Anda di halaman 1dari 89

PROSES TERBENTUKNYA MINYAK BUMI

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad


mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa tumbuhan dan
hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun
dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut,
bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi
senyawa-senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga
untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak
bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan
kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.

Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud gas
menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan pengeboran.
Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat
bertahan lama di dalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik,
warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam
lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan
dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan
mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintin-
bintik di dalam batuan mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkabur di perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan
lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat
suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.

Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai tempat
akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori-pori batu pasir atau
batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas.
Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan
tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak
bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin, petrus artinya batu dan
oleum yang artinya minyak.

Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak bumi disebut
cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar atau air
asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas alam
berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis
minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara
komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak
bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi-
lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis sedimen
karakter dan struktur sumber.
Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar ilustrasi:

1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari dengan
fotosintesis.

2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar cekungan sedimen
dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batuan yang mengandung
karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di
delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk
ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak
atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai
karbon yang tidak mungkin dimasak.
3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama
jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan yang
menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah
batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-
pori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain
di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam
atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu
antara 50 sampai 180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai
bila suhunya mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu
semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini
akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
4.
Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon. Minyak yang
dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak mentah. Walaupun berupa
cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan air. Salah satunya yang terpenting
adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air,
namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki
berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh
sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap
dan siap ditambang.
Proses pembentukan minyak bumi

minyak bumi terbentuk dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati sejak zaman
dahulu, diperkirakan sekitar 10 sampai 600 juta tahun yang lalu. Setelah organisme tersebut
mati, jasad mereka tertinggal di cekungan dasar laut membentuk endapan lumpur yang kaya
akan lumpur organik.

Setelah beribu-ribu tahun lumpur organik tersebut terkubur dan termampatkan oleh lapisan
sedimen diatasnya dan berlahan-lahan berubah menjadi senyawa komplek campuran antara
hidrogen dan karbon. Campuran senyawa kompleks inilah yang kita kenal sebagai minyak
bumi.

Proses pencarian minyak bumi

Proses pencarian (eksplorasi) minyak dari perut bumi dilakukan oleh ahli geologis. Cara
modern yang digunakan oleh geologis dalam mencari minyak bumi dengan menggunakan
pencitraan satelit dan menganalisa permukaan bebatuan. Setelah geologis melakukan
serangkain analisa dan menyatakan bahwa dilokasi tersebut ada minyak maka tugas
selanjutnya diambilalih oleh Ahli geofisika.

Para ahli geofisika mempelajari sifat-sifat fisik dari lapisan tanah. Berbagai metode
digunakan dalam tahapan ini untuk mendukung hasil yang telah didapat oleh ahli geologis.
Peralatan yang digunakan untuk pencarian minyak bumi ini seperti Gravimetry (untuk
mengukur adanya aliran minyak karena adanya sedikit perbedaan grafitasi bumi),
Magnetometry (untuk mengukur perubahan medan magnetik akibat adanya aliran minyak),
dan Sniffers yang berupa alat elektronik yang digunakan untuk mendeteksi bau hidrokarbon.
Yang paling sering digunakan adalah seismologi.

Cara kerja seismologi untuk mencari minyak bumi.

Seismologi bisa digunakan untuk mencari cadangan minyak bumi baik di darat maupun di
laut. Bagian utama seismologi yaitu pemicu getaran dan penerima sinyal. Pemicu getaran ada
seperti Compressed-air gun (khusus di gunakan untuk ekplorasi lepas pantai), Thumper truck
(untuk esplorasi minyak di daratan), dan bahan peledak.

Bunyi atau getaran yang dihasilkan oleh Thumper truck memancar kan sinyal atau
gelombang bunyi, sinyal akan kembali dipantulkan kembali oleh batas antar lapisan batuan
yang berbeda ditangkap oleh geophone, data kemudian di kirim ke truk yang berfungsi
sebagai pusat kendali. Dengan mendeteksi pantulan tersebut para ahli bisa menggambarkan
bisa menggambarkan peta susunan batuan di bawah permukaan bumi untuk menemukan
cadangan minyak.

Proses pengeboran minyak bumi

Jika cadangan minyak bumi positif pada suatu lokasi maka proses pengeboran mulai di
lakukan. Berikut ini bagian bagian peralatan Rig yang digunakan untuk mengebor di daratan.

1. Hoist attachment (1), Derrick (2), Traveling block (3), Hook (4), Injection head (5),
Mud injection column (6), Turntable driving the drilling pipes (6), Winches (7),
Motors (8), Mud pump (9), Mud pit (10), Drilling pipe (11), Cement retaining the
casing (12), Casing (13), Drill string (14), Drilling tool (15).
2. Rig digunakan untuk mengebor dengan kedalaman 2000 sampai 4000 meter tapi ada
juga yang sampai 6000 meter. Rig dilengkapi mata bor dengan diameter 20 sampai 50
sentimeter. Mata bor ini yang berputar menembus perut bumi.

Ada beberapa cara unuk melakukan pencarian minyak bumi, antara lain adalah:

1. Seismologi

Peralatan ini biasanya dipakai untuk memetakan cadangan minyak yang ada di laut dan di
daratan. Terdiri dari penerima sinyal dan pemicu getaran. Pemicu getaran terdiri dari
beberapa jenis tergantung dimana di pakainya, seperti Thumper truck (untuk mencari minyak
di daratan), Compressed air gun (untuk mencari minyak di laut), dan menggunakan bahan
peledak.

2. Drilling and well construction

Proses ini disebut juga proses pengeboran minyak. Biasanya menggunakan rig untuk
melakukan pengeboran. Guna nya, untuk membuat lubang di tempat yang diidentifikasi ada
kemungkinan sumber minyak/gas di tempat tersebut. Perlu di ketahui dalam proses ini ada
kemungkinan terjadinya blow out ( tekanan pada alat tidak bisa di control, lansung menuju
kepermukaan), jadi harus ada pengendalian pressure dari dalam tanah. Pressure downhole /
dalam tanah lebih besar dari pressure atmosferik, untuk mengimbanginya biasanya
menggunakan mud atau lumpur dengan spesific gravity (berat jenis) tertentu. Mud ini akan
menciptakan Hydrostatic pressure yang bisa menahan pressure dari dalam. Setelah proses
selesai, maka selanjutnya akan di cek apakah ada kandungan minyak/ gas nya.
3. Well Logging

Proses ini termasuk pengeboran yang paling mahal. Karena harus tahan pressure dan
temperature yang tinggi. Dapat juga di gunakan untuk memetakan lapisan tanah. Ketika
melakukan proses pengeboran, akan di dapatkan data tentang kandungan minyak, gas, dan
air. Dengan begitu dapat diketahui tempat mana yang mungkin terdapat sumber minyak.

4. Well Testing

Proses ini adalah proses dimana lapisan yang diperkirakan mengandung oil/gas di tembak,
dengan explosif. Setelah itu minyak yang terkandung diantara pori-pori batuan akan mengalir
menuju tempat yang pressure nya lebih kecil (ke atmosferik atau ke permukaan tanah).
Untuk mengontrol pergerakan ini, sumur diisi dengan liquid tertentu untuk menjaga under
balance, contoh liquid: Brine, diesel, atau air saja. Gas, minyak, air, ataupun berbagai macam
zat yang keluar akan dicari nilai nya. Untuk minyak berapa bopd (barrell oil per day) yang
bisa dihasilkan. Untuk gas, berapa mmscfmm/d (million metric standart cubic feet per day)
yang bisa dihasilkan sumur tersebut. Proses testing ini juga mengambil contoh liquid maupun
gas, dan juga data-data tentang pressure, temperature, specific grafity, dll untuk selanjutnya
diolah oleh reservoir engineer. Data ini akan menunjukan seberapa besar dan seberapa lama
kemampuan berproduksi dari reservoir sumur tersebut.

5. Well Completion

Memasang berbagai peralatan dan perlengkapan pada sumur minyak bumi yang siap
melakukan produksi, berguna sebagai penyaring material pasir yang ikut terambil ketika
proses well testing. Pasir yang di dapat sangat berbahaya bagi line produksi karena kecepatan
bergeraknya akibat adanya tekanan. Pasir akan mengikis pipa produksi sehingga dapat pecah.
Dari sinilah Well Completion berfungsi menangkap pasir yang masuk sehingga tidak
membahayakan pipa.

6. Production

Hasil pengeboran pada sumur produksi akan di suling menjadi beberapa produk olahan.
Pengolahan itu akan menghasilkan bahan energy penggerak, seperti bensin, kerosin, minyak
tanah, LPG, soalr, dan sebagainya.

KOMPOSISI PENYUSUN MINYAK BUMI dan GAS ALAM

Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa
organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung di
dalam minyaak bumi dan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana,
etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti
karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), beberapa sumur gas juga mengandung
helium.

Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana dan
sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur,
Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisi minyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur ke
sumur lainnya dan dari daerah ke daerah lainnya.
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi.
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :

Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %

Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:


1. Alkana (parafin) CnH2n + 2 ,
alkana ini memiliki rantai lurus dan bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di
dalam minyak mentah.
2. Sikloalkana (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima)
yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.

siklopentana sikloheksana

3. Aromatik CnH2n -6

aromatik memiliki cincin 6

Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin
karena :
- Memiliki harga anti knock yang tinggi
- Stabilitas penyimpanan yang baik
- Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari minyak bumi.
Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang (disebut
sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai
komponen yang terbesar, sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling
sedikit.

Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:

1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih
tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan
akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam
keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida
sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik
dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu
lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk
ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan
disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam
alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen
terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai
berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer,
sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan
asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk
gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator
temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama
vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari
pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi
dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur
campuran sehingga merusakkan refractory itu.

Eksplorasi Minyak Bumi

A. Proses Pembentukan Minyak Bumi

Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu :

1. Ada batuan asal (source rock) yang secara geologis memungkinkan terjadinya
pembentukan minyak dan gas bumi.
2. Adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke bebatuan
reservoir (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang berpori-pori
(porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon tersebut.
3. Adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang tidak teratur
bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa bumi dan erupsi gunung
api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus, dapat menciptakan suatu ruangan
bawah tanah yang menjadi jebakan hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan
yang impermeable, maka hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak
kemana-mana lagi.Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi,
merupakan faktor penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon.Hidrokarbon jarang
terbentuk pada temperatur kurang dari 65 oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260
oC.Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177 oC.
B. Komponen-Komponen Pembentuk Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang
umumnya tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H). Selain itu, juga terdapat
bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen
(N). Apakah ada perbedaan dari jenis-jenis minyak bumi ?. Ya, ada 4 macam yang
digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow,
young-deep dan old-deep.
Minyakbumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak
bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow
biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih
pendek. Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer. Sulfur yang terkandung dapat
teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah minyak mentah yang
dikatakan paling sweet. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat
menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.

C. Waktu Pembentukan Minyak Bumi.

Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus,
lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. cadangan
lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan
dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-
juta tahun yang lalu.
Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan
tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan
purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun
pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi
batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan
sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau
berpindah tempat.
Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen
untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini,
molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon.Tekanan dan
temperatur yang semakin tinggi dari lapisan bebatuan di atasnya kemudian mendistilasi
sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-pelan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas
alam.
Eksplorasi Minyak Bumi

Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Dalam dunia perminyakan,
eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan
beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh
para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang
bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.

Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi,
maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut dalam eksplorasi minyak bumi
hal ini disebut kajian geologi. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak
potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:

1. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan
hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih (Shale).
batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang
cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi
unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon
2. Tekanan dan Temperatur, untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon,
tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan
mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.
3. Migrasi, Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah
ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan
sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena
hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan
ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
4. Reservoir, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul
dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat,
karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya
hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di
produksi.
5. Caps Rock, Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat menahan
dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus mempunyai penutup
di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservoir biasanva merupakan
lapisan batuan yang rnempunyai sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak
dapat meloloskan fluida yarg dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai
lapisan yang berada dibagian atas dan tepi reservoir yang dapat dan melindungi
fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya.
6. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap), Merupakan unsur pembentuk reservoir
sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap
ke bawah, hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini
tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke
ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali.
Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk
mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas
terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas
bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih
lanjut yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah
berikutnya.

Setelah kajian secara regional dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya
mengindikasikan potensi hidrokarbon, maka tahap selanjutnya adalah tahapan kajian
geofisika. Pada tahapan ini metoda metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang
lebih akurat guna memastikan keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat di
ekploitasi. Data-data yang dihasilkan dari pengukuran pengukuran merupakan cerminan
kondisi dan sifat-sifat batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan
batuan tersebut memiliki sifat sifat sebagai batuan sumber, reservoir, dan batuan perangkap
atau hanya batuan yang tidak penting dalam artian hidrokarbon. Metoda-metoda ini
menggunakan prinsip-prinsip fisika yang digunakan sebagai aplikasi engineering.Metoda
tersebut adalah:

1. Survey Geologi Permukaan, pemetaan geologi pada permukaan secara detail dapat
dilakukan jika memang terdapat singkapan. Pemetaan dilakukan pada rintisan dan
juga di sepanjang sungai.
2. Eksplorasi seismik, Ini adalah ekplorasi yang dilakukan sebelum pengeboran.
kajiannya meliputi daerah yang luas. dari hasil kajian ini akan didapat gambaran
lapisan batuan di dalam bumi. Untuk survey detail, metode seismik merupakan
metode yang paling teliti dan dewasa ini telah melampaui kemampuan geologi
permukaan. Metode yang digunakan adalah khusus metode refleksi. Walaupun
pemetaan geologi detail terhadap tutupan telah dilakukan, pengecekan seismik selalu
harus dilaksanakan, untuk penentuan kedalam objektif pemboran serta batuan dasar
dan juga lapisan yang akan menghasilkan minyak
3. Data resistivity, prinsip dasarnya adalah bahwa setiap batuan berpori akan diisi oleh
fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak atau gas. Membedakan kandungan fluida di
dalam batuan salah satunya dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida.
Fluida air memiliki nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian
pula nilai resistan minyak lebih rendah dari pada gas. dari data log kita hanya bisa
membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai
resitan fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisa fluida perlu kita
ambil sampel fluida di dalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita dalam
interpretasi jenis fluida dari data resistiviti yang kita miliki.

