Anda di halaman 1dari 6

Laporan

KEGIATAN LAPANGAN
MATRIKULASI PROGRAM PASCASARJANA

13 Agustus 2017

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD BUDI

KELOMPOK D

MAGISTER PENGINDERAAN JAUH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
1. Lokasi Desa Sawahan, Kelurahan Sumberagung, Kecamatan Jetis
Desa Nesawahan berada di arah selatan dari pusat kota Yogyakarta. Desa
Nesawahan merupakan daerah yang terdiri dari berbagai jenis lahan yang terdiri
area persawahan dan perkebunan. Persawahan disini terdiri dari jenis Padi dan
perkebunan disini terdiri dari Pisang dan Jagung. Batas dari 2 lahan ini memiliki
batas lahan yang jelas dan tertata rapi.
Kedua lahan ini menggunakan sumber mata air yang sama, yaitu berasal
dari air sungai dan sumur bor yang dibuat oleh warga. Hal ini dikarenakan
kurangnya pasokan air sungai yang memang berada jauh dari area persawahan dan
perkebunan.
Untuk kualitas tanah dari sawah ini, dapat dikatakan subur dikarenakan
lokasi yang strategis untuk menanami sawah terutama padi. Meskipun terdapat
pabrik rumah tangga di seberang sawah, hal ini tidak mempengaruh kualitas tanah
dari sawah ini dan proses panen tetap berjalan tiap 6 bulan sekali.
Komponen masyarakat tani disini yaitu berasal dari desa ini sendiri yang
memang menjadikan kegiatan ini sebagai mata pencaharian utama.
Berikut dokumentasi tentang kegiatan di Desa Sawahan :

Gambar 1.1 Perkebunan Pisang


Gambar 1.2 Perkebunan Jagung

Gambar 1.3 Sawah yang baru dalam tahap penanaman


2. Lokasi Kelurahan Panjang, Pundong, Bantul

Gambar 2.1 Kawasan Kelurahan Panjangrejo,Pundong, Bantul

Kelurahan Panjangrejo tepatnya desa Jamprit berada di sebelah timur


sungai Opak yang mengalir panjang sampai ke selatan Yogyakarta. Untuk
informasi sejarah dari desa ini khususnya di bidang persawahannya, kawasan ini
dulunya memiliki kualitas tanah yang subur yang dengan mudah ditanami bebagai
jenis tanaman palawija, mulai dari jagung, kedelai dan lainnya. Faktor yang
membuat kawasan ini subur yaitu asumber air yang langsung datang dari sungai
Opak dan mengairi berbagai desa di kecamatan Pundon ini.
Namun, Gempa 2006 yang terjadi, membuat banyak perubahan yang
terjadi di seluruh kawasan Yogyakarta terutama kawasan ini, kabupaten Bantul.
Kabupaten Bantul merupakan kawasan yang mengalami kerusakan paling parah
akibat gempa 2006 tersebut. Hal ini dikarenakan kawasan Bantul yang memang
berada pada zona Graben dan langsung bersebelahan dengan zona Horst. (seperti
terlihat pada gambar berikut).
Gambar 2.2 Gambaran kawasan struktur kawasan Panjangrejo

Dari gambar di atas, dapat dipahami mengapa daerah Bantul memiliki


damak kerusakan paling parah saat gempa terjadi karena Bantul, ataupun
kelurahan Panjangrejo berada pada zona patahan aktif tersebut.

Gambar 2.3 Graben dan Horst

Setelah Gempa besar tersebut terjadi, hal ini sangat mempengaruhi daerah
Panjangrejo dari segi pertanian. Gempa yang menghancurkan bangunan sekitar
90 % di daerah ini, juga merusak kawasan irigasi disini. Perubahan irigasi akibat
Gempa, menimbun irigasi yang ada dengan batuan yang kemudian membuat
aliran irigasi rusak dan menghentikan proses dalam mengalirkan air ke sawah dan
kebun. Air dari sungai Opak menjadi sulit mengalir dan tidak mudah. Mulai
beberapa tahun setelah gempa, desa ini mengambil air dari sungai Winongo yaitu
sungai aliran kecil dari sungai Opak.
Namun, kelompok masyarakat yang hamper sebagian besar terdiri dari
kelompok tani, memulai pembangunan bagus, seperti di sistem pengaturan pola
tanamnya. Hasilnya beberapa tanaman palawija sudah mulai berkembang lagi di
daerah ini.
Berikut gambar dari lokasi yang ada di kawasan Panjangrejo :

Gambar 2.4 Saluran Irigasi yang digunakan Warga Panjangrejo

Gambar 2.5 Tanaman Sayur di Kawasan Panjangrejo

Anda mungkin juga menyukai