan instruktur secara meluas diambil alih oleh computer. Program computer
menganalisis jawaban-jawaban peserta didik untuk mendesain pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda
dengan teliti. Komentar-komentar pribadi berupa surat kepada siswa dicetak dengan computer.
5. Satelit
Penggunaan satelit dialkukan melalui papan tulis computer serta dilihat dan didengarkan oleh peserta di
tempat-tempat lain di wilayah lainnya. Selanjutnya Tanya jawab dilangsungkan antara pemberi kuliah
dengan peserta.
6. Media Massa: Radio dan Televisi Pendidikan
Kontribusi terbesar dari siaran pendidikan adalah pendekatan visual dan oral dan penekanannya pada
belajar daripada mengajar baik pada kelompok pelajar maupun pengajar.
7. Internet
Dalam pembelajaran jarak jauh belajar e- dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan kepada peserta
didik misalnya melalui bahan pendukung belajar berbasis internet, tutorial online, kuliah online, serta akses
mahasiswa terhadap nilai ujian secara online yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

A. Pemecahan Masalah
Pendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metoda pengajaran dimana aktivitas pengajaran
dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak
fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat
pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari
lokasi institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.
Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh.
Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang
pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga
pengajar yang berkualitas. Pada sistem pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak
harus berada dalam lingkungan geografi yang sama .
Dalam kata pengantarnya, Suparman (dalam Asandhimitra, 2004: iii) Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
mulai dikenal setelah Inggris dengan Open University-nya menyelenggarakan pendidikan dengan modus
jarak jauh. Keberhasilan PJJ di Inggris ini segera menarik perhatian Negara-negara lain untuk
menyelenggarakan PJJ. Jumlah Negara-negara yang menyelenggarakan PJJ semakin lama semakin
banyak, tidak hanya di Negara-negara maju dengan teknologi tinggi, akan tetapi juga di Negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Di Indonesia PJJ memiliki sejarah yang cukup panjang. Bahkan sejak zaman kolonial berbagai
kursus tertulis telah dikenal. Setelah kemerdekaan berbagai bentuk layanan Belajar Jarak Jauh (BJJ)
diselenggarakan dengan sasaran yang beragam, seperti kursus tertulis telah dikenal. Setelah
kemerdekaan berbagai bentuk layanan belajar jarak jauh diselenggarakan dengan sasaran beragam,
seperti kursus guru tertulis, Program Akta V Jarak Jauh, Program Belajar Jarak Jauh untuk meningkatkan
kualifikasi guru, Sekolah Dasar Pamong, dan SMP terbuka (Prawiradilaga, 2004: 265).
Sementara itu rambu-rambu kebijakan dalam pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh Secara tersurat
termaktub di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Rumusan tentang PJJ terlihat pada BAB VI Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan
pada Bagian Kesepuluh PJJ pada Pasal 31 berbunyi : (1) Pendidikan Jarak Jauh diselenggarakan pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau
regular; (3) Pendidikan Jarak Jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai
dengan standard nasional pendidikan; (4) Ketentuan mengenai penyelenggarakan Pendidikan Jarak Jauh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah (Sanaky, 2011: 209).
Hal tersebut di atas, menunjukan kepada kita bahwa PJJ merupakan program pemerintah yang
perlu terus didukung. Pemerintah merasakan bahwa kondisi pendidikan negeri kita perlu terus dibenahi,
dan tentunya diperlukan strategi yang tepat, terencana dan simultan. Selama ini belum tersentuh secara
optimal, karena banyak hal yang juga perlu dipertimbangkan dan dilakukan pemerintah di dalam kerangka
peningkatan kualitas sektor pendidikan.
Pada kondisi awal, PJJ sudah dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai upaya, baik melalui
Belajar Jarak Jauh (BJJ) yang dikembangkan oleh Universitas Terbuka, maupun Pendidikan Jarak Jauh
yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Departemen Pendidikan Nasional,
melalui program pembelajaran multimedia, dengan program SLTP dan SMU Terbuka, Pendidikan dan
Latihan Siaran Radio Pendidikan.
Berkenaan dengan itu, yang pasti sasaran dari program PJJ tidak lain adalah memberikan
kesempatan kepada anak-anak bangsa yang belum tersentuh mengecap pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar dan
menengah. Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena
kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pegunungan, dan banyak pula yang dipisahkan
antar pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program PJJ mutlak terbuka lebar.
Perlu dicatat bahwa pemerintah telah melakukan dengan berbagai terobosan untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia. Upaya keras yang dilakukan adalah berkaiatan dengan lokalisasi daerah terpencil,
pedalaman yang sangat terbatas oleh berbagai hal, seperti transportasi, komunikasi, maupun informasi.
Hal ini sesegera mungkin untuk diantisipasi, sehingga jurang ketertinggalan dengan masyarakat perkotaan
tidak terlalu dalam, dan segera untuk diantisipasi.
Pendidikan jarak jauh (PJJ) memberikan warna baru dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang
dipahami, bahwa pendidikan berorientasi pada tatap muka dan keterbatasan dalam ruang dan waktu.
Sedangkan PJJ menegaskan bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tanpa melibatkan batasan ruang dan
waktu dan ini dapat dilaksanakan pada lembaga dan program pendidikan apapun tak terkecuali pendidikan
bagi pendidik anak usia dini.
Kebutuhan masyarakat yang mulai paham tentang pentingnya pendidikan anak pada rentang usia
0 8 tahun, menyebabkan pesatnya pertumbuhan lembaga PAUD di seluruh Indonesia. Bukan itu saja,
pertumbuhan lembaga PAUD yang menjamur juga membawa dampak lain yakni kebutuhan SDM
pengajar PAUD semakin bertambah. Di beberapa wilayah, perekrutan pengajar PAUD hanya dilihat dari
segi usia tanpa melihat kemampuan pengajar. Banyak kasus, lulusan SMP atau SMA diperbolehkan
mengajar pada lembaga formal PAUD dengan alasan mengajar anak PAUD itu mudah tanpa harus tahu
sisi psikologi atau sisi emosi anak. Sulitnya menemukan SDM yang berkualitas dalam pembelajaran bagi
anak usia dini yang dikarenakan wilayah tersebut letaknya terpencil dan tidak adanya SDM yang menjadi
akademisi di wilayahnya menjadi alasan utama perekrutan SDM pengajar PAUD dipermudah. Akhirnya,
dikarenakan kebutuhan pendidikan bagi anak usia dini meningkat sehingga beberapa wilayah
menggunakan asas asal jadi mendirikan lembaga PAUD untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi
anak usia dini.
Hal ini tidak akan terjadi jika pendidikan menyentuh semua elemen yang ada di pelosok indonesia.
Pendidikan dengan orientasi tatap muka sangat membatasi masyarakat untuk belajar. Sehingga banyak
yang enggan untuk melaksanakan pendidikan. Keterbatasan waktu, jarak, akomodasi, tenaga dan prioritas
lain (bekerja, mencari nafkah) menjadikan pendidikan tatap muka bukan pilihan utama dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga tak jarang wilayah pelosok Indonesia tidak tersentuh dengan pendidikan.
Pendidikan jarak jauh (PJJ) memberikan salah satu solusi untuk menjangkau pendidikan pada
wilayah pelosok Indonesia. Lahirnya para akademisi di wilayah tersebut khususnya para akademisi PAUD
bukan menjadi hal yang mustahil lagi. PJJ memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk mengecap
pendidikan. PJJ juga memberikan kesempatan yang besar bagi seluruh masyarakat merasakan pendidikan
yang menjadi hak asasi manusia. PJJ yang berkembang sudah menyentuh tingkat perguruan tinggi,
sekolah menengah atas dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Sistem yang digunakan memudahkan
masyarakat belajar kapan dan dimana saja.
PJJ sangat membutuhkan Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam menjalankannya. TIK
menjadi senjata utama dalam pembelajaran sehingga TIK berperan penting dalam terselenggaranya PJJ
di wilayah pelosok Indonesia. Namun demikian, pemanfaatan TIKpun amat minim di wilayah pelosok.
Banyak wilayah yang belum terjamah dengan adanya TIK. Jaringan telekomunikasi, jaringan akses
internetpun adalah barang langka disana sehingga jikapun ada program PJJ namun tidak tersedianya
fasilitas yang memadai maka PJJ belum bisa berjalan dengan maksimal.
Pemerataan perangkat yang menunjang PJJ melalui TIK adalah salah satu solusi masalah
tersebut. Pemerintah membantu secara intensif dalam pemberdayaan dan penyebaran perangkat TIK
seperti listrik, jaringan telekomunikasi dan jaringan akses internet. Selain itu masyarakatpun di imbau untuk
kemudian menerima perkembangan tekonologi tersebut diwilayahnya. Adakan pencerdasan kepada
masyarakat dalam pemerataan tersebut sehingga masyarakat akan melihat kebutuhan tersebut.
Dalam PJJ bagi pengajar PAUD akan lebih berkembang jika semua perangkat pembelajaran
lengkap dan dapat dilakukan. Jika wilayah tersebut termasuk wilayah gagap teknologi, maka diawali
dengan memberikan bentuk audio (melalui kaset) kemudian diarahkan pada penggunaan teknologi yang
lebih canggih (komputer, internet dan lainnya) sehingga wilayah tersebut tidak akan lagi gagap terhadap