4. Data porositas
5. Data berat jenis, data ini diambil dengan menggunakan alat logging dengan bantuan
bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma. Pantulan dari sinar ini akan
menggambarkan berat jenis batuan. Dapat kita bandingkan bila pori batuan berisi air
dengan batuan berisi hidrokarbon akan mempunyai berat jenis yang berbeda.
Sebagai tambahan semua propek yang telah dipilih serta dinilai dalam suatu sistem penilaian,
kemudian dipih untuk dilakukan pemboran eksplorasi terhadapnya. Maka semua prospek ini
haruslah diberi prognosis. Yang dimaksud Prognosis adalah rencana pemboran secara
terperinci serta ramalan-ramalan mengenai apa yang akan ditemui waktu pemboran dan pada
kedalaman berapa. Prognosis meliputi ;

1. Lokasi Yang Tepat, lokasi ini biasanya harus diberikan dalam koordinat. Untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam lokasi titik terhadap tutupan struktur,
sebaliknya semua koordinat lokasi tersebut penentuannya dilakukan dari pengukuran
seismik, terutama jika tutupan ditentukan oleh metode seismik. Jika hal ini terjadi di
laut misalnya, maka pengukuran harus dilakukan dari pelampung (buoy) yang sengaja
ditinggalkan di laut pada pengukuran seismik, juga dari titik pengukuran radar di
darat. Setidak-tidaknya pengukuran lokasi itu harus teliti sekali sebab kemelesetan
beberapa ratus meter dapat menyebabkan objektif tidak diketemukan.
2. Kedalaman Akhir, kedalaman Akhir pemboran eksplorasi biasanya merupakan
batuan dasar cekungan sampai mana pemboran itu pada umumnya direncanakan.
penntuan kedalaman akhir ini sangat penting karena dengan demikian kita dapat
memperkirakan berapa lama pemboran itu akan berlangsung dan dalam hal ini juga
untuk berapa lama alat bor itu kita sewa. Penentuan kedalaman akhir ini diasarkan
atas data seismik, setelah dilakukan korelasi dengan semua sumur yang ada dan juga
dari kecepatan rambat reflektor yang ditentukan sebagai batuan dasar.
3. Latar Belakang Geologi, alasan untuk pemboran didsarkan atas latar belakang
geologi. Maka harus disebutkan keadaan geologi daerah tersebut, alasan pemboran
eksplorasi dilakukan di daerah tersebut, jenis tutupan prospek dan juga struktur yang
diharapkan dari prospek tersebut.
4. Objektif Atau Lapisan Reservoir Yang Diharapkan, ini biasanya sudah ditentukan
dan stratigrafi regional dan juga diikat dengan refleksi yang didapat dari seismik.
Objektif lapisan reservoir ini harus ditentukan pada tingginya kedalaman yang
diharapkan akan dicapai oleh pemboran, dimana diperoleh dari perhitungan kecepatan
rambat seismik.
5. Kedalaman Puncak Formasi Yang Akan Ditembus, juga dalam prognosis ini harus
kita tentukan formasi-formasi mana yang akan dilalui bor, maka kedalaman puncak
(batas) formasi ini harus ditentukan dari data seismik.
6. Jenis Survey Lubang Bor Yang Akan Dilaksanakan, pada setiap Pemboran
eksplorasi selalu dilakukan survey lubang bor. Survey meliputi misalnya peng-Logan
lumpur, Peng-Logan Cutting, Peng-Logan Listrik, Peng-Logan Radioaktif, dan
sebagainya. Sebaiknya pada pemboran eksplorasi dilakukan survey yang lengkap ,
selain itu juga harus direncanakan apakah akan dilakukan pengambilan batu inti
(coring) atau tidak.
Kegiatan Eksplorasi Minyak Bumi / Hidrokarbon

Kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan panas bumi yang dilakukan dalam
usaha mencari sumberdaya panas bumi, membuktikan adanya sumberdaya serta
memproduksikan dan memanfaatkan fluidanya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survei
2. Eksplorasi lanjut atau rinci (Pre-feasibility study)
3. Pemboran Eksplorasi
4. Studi kelayakan (Feasibility study)
5. Perencanaan
6. Pengembangan dan pembangunan
7. Produksi
8. Perluasan
I. EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)
Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah
prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas
bumi dilihat dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran mengenai
geologi regional di daerah tersebut.
Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
1. Studi Literatur
2. Survei Lapangan
3. Analisa Data
4. Menentukan Daerah Prospek
5. Spekulasi Besar Potensi Listrik
6. Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya

1. Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas bumi adalah
mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survei yang pernah dilakukan
sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran mengenai geologi
regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan, fenomena vulkanik, geologi
dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan kemudian menetapkan tempat-tempat
yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data sangat tergantung dari
kemudahan memperoleh peta dan laporan-laporan hasil survei yang telah dilakukan
sebelumnya, tetapi diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan.

1. Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokomia. Luas daerah yang
disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km2, tetapi bisa juga
hanya seluas 5-20 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari tempat-tempat dimana
terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta di tempat-tempat lain yang
telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi, citra landsat dan
penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah dilakukan sebelumnya.
Pada tahap ini survei dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana dan
mudah dibawa.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global formasi dan jenis batua,
penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi yang terdapat di daerah tersebut
besertas karakteristiknya, mengambil sampel fluida melakukan pengukuran temperatur, pH,
dan kecepatan air.
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan sangat tergantung dari kondisi geologi dan luas
daerah yang akan diselidiki, kuantitas dan kualitas data yang telah ada serta junlah orang
ayng terlibat dalam penyelidikan. Survei lapangan reconnaisab\nce yang dilakukan pada satu
daerah biasanya 2 minggu sampai 1 bulaln, dilanjutkan dengan survei detail selama 3-6
bulan.
Di beberapa negara waktu yang diperlukan untuk survei lapangan ada yang lebih lama.
Menurut Baldi (1990), bila kuantitas dam kualitas data yang telah ada cukup baik serta
daerah yang akan diselidiki tidak terlaullu luas, maka survei lapangan mungkin hanya
memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan. Akan tetapi, bila data yang ada sangat terbatas dan
daerah yang akan diselidiki cukup luas, maka survey lapangan dan analisis data akan
memakan waktu beberapa bulan sampai satu tahun.

1. Analisis dan Interpretasi Data


Data dari survei sebelumnya serta dari hasil survei lapangan dianalisis untuk mendapatkan
gambaran (model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah tersebut. Dari kajian
data geologi, hidrologi dan geokimia ditentukan daerah prospek, yaitu daerah yang
menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi. Dari hasil analisis dan interpretasi
data juga dapat diperkirakan jenis reservoir, temperatur reservoir, asal sumber air, dan jenis
batuan reservoir.

1. Spekulasi Besar Sumberdaya Panasbumi


Pada tahap ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian, seringkali
para ahli geothermal diharapkan dapat berspekulasi mengenai besarnya sumberdaya
panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur reservoir dapat diperkirakan. Luas
prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari penyebaran manifestasi permukaan dan
pelamparan struktur geologinya secara global, tetapi selama ini hanya ditentukan dengan cara
statistik (rata-rata luas prospek).
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk
dikembangkan selanjutnya apakah survey rinci pwerlu dilakukan atau tidak. Apabila tidak,
maka daerah yang diteliti ditinggalkan.

I. EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY STUDY)


Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap pre-feasibility study atau tahap
survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.
Tujuan dari survei tersebut adalah :
Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi permukaan dan
bawah permukaan
Mengidentifikasi daerah yang diduga mengandung sumberdaya panasbumi.
Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran
batuan, struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas bumi,
hidrologi, system panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta potensi
listriknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat
yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei tergantung dari
keadaan geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei adalah sekitar 500-1000
km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100 km2.
Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis
pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya siperkirakan
mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk pembangkit listrik biasanya
luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility
study (survei lapangan, interpretasi dan analisis data, pembuatan model hingga pembuatan
laporan) diperlukan waktu sekitar satu tahun.
Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan
untuk eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai termperatur
sedang. Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya mempunyai temperatur
sedang, maka dengan pertimbangan ekonomi luas daerah yang diselidiki bisa lebih kecil dan
didaerah tersebut cukup hanya dilakukan satu jenis survey geofisika saja. Dengan demikian
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih
pendek, yaitu hanya beberapa bulan saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa untuk
daerah panasbumi dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan dikembangkan
justru memerlukan survey yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk menghindarkan terlalu
banyaknya kegagalan pemboran.

1. Survei Geologi Lanjut/Rinci


Survei geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi dan
stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.
Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah orang
yang terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya diperlukan sekitar
3-6 bulan.
Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar maupun
secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam kaitannya dengan
terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan luas daerah prospek dan
sumber panasnya.
1. Survei Geokimia Lanjut
Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper sama
dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus diambil dari semua
manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah sekitarnya untuk dianalisis
di tampat pengambilan sampel dan atau di laboratorium. Analisis geokimia tidak hanya
dilakukan pada fluida tau gas dari manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada daerah
lainnya untuk melihat kandungan gas dan unsure-unsur tertentu yang terkadanga dalam tanah
yang terbentuk karena aktivitas hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat manifestasi
permukaan, yaitu peta yang menunjukkan lokasi serta jenis semua manifestasi panas bumi di
daerah tersebut.
Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas permukaan
dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistem dan temperature reservoir, asal
sumber air, karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah permukaan.
Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang
munkin terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi tersebut
dimanfaatkan dikemudian hari.

1. Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih mahal.
Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang harus disurvei
geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan mengetahui
sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali yang dosebabkan
oleh sistem panas buminya dan lebih lanjut geometri prospek serta lokasi dan bentuk batuan
sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survei geofisika, yaitu :
1. Survei resistivity
2. Survei gravity
3. Survei magnetic
4. Survei Macro Earth Quake (MEQ)
5. Survei aliran panas
6. Survei Self Potential
Pemilihan jenis survei tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang akan
diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi data.
Survei geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity
Schlumberger, gravity dan magnetic karena perlatannya mudah didapat dan biayanya murah.
Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk disurvei lebih
detail dengan metoda yang lebih mahal yaitumagnetotelluric (MT) atau Control Source
Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman yang jauh lebih dalam
dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh metode Schlumberger yang hanya mampu
untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa ratus meter saja.
1. Survei Geografi
Selain survei geologi, geokimia, dan geofisika, pada tahap ini biasanya dilakuakn survei
geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai status lahan, distribusi
kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas listrik, air, kominaksi yang tersedia, jumlah dan
kepadatan penduduk.

1. Analisis dan Interpretasi Data


Dari hasil kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau model awal mengenai
sistem panasbumi di daerah yang diselidiki, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan target dan lokasi sumur eksplorasi serta membuat program pemboran.
Model system panasbumi harus mengikutsertakan karakteristik litologi, stratigrafi, hidrologi,
atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber panas dan temperatur dalam reservoir serta sistem
panas buminya. Model harus dibuat mulai dari permukaan hingga kedalaman 1 4 km. selain
itu dari pengkajian data dapat diperkirakan besarnya potensi sumber daya (resources),
cadangan (recoverable reserve), dan potensi listrik panas bumi di daerah yang diduga
mengandung panasbumi.

I. PEMBORAN EKSPLORASI
Apabila dari data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil
survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panasbumi
yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran sumur
eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji model system panasbumi yang
dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga
mengandung energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 5 sumur eksplorasi.
Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari data hasil
survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur eksplorasi umumnya
dibor hingga kedalaman 1000 3000 meter.
Menurut Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur panas
bumi lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio dari pemboran sumur panasbumi
umumnya 50 70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang dibor, ada 2 3 sumur
yang menghasilkan.
Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang
diinginkan, dilakukan pengujian sumur. Jenis jenis pengujian sumur yang dilakukan di
sumur panasbumi adalah:
Uji hilang air (water loss test)
Uji permeabilitas total (gross permeability test)
Uji panas (heating measurement)
Uji produksi (discharge/ output test)
Uji transien (transient test)
Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang lebih
persis mengenai :
1. Jenis dan sifat fluida produksi.
2. Kedalaman reservoir.
3. Jenis reservoir.
4. Temperatur reservoir.
5. Sifat batuan reservoir.
6. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala sumur.
7. Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah
perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah cukup
untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur
eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan tersebut
menarik untuk dikembangkan atau tidak.

I. STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)


Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas
bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk
diproduksikan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan data sumur.
Memperbaiki model sistem panas bumi.
Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi (recoverable reserve)
serta ppotensi listrik yang dapat dihasilkannya.
Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan kinerjanya.
Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensable gas serta
memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan scale.
Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik, untuk apa dan berapa banyak.
Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit listrik.
Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.
I. PERENCANAAN
Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut
menarik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka tahap
selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail.
Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara
rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan, sistem
pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini gambar teknik perlu
dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan valve,
perangkat pembuang kondensat dan lain-lain.

CEMENTING

Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding
lubang sumur, melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu opersai pemboran
(seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi dan untuk
memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain di belakang casing.

Umumnya, dibagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan utama) dan
Secondary Cementing (Penyemenan Kedua atau Penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah casing
diturunkan ke dalam sumur. Sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau memperbaiki penyemenan yang rusak.

Primary Cementing

Pada Primary Cementing, penyemenan casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi
oleh jenis casing yang akan disemen.

Penyemenan Conductor Casing bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi


fluida pemboran dengan formasi.

Penyemenan Surface Casing bertujuan untuk melindungi air tanah agar tidak tercemar
dari fluida pemboran, memperkuat dudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat
BOP (Blow Out Preventer), untuk menahan beban casing yang terdapat di bawahnya, dan untuk
mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui surface
casing.

Penyemenan Intermediate Casing bertujuan untuk menutup tekanan formasi abnormal


atau mengisolasi daerah lost circulation.

Penyemenan Production Casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar


formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan memasuki sumur, untuk
mengisolasi zona produktif yang akan diproduksikan fluida formasi (perforated completion),
dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh material-material
korosif.

Secondary Cementing

Apabila didapati kurang sempurnanya atau ada kerusakan pada primary cementing,
maka dilakukanlah secondary cementing. Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :

Squeeze Cementing

Pada tahap ini bertujuan untuk :

Mengurangi water-oil ratio, water- gas ratio atau gas-oil ratio.


Menutup formasi yang sudah tidak produktif lagi.

Menutup zona lost circulation.

Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.

Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan

Re cementing

Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk


memperluas perlindungan casing di atas top semen.

Plug Back cementing

Penyemenan ini bertujuan untuk :

Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well)

Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock, yang dikarenakan adanya


perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka akan mengakibatkan bit
berubah arahnya.

Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada open hole
completion.

KLASIFIKASI SEMEN

API mengklasifikasikan semen berdasarkan kelas, maksudnya guna mempermudah


pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan.

Pengklasifikasian semen ini didasarkan atas :

Kedalaman sumur

Tekanan dan temperatur dasar sumur

Kandungan yang terdapat pada fluida formasi (misalnya sulfat dll)

1. KELAS A

Digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, semen ini terdapat dalam tipe biasa
(ordinary type), mirip dengan semen ASTM (American Standart Testing Material) C-150 type
1
2. KELAS B

Digunakan pada kedalaman 0 sampai 6000 ft, tahan terhadap kandungan sulfat
menengah dan tinggi.

3. KELAS C

Digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, mempunyai sifat high-early strength
(proses pengerasan cepat). Semen ini tersedia dalam jenis moderat dan high sulfate resistant.

4. KELAS D

Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 12000 ft, untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi.

5. KELAS E

Digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 14000 ft, untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi.

6. KELAS F

Digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 14000 ft, untuk kondisi sumur yang
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Tersedia dalam jenis high sulfate resistent.

7. KELAS G

Digunakan pada kedalaman 0 ft sampai 8000 ft, merupakan semen dasar. Bila
ditambahkan retarder semen ini dapat digunakan untuk sumur yang dalam dan range
temperatur yang cukup besar.

8. KELAS H

Semen kelas ini digunakan dari kedalaman 0 ft sampai 8000 ft, ini juga merupakan
semen dasar. Apabila ditambahkan accelerator dan retarder dapat digunakan pada range
kedalaman dan temperatur yang besar.
SIFAT-SIFAT SEMEN

Densitas

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah berat bubuk
semen, air pencampur dan additif terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur dan
additif.

Dirumuskan sebagai berikut :

...................................................................................................................... (2.1)

dimana :

Dbs = densitas suspensi semen

Gbk = berat bubuk semen

Gw = berat air

Ga = berat additif

Vbk = volume bubuk semen

Vw = volume air

Va = volume additif

Thickening time dan viskositas

Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen untuk mencapai
konsistensi sebesar 100 Uc (Unit Of Consistency). Konsistensi sebesar 100Uc merupakan
batasan bagi suspensi semen masih dapat di pompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang
dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas.

Filtration loss

Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen ke dalam formasi
permeabel yang dilaluinya. Cairan ini sering disebut dengan filtrat. Apabila filtrat yang hilang
terlalu banyak maka akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Kejadian ini disebut
dengan flash set.
Water Cement Ratio (WCR)

Water Cement Ratio (WCR) adalah perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk
semen sewaktu suspensi semen dibuat. Jumlah air yang dicampur tidak boleh lebih atau kurang,
karena akan mempengaruhi baik-buruknya ikatan semen nantinya.

Waiting On Cement (WOC)

Waiting On Cement (WOC) atau waktu menunggu pengerasan suspensi semen adalah
waktu yang dihitung saat wipper plug diturunkan sampai kemudian plug dibor kembali untuk
operasi selanjutnya.

Permeabilitas

Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras dan hampir sama dengan
permeabilitas pada batuan formasi yang berarti sebagai kemampuan untuk mengalirkan fluida.

...................................................................................................................... (2.2)

dimana :

k = permeabilitas, md

Q = laju alir, ml/s

= viscositas air, cp

L = panjang sampel, cm

A = luas permukaan sampel, cm2

P = perbedaan tekanan, psi

Compresive Strength dan Shear Strength

Compresive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-


tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing, sedangkan Shear Strength didefinisikan
sebagai kekuatan semen dalam menahan berat casing.
ADDITIF YANG DIGUNAKAN DALAM SUSPENSI SEMEN

Accelerator

Additif yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan suspensi semen. Selain
itu dapat juga mempercepat naiknya strength semen dan mengimbangi additif lain, agar tidak
tertunda poses pengerasan suspensi semennya. Contohnya : kalsium klorida, sodium klorida,
gipsum, sodium silikat, dan air laut.

Retarder

Adalah additif yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi semen, sehingga
suspensi semen mempunyai zat waktu yang cukup untuk mencapai kedalaman target yang
diinginkan. Contohnya : lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik dan CMHEC
(Carboxymethyl Hydroxymethyl Cellulose)

Extender

Additif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi semen, yang berhubungan
dengan mengurangi densitas suspensi semen tersebut. Contohnya : bentonite, attapulgite,
sodium silikat, pozzolan, perlite dan gilsonite.

Weighting Agents

Adalah additif yang berfungsi menaikkan densitas semen, biasanya digunakan pada
sumur-sumur yang mempunyai tekanan formasi yang tinggi. Contohnya : hematite,ilmenite,
barite dan pasir.

Dispersant

Dispersant merupakan additif yang dapat mengurangi viscositas suspensi semen.


Additif-additif yang termasuk dalam dispersant antara lain : polymelamine sulfonate,
polynapthatalena sulfonate

Fluid-Loss Control Agents

Merupakan additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa liquid semen kedalam formasi, sehingga
terjaga kandungan cairan pada suspensi semen. Additif yang termasuk kedalam fluid-
loss Lost Circulation Control Agents
Lost Circulation Control Agents merupakan additif-additif yang mengontrol hilangnya suspensi semen
ke dalam formasi yang lemah atau bergua (rekahan). Additif yang termasuk kedalam
lost Specially Additives

Ada bermacam-macam additif lainnya yang dikelompokkan sebagai specially


additives, diantaranya silika, mud kill, radioactive tracers, fibers, antifoam agents dan lainnya.

PERALATAN PENYEMENAN

Pumping Unit

Suatu pompa yang dilengkapi dengan beberapa peralatan :

Displacement tank, adalah tangki untuk menampung cairan pendorong (lumpur) yang
dilengkapi dengan ukuran.

Pressure recorder, adalah alat untuk mencatat tekanan pemompaan.

Alat pengaduk semen dengan air (mixing water).

Densometer, adalah alat pengukur berat jenis bubur semen.

Silo

Ada dua macam silo :

Pneumatic silo, tempat penampung semen kering yang bekerja dengan tekanan.

Gravity silo, adalah tempat penampung semen yang bekerja dengan berat semen itu sendiri.

Cuting Bottle

Tempat menampung semen kering dari sak semen sebelum dipindah ke silo dengan sistem
ditekan menggunakan air compressor.

Air Compressor

Guna memberikan tekanan untuk memindahkan semen kering dari cutting bottle ke silo atau
ke tempat pengadukan.

Mixing Tank

Tangki tempat mengaduk air dengan additive semen atau mengaduk bubur semen.

Pitt Tank
Tangki yang dilengkapi dengan blender untuk mengaduk semen kering.

Centrifugal Pump

Pompa kecil yang digunakan untuk memindahkan air pengaduk atau bubur semen ke pompa
besar, sebelum di pompakan ke sumur.

Cementing Head

Cementing head dipasang di selubung sebagai tempat plug, sebelum didorong ke selubung.

METODE DALAM PENYEMENAN

Teknik penyemenan selubung

Tujuan :

Melindungi selubung dari korosi

Memisahkan antara lapian-lapisan yang berbeda tekanan dan kandungan.

Memberi kekuatan pada konstruksi sumur.

Mencegah adanya under ground blow out pada waktu pemboran trayek selanjutnya.

Penyemenan selubung dapat dilakukan dengan beberapa sistem tergantung dari kondisi
formasi dan kedalaman yang akan di semen.

Penyemenan dengan menggunakan stinger

Biasanya dilakukan untuk penyemenan selubung conductor yang berdiameter besar (20,
133/8) dan di set tidak terlalu dalam.

Peralatannya : Duplex shoe, stinger, pipa bor, centralizer.

Langkah-langkahnya :

Masuk selubung sampai kedalaman yang diinginkan dilengkapi dengan duplex shoe dan
centralizer.

Masuk pipa bor dengan ujung stinger, dudukkan stinger di duplex shoe.

Sirkulasi kondisikan lumpur.

Pompakan bubur semen (cement slurry).


Dorong bubur semen (volume pendorongan sesuai dengan volume pipa bor yang dipakai).

Bebaskan stinger, cabut rangkaian pipa bor.

Tunggu semen keras (TSK)

Penyemenan satu tahap

Dilakukan apabila tekanan formasi cukup kuat untuk menahan tekanan hidrostatik bubur semen
yang akan dipompakan di annulus.

Peralatan : float shoe, centralizer, top plug, bottom plug.

Langkah-langkahnya :

Masuk selubung sampai kedalaman yang dikehendaki dilengkapi dengan float shoe, float
collar, centralizer.

Sirkulasi di dasar (break sirkulasi pada kedalaman-kedalaman tertentu).

Jatuhkan bottom plug.

Pompakan bubur semen dengan lumpur (volume pendorongan sama dengan volume
selubung sampai float collar).

Tunggu semen keras (TSK).

Penyemenan dua tahap

Peralatan : float hoe, float collar, E.C.P, DSCC, centralizer, flexible plug.

Langkah-langkahnya :

Masuk selubung dilengkapi dengan FS, FC, ECP, DSCC, centralizer sampai kedalaman
yang dikehendaki.

Sirkulasi kondisi lumpur.

Pompakan bubur semen porsi pertama didahului dengan cairan pendahulu.

Jatuhkan flexible plug.

Dorong semen dengan lumpur (volume lumpur pendorong sama dengan isi selubung
sampai dengan float collar).

Jatuhkan trip plug buka DSCC, sirkulasi buang kontaminasi semen.


TSK tahap pertama.

Pompakan bubur semen porsi kedua didahului dengan air pendahulu.

Jatuhkan shut off plug.

Dorong bubur semen dengan lumpur (volume lumpur pendorong sama dengan isi selubung
sampai DSCC) tutup DSCC.

Tunggu semen keras (TSK).

Penyemenan liner

Pada penyemenan liner peralatan yang diperlukan agak berbeda dengan penyemenan selubung,
karena untuk penyemenan liner diperlukan alat penggantung liner pada selubung sebelumnya

Langkah-langkahnya :

Masuk liner dilengkapi dengan liner hanger/liner packer sampai 5 m dari TD.

Sirkulasi kondisi lumpur.

Sekatkan liner hanger.

Bebaskan setting tool dari liner hanger.

Pompakan bubur semen.

Jatuhkan pump dow plug.

Dorong semen dengan lumpur (vol. dorong = vol. DP + vol. liner sampai LC).

Sekatkan liner packer.

Cabut setting tool (sebelum cabut sirkulasi balik bersihkan kontaminasi semen).

Penyemenan desak

Penyemenan desak dilakukan untuk beberapa keperluan, antara lain untuk menutup lapisan
yang tidak produktif lagi atau perbaikan ikatan semen dibelakang selubung.

Beberapa cara penyemenan desak :


Penyemanan desak dengan penyekat

Cara kerja :

Masuk tubing dilengkapi penyekat dengan pipa ekor satu / dua batang tubing, gantung
tubing 5 10 m di atas pelubangan yang akan disemen.

Sekatkan penyekat, lakukan uji alir ( injection rate ).

Bebaskan penyekat, aduk dan pompakan bubur semen sesuai dengan volume yang didapat
dari uji alir.

Dorong bubur semen, setelah semen sampai ujung rangkaian, sekatkan penyekat desak
semen ke pelubangan sampai tekanan maksimum yang diinginkan.

Bebaskan tekanan dan bebaskan penyekat.

Cabut rangkaian dan gantung kurang lebih 20 - 30 m di atas pelubangan.

Sirkulasi balik buang kontaminasi semen.

Cabut habis rangkaian penyemenan.

Tunggu semen keras.

2.7.3.2 Penyemenan desak dengan tubing ujung terbuka

Cara kerja :

Masuk tubing ujung terbuka gantung di depan pelubangan yang akan di tutup.

Sirkulasi, lakukan uji alir dengan tutup PSL.

Aduk dan pompakan bubur semen.

Dorong semen dengan lumpur sampai bubur semen ke formasi yang di tutup, sampai di
dapat tekanan maksimum yang diinginkan.

Bebaskan tekanan, cabut tubing.

Tunggu semen keras.

Penyemenan desak dengan menggunakan cement retainer (CR)

Pada prinsipnya sama dengan penyemenan desak menggunaan packer hanya bedanya CR harus
diset dahulu dan rangkaian penyemenan dilengkapi dengan stinger.
Cara kerja :

Sekatkan CR pada kedalaman di atas pelubangan yang akan di tutup.

Masuk tubing dilengkapi dengan stinger, gantung di atas CR (12 m).

Sirkulasi kondisi lumpur.

Aduk dan pompakan bubur semen.

Dorong bubur semen sampai ujung stinger.

Dudukkan stinger, desak semen ke pelubangan sampai tekanan maksimum.

Bebaskan stinger, sirkulasi balik buang sisa kontaminasi semen.

Cabut habis tubing.

Tunggu semen keras.

Penyemenan sumbat

Tujuannya adalah menempatkan sejumlah bubur semen untuk memisahkan lapisan yang sudah
tidak produktif lagi dengan lapisan yang akan diproduksikan, atau untuk meninggalkan sumur
karena sumur sudah tidak ekonomis.

Cara kerja :

Masuk tubing ujung terbuka sampai kedalaman sumbat akan ditempatkan.

Sirkulasi kondisi lumpur.

Aduk dan pompakan bubur semen.

Dorong bubur semen.

Cabut dan gantung tubing di atas bubur semen.

Sirkulasi balik buang sisa kontaminasi semen.

Cabut habis tubing.

Tunggu semen keras.


DASAR PERHITUNGAN CEMENT SLURRY

Untuk mendapatkan hasil penyemenan yang baik hanya tergantung dari


teknik/peralatan yang dapat bekerja dengan baik, akan tetapi harus dilakukan perhitungan
perencanaan penyemenan. Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Perhitungan kapasitas dan volume cement slurry.

Kapasitas/luas suatu ruang yang akan di semen dan volume annulus harus diketahui,
jumlah volume annulus yang akan disemen sama dengan jumlah volume cement slurry yang
dibutuhkan. Volume bubur semen dapat di hitung dengan persamaan :

Volume casing

.................................................................................................................................. (2.3)

Volume annulus

(2.4)
Dimana :

ID = inside diameter previous casing, inch

OD = outside diameter casing, inch

1029.4 = konversi dalam satuan volume, bbl

V = volume cement slurry, bbl

Depth = kedalaman/ft

Perhitungan yield dan jumlah semen

Jumlah sak semen dapat didefinisikan sebagai jumlah sak semen yang dibutuhkan
dalam suatu proses penyemenan. Jumlah sak semen berbeda-beda pada tiap-tiap suspensi,
tergantung dari yield semen yang diinginkan. Berat semen dalam satu sak umumnya adalah 94
lb. Sehingga jumlah sak semen dan yield semen dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut
:

(2.5)

...................................................................................................................... (2.6)
dimana
7.481 = konversi satuan dari gallon volume menjadi cuft volume

Perhitungan mixing water.

Mixing water adalah jumlah air yang dibutuhkan campuran semen dan additive untuk
menjadi cement slurry. Perhitungan mixing water ditentukan dengan persamaan

Mixing water = total sak semen x mix water ............................................... (2.7)

Perhitungan volume displacement


Volume displacement merupakan volume fluida pendorong yang dibutuhkan untuk
mendorong suspensi semen dari dalam casing agar keluar ke annulus. Besarnya displacement
volume merupakan volume casing dari permukaan sampai collar. Volume displacement
ditentukan dengan persamaan

Displacement volume = Ccasing x Hcollar......................................................... (2.8)

Dimana :
C = kapasitas casing, bbl

H = kedalaman, ft

CEMENTING

Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran (mixing) dan

pendesakan (displacement) bubur semen (slurry) melalui casing sehingga mengalir ke atas

melewati annulus di belakang casing sehingga casing terikat ke formasi . Pada umumnya

penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing pada dinding lubang bor, melindungi casing

dari masalah-masalah mekanis sewaktu pemboran berlangsung (seperti torsi yang tinggi dan

lain-lain), melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosif dan untuk memisahkan

zona yang lain di belakang casing. Penyemenan merupakan faktor yang paling penting dalam
operasi pemboran sehingga dapat mereduksi kemungkinan-kemungkinan permasalahan secara

mekanis sewaktu melakukan pemboran pada trayek selanjutnya.

Menurut alasan dan tujuannya,penyemenan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Primary

cementing (penyemenan utama) dan secondary cementing (penyemenan yang kedua atau

perbaikan). Primary cementing adalah adalah proses penyemanan yang dilakukan pertama kali

setelah casing di turunkan ke dalam lubang bor. Sedangkan secondary cementing adalah

penyemenan yang dilakukan dikarenakan tidak sempurnanya penyemenan pertama (gagal).

Macam-Macam Sistem Primary Cementing

Terdapat beberapa sistem dalam penyemenan utama, dan itu semua tegantung dari

kondisi dan jenis casing yang akan disemen.

3.2.1 Penyemenan Poor Boy

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Tubing sebagai pengantar Cement Slurry

kedalam lubang sumur, biasanya dipakai untuk penyemenan Stove Pipe dan Conductor Casing

.Pada Stove Pipe dengan memasang Pipa Tubing pada annulus lubang yang pertama dibor

dengan Stove Pipe, sedangkan untuk Conductor Casing dengan memasukkan Pipa Tubing

kedalam Casing dan digantung dengan Cementing Head.

3.2.2. Penyemenan Dengan Stinger

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Stinger dan Drill Pipe (DP),

sedangkan Shoe yang dipakai adalah Duplex Shoe. Biasanya dipakai untuk penyemanan

Conductor Casing karena Casing ini memiliki ukuran diameter besar sehingga dengan system

ini diperlukan volume displace sedikit ( sepanjang DP) dan waktunya lebih cepat
3.2.3 Penyemenan Perkins

Yaitu penyemenan dengan menggunakan Bottom dan Top Plug,pada ujung Casing dipasang

Float Shoe dan Float Collar, sedangkan pada puncak Casing dipasang Plug

Container/Cementing Head. Biasanya untuk penyemanan Surface,Intermediate dan

Production Casing.

