Road To Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Road To Universitas Gadjah Mada

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, teman-teman semua yang dirahmati Allah


SWT dan semoga selalu dalam perlindungan-Nya. Kali ini saya akan bercerita bagaimana
perjalanan usaha menuju Universitas Gadjah Mada. Oiya perkenalkan sebelumnya, saya Gustomi
Arry Widodo, sekarang ini sedang menempuh pendidikan jenjang sarjana program studi Teknik
Geodesi angkatan 2016. Semoga cerita saya ini bisa menjadi inspirasi untuk pembaca aagar bisa
lebih baik lagi dari dalam usaha menggapai perkuliahan di perguruan tinggi negeri. Baik, berikut
adalah ayat Al-Quran yang menjadi pedoman saya dalam kisah ini. Dan Allah Taala berfirman:



Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang
yang berjihad dan bersabar diantara kalian. (Muhammad:31)

Awal berpikir untuk kuliah adalah ketika saya berada dipenghujung tingkat empat di
sekolah. Di tingkat empat ini saya sedang magang disebuah perusahaan penyedia jasa layanan
internet. Kalua dilihat dari sebelumnya kalian bisa tebak saya lulusan apa? Yap, benar sekali, saya
lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan, jurusan Teknik Komputer Jaringan. Sekolah yang
mendesain peserta didiknya untuk siap kerja diperusahaan. Namun, kala itu saya berfikir untuk
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meng-upgrade kualitas pribadi yang lebih
baik. Saya mulai mencari info-info tentang perguruan tinggi negeri, entah itu jurusannya,
biayanya, jalur masuknya, dan lain-lain. Rasa iri ketika melihat teman-teman yang berfoto dan
men-share-nya diakun sosial membuat saya kepincut untuk mengikuti jejak mereka. Oke, saya
memulai persiapan dengan membeli buku-buku soal sbmptn beserta pembahasannya. Kemudian
halangan dating, mulai dari rasa malas dengan berbagai macam alasannya sehingga buku yang
sudah saya beli menganggur karena kurang aktifnya mencari ilmu. Seiring waktu saya merasa
bingung. Keinginan untuk menuju perguruan tinggi negeri tetapi dihantui rasa malas karena begitu
sulitnya soal. Bingung harus belajar ke siapa dan dimana. Apalagi saat itu saya sudah berada di
masa akhir-akhir magang dan sudah dipastikan tidak akan direkrut. Sedikit merasa kecewa karena
dahulu memilih SMK, namun itu hanya pikiran negative saja. Tidak menyesal sedikit pun atas
masa sekolah yang sudah saya jalani karena pasti di dalamnya selalu ada hikmah dan pelajaran
yang bisa diambil, sekalipun itu di SMK. Tanggal 9 Juni 2015 adalah hari dimana SBMPTN
diadakan dan merupakan ujian pertama saya untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Dan sebulan
kemudian adalah hari penantian ketika pengumuman hasil. Dan ternyata Allah begitu saying
kepada saya. Allah mengizinkan saya untuk menyicipi bagaimana rasanya berusaha dan belajar
kembali materi yang sempat saya lupakan hampir kurang lebih selama satu tahun, apalagi saya
yang bersala dari latar belakang SMK tentunya agak kesulitan menghadapi soal SBMPTN yang
menurut saya cukup sulit. Saya pun langsung meminta maaf kepada orang tua atas kegagalan saya
dan memohon izin agar diberi kesempatan untuk belajar lagi selama setahun dan ikut SBMPTN
2016.

