Anda di halaman 1dari 3

Dunia Bisnis dan Indonesia Baru

Entiti bisnis dituntut untuk selalu beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk lingkungan
sosia,l politik dan hukum, agar dapat survive dan berkembang. Dalam lingkaran struktur sosial,
dunia bisnis berada di lingkaran terluar yang bersentuhan langsung dengan realitas sosial,
sehingga merupakan lapisan paling adaptif. Dia harus menari dalam irama yang dimainkan
oleh lingkungan sosial-politiknya. Pada masa Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru , masyarakat
bisnis harus menari sesuai irama yang ditabuhkan oleh penguasa. Penguasa akan memilih
rekanan yang dapat mengikuti kepentingan mereka.

Dalam konteks ini, etika bisnis sulit untuk ditegakkan. Karena etika bisnis bersumber dari etika
umum, dan dengan sendirinya juga terkait dengan etika lainnya, yaitu etika pemerintahan dan
etika profesi (akuntan, pengacara). Apalagi etika tidak terlepas dari hukum, karena sebagian dari
standar moralitas dituangkan secara resmi dalam hukum. Jika hukum lentur dan standar
moralitas yang ada tidak lagi mampu ditegakkan, maka etika bisnis, sebagaimana juga etika
pemerintahan dan etika profesi akan sulit untuk ditegakkan.

Etika dapat dikatakan sebagai mekanisme internal di tingkat pribadi maupun dalam kelompok,
yang harus diperkuat kontrol eksternal oleh pihak lain, yang dalam sistem sosial berfungsi
sebagai kelompok penekan.

Sistem Politik Dan Sumber-sumber Penekan

Salah satu kelemahan sistim politik Indonesia adalah minimnya sumber-sumber yang dapat
menjadi penekan dan penyeimbang atas kekuatan pemerintah, di tingkat nasional atau daerah.
Padahal, kekuatan penekan sangat diperlukan untuk melakukan kontrol, maupun sumbangan-
sumbangan gagasan dan pemikiran untuk membentuk bangunan sosial politik yang lebih
aspiratif.

Demonstrasi jalanan dan kritik pers yang berkembang pada masa pasca Orba, memang memberi
kontribusi penting dalam jangka pendek. Tetapi pressure group yang mempunyai nafas
panjang dan berkelanjutan jauh lebih penting. Ketiadaan kelompok penekan yang mempunyai
suara lantang ini merupakan warisan sejarah era Demokrasi Terpimpin dan Orde Baru, yang
memandulkan proses kritik dan tekanan terbuka. Akibatnya, organisasi-organisasi di hampir
setiap sektor masyarakat makin lemah, kurang didengar, apalagi diperhatikan pemerintah.

Pengaruh kalangan non-pemerintah, termasuk dari pengusaha dan profesional, sangat terbatas
dan acap diabaikan. Kecuali para pengusaha tertentu yang mempunyai koneksi langsung dengan
penguasa. Ketergantungan ekonomi swasta pada pemerintah menimbulkan hubungan yang
sangat tidak sehat diantara keduanya, yang jika dipandang dari sudut politik, bisnis, dan
masyarakat luas sangatlah merugikan. Konsekuensi dari hubungan yang tidak sehat nampak
nyata ketika Indonesia diterpa krisis ekonomi, sosial dan politik sekaligus, yang mengalami
kesulitan untuk bangkit lagi.
Kalangan bisnis dan profesi swasta yang merupakan unsur krusial dalam pembentukan kelas
menengah, selama jaman Orba tidak mememiliki kesempatan untuk membentuk asosiasi
maupun organisasi yang mampu berfungsi sebagai sumber kritik, pengaruh, dan sumbangan ide
pada perencanaan politik, ekonomi dan sosial. Unsur-unsur baru dari kalangan profesional
maupun kalangan bisnis cenderung menghindarkan diri dari politik dan berkonsentrasi pada
bidangnya sendiri yang sempit.

Struktur dan pandangan rezim Orba, menjadikan kalangan bisnis dan profesional merasa lebih
mudah dan aman untuk mengikuti keadaan daripada mencoba mendorongnya ke arah lain yang
lebih sehat. Kecenderungan ini dengan sendirinya memperluaskan korupsi, kolusi, dan
penyalahgunaan kekuasaan pada jaman Orde Baru.

Pada era pasca-Suharto gejala-gejala itu sulit dihilangkan, karena mengakar di setiap lembaga
negara, maupun di kalangan bisnis dan profesional. Masalahnya bukan hanya korupsi yang
sulit diatasi, tetapi juga hilangnya orientasi terhadap kepentingan masyarakat luas dan lemahnya
kemauan untuk merombak sistim politik, termasuk lembaga-lembaga negara yang amat perlu
diperbaiki, struktur ekonomi, dan hubungan antara warga-negara dan negara.