3.2.4 Penyemenan Multi Stage

Yaitu penyemenan Casing dalam satu trayek dilakukan lebih dari satu kali dengan

cara bertahap/bertingkat, menggunakan peralatan khusus yaitu DSCC, Plugs khusus, dan Float

Collar khusus. Pertimbangan dilakukan penyemenan Multi Stage adalah Casing yang disemen

panjang dan atau adanya zona loss pada lubang sumur tersebut. Biasanya untuk

penyemenan Intermediate dan Production Casing.

3.3 Fungsi Semen

Penyemenan adalah proses pendorongan bubur semen ke dalam casing dan naik ke

annulus yang kemudian didiamkan sampai semen tersebut mengeras hingga mempunyai sifat

melekat baik terhadap casing maupiun formasi.

Secara lebih spesifik, fungsi penyemenan dalam suatu pemboran adalah :

Melindungi casing / liner dari tekanan yang dating dari bagian luar casing yang dapat

menimbulkan collapse (mengkerut)

Mencegah adanya migrasi fluida yang tidak diinginkan dari satu formasi ke formasi yang lain.

Melindungi casing dari fluida yang bersifat korosif


Untuk memenuhi Fungsi-fungsi tersebut di atas, maka semen pemboran harus memenuhi

beberapa syarat :

Semen setelah ditempatkan harus mempunyai kekuatan atau strength yang cukup besar dalam

waktu tertentu

Semen harus memberikan daya ikat casing dengan formasi yang cukup baik.

Semen tidak boleh terkontaminasi dengan fluida formasi ataupun dengan fluida pendorong

Semen harus impermeable (permeabilitas harus nol)

3.4 Komposisi Kimia Pembuatan Semen

Semen yang digunakan dalam industry perminyakan adalah semen Portland, kemudian

dikembangkan oleh joseph aspdin tahun 1824. Disebut Portland karena asal mula bahannya

berasal dari pulau Portland Inggris. Semen ini termasuk semen hidrolis dalam arti akan

mengeras apabila bertemu atau bercampur dengan air. Semen Portland mempunyai 4

komponen mineral utama, yaitu :

Tricalcium silicate (3CaO SiO2 )

Dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2 da merupakan

komponen terbanyak dalam Portland semen, sekitar 40-45% untuk semen yang lambat proses

pengerasannya, dan 60-65% untuk semen yang cepat proses pengerasannya. Komposisi ini

memberikan strength yang terbesar pada awal pengerasan.


Dicalcium Silicate (2CaO SiO2)

Dinotasikan sebagai C2S yang juga dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2, memberi

pengaruh terhadap strength semen akhir. C2S menghidrasi sangat lambat sehingga tidak

berpengaruh dengan setting time semen, tetapi sangat berpengaruh dalam kekuatan semen

lanjut dan kadarnya tidak lebih dari 20%.

Tricalcium Aluminate (3CaO Al2 O3 )

Dinotasikan sebagai C3A yang terbentuk dari reaksi CaO dan AL2O3 kadarnya 15% untuk high

early Strength dan 3% untuk terhadap kandungan sulfate, namun berpengaruh terhadap

rheologi suspense dan membantu proses pengerasan awal semen.

Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO AL2O3 Fe2o3)

Dinotasikan sebagai C3AF yang terbentuk dari reaksi CaO2Al2O3 dan Fe2O3. Kadarnya tidak

boleh lebih dari 24% untuk semen yang tahan terhadap kandungan sulfate tinggi. Penambahan

oksida besi yang berlebihan akan menaikan kadar C4AF dan menurunkan kadar C3A dan

menurunkan panas hasil reaksi /hidrasi C2S dan C3S.

3.5 Klasifikasi Semen

API telah melakukan pengklasifikasian semen kedalam beberapa kelas guna

mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan, pengklasifikasian

ini berdasarkan pada kondisi sumur, temperature, tekanan dan kandungan yang terdapat pada

fluida formasi.

Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari:

Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (permukaan) sampai 6.000 ft. semen ini

terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan semen ASTM C-150 tipe I.

Kelas B

Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan tersedia dalam jenis yang

tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate dan high sulfate resistant)

Kelas C

Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6.000 ft, dan mempunyai sifat high-early

strength (proses pengerasannya cepat) semen ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfate

resistant.

Kelas D

Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 12.000 ft, dan untuk kondisi

sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis

moderate dan high sulfate resistant

Kelas E

Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6.000 ft sampai 14.000 ft, dan untuk kondisi

sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis

moderate dan high sulfate resistant


Kelas F

Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 10.000 ft sampai 16.000 ft, dan untuk kondisi

sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi. Semen ini tersedia dalam jenis high

sulfate resistant.

Kelas G

Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8.000 ft, dan merupakan semen dasar. Bila

ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai untuk sumur

SISTEM PENGANGKATAN

Sistem pengangkatan (hoisting system) merupakan salah satu komponen peralatan pemboran,
yang berfungsi untuk memberikan ruang kerja yang cukup untuk pengangkatan dan
penurunan drill string dan casing kedalam lubang bor selama operasi pemboran berlangsung.

Sistem pengangkatan memegang peranan penting mengingat bahwa sistem ini adalah sistem
yang mendapat atau mengalami beban yang paling besar, baik beban secara vertikal maupun
beban horizontal. Beban vertikal berasal dari beban menara, drillstring (drill pipe dan drill
collar), casing string, tegangan dead line, tegangan dari fast line serta tegangan dari block-
block. Sedangkan beban horizontal berasal dari tiupan angin serta drill pipe yang disandarkan
pada menara. Beban yang disebabkan oleh tiupan angin ini sangat mempengaruhi beban
sistem pengangkatan pada saat pemboran berlangsung dilepas pantai (off shore), seperti
dilapangan laut utara dimana kecepatan angin sangat besar sekali.

Sistem pengangkatan ini terdiri dari dua sub komponen utama, yaitu struktur penyangga
(supporting structure) yang dikenal dengan nama rig dan peralatan pengangkatan
(hosting equipment).

1.Struktur Penyangga(SupportingStructure)
Struktur pengangga (rig) adalah konstruksi menara kerangka baja yang ditempatkan diatas
titik bor, berfungsi untuk menyangga perlatan pemboran. Struktur penyangga terdiri dari
substructure, lantai bor (floor) dan menara pemboran (drilling tower) yang ditempatkan
diatas struktur dan lantai bor.

1.a. Substructure
Substructure adalah konstruksi kerangka baja sebagai platform yang dipasang langsung diatas
titik bor. Substructure memberikan ruang kerja bagi peralatan dan pekerja diatas dan dibawah
lantai bor. Tinggi substructure ditentukan oleh jenis rig dan ketinggian blow out preventer
stock. Substructure mampu menahan beban yang sangat besar yang ditimbulkan oleh derrick
atau mast, peralatan pengangkatan meja putar, rangkaian pipa bor (drill pipe, drill collar dan
sebagainya) dan beban casing.

Substructure

1.b. Lantai Bor (Rig)


Lantai bor merupakan bagian penting dalam perhitungan kedalaman sumur, karena titik nol
pemboran dimulai dari lantai bor. Lantai bor berada diatas substructure dan berfungsi untuk
:

Menampung peralatan-perlatan pemboran yang kecil-kecil.


Tempat berdirinya menara.
Mendudukan drawwork.
Tempat driller dan rotary helper (roughneck).

Susunan lantai bor terdiri dari :

Rotary table : Memutar rangkaian pipa bor (drill pipe, drill collar, bit).
Rotary drive : Meneruskan (memindahkan) daya dari drawwork ke meja putar
(rotary table).
Drawwork : Merupakan hoisting mechanism pada rotary drilling rig.
Drillers console : Merupakan pusat instrumentasi dari rotary drilling rig.
Make-up and break-out tongs : Kunci-kunci besar yang digunakan untuk
menyambung atau melepas bagian-bagian drill pipe dan drill collar.
Mouse hole : Lubang dekat rotary table pada lantai bor, dimana drill pipe
ditempatkan pada saat dilakukan penyambungan dengan kelly dan rangkaian pipa bor.
Rat hole : Lubang dekat kaki menara pada lantai bor dimana kelly ditempatkan pada
saat berlangsung cabut pasang pipa (round trip).
Dog house : Merupakan rumah kecil yang digunakan sebagai ruang kerja driller dan
penyimpanan alat-alat kecil lainnya.
Pipe ramp : Merupakan jembatan penghubung antara catwalk dengan rig floor,
berfungsi sebagai lintasan pipa bor yang ditarik ke lantai bor.
Cat walk : Merupakan jembatan penghubung antara pipe rack dengan pipe ram,
berfungsi untuk menyiapkan pipa yang akan ditarik ke lantai bor lewat pipe ramp.
Hydraulic catheat : Digunakan untuk menyambung dan melepas sambungan jika
dipasang drill pipe yang besar atau drill collar akan ditambahkan atau dikurangkan
dari drill string pada saat perjalanan masuk atau keluar dari sumur bor.

1.c. Menara Pemboran (Drilling Tower)


Fungsi utama menara pemboran adalah untuk mendapatkan ruang vertikal yang cukup untuk
menaikkan dan menurunkan rangkaian pipa bor dan casing ke dalam lubang bor selama
operasi pemboran berlangsung. Oleh karena itu tinggi dan kekuatannya harus disesuaikan
dengan keperluan pemboran.
Menara ini jika dilihat dari keempat sisinya akan memiliki konstruksi yang berbeda. Sisi
dimana drawwork berada selalu berlawanan dengan pipe ramp maupun pipe rack.
L.C.Moore, Ideco Worl Field, National Card Well, mengemukakan bahwa ada dua tipe
menara, yang pertama adalah Tipe standart (derrick) dan berikutnya adalah Tipe portable
(mast).

Bagian-bagian menara yang penting :

Gine pole : Merupakan tiang berkaki dua atau tiga yang berada di puncak menara,
berfungsi untuk memberikan pertolongan pada saat menaikkan dan memasang crown
block (gine pole hanya dipasang menara tipe standard).
Water table : Merupakan lantai di puncak menara yang berfungsi untuk mengetahui
bahwa menara sudah berdiri tegak.
Cross bracing : Berfungsi untuk menguatkan menara, ada yang berbentuk k dan x.
Tiang menara : Merupakan empat tiang yang berbentuk menara, berbentuk segi tiga
sama kaki, berfungsi sebagai penahan terhadap semua beban vertikal dibawah menara
dan beban horizontal (pengaruh angin dsb).
Girt : Merupakan sabuk menara, berfungsi sebagai penguat menara.
Monkey board : Tempat kerja bagi para derrickman pada waktu cabut atau
menurunkan rangkaian pipa bor. Serta tempat menyandarkan bagian rangkaian pipa
bor yang kebetulan sedang tidak digunakan (pada saat dilakukan cabut pipa). Monkey
board terletak di tengah-tengah ketinggian menara pemboran, crew yang bekerja di
monkey board disebut monkey man.

Monkey Board
1.c.1. Menara Tipe Standart (Derrick)
Jenis menara ini tidak dapat didirikan dalam satu unit, tetapi sistem pendiriannya disambung
satu-persatu (bagian-bagian). Demikian jika dipindah harus melepas dan memasang bagian-
bagian tersebut, kecuali untuk jarak yang tidak terlalu jauh dapat digeserkan. Menara jenis ini
banyak digunakan untuk pemboran dalam, dimana membutuhkan lantai yang luas untuk
tempat pipa, pemboran ditengah-tengah kota, daerah pegunungan dan pemboran di lepas
pantai dimana tidak tersedia cukup ruang untuk mendirikan satu unit penuh.

1.c.2. Menara Tipe Portable (Mast)


Jenis menara ini posisi berdirinya dapat vertikal atau hampir vertikal, terdiri dari bagian yang
dikaitkan satu sama lain dengan las atau sekrup (biasanya terdiri dari dua tingkat), tipe
menara ini dapat didirikan sebagai unit menara penuh, menara ditahan oleh teleskoping dan
diperkuat oleh tali-tali yang ditambatkan secara tersebar. Tipe menara ini jika dibandingkan
dengan menara standart mempunyai kelebihan, karena lebih murah, mudah dan cepat untuk
mendirikannya, serta biaya transportnya murah, tetapi penggunaannya terbatas pada
pemboran yang dangkal.

Mast (Portable Rig)


2. Peralatan Pengangkatan (Hoisting Equipment)
2.a. Drawwork

Drawwork

Drawwork merupkan otak dari suatu unit pemboran, karena melalui drawwork ini seorang
driller dapat melakukan dan mengatur operasi pemboran, sebenarnya drawwork merupakan
suatu sistem transmisi yang kompleks. Sebagai gambaran adalah seperti sistem transmisi
pada mobil (gear bock). Drawwork akan berputar bila dihubungkan dengan prime mover
(mesin penggerak). Drawwork terletak di belakang derrick atau juga berada di dekat meja
putar.
Konstruksi drawwork tergantung dari beban yang harus dilayani, biasanya didesain dengan
horse power (hp) dan kedalaman pemboran, dimana kedalaman disini harus disesuaikan
dengan ukuran drill pipenya. Fungsi utama drawwork adalah untuk :

1. Meneruskan tenaga dari prime mover (power system) ke rangkaian pipa bor selama
operasi pemboran berlangsung.
2. Meneruskan tenaga dari prime mover ke rotary drive.
3. Meneruskan tenaga dari prime mover ke catheads untuk menyambung atau melepas
bagian-bagian rangkaian pipa bor.

Komponen-komponen utama drawwork terdiri dari :

1. Revolling Drum : Merupakan suatu drum untuk menggulung kabel bor (drilling line).
2. Breaking System : Terdiri dari rem mekanis utama dan rem pembantu hidrolis atau
listrik, berfungsi untuk memperlambat atau menghentukan gerakan kabel bor.
3. Rotary Drive : Berfungsi untuk meneruskan tenaga dari drawwork ke meja putar.
4. Catheads : Berfungsi untuk mengangkat atau menarik beban-beban ringan pada rig
floor dan juga berfungsi untuk menyambung atau melepas sambungan pipa bor.
2.b. Overhead Tools
Overhead tools merupakan serangkaian peralatan yang menunjang operasi pemboran.
Overhead tools terdiri dari crown block, traveling block, hook, dan elevator.

Crown block : Merupakan kumpulan roda yang ditempatkan pada puncak menara (sebagai
block yang diam). Crown block berfungsi untuk melilitkan tali-tali pemboran, dan sebagai
katrol untuk membuat sistem pengangkat dapat bekerja.
Crown block berupa katrol-katrol pada puncak menara, yang dihubungkan pada travelling
block dengan menggunakan drilling line, untuk meringankan beban pengangkatan berbagai
peralatan pemboran. Travelling block merupakan susunan pul-pul dimana tali baja dililitkan,
hal ini memungkinkan travelling block berjalan naik turun di bawah crownblock dan diatas
rig floor.

Crown Block (sumber gambar atas : goldenman.win.mofcom.gov.cn)

Traveling block : Merupakan kumpulan roda yang digantung di bawah crown block, di atas
lantai bor yang berfungsi sebagai block yang bergerak naik-turun untuk mengangkat hook
block.

Travelling Block (Sumber insert : www.made-in.china.com


Hook : Berfungsi untuk menggantungkan swivel dan rangkaian pipa bor selama operasi
pemboran berlangsung. Hook terletak di bawah traveling block

Hook (sumber insert : img.directindustry.com)

Elevator : Merupakan klem (penjepit) yang ditempatkan (digantungkan) pada salah satu sisi
travelling block atau hook dengan elevator links. Elevator berfungsi untuk menjepit atau
memegang drill pipe dan drill collar bagian demi bagian sehingga dapat dimasukkan atau
dikeluarkan ke dan dari lubang bor.