Alhamdulillah, Ibu saya pun mengizinkan dan memberi bantuan dana untuk mengikuti
bimbingan belajar Nurul Fikri dengan program yang difokuskan untuk menghadapi seleksi masuk
PTN tahun berikutnya. Perjalanan mengarungi kehidupan yang aneh pun tiba, disini saya harus
siap dengan pertanyaan, Sekarang kamu dimana? Kerja? Atau kuliah?. Hampir setiap orang
yang kenal dengan saya menanyakan hal yang sama dan saya pun jujur sedikit malu dengan status
saya. Mungkin ini salah satu ujian yang dimaksud dalam firma Allah diatas. Allah menguji saya
untuk tetap sabar dalam penantian karena sesungguhanya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Saya pun menjawab dengan pemaparan apa adanya apa yang saya alami. Menjelaskan apa yang
akan capai ditahun berikutnya. Banyak dari teman-teman, tetangga, dan saudara yang
menyarankan saya untuk mendaftar polisi, tetapi dengan santun saya berkata tidak karena memang
tidak sesuai dengan tujuan dan cita-cita saya.

Hari demi hari saya lalui, memang kelihatannya membosankan karena hanya dilewati
dengan belajar, belajar, dan belajar. Namun, keinginan untuk menjadi mahasiswa sebuah
perguruan tinggi ternama di Indonesia membuat hilang rasa bosan yang mendera. Apalagi kakak-
kaka pengajar selalu setia membimbing dan memberi motivasi. Saya pun bingung, ntah bagaimana
mereka bisa tidak kehabisan cara untuk memberikan yang terbaik bagi kami. Dan ada satu lagi
kakak pengajar yang sangat dekat dengan saya, yaitu Kak Fachri, seorang pengajar Bahasa
Indonesia. Kita sudah dekat hampir satu tahun belakangan ini. Beliau yang sering menemani saya
dikala rasa bosan melanda. Berdialog dengan beliau memberi wawasan yang luas mengenai islam
dimana saya tidak begitu jauh pengetahuan akan agama islam.

Penantian selama satu tahun bukan lah waktu yang singkat, juga waktu yang lama.
Tergantung bagaimana kita memaknai hari demi hari yang kita lalui. Namun disini saya bisa
merasakan dua hal itu. Ketika memang kondisi sudah terlalu jenuh dengan rutinitas, maka waktu
akan terasa lama. Diri ini selalu berfikir untuk segera mungkin SBMPTN. Lain lagi ketika diri ini
dikelilingi oleh teman-teman yang baik, ramah, serta saling tolong menolong dalam kebaikan,
terutama saling mengajarkan materi-materi yang akan diujikan di SBMPTN nanti. Rasanya sedih
apabila meninggalkan mereka dan ingin terus bersama. Mereka mempunyai impian dan cita-cita
masing-masing. Sebagai teman tentunya akan membantu sebisa mungkin materi yang saya kuasai.
Disinilah sabar menjadi bermakna indah. Kita jadi tahu keadaan orang lain yang memiliki
kesamaan nasib yaitu menunda satu tahun untuk bisa berkuliah di PTN.

Alhamdulillah kesabaran yang saya jalani kurang lebih selama 10 bulan berbuah manis.
Walaupun memang bukan dipilihan utama saya diterima, namun diri ini tetap bersyukur atas segala
yang Allah pilihkan. Banyak kemudahan yang saya alami setelah mensyukuri yang telah Allah
berikan. Mulai dari teman yang sangat ramah dan suka menolong hingga harga pangan yang cukup
murah di Yogyakarta bagi kantong mahasiswa. Allah memang selalu memberikan yang terbaik
bagi hambanya dan akan menambah nikmat-Nya bagi siapa mereka yang bersyukur. Dari kisah
perjalanan saya sampai sekarang berkuliah di UGM, saya dapat mengambil pelajaran dari firman
Allah, Quran Surat Muhammad ayat 31 bahwa kita seagai hamba Allah akan diuji seberapa jauh
kesabaran kita menghadapi cobaan dari Allah. Sabar tiada batasnya dan mereka yang terus
bersabar atas segala yang menimpa mereka sambal belajar dari kegagalan yang pernah dialami,
maka hasilnya akan Allah berikan yang terbaik. Sekian
Nama : Gustomi Arry Widodo

Alamat : Asrama Brimob Pulogadung RT 03 RW 06 Jakarta Timur

No. Telp : 083897756248

Email :gustomiarry@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai