4 Pengertian Dasar Manajemen Pajak
4 Pengertian Dasar Manajemen Pajak
Kelompok 3
I Made Gheby Kusnadi 1607612009
I Gde Sudhiarta 1607612010
Perpajakan sama hal nya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut nantinya akan
memunculkan beberapa spesialisasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai Tax
Planning dan Tax Management.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa tax planning akan membawa
lebih banyak keuntungan daripada memfokuskan diri pada spesialisasi pajak yang
lain seperti tax management. Dengan tax planning yang unggul perusahaan akan
mendapatkan tax savings jutaan rupiah, keuntungan akan jutaan rupiah ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam expenditure yang lain yang akan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Pendapat lain menyatakan bahwa Tax Management lebih penting karena
dengan melakukan suatu management yang terkontrol atas tata laksana kewajiban
perpajakan maka akan menghindarkan risiko ketidakpatuhan perpajakan dan
dengan demikian akan meminimalisasi risiko hutang pajak yang tidak terduga.
Dalam setiap ilmu, semua spesialisasi adalah penting, dan masing-masing
mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Untuk lebih jelasnya berikut perbedaan
masing-masing.
Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai dari manajemen pajak adalah
optimalisasi dan/atau meminimalkan beban pajak yang dapat dicapai tidak hanya
dengan melakukan suatu perencanaan yang matang, melainkan juga harus
melewati tahap pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling) yang baik dan terkendali.
Jadi pada dasarnya Manajemen Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi Perencanaan pajak (Fungsi Planning)
2. Fungsi Pengorganisasian pajak (Fungsi Organizing)
3. Fungsi Pelaksanaan pajak (Fungsi Actuating)
4. Fungsi Pengawasan pajak (Fungsi Controlling)
Tax Management yang baik harus memenuhi 3 persyaratan utama yaitu: (i)
tidak melanggar/bertentangan dengan ketentuan/peraturan yang berlaku; (ii)
secara bisnis masuk akal (reasonable), karena tax management merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari corporate global strategy; dan (iii) didukung oleh
bukti-bukti yang memadai, baik segi pencatatan akuntansi-keuangannya, maupun
segi hokum perjanjian/perikatannya.
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 41
(1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah).
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
Pasal 41A
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi
keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 41B
Pasal 43
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga
bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh
melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B berlaku
juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
(3d) Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan
perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja mengalihkan
seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan
kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia tersebut.
(3e) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3b), ayat (3c), dan
ayat (3d) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan
ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada
apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain;
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di
antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
Penjelasan Pasal 18
Ayat (1)
Ayat (3)
Ayat (3a)
Ayat (3b)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penghindaran pajak oleh Wajib Pajak
yang melakukan pembelian saham/penyertaan pada suatu perusahaan Wajib Pajak
dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk tujuan
tersebut (special purpose company).
Ayat (3c)
Contoh: X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di negara A, sebuah negara yang
memberikan perlindungan pajak (tax haven country), memiliki 95% (sembilan
puluh lima persen) saham PT X yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia. X Ltd. ini adalah suatu perusahaan antara (conduit company) yang
didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh Y Co., sebuah perusahaan di negara B,
dengan tujuan sebagai perusahaan antara dalam kepemilikannya atas mayoritas
saham PT X. Apabila Y Co. menjual seluruh kepemilikannya atas saham X Ltd.
kepada PT Z yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri, secara legal formal
transaksi di atas merupakan pengalihan saham perusahaan luar negeri oleh Wajib
Pajak luar negeri. Namun, pada hakikatnya transaksi ini merupakan pengalihan
kepemilikan (saham) perseroan Wajib Pajak dalam negeri oleh Wajib Pajak luar
negeri sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini terutang Pajak Penghasilan.
Ayat (3d)
Cukup jelas.
Ayat (3e)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Selain karena hal-hal tersebut, hubungan istimewa di antara Wajib Pajak orang
pribadi dapat pula terjadi karena adanya hubungan darah atau perkawinan.
Huruf a
Huruf b
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan
melalui manajemen atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan
kepemilikan. Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan
berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan di antara
beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.
Huruf c
Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah saudara. Yang dimaksud
dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah
mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis
keturunan ke samping satu derajat adalah ipar.