Elevator

2.c. Drilling Line


Drilling line berada di dekat drawwork. Drilling line menghubungkan semua komponen dalam
sistem pengangkatan, karena tali ini dililitkan secara bergantian melalui crown block dan puli
travelling block, kemudian digulung pada revolving drum yang berputar. Selain itu ada juga
tali yang tidak bergerak yang ditambatkan pada substructure (dead line).
Drilling line sangat penting dalam operasi pemboran karena berfungsi untuk menahan atau
menarik beban yang diderita oleh hook. Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi
karena keausan maka dibuat cut off program. Cut of program ini dibuat berdasarkan kekuatan
kabel terhadap tarikan dan dinyatakan dengan ton line yang diderita kabel. Beban-beban berat
yang diderita oleh drilling cable terjadi pada saat :

Cabut dan masuk drill string (round trip).


Pemasangan casing (running casing).
Operasi pemancingan (fishing job).

Drilling Line

Susunan drilling line terdiri dari :

Reveed drilling line : Tali yang melewati roda-roda crown block dan roda-roda
travelling block.
Dead line : Tali tidak bergerak yang ditambatkan pada substructure (tali mati).
Dead line anchor : Biasanya ditempatkan berlawanan (berseberangan dengan
drawwork, diklem pada substructure).
Storage or supply : Biasanya ditempatkan pada jarak yang dekat dengan rig.

Peralatan-peralatan Lain
1. Sand Line
Sand Line

Fungsi dan letak sand line hampir sama seperti drilling line. Sand line menghubungkan
semua komponen dalam sistem pengangkatan, karena tali ini dililitkan secara bergantian
melalui crown block dan puli travelling block, kemudian digulung pada revolving drum yang
berputar. Selain itu ada juga tali yang tidak bergerak yang ditambatkan pada substructure
(dead line).

2. Tong

Tong
Tong merupakan kunci pas, untuk mengencangkan dan melonggarkan koneksi pada drill
string / untuk membuka dan menutup pada rangkaian pipa bor. Dalam kondisi standbye tong
harus berada di dekat lantai bor atau dog house.

3. Dog House

Dog House
Dog house berfungsi untuk memberikan tempat untuk para driller beristirahat pada waktu
istirahat atau jam makan siang. Dog house berada di atas rig floor. Dog house merupakan
rumah kecil yang digunakan sebagai ruang kerja driller dan penyimpanan alat-alat kecil
lainnya.

4. Cat Walk
Cat Walk
Cat walk merupakan wadah untuk meletakkan pipa-pipa pemboran sebelum diletakkan di
lereng pipa. Cat walk terletak di depan rig. Cat walk ini menghubungkan antara piperack dan
v-door/drill floor. Pipa diletakkan diatas cat walk kemudian disalurkan dengan menggunakan
trolleys.

5. V-Ramp

V-Ramp
V-ramp merupakan jembatan penghubung antara catwalk dan rig floor. berfungsi sebagai
lintasan drill pipe yang akan ditarik ke rig floor. V-ramp terletak berdekatan dengan cat walk.

6. Top Drive

Top Drive
Top Drive merupakan teknologi yang digunakan dalam pemboran khususnya dalam hoist dan
rotary system dengan menggunakan putaran dari motor dalam top drive, sehingga tidak perlu
menggunakan rotary table. Adanya lintasan khusus dari top drive untuk sistem pengangkatan.
Top drive terletak di bawah hhok dan berfungsi untuk memberikan tenaga angkat, putar dan
sebagai alat sirkulasi.

7. Link

Link
Link berfungsi sebagai pengait antara hook dengan elevator, dan berlokasi di dekat hook.
Ruang kerja link adalah hanya sebagai penggantung saja. Link dirangkai dengan elevator
seperti pada saat round trip.

Sistem Angkat (Hoisting System)


Sistem angkat (hoisting system) fungsi utamanya adalah memberikan ruang kerja yang cukup
bagi crew pengeboran dan untuk pengangkatan serta penurunan rangkaian pipa bor dan peralatan
lainnya. Sistem angkat ini sangat penting dalam kegiatan menyambung dan melepaskan rangkaian
pengeboran seperti bit, drill collar, drill pipe dan atau Kelly. Sistem angkat terdiri dari dua bagian
utama, yaitu :
1. Struktur pendukung (Supporting structure)
2. Peralatan Angkat (Hoisting equipment)

Sistem angkat (hoisting system)

1. Struktur pendukung (Supporting structure)


Supporting structure berfungsi untuk menyangga peralatan-peralatan pengeboran dan juga
memberi ruang yang cukup bagi operasi pengeboran. Supporting structure terdiri dari drilling tower
(derrick atau mast), substructure dan rig floor.

a. Drilling tower atau biasa disebut menara pengeboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

Conventional/standart derrick, menara ini tidak dapat didirikan dalam satu unit, akan tetapi
pendiriannya disambung bagian demi bagian. Banyak digunakan pada pengeboran sumur
lepas pantai. Untuk memindahkan derrick ini harus dilepas satu persatu bagian kemudian
dirangkai kembali di tempat tujuan.
Protable Skid Mast, Menara ini posisi berdirinya dari bagian satu dengan lainnya dilas
maupun discrup. Tipe ini dapat juga didirikan dengan cara ditahan oleh telescoping dan
diperkuat oleh talitali yang ditambatkan secara tersebar. Menara ini lebih murah, mudah
dan cepat dalam pendiriannya, transportasinya murah, tetapi dalam penggunaannya
terbatas pada pengeboran yang tidak terlalu dalam.
Mobile atau trailer mounted type mast, Tipe mast tercantum dalam standarter API 4D.
Menara pemboran onshore

Menara pemboran offshore

b. Substructure, adalah konstruksi dari kerangka baja sebagai platform yang terpasang di atas
lubang bor langsung. Substructure memberikan ruang kerja bagi pekerja dan peralatan dibawah/di
atas lantai bor.Tinggi substructure ditentukan berdasarkan tipe rig dan BOP stack. Substructure
mampu menahan beban yang sangat besar, yang berasal dari derrick atau mast, peralatan hoisting,
rotary table, drill string ( drill pipe, drill collar dll.) dan beban dari casing.
Substructure

c. Rig floor, memiliki fungsi utamanya adalah memberi tempat kerja bagi crew pengeboran dalam
melakukan operasi pengeboran. Pada rig floor terdapat : Rotary table, Mouse hole, Rat hole,
Kuncikuci tong, Slip, dll

Rig floor

2. Peralatan angkata (Hoisting Equipment).


Peralatan pengangkatan terdiri dari :

a. Drawwork

Drawwork merupakan peralatan yang sangat penting dalam sistem angkat, karena melalui
drawwork, seorang driller melakukan dan mengatur operasi pengeboran. Drawwork juga merupakan
rumah daripada gulungan drilling line.Drilling line ini digunakan untuk menaik turunkan peralatan
hoisting system ini. Drawwork memegang peran yang sangat penting karenanya sering kali
model/type drawwork dijadikan nama atau sebutan sebuah rig. Model drawwork dituliskan
berdasarkan nominal driling depth atau maksimum horsepower rating.

Contoh :

Drawwork National 1625, drilling depth ratingnya 16.000 sampai 25.000 ft

Drawwork National 610, drilling depth ratingnya 6.000 sampai 10.000 ft.

Drawwork Ideco H 1200 HP, maksimum Input HP ratingnya 1200 HP - 800 HP.

Drawwork

b. Overhead tools

Overhead tool merupakan rangkaian sekumpulan peralatan yang terdiri dari crown block,
traveling block, link, elevator dan deadline anchor.

Overhead tools
Crown Block dipasang di atas atau paling atas mast yang terbentuk daru pully-pully, tersambung
dengan travelling block melalui drilling line, untuk mengangkat beberapa peralatan pemboran.
Crown Block bekerja ketika drilling line ditarik atau diturunkan oleh drawwork.

Travelling block bergerak menyesuaikan crown block, bergerak naik turun untuk menangkat hook
block.

Link merupakan alat yang digunakan untuk menghubungkan antara travelling block dengan elevator.
Alat ini dipasang pada telinga travelling block dan elevator.

Elevator merupakan alat yang terhubung oleh link dan merupakan alat yang dipakai untuk
memindahkan pipa pengeboran. Elevator bekerja dengan mencengkeram pipa dan dikunci oleh
sistem penguncian pada elevator.

Deadline anchor merupakan alat yang dipakai untuk menambatkan drilling line.

c. Drilling line

Drilling line terdiri dari dead line, fast line, drilling line, dan supply. Drilling line digunakan untuk
menahan (menarik) beban pada hook. Drilling line terbuat dari baja dan merupakan kumpulan kawat
baja yang kecil dan diatur sedemikian rupa hingga merupakan suatu lilitan. Lilitan ini terdiri dari
enam kumpulan dan satubagian tengah yang disebut core dan terbuat dari berbagai macam bahan
seperti plastic dan textile.

Drilling line

Sistem Putar (Rotating System)


Fungsi utama dari sistem putar (rotating system) adalah untuk memberikan puataran pada
rangkaian pipa bor dan juga memberikan beratan pada pahat dalam mengebor suatu formasi. Putaran
bersumber dari putaran rotary table (apabila menggunakan Kelly) atau dari putaran motor pada top
drive. Besarnya putaran yang diinginkan biasanya disebut dengan Rotation Per Minutes(RPM).
Besarnya beban rangkaian pemboran akan memberikan beratan yang berguna untuk membantu mata
bor dalam pemecahan batuan pada saat operasi pengeboran berlangsung. Beban ini sering dinamakan
denga Weight On Bit(WOB). Dengan kombinasi RPM dan WOB yang tepat akan menghasilkan
kecepatan pengeboran yang optimum (Rate of Penetration optimum).
Sistem putar (rotating system)

Komponen utama dari sistem angkat (rotating system) antara lain :

1. Swivel
2. Peralatan putar (Rotating Equipment)
3. Rangkaian pengeboran (Drill Stem)
4. Mata bor (Bit)
Susunan dari komponen sistem angkat (rotating system) dapat dilihat pada gambar diatas.

1. Swivel
Alat ini terpasang pada ujung teratas rangkaian pipa bor dan terhubung langsung dengan sistem
angkat (hoisting system) dan juga sistem sirkulasi (circulating system). Alat ini memiliki beberapa
fungsi penting, antara lain :

Memberikan kebebasan kepada rangkaian pipa bor untuk berputar.


Sebagai penghubung antara rotary hose dengan kelly sehinggamemungkinkan lumpur bor
untuk sirkulasi tanpa mengalami kebocoran.
Menghubungkan drill stem ke sistem pengangkat.Swivel dikaitkan ke hook dan travelling block
melalui swivel bail. Swivel harus mampu menahan beban berat drill stem selama operasi
pengeboran dan ditambah beban tarikan (over pull) bila drill stem terjepit dan lain-lain.
Memungkinkan sistem putar (rotary system) memutar batang bor (drill stem). Body/Housing
swivel tidak berputar tetapi menahan swivel stem yang berhubungan dengan kelly dan drill
stem dibawahnya. Badan swivel memiliki unit-unit (bearing) yang menahan dan mengatur
gerakan swivel, dihubungkan dengan kelly dan drill stem yang diputar oleh meja putar 35
200 RPM.
Mengalirkanlumpur bor tekanan tinggi ke drill stem tanpa kebocoran. Lumpur yang
bertekanan dari rotary hose, melewati swivel goose neck, wash pipe asembly dan swivel stem
lalu masuk ke kelly dan drill stem dibawahnya.
Swivel

Bagian-bagian dari swivel ini terdiri dari :bail, gooseneck, washpipe assembly, bonnet, housing,
rotating swivel stem dan pin. Pada Top drive, swivel terpasang menjadi satu dengan top drivenya.
Swivel ini dapat dilihat pada gambar diatas.

Swivel dibuat tahan terhadap bahaya kikisan/erosi dari lumpur bor. Tahan terhadap kebocoran pada
tekanan sirkulasi yang mencapai 4500 psi dan debit dapat mencapai 1000 GPM dengan putaran drill
stem mencapai 200 RPM atau lebih dan juga harus mampu menahan beban lebih dari 500 ton.

2. Peralatan putar (rotating equipment)


Peralatan-peralatan yang digunakan untuk memberikan putaran pada rangkaian pengeboran.
Putaran yang dihasilkan memiliki kekuatan yang sangat besar agar mampu memutar rangkaian
pengeboran yang panjang. Beberapa fungsi dari peralatan putar (rotating equipment) antara lain :

Memutar batang bor selama operasi-operasi pemboran.


Menahan dan menggantung batang bor atau pipa lainnya dengan slip-slip atau melepas pipa
dari rangkaian pipa bor putar (rotary slip) sewaktu menambah atau melepas pipa dari
rangkaian pipa bor.

Peralatan putar (rotating equipment) terdiri dari : Rotary table, Master Bushing, Kelly bushing,
Rotary slips, Insert bowl/slip bowl, Make up dan break out tong, Kelly spiner.
a. Rotary table (meja putar), dipasang diatas lantai bor di dalamnya terdapat master bushing. Pada
master bushing terdapat box yang dimasuki oleh pin dari kelly bushing. Sehingga bila rotary table
berputar, master bushing berputar, dan kelly bushing akan berputar. Gambaran rotary table, dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Rotary table

Alat ini dipasang pada lantai bor dan posisi tegak lurus dengan traveling block. Bagian tengah dari
rotary table terdapat lubang, dan master bushing dipasang di dalamnya. Rotary table harus
dibersihkan dari lumpur yang tercecer, agar operator lantai bor tidak terpeleset pada waktu bekerja
di lantai bor. Pembersihannya dilakukan dengan semprotan air. Ukuran dan kapasitas beban rotary
table berkisar antara 100 sampai 600 ton. Kecepatan putaran pengeboran berkisar antara 35 sampai
200 putaran permenit searah jarum jam. Kecepatan diatur oleh Driller, tergantung pada tipe mata bor
yang dipakai dan lapisan yang ditembus. Sistem penyaluran tenaga ke meja putar melalui dua cara
yaitu :

- Melalui rantai penggerak ke Drawwork, meja pemutar digerakkan dengan sistem transmisi rantai,
yang digerakkan oleh gigi gear (sprocket) di drawwork. Dapat dilihat pada gambar dibawah.

Rotary table dengan penggerak drawwork

-Hubungan langsung dengan penggerak mula (prime mover independent drive). Dapat dilihat pada
Gambar dibawah.
Rotary table dengan penggerak primeover

b. Master bushing (bantalan utama) adalah alat yang dapat dilepasdan diganti dengan ukuran yang
sesuai dengan lubang pada meja pemutar dan kebutuhan operasi. Alat ini menjadi tempat kedudukan
salah satu dari dua alat-alat perlengkapan pemutar yaitu kelly bushing atau rotary slip. Kelly
dimasukkan melalui bantalan kelly, bantalan utama dan meja putar. Kemudian tenaga putar (gerakan
berputar) diteruskan dari meja pemutar ke kelly dan batang bor dibawahnya. Apabila slips pemutar
dimasukkan kedalam bantalan utama, akan dapat dipakai untuk menggantung batang bor pada saat
penambahan atau pengurangan bagian-bagian dari batang bor. Dapat menahan karena memiliki gigi-
gigi yang tajam dan bentuk yang tirus (dies). Rotary slips disisipkan kedalam bantalan utama sekeliling
batang bor sehingga batang bor tergantung bebas didalam sumur bor. Ada dua tipe dasar dari master
bushing (bantalan utama), yaitu : tipe utuh (solid) dan tipe dua bagian atau tipe terbelah (split).

Master bushing tipe solid

Master bushing tipe split

c. Kelly bushing ini adalah alat yang dipasang masuk ke dalam master bushing untuk menyalurkan
gaya putar pada kelly dan batang bor sewaktu mengebor sumur bor (lubang). Lubang pada kelly
bushing ini berbentuk sama dengan bentuk kelly yang dipakai persegi, segitiga atau segi enam. Ada
dua tipe dasar dari bantalan-bantalan kelly :
- Pin Drive : Mempunyai empat pin yang dimasukkan kedalam bagian atas dari master bushing.

- Square Drive : Mempunyai penggerak tunggal berbentuk segi empat yang dimasukkan kedalam
master bushing.

Kelly bushing

d. Rotary slip adalah alat untuk menggantung rangkaian pengeboran pada rotary table disaat Kelly
dilepas, untuk menambah drillpipe yang baru. Rotary slip juga digunakan untuk menggantung
rangkaian pengeboran pada rotary table di saat mencabut rangkaian pengeboran dari lubang. Rotary
slip memegang tool joint drill pipe saat digantung pada rotary table. Dies dari rotary slip menggigit
tool joint drill pipe. Sebelum digunakan dies dari rotary hose harus dibersihkan dari pasir, dan
diperiksa kondisinya.

Rotary slip

e. Slip Bowl adalah bantalan pengisi dari logam yang diletakkan didalam master bushing untuk
mengatur atau menyesuaikan ukuran pipa dan slip yang dipakai yang berubah-ubah menurut
keperluannya.
Slip bowl

f. Safety clamp digunakan saat menahan drill collar, dimana drill collar yang tidak punya tool joint.
Untuk menahan/menggantungkan drill collar, rotary slip harus dibantu dengan safety clamp yang
dipasang di atasnya.

Safety clamp

g. Rotary tong adalah kunci-kunci besar yang digantung diatas lantai rig dekat meja putar, yang
dipasang pada bagian-bagian dari batang bor, baik untuk menyambung maupun melepas sambungan.
Kunci tersebut adalah break out tong atau lead tong dan make up tong atau back up tong.

Rotary tong

h. Kelly spinner di pasang pada bagian bawah dari swivel stem. Alat ini dipakai untuk menyambung
kelly dengan pipa bor secara cepat di dalam rat hole (lubang tempat menyimpan dan memasang atau
membongkar rangkaian pipa).
Kelly spinner

Bonus :

Top drive drilling system merupakan sistem pemboran dengan memutar drill stem mempergunakan
pemutar yang dipasang langsung dibawah swivel dan pemutar tersebut bergerak naik turun mengikuti
gerakan traveling block. Dengan sistem ini, kelly bushing dan kelly tidak diperlukan karena drill stem
diputar langsung dengan drilling motor assembly yang digantung di traveling block. Kontruksi dari top
drive ini terdiri dari:

a. standard rotary swivel

b. Drilling motor assembly

c. Guide dolly system assembly

d. Pipe handler assembly

Top drive

3. Rangkaian pengeboran (drill stem)


Merupakan serangkaian pipa yang saling tersambung mulai dari terhubung dengan swivel sampai
dengan mata bor. Adapun fungsi dari rangkaian pengeboran (drill stem) atau biasa disebut drillstring
antara lain :

- Menurunkan dan menaikkan mata bor.

- Memberikan beban pada mata bor untuk penembusan/pemecahan batuan.

- Menyalurkan dan meneruskan gaya putar ke mata bor.

- Menyalurkan lumpur bor (cairan pemboran) bertekanan tinggike mata bor.

Peralatan-peralatan yang termasuk rangkaianpengeboran (drill stem)terdiri dari : Kelly (pipa segi),
Upper kelly cock dan lower kelly cock, Kelly saver sub ( sambungan penghemat pipa segi ), Drill pipe,
Drill collar, Spesialized down hole tools.

a. Kelly, merupakan rangkaian pipa bor yang berbentuk irisan segiempat, segitiga, dan segienam. Kelly
ini dapat dimasukkan ke dalam Kelly bushing. Jika tidak dipergunakan, misal pada saat mencabut
string, maka Kelly dapat dimasukkan dalam rat-hole di lantai bor. Kelly merupakan bagian tunggal yang
paling panjang di antarabagian batang bor. Panjangnya total sekitar 40 ft, tapi ada juga yang 43, 46,
dan 54 ft. Kelly harus lebih panjang dari setiap satu single pipa bor (yang kira kira 30 ft panjangnya)
karena pada waktu penambahan joint (Batangan) pipa bor, kita harus menaikan pipa ini sampai
tingginya mencapai sebagian dari Kelly, di atas pemutar. Hal ini untuk menyediakan cukup tempat
untuk mengebor ke bawah pipa yang baru tersebut.

Kelly

b. Upper Kelly Cock Merupakan suatu valve yang dipasang antara swivel dan Kelly. Fungsi utamanya
(pada saat tertutup) adalah untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan dari lubang bor yang bertekanan
tinggi.

c. Lower Kelly Cock Adalah suatu keran yang terletak diantara kelly dan kelly saver sub, tugas
utamanya untuk menutup lubang dalam pipa agar tidak ada semburan dari dalam pipa bila ada
tekanan dari sumur atau dapat pula untuk menahan lumpur dari kelly sewaktu melaksanakan
penyambungan, sehingga terhindar lumpur tumpah tercecer.

d. Kelly saver sub ditempatkan diantara kelly dan drillstring, Sub ini digunakan untuk memperpanjang
umur kelly sehingga menghindari ulir bagian bawah cepat aus/rusak. Saver sub ini memberikan
sambungan antara pin end dari kelly dengan box end pada drillstring, sub ini dikorbankan agar cepat
rusak.
Perlengkapan kelly

e. Drillpipe, merupakan bagian rangkaian pipa bor yang terpanjang untuk mencapai kedalaman lubang
bor yang diinginkan. Fungsi utama drill pipe adalah untuk :

- Menghubungkan Kelly dengan drill collar dan mata bor di dasar lubang bor.

- Memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat menembus formasi yang lebih dalam.

- Memungkinkan naik-turunnya mata bor.

- Meneruskan putaran dari meja putar ke meja bor.

- Meneruskan aliran lumpur bor dari swivel ke mata bor.

Drill pipe

f. Heavy Weight Drill Pipe dikembangkan sejak tahun 1960, adalah merupakan pipa yang menyerupai
drill pipe, berdinding lebih tebal dan lebih berat. Fungsi HWDP adalah:

- Sebagai rangkaian transisi antara drill pipe dan drill collar.

- Sebagai pemberat yang fleksibel pada rangkaian pemboran berarah(directional drilling)


- Sebagai rangkaian pemberat pada rig kecil untuk mengebor lubangyang relatif kecil diameternya.

Heavy weight drill pipe

g. Drill Collar, berbentuk seperti DP, tetapi diameter dalamnya lebih kecil dan diameter luarnya sama
dengan diameter luar tool joint DP. Sehingga dinding DC lebih tebal dari pada DP. Drill Collar
ditempatkan pada rangkaian pipa bor bagian bawah di atas mata bor. Fungsi utama dari drill collar :

- Sebagai pemberat (Weight On Bit = WOB), sehingga rangkaian pipa bor dalam keadaan tetap tegang
pada saat pengeboran berlangsung, sehingga tidak terjadi pembelokan lubang.

- Membuat agar putaran rangkaian pipa bor stabil.

- Memperkuat bagian bawah dari rangkaian pipa bor agar mampu menahan puntiran.

Perbedaan antara Drill pipe dengan Drill collar : perbedaan pokoknya terletak pada ukuran, berat,
dan strength. Pada gambar terlihat drill collar tidak mempunyai tool joint, karena drill collar
dindingnya tebal sehingga ulir cukup dibuat pada dindingnya sendiri

Drill collar

h. Bottom Hole Assembly adalah peralatan pemboran yang termasuk perlengkapan khusus, yang
dipakai pada kondisi operasi pemboran tertentu.

- Bit Subs adalah alat penyambung antara pahat bor dengan alat diatasnya,dapat langsung dengan
Drill Collar,Near Bit Stabilizer, Down Hole Motor , Orienting Sub dan lain sebagainya. Ukuran dan jenis
thread disesuaikan dengan pahat disatusisi dan disesuaikan dengan peralatan diatasnya disisi lainnya.
Bit Subs selalu dipakai dalam operasi pemboran Vertikal maupun berarah.

- Pupjoints adalah pipa yang pendek, dipergunakan pada susunanrangkaian pemboran vertikal dan
berarah. Gunanya untuk memungkinkan penempatan stabilizer dan peralatan lain pada waktu akan
menambah / mengurangi sudut kemiringan lubang bor.

- Stabilizer meupakan alat penyambung diantara Drill Collarnamun tugasutamanya adalah : Membuat
rangkaian bor lebih kaku, sehingga lubang lurus ; Mengurangi bahayaDifferential Pressure Sticking ;
Dengan pengaturan jarak penempatan di sekitar pahat bor dan Drill Collarmaka sudut kemiringan
lubang bor dapat dinaikkan atau diturunkan untuk mencapai target tujuan pemboran ; Menghindari
lubang keyseat dan dogleg.
- Down Hole Motor adalah pemutar pahat bor yang berada sedekatmungkin dengan pahat bor,
sehingga rangkaian pemboran tidak perlu berputar selama mengebor kecuali pahat bor. Bekerjanya
alat ini karena ada aliran cairan pemboran; makin kuat aliran cairan pemboran akan menambah
kecepatan berputarnya pahat bor.

- Drilling jar adalah suatu alat yang dapat dipasang pada rangkaianpemboran, berfungsi untuk
memberikan pukulan keatas sewaktu terjadi jepitan pada rangkaian pemboran, dalam usaha untuk
melepaskan jepitan tersebut. Pada umumnya drilling jar dipasang diantara Drill Collar dan Drill pipe
karena pada umumnya bagian yang terjepit dari rangkaian pemboran ada Drill Collar dan Drill pipe,
sehingga Jar tidak ikut terjepit dan dapat bekerja dengan tarikan Drill pipe. Ada dua macam drilling
jar, yaitu mechanical dan hydraulic drilling jar.

- Hole Opener adalah suatu alat untuk memperbesar diameter lubangbor. Konstruksinya seperti three
cone rock bit tetapi pada bagian tengah bawah terdapat ekor yang berdiameter lebih kecil dari
diameter lubang lama dan menjadi guidance agar pembesaran lubang tidak menyimpang dari lubang
lama.

- Under Reamer adalah suatu alat untuk memperbesar lubang bordibagian bawah, misalnya dibawah
shoe casing atau pada formasi tertentu yang perlu diperbesar melebihi diameter lubang bor diatasnya.

- Shock absorber dipasang di atas bit karena bitmempunyai kecenderungan bergetar keatas atau
kebawah didasar lubang ketika formasi berkecendurangan membentuk lubang berbelokbelok selama
mengebor atau sewaktu mengembor dalam. Vibrasi ini akan merusak surface equipment dan akan
meurunkan optimasi WOB serta rotary speed, bengkoknya drill stem, merusak bit.

Bottom hole assembly

4. Bit (Mata bor)


Merupakan ujung dari rangkaian pipa bor yang langsung menyentuh formasi, dengan fungsi untuk
menghancurkan dan menembus formasi, dengan cara memberi beban pada mata bor. Jenis-jenis
mata bor :Drag Bit, Roller-Cone (Rock Bit), Diamond Bit.
Bit

Sistem Sirkulasi (Circulating System)


Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang memegangperanan penting di dalam operasi
pengeboran putar (rotary drilling).Tugas utamanya adalah membantu sistem pemutar didalam
mengebor sumur dengan menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang sesuai untuk mengatur
bahan-bahan lumpur dan tempat-tempat kerja untuk mempersiapkan, merawat dan mengganti fluida
pengeboran. Sistem sirkulasi tersusun oleh empat sub komponen utama, yaitu :

1. Lumpur pengeboran (drilling fluid)


2. Tempat persiapan (preparation area)
3. Peralatan sirkulasi (circulating equipment)
4. Tempat pengkondisian lumpur (Conditioning area atau solid control equipment)

Secara umum lumpur pengeboran dapat disirkulasikan dengan urutan sebagai berikut: lumpur
dalam steel mud pit dihisap oleh pompa - pipa tekanan stand pipe rotary hose swivel head kelly
drill pipe drill collar bit annulus drill collar annulus drill pipe mud line/flow line, shale shaker
steel mud pit dihisap pompa kembali dan seterusnya. Hal ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Sistem sirkulasi
1. Lumpur pengeboran (drilling fluid)
Merupakan faktor yang penting dalam pengeboran. Lumpur pengeboran pada mulanya hanya
berfungsi sebagai pembawa serbuk bor (cutting) dari dasar lubang bor ke permukaan. Lumpur
pengeboran mempunyai fungsi penting dalam operasi pengeboran, antara lain :

-Mengangkat cutting ke permukaan.

-Mengontrol tekanan formasi.

-Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.

-Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.

-Menahan cutting saat sirkulasi dihentikan.

-Mengurangi sebagian berat rangkaian pipa bor (Bouyancy effect).

-Melepas cutting dan pasir dipermukaan.

-Mendapatkan informasi (mud logging, sample log).

-Sebagai media logging.

Ada 2 (dua) hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pengeboran, yaitu :

Semakin ringan dan encer suatu lumpur pengeboran, semakin besar laju penembusan.
Semakin berat dan kental suatu lumpur pengeboran, semakin mudah untuk mengontrol
kondisi bawah permukaan, seperti masuknya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai
kick). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi akan menyebabkan terjadinya semburan liar (blow
out).

Jenis-jenis lumpur pengeboran yang biasa digunakan antara lain :

a. Water based mud : Lumpur pengeboran yang paling banyak digunakan adalah water-base mud
(80%). Komposisi lumpur ini terdiri dari air tawar atau air asin, clay dan chemical additives. Komposisi
ini ditentukan oleh kondisi lubang bor.

b. Oil based mud : Digunakan pada pengeboran dalam, hotholes, formasi shale dan sebagainya.
Lumpur ini lebih mahal, tetapi mengurangi terjadinya korosi pada rangkaian pipa bor, dsb.

c. Oil or Gas based mud : Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama adalah dapat menghasilkan laju
pengeboran yang lebih besar. Karena digunakan kompressor, kebutuhan peralatan dan ruang lebih
sedikit.
Material lumpur pengeboran

2. Tempat persiapan (Preparation area)


Ditempatkan pada tempat dimulainya sirkulasi lumpur, yaitu di dekat pompa lumpur. Tempat
persiapan lumpur pengeboran terdiri dari peralatanperalatan yang diatur untuk memberikan fasilitas
persiapan atau treatment lumpur bor. Tempat persiapan ini meliputi mud house, steel mud pits/tanks,
mixing hopper, chemical mixing barrel, water tanks dan reserve pit.

