Anda di halaman 1dari 29

Home

Pemrograman
Psikologi
Budaya
Kesehatan
Seputar IT
Wawancara
Perkembangan Anak
Berita

Tempat Berbagi Ilmu dan Pengalaman

Blog ini menampilkan berbagai artikel artikel yang dapat menambah pengetahuan dan membantu
para mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan membantu tugas kuliah

Manusia, Nilai, Moral dan Hukum


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk sosial yang selau berinteraksi dan membutuhkan bantuan
dengan sesamanya. Dengan adanya hubungan sesama seperti itulah perlu adanya
keteraturan sehingga individu dapat berhubungan secara harmoni dengan individu lain
sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan aturan yang disebut Hukum. Hukum diciptakan
dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah
keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan, ada yang menyatakan kepastian
hukum, dll.
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah Roma
yang mengatakan Quid leges sine moribus?Apa artinya undang-undang kalau tidak
disertai moralitas? Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas,
hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus diukur
dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Di sisi lain,
moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja,
kalau tidak diundangkan atau dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian
hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan manusia, nilai, moral dan hukum


2. Bagaimana hakikat, fungsi, dan perwujudan nilai moral dan hukum dalam kehidupan
manusia, masyarakat dan negara
3. Seperti apa problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan Negara

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh
karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan.Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan
itu bersumber dari lingkungan
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain.
Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca ,belajar
membuat sesuatu dan sebagainya ,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

2.2 Nilai
2.2.1 Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga,bermutu,menunjukkan kualitas,dan berguna
bagi kita ataupun orang lain.
Menurut Bambang Daroeso nilai adalah suatu kwalitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku masyarakat.
Menurut Dictionary of Sociology and Related Science: Nilai adalah kemampuan
yang diyakini terdapat pada suatu objek untuk memuaskan hasrat manusia, yaitu
kualitas objek yang menyebabkan tertariknya individu atau kelompok.
Menurut Frankena: Nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda
abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja
yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.
Menurut Lasyo sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan landasan atau
motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
Istilah nilai (Value) menurut Kamus Poerwodarminto diartikan sebagai berikut.
a. Harga dan arti taksiran misalnya nilai emas
b. Harga sesuatu misalnya uang
c. Angka, skor.
d. Kadar, mutu.
e. Sifat-sifat atau hal-hal penting bagi masyarakat

Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut:
a. Menyenangkan (peasent).
b. Berguna (useful).
c. Memuaskan (satisfying).
d. Menguntungkan (profitable)
e. Keyakinan (interesting)
f. Keyakinan (belief)

Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai itu
objektif, sedangkan pendapat sedangkan pendapat kedua mengatakan nilai itu
subjektif, menurut aliran idealisme ,nilai itu objektif, ada pada sesuatu. Tidak ada yang
diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di dalamnya.Dengan demikian,
segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi masyarakat. Hanya saja manusia tidak
atau belum tahu nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada subjek yang
menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai dari pada emas bagi orang kehausan
ditengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi seorang petani, gunung bernlai bagi
seorang pelukis, dan sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif.Aliran ini disebut aliran
subjectivisme.
Diluar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai
yang ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek
yang menilai maka barang atau objek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha
menggabungkan antara aliran objektivisme dan subjectivisme.

2.2.2 Ciri-Ciri Nilai


Menurut Bambang Daroeso (1986), ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut :

1. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Misalnya kejujuran.


2. Nilai yang memiliki sifat normative. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai
landasan manusia dalam bertindak. Misalnya nilai keadilan.
3. Nilai berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Misalnya nilai
ketakwaan.

2.2.3 Macam-Macam Nilai


Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Nilai logika, adalah nilai benar salah
2. Nilai estetika, adalah nilai indah dan tidak indah
3. Nilai etika / moral, adalah nilai baik buruk

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya tiga macam nilai, yaitu :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
kegiatannya.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:

Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis manusia
Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia
Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai penghayatan
melalui akal budi dan nuraninya.

2.3
Moral

2.3.1 Pengertian moral


Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mors ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals. Dalam bahasa
Indonesia, kata moral berarti akhlak (basah arab) atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah
laku batin dalam hidup.
Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Makna
moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan
tingkah lakunya.Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
2.3.2 Jenis moral
Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia,
yaitu:
1. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif memberikan penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

2.3.3 Fungsi moral


Fungsi moral bagi kehidupan manusia, yaitu:
1. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dansesama sebagai
bagian masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
3. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
2.4 Hukum

2.4.1 Pengertian Hukum


Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidup manusia tanpa atau diluar masyarakat. Maka
manusia,masyarakatdan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan
sehingga menjadi pameo. Dalam kaitan dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama
dapat direduksi untuk ketertiban.
Ada beberapa pendapat para pakar mengenai pengertian hukum, yaitu:
1. Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang menyangkut
kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat serta
sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.
2. Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan untuk
mencapai ketertiban dalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakat harus
mematuhinya.
3. Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan
sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh lembaga
berwenang serta bagi sapa saja yang melanggarnya akan mendapat hukuman.
4. Sudikno Mertokusuro menyatakan bahwa hukum adalah sekumpulan peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

2.4.2 Proses Terbentuknya Hukum


Terjadinya hukum di Inggris pada awalnya dan terus berkembang adalah hukum
berasal dari kebiasaan dalam masyarakat dan dikembangkan oleh keputusan-
keputusan pengadilan. Hukum Inggris yang demikian ini dinamakan common law, yang
pertumbuhannya dimulai pada tahun 1066, saat berkuasanya William The Conqueror.
Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara umum dikatakan oleh
J.P Glastra Van Loon adanya dua pandangan ekstrim, yaitu:
1. Pandangan legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai pertengahan abad
ke 19).
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-undangan.dan hakim
secara tegar terikat pada undang-undang, peradilan adalah hal menerpakan secara
mekanis dari ketentuan undang-undang pada kejadian-kejadian yang konkrit.
2. Pandangan Freirechtslehre (abad 19/20).
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh peradilan, undang-undang,
kebiasaan, dan sebagainya hanyalah sarana-sarana pembantu bagi hukum dalam
menenemukan hukum pada kasus-kasus konkrit.

2.5 Hakikat, Fungsi dan Perwujudan Nilai, Moral, dan Hukum


Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau
efektifitas hukum untuk mengambarkan keterkaitan antara kesadaran hukum dengan
ketaatan hukum,sedangkan lemahnya kesadaran tentang undang undang (hukum)
dipertimbangkan menjadi penyebab terjadinya kejahatan dan malapetaka.
Kesadaran hukum memiliki perbedaan dengan perasaan hukum. Perasaan hukum
diartikan sebagai penilaian hukum yang timbul secara serta merta dari masyarakat
dalam kaitannya dengan masalah keadilan.
Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum antara lain adalah:
1. Compliance.
Diartikan sebagai suatu kepatuhan berdasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan
usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan
apabila seorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum formal ataupun berdasarkan
norma norma masyarakat.
2. Identification.
Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah kaidah hukum bukan ada karena nilai
instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik dengan
mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan hukum tersebut tetap terjaga.
3. Internalization.
Seseorang mematuhi hukum dikarenakan secara instrinsik kepatuhan tadi mempunyai
imbalan.
4. Society Interest.
Maksudnya ialah kepentingan kepentingan para warga masyarakat terjamin oleh
wadah hukum yang ada.Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai nilai yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat, dengan demikian masyarakat menaati hukum bukan
karena paksaan,terdapat 4 indikator kesadaran hukum yaitu:
1. pengetahuan hukum
2. Pemahaman hukum
3. Sikap hukum
4. Pola perilaku hukum.
Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku
tertentu yang sudah diatur oleh hukum, yang dimaksud disi adalah hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis ( norma norma atau aturan-aturan dalam masyarakat).
Pemahaman hukum dalam adalah sejumlah informasi yang dimiliki seseorang
mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Sikap hukum adalah suatu
kecenderungan untuk menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum
sebagai suatu yang bermanfaat atau menguntungkan bila di taati.
Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena
disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak di dalam masyarakat
dengan demikian seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari
pola perilaku hukum suatu masyarakat.

2.6 Keadilan, Ketertiban dan Kesejahteraan Masyarakat sebagai Wujud


Masyarakat Bermoral dan Mentaati Hukum

Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu makluk yang selalu
berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks hubungan
dengan sesama perlu adanya keteraturan sehingga setiap individu dalam berhubungan
secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan
tersebut diperlukan aturan yang disebut oleh kita hukum.Hukum dalam masyarakat
merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya
manusia tanpa atau diluar masyarakat.
Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa
tujuan hukum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan,ada yang
kepastian hukum dan lain-lain. Akan tetapi dalam kaitan dalam masyarakat, tujuan
hukum yang utama dapat di reduksi untuk ketertiban (order). Mochtar kusumaatmaja
(2002,h.3) mengatakan ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala
hukum,kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamentas) bagi
adanya suatu masyarakat yang teratur, ketertiban sebagai tujuan utama hukum yang
merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala
bentuknya. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya
kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.
Banyak kaidah yang berkembang dan dipatuhi masyarakat, seperti kaidah
agama,kaidah susila, kesopanan, adat, kebiasaan dan kaidah moral.Kaidah hukum
sebagai salah satu kaidah sosial tidak berarti meniadakan kaidah-kaidah lain tersebut,
bahkan antara kaidah hukum dengan kaidah lain saling berhubungan yang satu
memperkuat yang lainnya, meskipun ada kalanya kaidah hukum tidak sesuai atau tidak
serasi dengan kaidah-kaidah tersebut. Dahlan thaib (2001,h.3) mengatakan bahwa
hukum itu merupakan hukum apabila dikehendaki, diterima oleh kita sebagai anggota
masyarakat; apabila kita juga betul-betul berpikir, demikian seperti yang dirumuskan
dalam undang-undang, dan terutama juga betul-betul menjadi realitas hukum dalam
kehidupan orang-orang dalam masyarakat. Dengan demikian hukum sebagai kaidah
sosial, tidak lepas dari nilai (values) yang berlaku pada suatu masyarakat. Bahkan
dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja (2002,h.10) mengatakan hukum yang baik
adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Alasan hukum untuk menahan tersangka, yaitu :


1. Tersangka dianggap dapat merusak / Menghilangkan alat bukti.

2. Tersangka dikhwatirkan melarikan diri.

3. Tersangka mempersulit pemeriksaan.

Telah menjadi sebuah kesepakatan bersama bahwa manusia adalah makhluksosial


yaitu makhluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan orang lain atau
sesamanya. dalam konteks hubungan dengan sesamanya, seperti itulah perlu adanya
keteraturan sehingga individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain
di sekitarnya, Untuk terciptanya keteraturan tersebut diperlukan aturan yang disebut
oleh kita yaitu hukum.
2.7 Problematika Pembinaan Nilai Moral

1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral.


Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak.Hal ini karena
dalam keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak sebelum memasuki dunia
pendidikan dan masyarakat. Kehidupan keluarga akan memengaruhi perkembangan
jiwa dan moral anak.

2. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Pembinaan Nilai Moral.


Pergaulan dengan teman sebaya sangat memengaruhi sikap dan perilaku seorang
anak. Berteman dengan teman yang tidak baik akan mengakibatkan anak meniru hal-
hal negatif. Sedangkan jika berteman dengan teman yang baik maka anak juga akan
terpengaruh menjadi baik seperti temannya.

3. Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu.


Figur otoritas seperti presiden, wakil presiden, para menteri, pejabat, anggota DPR
dan MPR, para artis, dan lain-lain harus memberi contoh yang baik dalam kehidupan
sehari-harinya karena pengaruh figur otoritas terhadap perkembangan nilai moral
individu sangat besar.

4. Pengaruh Media Telekomunukasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral.


Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan sesuai
fungsinya cukup mempengaruhi sikap dan perilaku generasi muda.Misalnya dalam
kasus penyalahgunaan internet untuk mendownload film porno. Tidak ada filter atau
benteng yang kokoh untuk melawannya, kecuali iman dan takwa.

5. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral.


