STEP 1
STEP 2
STEP 7
Adanya trauma pada thoraks yang mengakibatkan udara masuk ke ruang potensial
antara pleura viseral dan parietaladanya udara di ruang potensial paru akan
menyebabkan kolapsnya jaringan parugangguan ventilasi perfusi terjadi karena
darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi.
SUMBER : ATLS
Trauma pada daerah temporalrobeknya salah satu cabang arteria meningea media
terjadi perdarahan di daerah temporalarteri meningea media yang masuk di dalam
tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di
permukaan dan os temporaleterjadi perdarahan di antara tulang tengkorak dan dura
meterhematom epiduraldesakan oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih
lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besarmenyebabkan tekanan
pada lobus temporalis otak kearah bawah dan dalambagian medial lobus mengalami
herniasi di bawah pinggiran tentorium timbulnya tanda-tanda neurologik:
Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation
retikularis di medulla oblongatahilangnya kesadaran.
Di tempat ini terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius)tekanan pada
saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata.
Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini,
menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif
atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong
kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul
tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan
deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.
Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi 4, Anugrah P. EGC,
Jakarta,1995, 1014-1016.
Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong W.D. EGC, Jakarta,
2004, 818-819.
Patofisiologi Tekanan Udara dlm rongga Terjadi karena luka terbuka pada Terjadi karena mekanisme check
pleura sedikit lebih tinggi dinding dada sehingga pada saat valve yaitu pada saat inspirasi
dibandingkan cavum pleura inspirasiudara dapat keluar melalui udara masuk ke cavum pleura,
hemithoraks sisi luka tersebut. tapi pada saat ekspirasi, udara
kontralateralnya, tetapi dalam cavum pleura tidak dapat
tekanannya masih lebih Pada saat inspirasi mediastinum keluar. Semakin lama udara di
rendah daripada tekanan normal ; pada saat ekspirasi- dalam cavum pleura semakin
atmosfir mediastinum bergeser banyak dan tekanan menjadi
lebih tinggid drpd tknn atmosfer
*Tidak ada mekanisme ventil menekan paru atelektasis
*Tidak ada desakan
mediastinum
Tanda *Keluhan : nyeri, batuk, sesak Sama seperti pneumothoraks simpel sesak hebat, takhipnoe, sianosis,
hemithoraks tertinggal pd
*PF : tertinggal waktu + terlihat adanya luka menghisap pernapasan
respirasi, vesikuler melemah, pada dinding thoraks
hipersonor tanda-2 syok
(sucking chest wound)
*Tidak terlihat pelebaran pelebaran vena jugularis
vena
trakhea terdorong ke sisi sehat
*Trakhea ditengah
> auskultasi : suara napas tak
*Tidak ada tanda-tanda syok terdengar
7. Jika pasien jatuh dalam keadaan syok, apa yang menyebabkan syok tersebut dan bagaimana
cara menanganinya?
(Michael Jay Bresler dan George L. Sternbach. 2007. Manual Kedokteran Darurat Edisi 6
Jakarta : EGC)
(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi Pedoman
Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara)
(Ml/jam)
(Hukum 3:1)
PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang
rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi
Paralisis neuromuskuler
Tidak sadar
Takipnea
Hipoksia
Hiperkarbia
Sianosis
Bahaya sumbatan
Hematoma leher
Stridor
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan
diatas klavikula.
5. Evaluasi
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a. Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal in-line immobilisasi
b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian
otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
d. Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi thoraks bilateral
2. Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreathing mask 11-12
liter/menit)
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c. Menghilangkan tension pneumothorax
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1. Penilaian
a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan internal
c. Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
e. Periksa tekanan darah
2. Pengelolaan
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-
pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
E. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
RESUSITASI
A. Re-evaluasi ABCDE
B. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20
mL/kg pada anak dengan tetesan cepat
C. Evaluasi resusitasi cairan
1. Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal
2. Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi
tanda-tanda syok
D. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap pemberian cairan
awal.
1. Respon cepat
Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan maintenance
Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau pemberian darah
Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif mungkin masih
diperlukan
2. Respon Sementara
Pemberian cairan tetap dilanjutkan, ditambah dengan pemberian darah
Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan operatif
Konsultasikan pada ahli bedah.
3. Tanpa respon
Konsultasikan pada ahli bedah
Perlu tindakan operatif sangat segera
Waspadai kemungkinan syok non hemoragik seperti tamponade jantung
atau kontusio miokard
Pemasangan CVP dapat membedakan keduanya.
SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis
Anamnesis yang harus diingat:
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik
Hal yang Identifikasi/
Penilaian Penemuan Klinis Konfirmasi dengan
Dinilai tentukan
Tingkat Beratnya trauma Skor GCS 8, cedera kepala CT Scan
kapitis berat
Kesadaran Ulangi tanpa
9 -12, cedera relaksasi Otot
kepala sedang
13-15, cedera
kepala ringan
Kepala Luka pada kulit Inspeksi adanya Luka kulit kepala CT Scan
kepala luka dan fraktur
Fraktur impresi
Fraktur tulang Palpasi adanya
Fraktur basis
tengkorak fraktur
Fraktur Maloklusi
CT Scan tulang
Kerusakan syaraf Palpasi : krepitus Cedera jaringan wajah
lunak
Luka dalam
mulut/gigi
Esofagus
Kerusakan aorta Krepitasi
torakalis mediastinum
Nyeri punggung
hebat
Angiografi
Pem. Rektum
/vagina
Kompartemen
Defisit neurologis