Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Hukum Penyusunan RTRW

Dasar hukum Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010 - 2030
yang harus diperhatikan dalam arahan pengembangan kebijakan penataan ruang mencakup
perencanaan pola struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang serta penetapan ruang
wilayah dan pengendalian ruang wilayah yang harus dikoordinasikan dengan
Kabupaten/Kota di Wilayah Propinsi Banten, serta memperhatikan kerjasama kawasan
perbatasan wilayah provinsi, dan RTRW Pulau Jawa-Bali. Adapun dasar hukum yang
harus menjadi landasan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Banten adalah :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah dan Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);

I-1
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
No. 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5103).

1.2 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Provinsi Banten

1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Berpijak pada kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi sampai dengan tahun 2025 serta
mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki dan harapan masyarakat Provinsi Banten,
maka Visi Pembangunan Provinsi Banten Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:

Banten Mandiri, Maju, Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa

Berdasarkan visi pembangunan Provinsi Banten tahun 2005-2025, selanjutnya ditetapkan


Misi Provinsi Banten 2005-2025, yaitu:
1. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera yang Berakhlak Mulia, Berbudaya, Sehat dan
Cerdas;
2. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing;
3. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Lestari;
4. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan Berwibawa.

Dalam kerangka keterpaduan pembangunan nasional, Misi pembangunan Provinsi Banten


2005-2025 merupakan wujud komitmen seluruh masyarakat Provinsi Banten untuk
mendukung pencapaian Misi pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025.

I-2
Tahapan pembangunan dalam RPJPD dibagi menjadi lima tahapan sebagai berikut :
1. RPJMD Ke-1 (Renstrada Tahun 2005-2006 & Renstra
Transisi 2007) / Tahap Revitalisasi - I
Pada tahap awal ini, sebagai provinsi yang baru berusia sewindu, Banten dihadapkan
dengan berbagai persoalan khususnya terkait dengan perbaikan sosial dan ekonomi
masyarakat. Sementara di sisi lain, Provinsi Banten masih dalam proses penataan
kelembagaan dan keterbatasan sumberdaya aparatur dan anggaran. Oleh karena itu
pada tahap awal ini diarahkan pada upaya revitalisasi pembangunan. Adapun prioritas
pembangunan pada tahap ini adalah:
a. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
b. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
c. Peningkatan Pertumbuhan Perekonomian;
d. Peningkatan Cakupan Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
e. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;
f. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
g. Perencanaan dan Penataan Pelabuhan-Pelabuhan Lokal, Nasional, dan
Internasional.

2. RPJMD Ke-2 (Tahun 2008-2012) / Tahap Revitalisasi - II


Dengan berlandaskan pada pencapaian hasil-hasil pembangunan periode/tahap
sebelumnya, pembangunan Provinsi Banten pada tahap ke-2 ini diprioritaskan pada
upaya merevitalisasi lanjutan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Adapun
prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
a. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
b. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
c. Pemulihan dan Peningkatan Daya Saing Perekonomian Daerah;
d. Peningkatan Cakupan dan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
e. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;

I-3
f. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
g. Percepatan Pengembangan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

3. RPJMD Ke-3 (Tahun 2013-2017) / Tahap Akselerasi - I


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap sebelumnya,
RPJMD ke-3 ini diarahan untuk memantapkan pembangunan di Provinsi Banten
melalui percepatan pembangunan atau akselerasi pembangunan di segala bidang.
Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
a. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
b. Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia;
c. Pemantapan Kualitas dan Pemerataan Perekonomian;
d. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
e. Pengelolaan dan Revitalisasi Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan
Hidup;
f. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
g. Pengembangan dan Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

4. RPJMD Ke-4 (Tahun 2018-2022) / Tahap Akselerasi - II


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan tahap sebelumnya,
RPJMD ke-4 ini diarahan untuk lebih memantapkan pembangunan di Provinsi Banten
melalui peningkatan akselerasi pembangunan di segala bidang sebagai persiapan
menuju Provinsi Banten yang modern. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini
adalah:
a. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Peningkatan Kesejahteraan
Sosial;
b. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia;
c. Peningkatan Daya Saing Perekonomian;
d. Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
e. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;
f. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;

I-4
g. Pengembangan dan Pembangunan serta Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat
Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