Media elektronik dan internet yang seharusnya digunakan sebagaimana mestinya
telah cukup banyak disalahgunakan sehingga mengakibatkan nilai moral merosot.
2.8 Problematika Hukum

Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas fungsi
hukum oleh pengemban kekuasaan.
Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki integritas dalam jumlah
yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering mengalami
intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan karena negara belum
mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut. Hal ini
berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan sendiri siapa yang
dianggap adil.
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan
keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat sebenarnya sulit
untuk dijalankan.
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan pemahaman
aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi peraturan perundang-
undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di tingkat masyarakat.Problem
berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat yang tidak
berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap sebagai representasi
dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak pada mereka yang memiliki
status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh kasus adalah kasus ibu Prita
Mulyasari.
Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai upaya
perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan dapat
merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang.Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan
dan harmoni kehidupan.

2.4 Saran

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan


kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya
keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum
(equality before the law).

Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan


penegakan hak asasi manusia.Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender.Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM.Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak
warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, Elly M, dkk.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Kencana Prenada Media
Group.
http://asri-blog.blogspot.com/
http://chahafshawaty.blogspot.com/2013/03/manusia-nilai-moral-dan-hukum.html
http://google.com
http://hanifahmadi.blogspot.com/
http://www.membuatblog.web.id/
http://mutiaradisa.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://www.wikipedia.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk sosial yang selau berinteraksi dan membutuhkan bantuan
dengan sesamanya. Dengan adanya hubungan sesama seperti itulah perlu adanya
keteraturan sehingga individu dapat berhubungan secara harmoni dengan individu lain
sekitarnya. Oleh karena itu diperlukan aturan yang disebut Hukum. Hukum diciptakan
dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah
keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan, ada yang menyatakan kepastian
hukum, dll.
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah Roma
yang mengatakan Quid leges sine moribus?Apa artinya undang-undang kalau tidak
disertai moralitas? Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas,
hukum akan kosong tanpa moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus diukur
dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Di sisi lain,
moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja,
kalau tidak diundangkan atau dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian
hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan manusia, nilai, moral dan hukum


2. Bagaimana hakikat, fungsi, dan perwujudan nilai moral dan hukum dalam kehidupan
manusia, masyarakat dan negara
3. Seperti apa problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan Negara

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim
dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala
seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh
karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan.Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk
hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan
itu bersumber dari lingkungan
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain.
Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca ,belajar
membuat sesuatu dan sebagainya ,memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

2.2 Nilai
2.2.1 Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga,bermutu,menunjukkan kualitas,dan berguna
bagi kita ataupun orang lain.
Menurut Bambang Daroeso nilai adalah suatu kwalitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku masyarakat.
Menurut Dictionary of Sociology and Related Science: Nilai adalah kemampuan
yang diyakini terdapat pada suatu objek untuk memuaskan hasrat manusia, yaitu
kualitas objek yang menyebabkan tertariknya individu atau kelompok.
Menurut Frankena: Nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda
abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja
yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.
Menurut Lasyo sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan landasan atau
motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
Istilah nilai (Value) menurut Kamus Poerwodarminto diartikan sebagai berikut.
a. Harga dan arti taksiran misalnya nilai emas
b. Harga sesuatu misalnya uang
c. Angka, skor.
d. Kadar, mutu.
e. Sifat-sifat atau hal-hal penting bagi masyarakat

Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut:
a. Menyenangkan (peasent).
b. Berguna (useful).
c. Memuaskan (satisfying).
d. Menguntungkan (profitable)
e. Keyakinan (interesting)
f. Keyakinan (belief)

Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai itu
objektif, sedangkan pendapat sedangkan pendapat kedua mengatakan nilai itu
subjektif, menurut aliran idealisme ,nilai itu objektif, ada pada sesuatu. Tidak ada yang
diciptakan di dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di dalamnya.Dengan demikian,
segala sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi masyarakat. Hanya saja manusia tidak
atau belum tahu nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada subjek yang
menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai dari pada emas bagi orang kehausan
ditengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi seorang petani, gunung bernlai bagi
seorang pelukis, dan sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif.Aliran ini disebut aliran
subjectivisme.
Diluar kedua pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai
yang ditentukan oleh subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek
yang menilai maka barang atau objek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha
menggabungkan antara aliran objektivisme dan subjectivisme.

2.2.2 Ciri-Ciri Nilai


Menurut Bambang Daroeso (1986), ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut :

1. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Misalnya kejujuran.