Peralatan mempersiapkan lumpur pengeboran

a. Rumah lumpur (mud house) adalah suatu gudang penyimpan bahan lumpur tertutup. Terletak di
samping kolam lumpur dan di samping mixing hopper, di area tempat mempersiapkan lumpur.Di
dalam mud house ini terdapat tumpukan karung berisi bahan-bahan lumpur yang kering yang akan
dipakai bila diperlukan didalam program perawatan cairan pengeboran untuk suatu formasi yang
sedang dibor. Gudang ini biasanya diletakkan sama tingginya dengan bagian atas dari tangki lumpur,
untuk mempermudah jalannya truk pengeboran dan agar bahan-bahan kimia tambahan tersimpan
dalam keadaan kering, sehingga mempermudah untuk pencampuran bahan lumpur tersebut ke
sistem pencampuran.

b. Tangki lumpur (mud tank) adalah kotak-kotak baja berbentuk segi empat yang dipakai untuk
menampung dan mengatur cairan pengeboran setelah keluar dari sumur bor. Pada umumnya semua
kolam lumpur adalah serupa kecuali, yang dinamakan shaker pit atau tangki pengendapan
(settling tank). Shaker pit atau tangki pengendap atau settling tank adalah tangki besi yang terletak
dibawah shale shaker dengan dinding dinding yang miring 450 sehingga serbuk bor ukuran kecil yang
belum terbuang akan mengendap.

c. Mixing hopper adalah peralatan ini berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan
lumpur berbentuk tepung ke dalam cairan pengeboran padawaktu perawatan lumpur di tangki
lumpur. Jenis yang banyak dipakai adalah Hopper Jet, yang bekerja berdasarkan prinsip tekanan ruang
hampa.

d. Chemical mixing barrel adalah sebuah tong yang berisi bahan-bahan kimia yang akan dicampurkan
dengan lumpur pengeboran sebagi treatment. Hal ini dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu.

e. Bulk mud storage bins adalah bejana tempat menyimpan yang berbentuk corong yang terletak
disamping kolam lumpur daerah tempat mempersiapkan lumpur.Tangki-tangki ini berisi bahan-bahan
tambahan yang besar seperti bentonite dan bahanbahan pemberat (barite). Bejana tempat
menyimpan bahan lumpur ini bekerja berdasarkan prinsip gravitasi.

f. Tangki air (Water tank) adalah sebuah bejana yang berisi air yang digunakan sebagai bahan dasar
lumpur pengeboran.Dan juga dipakai sebagai pemenuhan kebutuhan air selama operasi pengeboran
berlangsung.

3. Peralatan sirkulasi (circulating equipment)


Merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi. Peralatan ini berfungsi mengalirkan lumpur
dari mud pit ke rangkaian pipa bor dan naik ke annulus membawa serbuk bor ke permukaan menuju
ke solid control equipment, sebelum kembali ke mud pits untuk disirkulasikan kembali. Peralatan ini
terdiri dari mud pit, mud pump, pump discharge and return line, stand pipe dan rotary hose. Perlu
diketahui bahwa konsumsi energi pompa dalam suatu operasi pengeboran sekitar 70% sampai 85%
dari seluruh tenaga yang disediakan oleh prime mover.
Peralatan sirkulasi

a. Pompa lumpur (Mud pump) adalah jantung dari circulating system. Fungsi utamanya adalah
memindahkan volume lumpur pemboran yang besar dengan tekanan yang besar. Terdapat dua tipe
mud pump: (1) Duplex, (2) Triplex.Duplex bekerja double acting dan Triplex bekerja dengan single
acting.

b. Suction tank merupakan tangki yang digunakan untuk menampung lumpur pengeboran yang akan
dipakai pada operasi pengeboran.Terletak di depan pompa lumpur.

c. Suction line merupakan pipa yang dipakai untuk menghubungkan antara suction tank ke pompa
lumpur.Pipa ini harus dipasang selurus mungkin.

d. Discharge line adalah pipa yang dipakai untuk menyalurkan lumpur pengeboran keluar dari pompa
lumpur

e. Stand pipe merupakan pipa baja yang ditegakkan dimenara secara vertikal disamping dari derrick
atau mast untuk menghubungkan discharge line dengan rotary hose dan gooseneck menyambung
pada stand pipe.

f. Rotary hose adalah suatu selang karet bertulang anyaman baja yang lemas dan sangat kuat, yang
menghubungkan stand pipe dengan swivel. Selang ini harus elastic , untuk memungkinkan swivel
bergerak bebas secara vertikal.Selang ini juga harus sangat kuat untuk tahan lama, karena
pekerjaannya yang sangat berat dalam memindahkan fluida pengeboran yang kasar dan bertekanan
tinggi itu (sampai 5.000 psi). Selang pemutar ini dapat diperoleh dengan ukuran panjang sampai
kurang lebih 75 feet.

g. Chiksen joint merupakan sambungan yang digunakan untuk menghubungkan stand pipe dengan
rotary hose. Alat ini mampu menahan tekanan sampai 5000 psi sehingga sambungan tidak akan
terlepas.
h. Return line adalah pipa yang digunakan untuk menyaluran lumpur pengeboran yang keluar dari
lubang Annulus. Pipa ini terhubung ke peralatan pengkondisi lumpur.

4. Tempat pengkondisian lumpur pengeboran (Conditioning area /Solid control equipment)


Ditempatkan di dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-peralatan khusus yang digunakan untuk
clean up lumpur bor setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama dari peralatan ini adalah untuk
membersihkan lumpur dari cutting dan gas yang terikut. Ada dua cara untuk memisahkan cutting dan
gas, yaitu :

Menggunakan metode gravitasi, dimana lumpur yang telah terpakai dialirkan melalui shale
shaker dan settling tanks.
Secara mekanik, dimana peralatanperalatan khusus yang dipasang pada mud pits dapat
memisahkan cutting dengan gas. Peralatan pada conditioning area terdiri dari settling tanks,
reserve pits, mud gas separator, shale shaker, degasser, desander dan desilter.

Peralatan pengkondisi lumpur pengeboran

a. Shale shaker merupakan peralatan yang memiliki ayakan mekanis dan bekerja dengan cara
digetarkan, yang bertugas menyaring padatan (cutting) dari lumpur pengeboran yang keluar dari
dalam lubang pengeboran. Alat ini memisahkan dan membuang serbuk bor yang berukuran lebih
besar dari lubang saringan dan serbuk.

b. Degasser mempunyai tugas utama adalah untuk mengeluarkan gasgas dari dalam cairan lumpur
pengeboran secara terus menerus.Pembuang gas ini biasanya ditempatkan di atas tanki lumpur. Alat
ini harus dinyalakan pada saat pengeboran berada pada zona yang banyak mengandung gas dan juga
pada terjadinya kick.
c. Desander merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel padatan lebih besar dari 30
60 micron yang ikut tersirkulasi bersama lumpur pengeboran. Atau ukuran pasir.

d. Desilter merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan partikel padatan lebih besar dari 15
30 micronyang ikut tersirkulasi bersama lumpur pengeboran. Saat penambahan barite harus
dimatikan agar barite yang sedang digunakan tidak ikut terpisahkan.

e. Mud Cleaners merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan padatan lebih besar dari 74
micronyang ikut tersirkulasi bersama lumpur pengeboran pada Weighted mud system.

LUMPUR PEMBORAN

Tujuan utama dari sistem sirkulasi pada suatu operasi pemboran adalah untuk mensirkulasikan
fluida pemboran (lumpur bor) ke seluruh sistem pemboran, sehingga lumpur bor mampu
mengoptimalkan fungsinya. Sistem sirkulasi pada dasarnya terdiri dari empat komponen, yaitu :
1. Fluida pemboran (lumpur bor)

2. Tempat persiapkan

3. Peralatan sirkulasi

4. Conditioning area

LUMPUR PEMBORAN (DRILLING FLUID, MUD)

Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang dapat
terdiri dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas, udara, busa
maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur" (mud). Lumpur pemboran merupakan
faktor yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan suatu operasi pemboran.
Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung pada kinerja
lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengangkat cutting ke permukaan.

2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.

3. Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.

4. Mengontrol tekanan formasi.

5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur dihentikan
sementara.

6. Melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.

7. Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).


8. Mengurangi effek negatif pada formasi.

9. Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).

10. Media logging.

Komposisi lumpur pemboran.

Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang
ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu :

Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.

Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi
dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila
keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan semburan liar (blowout).

Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay), biasanya bentonite, dan air yang digunakan
untuk membawa cutting ke atas permukaan. Lumpur berfungsi sebagai lubrikasi dan medium
pendingin untuk pipa pemboran dan mata bor. Lumpur merupakan komponen penting dalam
pengendalian sumur (well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk mencegah fluida
formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga digunakan untuk membentuk lapisan solid sepanjang
dinding sumur (filter-cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke dalam formasi (fluid-
loss).

Sistem yang paling penting di rig adalah sistem sirkulasi lumpur pemboran. lumpur pemboran
dipompakan ke dalam pipa bor yang akan disemprotkan keluar melalui nozzle pada pahat dan kembali
ke permukaan melalui ruang antara pipa dan lubang. Lumpur pemboran akan mengangkat potongan-
potongan batu yang dibuat oleh pahat (disebut cuttings) ke permukaan. Hal ini mencegah
penumpukan serbuk bor di dasar lubang. selama pemboran, lubang sumur selalu penuh terisi lumpur
pemboran untuk mencegah mengalirnya fluida seperti air, gas atau minyak dari batuan bawah tanah
ke lubang sumur.

Jika minyak atau gas dapat mengalir ke permukaan saat pemboran, akan menyebabkan
kebakaran. Bahkan jika hanya air yang mengalir saja dapat menggugurkan lubang dan membuat kita
kehilangan sumur. dengan adanya lumpur pemboran, fluida ini tertahan berada di dalam batuan.
pemboran sumur di lepas pantai hampir sama dengan pemboran di daratan. Untuk sumur wildcat di
lepas pantai, rig dinaikkan di atas barge, anjungan (platform) terapung, atau kapal yang dapat
berpindah. apabila lapangan lepas pantai sudah ditentukan, anjungan (platform) produksi akan
dipasang untuk membor sumur-sumur lainnya dan memproduksi migas.

Karena lumpur pemboran menjaga agar migas tetap berada di dalam batuan, cadangan migas
bawah tanah pun dapat dibor tanpa mengindikasikan adanya migas, sehingga diperlukan evaluasi
sumur dengan cara menurunkan peralatan rekam wireline. Truk alat rekam dipanggil, menurunkan
tabung berisi instrumen yang disebut sonde ke dalam lubang sumur. ketika sonde diangkat keluar
lubang, instrumen akan merekam secara elektrik, suara dan radioaktif sifat-sifat batuan dan fluida
yang dilaluinya. Pengukuran ini direkam pada kertas panjang bergaris yang disebut well log. well log
ini memberi informasi tentang komposisi lapisan batuan, pori-pori, dan fluida yang mungkin ada di
dalamnya.
Dari hasil pembacaan well log, sumur dapat saja ditutup dan ditinggalkan sebagai sumur kering
atau diselesaikan untuk diproduksikan. pemasangan pipa produksi adalah cara awal menyelesaikan
sumur. untuk memasang pipa, pipa baja panjang yang bergaris tengah besar (disebut selubung atau
casing) dimasukkan ke dalam sumur. Semen basah dipompakan ke dalam ruang antara casing dan
dinding sumur hingga mengeras untuk menjaga lubang sumur. pada kebanyakan sumur, pemasangan
casing bertahap yang disebut casing program dilakukan sebagai berikut: bor sumur, pasang casing, bor
lebih dalam, pasang casing lagi, bor lebih dalam lagi, dan pasang casing lagi.

Fungsi Lumpur Pemboran

Menurut Preston L. Moore (1974), lumpur pemboran mulai dikenal pada sekitar tahun 1900-an
bersamaan dengan dikenalnya pemboran rotari. Pada mulanya tujuan utama dari lumpur pemboran
adalah untuk mengangkat serbuk bor secara kontinyu. Dengan berkembangnya zaman, banyak fungsi-
fungsi tambahan yang diharapkan dari lumpur pemboran. Banyak additif dengan berbagai fungsi yang
ditambahkan kedalamnya, menjadikan lumpur pemboran yang semula hanya berupa fluida sederhana
menjadi campuran yang kompleks antara fluida, padatan dan bahan kimia.

Dari adanya perkembangan dalam penggunaan lumpur hingga saat ini, fungsi-fungsi utama dari
lumpur pemboran yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1) Mengendalikan tekanan formasi.

2) Mengangkat serbuk bor kepermukaan dan membersihkan dasar lubang bor.

3) Memberi dinding pada lubang bor dengan mud-cake.

4) Melumasi dan mendinginkan rangkaian pipa pemboran.

5) Menahan padatan dari formasi dan melepaskannya dipermukaan.

Masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu. Dan dalam penulisan ini yang berkaitan erat
dengan judul penulisan adalah fungsi yang nomor kedua dari kelima fungsi utama dari lumpur
pemboran tersebut.

1. Mengendalikan Tekanan Formasi

Tekanan formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft. Pada tekanan yang normal, air dan
padatan pada pemboran telah dapat untuk menahan tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang lebih
kecil dari normal (sub-normal) densitas lumpur harus diperkecil supaya perolehan hilang lumpur atau
loss circulation tidak terjadi. Tetapi sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar dari tekanan normal
maka penambahan barite sebagai pemberat perlu dilakukan.

2. Mengangkat Serbuk Bor ke Permukaan dan Membersihkan Dasar Lubang Bor.

Pembersihan lubang bor adalah fungsi pokok dari lumpur pemboran. Fungsi ini juga paling
sering dilalaikan dan salah dinterpretasikan. Serbuk bor biasanya mempunyai SG sekitar 2,3 samapai
3,0 dan rata-rata adalah 2,5. Jika serbuk bor lebih berat dari lumpur, maka serbuk bor akan jatuh
dengan kecepatan yang disebut dengan kecepatan slip.
Kecepatan slip dari serbuk bor dalam aliran fluida, dipengaruhi secara langsung oleh sifat fisik
lumpur antara lain kekentalan fluida. Jadi jika kecepatan lumpur di annulus dibatasi oleh kemampuan
pompa atau pembesaran lubang, maka lumpur perlu dikentalkan untuk mengurangi kecepatan slip
serbuk bor agar lubang bor tetap bersih. Keberhasilan pengangkatan juga dipengaruhi oleh luasan
permukaan atau bentuk daripada partikel serbuk bor, semakin besar luasan dari partikel, maka gaya
angkat fluida meneruskan tenaga dorong dari pompa akan semakin bagus sehingga kecepatan slip
serbuk bor juga bisa dikurangi dengan memperbaiki sifat-sifat fisik lumpur, disamping itu juga
mengoptimalkan tekanan pemompaan. Bentuk fisik daripada partikel serbuk bor tergantung juga
kepada jenis formasi yang ditembus.

Pada aliran laminer kecepatan fluida pada sisi dinding lubang bor sangatlah kecil sehingga efek
torsi mudah terjadi karena ujung alirannya yang parabolik, hal ini akan menyebabkan serbuk bor
mudah jatuh lagi ke dasar lubang bor, ini akan dapat menghambat berhasilnya pengangkatan serbuk
bor. Pengangkatan serbuk bor akan mendapatkan hasil yang lebih bagus dengan menggunakan aliran
turbulen, karena distribusi kecepatannya datar bukan parabolik seperti pada aliran laminer.

Kekurangannya adalah mudah terjadi pengikisan lubang bor bila formasi yang ditembus tidak
kompak, hal ini akan mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor yang menyebabkan semakin
mengendapnya serbuk bor dan tidak terangkatnya serbuk bor dengan baik.

Lumpur dasar air dapat dikentalkan dengan menambahkan bentonite, dengan menambahkan
banyak padatan, dengan flokulasi padatan atau dengan additif khusus. Jadi ada beberapa pilihan, dan
penentuan pilihan tergantung dari tujuan lain yang ingin dicapai. Bentonite adalah pilihan yang murah,
tetapi jika ada masalah hilang air, maka harus ditambah pengencer untuk mencegah flokulasi.

Hasil yang didapat mungkin hanyalah sedikit penambahan pada kapasitas pengangkatan dan
masalah dalam lubang tetap terjadi. Penambahan banyak padatan akan menaikkan densitas, pilihan
ini tidak dianjurkan jika tidak digunakan untuk tujuan mengontrol tekanan. Penerapan flokulasi
lumpur adalah pilihan yang mudah dan murah, tetapi juga dibatasi oleh masalah hilang air. Additif
khusus mungkin merupakan pilihan yang paling tepat, tetapi hal ini akan menaikkan biaya lumpur.

Lumpur pemboran yang baik untuk pembersihan dasar sumur apabila memiliki karakteristik
mengencer akibat gesekan (shear thining) yang baik, karena semakin bersih lubang bor berarti
semakin bagus pula pengangkatan serbuk bornya sampai kepermukaan.

