Anda di halaman 1dari 4

Angkatan 80-an

Karya sastra Indonesia pada setelah tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman
pecintaan karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.

Contoh ciri-ciri dan karya pada Angkatan 80-an

Ciri-ciri karya pengarang


Didominasi oleh Pulau Buru Pramoedya
roman percintaan Ananta Toer

Konvensional : tokoh Burun- Burung Y.B Mangun Wijaya


antagonis selalu kalah Manyar
Boko Darman Moenir
Tumbuh sastra
beraliran pop

Karya sastra Ronggen Dukuh Ahmad Tohari


tersebar luas Paruk
diberbagai majalah Lupus Hilman Hariwijaya
dan penerbitan umum
H.Karya Sastra Angkatan 80-an
Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak
bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru
dengan wawasan konstitusional.Seperti yang dikatakan Putu Wijaya bahwa
kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat
ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya
disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk
ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya
belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan
karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang
menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan mengikuti
perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas
untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio.
Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman
Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para
sutradara pun aktif menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan
percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar
baik dikalangan muda maupun tua.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an[
Ahmadun Yosi Herfanda

Ladang Hijau (1980)

Sajak Penari (1990)

Sebelum Tertawa Dilarang (1997)

Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)

Sembahyang Rumputan (1997)

Y.B Mangunwijaya

Burung-burung Manyar (1981)

Darman Moenir

Bako (1983)

Dendang (1988)

Budi Darma

Olenka (1983)

Rafilus (1988)

Sindhunata

Anak Bajang Menggiring Angin (1984)

Arswendo Atmowiloto

Canting (1986)

Hilman Hariwijaya

Lupus - 28 novel (1986-2007)

Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)

Olga Sepatu Roda (1992)

Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)


Dorothea Rosa Herliany

Nyanyian Gaduh (1987)

Matahari yang Mengalir (1990)

Kepompong Sunyi (1993)

Nikah Ilalang (1995)

Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)

Gustaf Rizal

Segi Empat Patah Sisi (1990)

Segi Tiga Lepas Kaki (1991)

Ben (1992)

Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)

Remy Sylado

Ca Bau Kan (1999)

Kerudung Merah Kirmizi (2002)

Afrizal Malna

Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)

Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)

Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)

Dinamika Budaya dan Politik (1991)

Arsitektur Hujan (1995)

Pistol Perdamaian (1996)

Kalung dari Teman (1998)

Lintang Sugianto

Matahari Di atas Gilli (1997)


Kusampaikan kumpulan puisi (2002)

Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)

LAYANG-LAYANG

Dulu pernah kaubelikan aku sebuah layang-layang

pada hari ulang tahun.

Aku pun bersorak sebagai kanak-kanak

tapi hanya sejenak.

Sebab layang-layang itu kemudian hilang,

entah ke mana ia terbang.

Seperti aku pun tak pernah tahu kapan kau hilang

dan kembali kutemu.

Lehermu masih hangat meskipun selalu dikikis waktu.

Sekarang umur pun tak pernah lagi dirayakan

selain dibasahkuyupkan di bawah hujan.

Tapi kutemukan juga layang-layang itu di sebuah dahan

meskipun tanpa benang dan tinggal robekan.

Aku ingin berteduh di bawah pohon yang rindang.

(1980)

Joko pinurbo

Anda mungkin juga menyukai