2. Nilai yang memiliki sifat normative. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai
landasan manusia dalam bertindak. Misalnya nilai keadilan.
3. Nilai berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Misalnya nilai
ketakwaan.

2.2.3 Macam-Macam Nilai


Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Nilai logika, adalah nilai benar salah
2. Nilai estetika, adalah nilai indah dan tidak indah
3. Nilai etika / moral, adalah nilai baik buruk

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya tiga macam nilai, yaitu :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
kegiatannya.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:

Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan estetis manusia
Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia
Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai penghayatan
melalui akal budi dan nuraninya.

2.3
Moral

2.3.1 Pengertian moral


Moral berasal dari bahas latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mors ini
mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals. Dalam bahasa
Indonesia, kata moral berarti akhlak (basah arab) atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah
laku batin dalam hidup.
Kata moral ini dalam bahasa yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Makna
moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan
tingkah lakunya.Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

2.3.2 Jenis moral


Ada dua macam moral dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia,
yaitu:
1. Moral deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Hal ini memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Moral normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Moral normatif memberikan penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

2.3.3 Fungsi moral


Fungsi moral bagi kehidupan manusia, yaitu:
1. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dansesama sebagai
bagian masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
3. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
2.4 Hukum

2.4.1 Pengertian Hukum


Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin
menggambarkan hidup manusia tanpa atau diluar masyarakat. Maka
manusia,masyarakatdan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan
sehingga menjadi pameo. Dalam kaitan dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama
dapat direduksi untuk ketertiban.
Ada beberapa pendapat para pakar mengenai pengertian hukum, yaitu:
1. Mayers menjelaskan bahwa hukum itu adalah semua aturan yang menyangkut
kesusilaan dan ditujukan terhadap tingkah laku manusia dalam masyarakat serta
sebagai pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.
2. Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan perintah dan larangan untuk
mencapai ketertiban dalam masyarakat dan oleh karenanya masyarakat harus
mematuhinya.
3. Simorangkir mengatakan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan
sebagai pedoman tingkah laku manusia dalam masyarakat yang dibuat oleh lembaga
berwenang serta bagi sapa saja yang melanggarnya akan mendapat hukuman.
4. Sudikno Mertokusuro menyatakan bahwa hukum adalah sekumpulan peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan
tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

2.4.2 Proses Terbentuknya Hukum


Terjadinya hukum di Inggris pada awalnya dan terus berkembang adalah hukum
berasal dari kebiasaan dalam masyarakat dan dikembangkan oleh keputusan-
keputusan pengadilan. Hukum Inggris yang demikian ini dinamakan common law, yang
pertumbuhannya dimulai pada tahun 1066, saat berkuasanya William The Conqueror.
Pandangan-pandangan ekstrim tentang terjadinya hukum secara umum dikatakan oleh
J.P Glastra Van Loon adanya dua pandangan ekstrim, yaitu:
1. Pandangan legisme, (yang berkembang dan berpengaruh sampai pertengahan abad
ke 19).
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh perundang-undangan.dan hakim
secara tegar terikat pada undang-undang, peradilan adalah hal menerpakan secara
mekanis dari ketentuan undang-undang pada kejadian-kejadian yang konkrit.
2. Pandangan Freirechtslehre (abad 19/20).
Menurut pandangan ini hukum terbentuk hanya oleh peradilan, undang-undang,
kebiasaan, dan sebagainya hanyalah sarana-sarana pembantu bagi hukum dalam
menenemukan hukum pada kasus-kasus konkrit.
2.5 Hakikat, Fungsi dan Perwujudan Nilai, Moral, dan Hukum
Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau
efektifitas hukum untuk mengambarkan keterkaitan antara kesadaran hukum dengan
ketaatan hukum,sedangkan lemahnya kesadaran tentang undang undang (hukum)
dipertimbangkan menjadi penyebab terjadinya kejahatan dan malapetaka.
Kesadaran hukum memiliki perbedaan dengan perasaan hukum. Perasaan hukum
diartikan sebagai penilaian hukum yang timbul secara serta merta dari masyarakat
dalam kaitannya dengan masalah keadilan.
Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum antara lain adalah:
1. Compliance.
Diartikan sebagai suatu kepatuhan berdasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan
usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan
apabila seorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum formal ataupun berdasarkan
norma norma masyarakat.
2. Identification.
Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah kaidah hukum bukan ada karena nilai
instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik dengan
mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan hukum tersebut tetap terjaga.
3. Internalization.
Seseorang mematuhi hukum dikarenakan secara instrinsik kepatuhan tadi mempunyai
imbalan.
4. Society Interest.
Maksudnya ialah kepentingan kepentingan para warga masyarakat terjamin oleh
wadah hukum yang ada.Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai nilai yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat, dengan demikian masyarakat menaati hukum bukan
karena paksaan,terdapat 4 indikator kesadaran hukum yaitu:
1. pengetahuan hukum
2. Pemahaman hukum
3. Sikap hukum
4. Pola perilaku hukum.
Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku
tertentu yang sudah diatur oleh hukum, yang dimaksud disi adalah hukum tertulis dan
hukum tidak tertulis ( norma norma atau aturan-aturan dalam masyarakat).
Pemahaman hukum dalam adalah sejumlah informasi yang dimiliki seseorang
mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Sikap hukum adalah suatu
kecenderungan untuk menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum
sebagai suatu yang bermanfaat atau menguntungkan bila di taati.
Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena
disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak di dalam masyarakat
dengan demikian seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari
pola perilaku hukum suatu masyarakat.