Kalangan profesional dan bisnis, sebagai unsur terpenting dari kelas menengah, seharusnya
memainkan peranan yang sangat signifikan untuk mendorong terjadinya perubahan yang
mendasar. Di tangan kelas menengah inilah perubahan dapat didesakkan secara berkelanjutan,
terpola dengan baik, dan dengan cara elegan. Sebagai bagian dari kelompok yang mapan, mereka
tentu menghindarkan cara-cara destruktif untuk mencapai tujuannya. Tetapi kenyataan yang ada
justru menunjukkan kalangan bisnis dan swasta kurang siap untuk menjadi salah satu pilar dari
kekuatan untuk melakukan desakan perubahan. Kesadaran peran (role awareness), bahwa
mereka memegang peranan kunci sebagai agen perubahan mesti dipompakan.

Sebagai bagian dari kelompok profesi, mereka dapat mengkonsolidsikan diri ke dalam
organisasi profesi yang tangguh. Kekuatan dan pengaruh untuk melakukan tekanan, koreksi dan
kontrol terhadap pemerintah dan negara, muncul dari organisasi yang tangguh, mandiri dan
mempunyai tujuan yang jelas.

Kemandirian dapat menangkal intervensi dari pemerintah, yang lazim dilaksanakan pada era
Orba. Orang-orang pemerintah ditempatkan pada posisi-posisi kunci dalam organisasi,
sehingga organisasi profesi tidak dapat bersuara untuk memberi sumbangan gagasan yang
berseberangan dengan pemerintah dan melakukan kontrol terhadap pemerintah yang berkaitan
dengan profesinya.

Organisasi yang tangguh juga mempunyai power yang memadai untuk mengontrol para
anggotanya yang menyalahi etika profesi. Ketika organisasi profesi lemah dan terkooptasi, etika
profesi berada lingkungan yang kondusif terhadap penyimpangan. Kegagalan organisasi profesi
menegakkan etika profesi, akan menyuburkan praktek-praktek yang sangat merugikan
masyarakat luas. Misalnya, korupsi sangat erat hubungannya dengan penegakan etika profesi
akuntan, profesi pengacara, profesi hakim dan profesi-profesi lainnya.
Harus diakui tidak mudah untuk mencari bentuk organisasi yang tepat, terutama dalam bidang
profesional seperti pengacara, notaris, akuntan, insinyur, dokter, dan lain-lain. Jika
dibandingkan dengan Malaysia, umpamanya, hampir semua asosiasi profesional di Indonesia
sangat lemah, antara lain karena intervensi dan pengawasan pemerintah yang tidak mengizinkan
atau membuka kesempatan untuk otonomi profesi.

Lantas, amat masuk akal jika para profesional mengadakan asosiasi profesi yang ketat, kuat,
berpengaruh, dan mampu mengontrol anggotanya, mendesak pada fakultas hukum dan
akuntansi antara lain, untuk mendidik mahasiswa dengan baik, dan mempunyai etika yang
tinggi. Tugas ini tidak akan gampang, karena profesi pengacara, umpamanya, sudah lama
berfragmentasi dalam beberapa organisasi yang lemah dan belum tentu mengetahui jumlah
anggotanya, jarang menerima iuran, tidak menerbitkan jurnal profesi, dan sulit menjamin itikad
baik dan jujur para pengacara. Organisasi profesi lain tidak jauh lebih baik. Keadaan ini
merugikan masyarakat pada umumnya, termasuk dunia bisnis.

Dalam suasana sekarang yang penuh ketidakpastian politik dan ekonomi, sebetulnya ada
semacam peluang untuk memikirkan kembali hubungan antara pemerintah dan bisnis,
pembagian kekuasaan, strategi pembangunan menurut sektor-sektor yang sebaiknya diurus para
pengusaha swasta atau negara, dan seterusnya. Mungkin perlu juga semacam ideologi dan
program tentang peranan bisnis, harapannya, dan tanggungjawabnya pada masyarakat, tentang
hak dan kewajiban yang bersangkutan dengan penegakkan etika bisnis, tanggungjawab sosial
perusahaan dan sejenisnya.

Tentu saja, pekerjaan ini cukup berat, karena berbagai maslah yang sedang melilit negeri ini
seperti stabilitas politik, kesulitan ekonomi, peninggalan masa lalu terhadap buruknya praktek
bisnis, serta ketegangan dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan swasta.

Memperbaiki pandangan umum terhadap dunia usaha sangat penting sekaligus amat sukar, dan
menghilangkan kecurigaan rakyat terhadap kalangan bisnis membutuhkan waktu. Tetapi semua
harus dilakukan secara terencana dan terorganisir. Sebuah harapan terwujudnya trias etika : etika
pemerintahan, etika profesi dan etika bisnis.

Anda mungkin juga menyukai