3. Memberi dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake.

Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis didinding formasi permeabel (lulus
air), pembentukan mud cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke formasi
(adanya aliran yang masuk yaitu cairan plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring). Mud
Cake yang dikehendaki adalah mud cake yang tipis karena dengan demikian lubang bor tidak
dipersempit dan cairan tidak banyak yang hilang. Sifat wall building ini dapat diperbaiki dengan
penambahan :

a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.

b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat dalam lumpur dan memperkuat mud cake.

4. Melumasi dan Mendinginkan Pahat.


Panas yang ditimbulkan terjadi karena gesekan pahat serta drillstring dengan formasi. Konduksi
formasi umumnya kecil, sehingga sukar sekali menghilangkan panas dalam waktu cepat, tetapi
umumnya dengan adanya aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem serta melumasi
pahat. Umur pahat bisa lebih lama sehingga biaya pergantian pahat bisa ditekan, karena dengan
tertembusnya formasi yang cukup keras, kalau tidak terlumasi dengan baik, bit akan cepat tumpul
sehingga daya tembusnya menjadi lambat dan memperlambat proses pemboran.

5. Menahan Padatan Dari Formasi dan Melepaskannya di Permukaan.

Lumpur pemboran yang baik mempunyai sifat tixotropi yang menyebabkan partikel-partikel
padatan dapat dibawa sampai kepermukaan, dan menahannya didalam lumpur selama sirkulasi
berhenti. Kemampuan lumpur untuk menahan serbuk bor selama sirkulasi dihentikan terutama
tergantung terhadap gel strength, dengan cairan menjadi gel tekanan terhadap gerakan serbuk bor
kebawah dapat dipertinggi. Serbuk bor dapat ditahan agar tidak turun kebawah, karena bila ia
mengendap dibawah bisa menyebabkan akumulasi serbuk bor dan pipa akan terjepit. Selain itu ini
akan memperberat kerja pompa untuk memulai sirkulasi kembali. Tetapi gel yang terlalu besar akan
berakibat buruk juga, karena akan menahan permbuangan serbuk bor dipermukaan (selain pasir).
Penggunaan alat seperti desander dan shale shaker dapat membantu pengambilan serbuk bor dari
lumpur dipermukaan. Patut ditambahkan bahwa pasir harus dibuang dari lumpur karena sifatnya yang
abrassive pada pompa, sambungan-sambungan

Pemeliharaan Pompa-pompa di Rig Pemboran

Pompa lumpur adalah suatu alat untuk memompakan cairan dengan mengubahtenaga
mekanis menjadi tenaga hidrolis. Fungsinya untuk memberikan dayahidrolis berupa tekanan dan
volume aliran/debit lumpur, dengan mengalirkanlumpur dari tangki melalui manifold stand pipe
masuk ke drill string, menuju ke nozzle pahat dengan mengefektifkan jet velosity-nya. Kemudian
dengan tekananyang dihasilkan oleh pompa lumpur, cairan pemboran akan membawa serbuk bordari
dasar lubang menuju permukaan melalui annulus.

Sedangkan prinsip kerja pompa triplex single acting itu sendiri adalahdengan satu kali gerakan
bolak-balik akan menghasilkan satu kali kerja. Dimana pada saat piston bergerak ke belakang terjadi
langkah pengisapan sehingga liner terisi oleh cairan. Karena pompa triplex bekerja cepat maka
pengisian liner dilakukan oleh pompa centrifugal sebagai super charging-nya. Sedangkan pada saat
piston bergerak ke depan, maka terjadi langkah penekanan (discharge) sehingga volume cairan yang
ada di salam liner terdorong keluar menuju discharge manifold.

Tipe Lumpur Pemboran

Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta tujuan
pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/ sistim
lumput yang berbeda-beda pula, seperti :

1) Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan
dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas.
2) Sistim Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih
tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant
seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin

3) Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk
melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.

4) Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi
pembasahan formasi oleh air.

5) Sistim Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum,
Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini
dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini
disebut Salt Polymer System.

6) Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistim lumpur
yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah dapat
larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim
Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan
tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan

7) Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk
menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah
lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.

Bahan Kimia Lumpur

Seperti kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khusus untuk
keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkan untuk memberikan
karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tesebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:

1) Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer

2) Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.

3) Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate

4) Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant

5) Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries

6) Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant

Drilling Rig : Sistem Sirkulasi (Circulating System)


Pada dasarnya sistem sirkulasi sangat erat kaitannya dengan fluida pemboran (drilling fluids)
yang fungsi utamanya adalah mengangkat material pahatan (cutting) hasil dari mata bor (drill
bit) dari dasar sumur ke atas permukaan melalui anulus, selain itu fluida pemboran juga
berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara tekanan hidrostatik (hidrostatic pressure)
dengan tekanan formasi (formation pressure) agar fluida reservoir tidak masuk kedalam lubang
bor selama kegiatan pemboran. Sistem sirkulasi terdiri dari empat sub-komponen utama, yaitu
Fluida Pemboran (Drilling Fluids), Tempat Persiapan, Peralatan Sirkulasi, dan Conditioning
Area.

Sistem Sirkulasi

1) Fluida / Lumpur Pemboran (Drilling Fluid)


Fluida pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa komponen yang dapat terdiri
dari : air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia, gas, udara, busa
maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai "lumpur" (mud).
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung
kesuksesan suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya
pemboran sangat tergantung pada kinerja lumpur pemboran. Fungsi lumpur dalam suatu
operasi pemboran antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengangkat cutting ke permukaan.


2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
3. Memberi dinding lubang bor dengan mud cake.
4. Mengontrol tekanan formasi.
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila sirkulasi lumpur
dihentikan sementara.
6. Memberikan hydraulic horse power pada bit untuk membersihkan serbuk bor (cutting)
dari dasar lubang bor dan melepaskan pasir dan cutting dipermukaan.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan cutting (bouyancy efect).
8. Mengurangi effek negatif pada formasi.
9. Mendapatkan informasi (mud log, sampel log).
10. Media logging.

1.a. Komposisi lumpur pemboran.


Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor dan jenis formasi yang
ditembus oleh mata bor. Ada dua hal penting dalam penentuan komposisi lumpur pemboran,
yaitu :

Semakin ringan dan encer suatu lumpur pemboran, semakin besar laju penembusannya.
Semakin berat dan kental suatu lumpur pemboran, semakin mudah untuk mengontrol
kondisi dibawah permukaan separti masuknnya fluida formasi bertekanan tinggi
(dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan
semburan liar (blowout).

1.b. Jenis Lumpur Pemboran


Penentuan lumpur pemboran yang digunakan dalam suatu operasi pemboran didasarkan pada
kondisi bawah permukaan dari formasi yang sedang ditembus. Fluida pemboran yang umum
digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Water - based mud


2. Oil - based mud
3. Air or Gas - based mud

a. Water-Base Mud

Pada lumpur pemboran jenis water-base mud, zat komponen yang paling banyak digunakan
adalah water base mud (kurang lebih 80%). Komposisi lumpur ini terdiri dari air tawar atau air
asin, clay dan chemical additives. Komposisi ini ditentukan oleh kondisi lubang bor. Pedoman
operasional dalam pembuatan water base mud secara umum adalah sebagai berikut :

Surface drilling operasional, digunakan lumpur biasa (natural mud) dengan sedikit
additive paling banyak digunakan.
Hard subsurface drilling operations, bila menembus formasi keras (porositas rendah)
digunakan lumpur encer.
Soft subsurface drilling operations, bila menembus formasi bertekanan tinggi (porositas
tinggi), digunakan lumpur berat.
Water based mud merupakan jenis lumpur yang paling umum digunakan karena murah,
mudah penggunaanya dan membentuk "filter cake" (kerak lumpur) yang berguna untuk
lubang bor dari bahaya gugurnya dinding lubang bor.

b. Oil - Based Mud


Digunakan pada pemboran dalam, hot holes, formasi shale, dan sebagainya. Lumpur ini lebih
mahal, tetapi akan mengurangi terjadinya proses pengaratan (korosi) yang dapat
mengakibatkan kerusakan fatal pada rangkaian pipa bor.

c. Air or Gas - Based Mud

Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama adalah dapat menghasilkan laju pemboran yang
lebih besar. Karena digunakan kompressor, kebutuhan peralatan dan ruang lebih sedikit.

2) Tempat Persiapan (Preparation Area)

Terletak pada tempat dimulainya sistem sirkulasi. Tempat persiapan lumpur pemboran terdiri
dari peralatan-peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas persiapan atau treatment
lumpur bor. Tempat persiapan ini meliputi Mud House, Steel Mud Pits/Tanks, Mixing
Hopper, Chemical Mixing Barrel, Bulk Mud Storage Bins, Water Tank, dan Reserve Pits.

2.a. Mud house

Merupakan gudang untuk menyimpan additives.

2.b. Steel mud pits/tanks

Merupakan bak penampung lumpur di permukaan yang terbuat dari baja.


2.c. Mixing hopper

Mixing Hopper adalah peralatan yang bentuknya menyerupai corong. Melalui corong ini,
additives padat ditambahkan ke dalam zat cair pengeboran pada waktu perawatan di dalam
kolam lumpur. kemudian lumpur yang sudah dicampur additive ini digunakan untuk
disirkulasikan. Mixing Hopper terletak di dekat rig.

Mixing Hopper, via www.prlog.org


2.d. Chemical mixing barrel

Merupakan peralatan untuk menambahkan bahan-bahan kimia (Chemicals) ke dalam lumpur

2.e. Bulk mud storage bins

Merupakan bin yang berukuran besar digunakan untuk menambah additives dalam jumlah
banyak.

2.f. Water tank

Merupakan tangki penyimpan air yang digunakan pada tempat persiapan lumpur dan
persiapan kegiatan pemboran. Water tank umumnya terletak di samping rig, bisa juga
ditempat lain tergantung kondisi lapangan.
Water Tank, via www.hlpetro.com
2.g. Reserve Pit

Merupakan kolam yang besar digunakan untuk menyimpan kelebihan lumpur.

3) Peralatan Sirkulasi (Circulation Equipments)

Peralatan sirkulasi merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi. Peralatan ini
mengalirkan lumpur pemboran dari peralatan sirkulasi, turun ke rangkaian pipa bor dan naik
ke annulus mengangkat serbuk bor ke permukaan menuju conditioning area sebelum kembali
ke mud pits untuk sirkulasi kembali. Peralatan ini ditempatkan pada tempat yang strategis
disekitar rig. Peralatan sirkulasi terdiri dari beberapa komponen khusus, yaitu Mud Pit, Mud
Pump, Pump Discharge and Return Line, Stand Pipe, Rotary Hose, Special Pumps and
Agigators, Steel Mud Pits/Tank, dan Reserve Pit.

3.a. Mud Pit


Mud pit terletak sebisa mungkin di dekat rig, atau tergantung pada kondisi dan luas area
pemboran. Fungsi mud pit adalah sebagai tempat penyimpanan lumpur atau air (untuk
pemboran panasbumi) dalam kegiatan pemboran. Air atau lumpur yang terdapat di mud pit
akan di pompa oleh mud pump dan melewati berbagai peralatan pada sistem sirkulasi untuk
kemudian kembali lagi ke mud pit.
Mud Pit

3.b. Mud Pump


Mud pump terletak di dekat rig, berfungsi untuk memompakan lumpur pemboran yang
bertekanan tinggi ke pipa penyalur lumpur hingga ke sistem sirkulasi.

Mud Pumps, via www.osha.gov


3.c. Pump Discharge and Return Lines
3.d. Stand Pipe
Stand pipe adalah suatu pipa baja yang dijepit secara vertikal di samping derrick, dan
menghubungkan pipa-pipa sirkulasi dengan selang pemutar (kelly house). Selang pemutar ini
disambung pada gooseneck penyambung pada stand pipe. Selang pemutar ini memindahkan
lumpur pemboran ke swivel dean kemudian disalurkan ke bawah ke dalam drillstring. Stand
pipe ini memungkinkan swivel dan selang pemutar untuk bergerak vertikal ke atas atau ke
bawah.

Stand Pipe, via www.osha.gov


3.e. Rotary Hose

3.f. Special pumps and agitators

3.g. Steel mud pits/tanks

4) Conditioning Area
Ditempatkan di dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-peralatan khusus yang digunakan
untuk Clean up (pembersihan) lumpur bor setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama
peralatan-peralatan ini adalah untuk membersihkan lumpur bor dari serbuk bor (cutting) dan
gas-gas yang terikut. Dua metode pokok untuk memisahkan cutting dan gas dari dalam lumpur
bor, yaitu :

1. Menggunakan prinsip gravitasi, dimana lumpur dialirkan melalui shale shaker dan
settling tanks
2. Secara mekanik, dimana peralatan-peralatan khusus yang dipasang pada mud pits
dapat memisahkan lumpur dan gas.

Peralatan-peralatan Conditioning Area antara lain Settling Tanks, Mud-Gas Separator,


Shale Shaker, Degasser, Desander, dan Desilter.
4.a. Settling tanks
Merupakan bak terbuat dari baja digunakan untuk menampung lumpur bor selama
conditioning.

4.b. Reserve Pits


Merupakan kolom besar yang digunakan untuk menampung cutting dari dalam lubang bor dan
kadang-kadang untuk menampung kelebihan lumpur bor.

4.c. Mud-Gas Separator


Mud-Gas Separator merupakan alat Conditioning Area pertama dalam sistem sirkulasi. Fungsi
alat ini adalah memisahkan gas yang terlarut dalam lumpur bor dalam jumlah yang besar,
biasanya digunakan saat terjadi kick. Mud-gas separator ini terletak di samping rig, "satu
komplek" dengan peralatan conditioning area yang lain.

Mud-Gas Separator, via gnsolidscontrol.blog.com

4.d. Shale Shaker


Merupakan peralatan pemisah cutting dan bagian-bagian dari lapisan tanah berukuran besar
dari dalam lubang yang dibawa oleh lumpur bor. Fluida pemboran yang melewati shale shaker
ini akan melalui saringan-saringan yang bergetar yang memisahkan cutting-cutting yang tidak
digunakan. Sama seperti mud-gas separator, shale shaker terletak bersamaan dengan peralatan
conditioning area yang lainnya.
4.e. Desander
Merupakan peralatan yang memisahkan butir-butir pasir dari lumpur bor yang tidak tersaring
ketika melewati shale shaker. Prinsip kerjanya adalah memaksa masuk fluida pemboran dengan
tekanan tinggi melalui silinder, kemudian bagian-bagian yang berat dikeluarkan oleh tenaga
sentrifugal dan dibuang melalui dasar silinder. Desander terletak di samping shale shaker di
conditioning area.
Desander, via www.derrickequipment.com
4.f. Desilter
Merupakan peralatan yang memisahkan partikel-partikel cutting yang berukuran paling halus
dari lumpur bor.

Desilter, via www.osha.gov


4.g. Degasser
Merupakan peralatan yang secara kontinue memisahkan gas terlarut dari lumpur bor.
Degasser

Peralatan Lain :
1. Trip Tank
Trip tank merupakan tempat penampungan fluida pemboran yang bersifat sementara. Fluida
pemboran yang sudah disirkulasikan ditampung di tempat ini untuk kemudian disirkulasika
kembali agar bersih dari cutting dan gas. Trip tank juga bisa menjadi media awal untuk
mengetahui gejala/masalah pemboran.

Trip Tank

2. Mud Agigator
Mud agigator berfungsi untuk mengaduk lumpur yang terletak di trip tank. Lumpur bor yang
tersimpan sementara di trip tank akan diaduk terlebih dahulu sebelum disirkulasikan.
Mud Agigator

Anda mungkin juga menyukai