2.6 Keadilan, Ketertiban dan Kesejahteraan Masyarakat sebagai Wujud


Masyarakat Bermoral dan Mentaati Hukum

Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu makluk yang selalu
berinteraksi dan membutuhkan bantuan dengan sesamanya. Dalam konteks hubungan
dengan sesama perlu adanya keteraturan sehingga setiap individu dalam berhubungan
secara harmonis dengan individu lain di sekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan
tersebut diperlukan aturan yang disebut oleh kita hukum.Hukum dalam masyarakat
merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya
manusia tanpa atau diluar masyarakat.
Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa
tujuan hukum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan,ada yang
kepastian hukum dan lain-lain. Akan tetapi dalam kaitan dalam masyarakat, tujuan
hukum yang utama dapat di reduksi untuk ketertiban (order). Mochtar kusumaatmaja
(2002,h.3) mengatakan ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala
hukum,kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamentas) bagi
adanya suatu masyarakat yang teratur, ketertiban sebagai tujuan utama hukum yang
merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala
bentuknya. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya
kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.
Banyak kaidah yang berkembang dan dipatuhi masyarakat, seperti kaidah
agama,kaidah susila, kesopanan, adat, kebiasaan dan kaidah moral.Kaidah hukum
sebagai salah satu kaidah sosial tidak berarti meniadakan kaidah-kaidah lain tersebut,
bahkan antara kaidah hukum dengan kaidah lain saling berhubungan yang satu
memperkuat yang lainnya, meskipun ada kalanya kaidah hukum tidak sesuai atau tidak
serasi dengan kaidah-kaidah tersebut. Dahlan thaib (2001,h.3) mengatakan bahwa
hukum itu merupakan hukum apabila dikehendaki, diterima oleh kita sebagai anggota
masyarakat; apabila kita juga betul-betul berpikir, demikian seperti yang dirumuskan
dalam undang-undang, dan terutama juga betul-betul menjadi realitas hukum dalam
kehidupan orang-orang dalam masyarakat. Dengan demikian hukum sebagai kaidah
sosial, tidak lepas dari nilai (values) yang berlaku pada suatu masyarakat. Bahkan
dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja (2002,h.10) mengatakan hukum yang baik
adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Alasan hukum untuk menahan tersangka, yaitu :


1. Tersangka dianggap dapat merusak / Menghilangkan alat bukti.

2. Tersangka dikhwatirkan melarikan diri.

3. Tersangka mempersulit pemeriksaan.

Telah menjadi sebuah kesepakatan bersama bahwa manusia adalah makhluksosial


yaitu makhluk yang selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan orang lain atau
sesamanya. dalam konteks hubungan dengan sesamanya, seperti itulah perlu adanya
keteraturan sehingga individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain
di sekitarnya, Untuk terciptanya keteraturan tersebut diperlukan aturan yang disebut
oleh kita yaitu hukum.
2.7 Problematika Pembinaan Nilai Moral

1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral.