teknologi. Pengembangan pengetahuan dalam dunia PAUD juga menjadi sebuah pemecahan masalah
bagi pengajar PAUD di daerah terpencil. Pemahaman pengetahuan PAUD dapat disampaikan lewat media
TIK, sehingga semua informasi didapat dengan cepat dan tepat.
Pembelajaran bagi pengajar PAUD akan berkembang dengan pesat dan baik jika didukung perangkat
pengajaran yang memadai. Perangkat telekomunikasi dan jaringan internet amat membantu pengajar
PAUD di wilayah pelosok untuk mendapatkan informasi baru untuk bahan ajar bagi anak usia dini dan ini
akan berdampak pada perkembangan anak usia dini itu sendiri kearah yang lebih baik.
Untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan di atas, berikut ini beberapa pemecahan
masalah yang dapat dilakukan
1. Mengadakan pemerataan pendidikan ke berbagai tempat, bahkan ke tempat terpencil atau
pedalaman sekalipun.
2. Memperluas bandwith dan ketersediaan akses internet untuk memperlancar koneksi sehingga tidak
ada informasi yang terganggu maupun terputus denganmengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait
3. Meluruskan paradigma bahwa lulusan dari program ini, tidak terjamin kwalitasnya dengan cara
mempromosikan program ini sebaik dan semenarik mungkin, karena lulusan ini tidak kalah saing dengan
studi secara regular atau normal.
4. Melakukan terobosan baru dan kreatif dalam penyampaian materi sehingga tidak menjenuhkan.
B. Kesimpulan
Pendidikan jarak jauh (PJJ) menjadi sebuah alternatif pendidikan yang diharapkan dapat
menyentuh semua wilayah yang ada di Indonesia. Pembelajaran dengan sistem jarak jauh ini juga dapat
menjadi sebuah wadah terbentuknya pendidik-pendidik yang tak kalah kompeten dibandingkan dengan
pendidik-pendidik yang melaksanakan pendidikan konvensional (tatap muka).
TIK merupakan perangkat penting dalam terlaksananya program PJJ sehingga penerapan
pembelajaran pada program PJJ tidak jauh dari pemberdayaan TIK. Dengan adanya masalah fasilitas yang
kurang memadai di wilayah indonesia khususnya wilayah pelosok, maka pemerataan fasilitas menjadi
prioritas utama dalam meningkatkan keberhasilan PJJ dengan menggunakan fasilitas TIK. Pengadaan
fasilitas listrik, jaringan telekomunikasi dan internet juga harus dilakukan untuk menghasilkan PJJ yang
baik.
Pencerdasaan dan penegasan pentingnya TIK pada masyarakat juga harus dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun daerah sehingga pengetahuan masyarakat terhadap teknologi yang
berkembang saat ini dapat bertambah dan masyarakatpun tidak antipati dengan perkembangan teknologi
yang ada.
Dengan adanya PJJ yang berbasis TIK tak bisa dipungkiri menjadi pilihan yang baik bagi
masyarakat yang ingin menempuh pendidikan namun terbatas dengan ruang dan waktu. Dengan PJJ
pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Dan ini tidak terlepas dari adanya TIK dalam
Program PJJ tersebut. Pengajar PAUD di manapun berada dapat belajar dan mengembangkan
pengetahuannya dalam dunia PAUD dengan memanfaatkan program PJJ yang berbasis TIK sehingga
akan bermunculan akademisi PAUD yang lahir dari program PJJ berbasis TIK yang tak kalah bersaing
dengan akademisi PAUD yang belajar dengan pendidikan Konvesional (tatap muka).
Teknologi informasi & telekomunikasi akan menghilangkan batasan-batasan ruang & waktu yang
selama ini membatasi dunia pendidikan. Dengan demikian, peserta didik dapat mengambil mata kuliah di
manapun di dunia tanpa terbatas oleh institusi dan negara, siswa dapat mudah berguru pada pakar dan
ahli di bidang yang diminati. Untuk setiap pembelajaran dapat dengan mudah memperoleh materi dari
berbagai sumber, cara penyampain materi yang beragam dengan audio visual yang beberapa terkoneksi
langsung ke internet memperkaya peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-
MUNIR/PJJ_TIK/PJJ_TIK-Pembelajaran_Jarak_Jauh_Berbasis_Online_dan_WEB.pdf

http://fitwiethayalisyi.wordpress.com/2011/11/28/teknologi-informasi-komunikasi-dalam-pendidikan-jarak-
jauh/

http://myworld-mala.blogspot.com/2011/11/penerapan-tik-untuk-tutorial-pendidikan.html

Belawati, Tian. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2000.

Suparman, Atwi & zuhairi Aminudin. Pendidikan Jarak Jauh Teori dan Praktek. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2009.

Warsita, Bambang. Pendidikan Jarak Jauh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.

file.upi.edu/TIK/PJJ_TIKPembelajaran_Jarak_Jauh_Berbasis_Online_dan_WEB.pdf (Diakses tanggal 16


januari 2015)

http://blog.politekniktelkom.ac.id/30212033/2012/06/20/peranan-tik-dalam-bidang-bisnis-pendidikan-
kesehatan-dan-pemerintahan/

www.slideshare.net/khamadiyah/makalah-pemanfaatan-tik-melalui-pembelajaran-jarak-jauh-khamdiyah-
11746339

Anda mungkin juga menyukai