Keluarga berperan sangat penting bagi pembinaan nilai moral anak.Hal ini karena
dalam keluargalah, pendidikan pertama dan utama anak sebelum memasuki dunia
pendidikan dan masyarakat. Kehidupan keluarga akan memengaruhi perkembangan
jiwa dan moral anak.

2. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Pembinaan Nilai Moral.


Pergaulan dengan teman sebaya sangat memengaruhi sikap dan perilaku seorang
anak. Berteman dengan teman yang tidak baik akan mengakibatkan anak meniru hal-
hal negatif. Sedangkan jika berteman dengan teman yang baik maka anak juga akan
terpengaruh menjadi baik seperti temannya.

3. Pengaruh Figur Otoritas terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu.


Figur otoritas seperti presiden, wakil presiden, para menteri, pejabat, anggota DPR
dan MPR, para artis, dan lain-lain harus memberi contoh yang baik dalam kehidupan
sehari-harinya karena pengaruh figur otoritas terhadap perkembangan nilai moral
individu sangat besar.

4. Pengaruh Media Telekomunukasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral.


Penyalahgunaan sarana telekomunikasi yang seharusnya digunakan sesuai
fungsinya cukup mempengaruhi sikap dan perilaku generasi muda.Misalnya dalam
kasus penyalahgunaan internet untuk mendownload film porno. Tidak ada filter atau
benteng yang kokoh untuk melawannya, kecuali iman dan takwa.

5. Pengaruh Media Elektronik dan Internet terhadap Pembinaan Nilai Moral.


Media elektronik dan internet yang seharusnya digunakan sebagaimana mestinya
telah cukup banyak disalahgunakan sehingga mengakibatkan nilai moral merosot.

2.8 Problematika Hukum

Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas fungsi
hukum oleh pengemban kekuasaan.
Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki integritas dalam jumlah
yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering mengalami
intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan karena negara belum
mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut. Hal ini
berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan sendiri siapa yang
dianggap adil.
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan
keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat sebenarnya sulit
untuk dijalankan.
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan pemahaman
aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi peraturan perundang-
undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di tingkat masyarakat.Problem
berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat yang tidak
berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap sebagai representasi
dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak pada mereka yang memiliki
status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh kasus adalah kasus ibu Prita
Mulyasari.
Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai upaya
perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang kedaulatan dapat
merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling
menunjang.Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi keselarasan
dan harmoni kehidupan.

2.4 Saran

Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan


kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin terciptanya
keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan kesebandingan hukum
(equality before the law).

Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan


penegakan hak asasi manusia.Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif jender.Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM.Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-hak
warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan masyarakat sipil.
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M, dkk.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta:Kencana Prenada Media
Group.
http://asri-blog.blogspot.com/
http://chahafshawaty.blogspot.com/2013/03/manusia-nilai-moral-dan-hukum.html
http://google.com
http://hanifahmadi.blogspot.com/
http://www.membuatblog.web.id/
http://mutiaradisa.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://www.wikipedia.com

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook


Senin, 17 Maret 2014

0 komentar :

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Facebook Twitter Interpersonal skil

Daftar Blog Saya


About Me

Dewi Rohmani
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Laman

3272

AYO MENAMBAH PENGETAHUAN,


PENGALAMAN, DAN SHARING
To increase your soft skill, education and environmental

Artikel Lainnya
2014 ( 19 )
o September ( 4 )
o Juli ( 4 )
o Maret ( 11 )
Dampak Negatif Kerja Lembur
Disiplin di Usia Muda Membuat Orang Lebih Sehat sa...
Manfaat Air Putih
Manfaat Bersepeda
Psikologi
Proses Control Block
Wawancara PKL Pasming yang direlokasi
Basis Data
KEPEMIMPINAN
Manusia, Nilai, Moral dan Hukum
Self Quality

drohmani24@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Pilih Bahasa

tambahan tugas web


http://kirimmobilmurah.com

Delicious Strawberry
Info Beasiswa Luar Negri
http://indonesiamengglobal.com

Blue Choclote
Pink Rolls Choclate
Designed by dewi rohmani | Sponsored by : unindra 2014

Anda mungkin juga menyukai