5. RPJMD Ke-5 (Tahun 2023-2025) / Tahap Modernisasi


Pada tahap/periode akhir RPJPD Tahun 2025, Provinsi Banten diharapkan telah
mencapai kemajuan dan kemandirian memasuki kehidupan masyarakat modern,
minimal sejajar dengan provinsi maju lainnya. Ciri masyarakat Banten modern
dimaksud diindikasikan dengan tersedianya berbagai pilihan kebutuhan dan
mempunyai kemampuan untuk memilih secara leluasa, berkualitas, damai, adil dan
sejahtera. Adapun prioritas pembangunan pada tahap ini adalah:
a. Peningkatan Kesejahteraan Sosial;
b. Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Manusia;
c. Pemantapan Daya Saing Perekonomian;
d. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana dan Sarana Wilayah;
e. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup;
f. Penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih;
g. Optimalisasi Fungsi dan Peran Pusat Pertumbuhan dan Kawasan Strategis.

Dalam dokumen RPJP Provinsi Banten 2005-2025 tersebut di atas secara khusus telah
ditetapkan penjabaran Visi untuk penerjemahannya ke dalam RTRW Provinsi Banten,
seperti dikemukakan pada Tabel 1.1 berikut ini yang kemudian diterjemahkan lebih lanjut
untuk kepentingan perencanaan tata ruang, berupa kaitan masing-masing point tersebut
dengan tata ruang, yaitu struktur ruang dan pola ruang.

Tabel 1.1
Keterkaitan Antara Visi Pembangunan Dalam RPJPD Provinsi Banten
Dengan Tata Ruang

Penjabatan Visi Pembangunan Untuk Penterjemahan Ke Dalam


Kaitan Visi RPJPD Dengan Tata Ruang
RTRW Provinsi Banten
1. Provinsi Banten memiliki potensi SDA yang cukup memadai, Perlu adanya sikap kehatian-hatian dalam
baik yang bersifat renewable maupun yang unenewable. mengarahkan pola ruang terkait pemanfaatan ruang
Berdasarkan pembandingan dengan daerah lain serta pengalaman yang bersifat unrenewable.
di daerah sendiri, maka pemanfaatan SDA yang bersifat (Problem Solving dan Trend Modifying)
unrenewable mengarahkan pemerintah masyarakat untuk
bersikap hati-hati dalam menjadikan potensi SDA yang bersifat
unrenewable sebagai unggulan di masa datang.
2. Sebagai alternatif SDA yang dapat dijadikan unggulan Pengembangan pola ruang kegiatan ekonomi

I-5
Penjabatan Visi Pembangunan Untuk Penterjemahan Ke Dalam
Kaitan Visi RPJPD Dengan Tata Ruang
RTRW Provinsi Banten
perekonomian wilayah, rnaka agroindustri dan kelautan unggulan agroindusi dan kelautan.
merupakan suatu pilihan yang sangat potensial. Pemilihan Pengembangan kegiatan agroindustri didukung
agroindustri didasarkan pada beberapa faktor strategis yang ketersediaan lahan pertanian dan perkebunan
dapat dijadikan dasar pengembangan yakni luas lahan urtuk yang cukup luas.
kegiatan pertanian, dan perkebunan masih cukup tersedia, (Trend modifying dan Opportunity seeking)
produktivitas pertanian dan perkebunan potensi yang cukup
signifikan.
3. Alternatif sumber daya lainnya adalah potensi kelautan. Provinsi Kegiatan kelautan potensial dikembangkan dan
Banten dengan garis pantai yang luas memiliki potensi kelautan yang ada sekarang.
yang belum teroptimalkan. Dengan semakin sulitnya kegiatan Kegiatan kelautan tersebut meliputi perikanan,
penambangan di daratan serta didukung oleh harga beberapa pariwisata, perkapalan, dan pertambangan secara
jenis komoditi laut yang cukup bersaing, maka budidaya selektif.
kelautan baik yang berupa perikanan hingga pengembangan jasa (trend modifying, opportunity seeking, dan goal
perkapalan serta pariwisata dapat menjadi unggulan basis oriented)
perekonomian Provinsi Banten di masa yang akan datang.
4. Untuk mendapatkan percepatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Selain kegiatan ekonomi primer (hulu)
Banten yang cukup signifikan, diperlukan dukungan kegiatan di dikembangkan pula kegiatan ekonomi sekunder dan
hulu dan di hilir. Dukungan kegiatan di hulu secara alami telah tensier (hilir) untuk mempercepat pertumbuhan.
dimiliki yakni tersedianya potensi SDA yang cukup. Sedangkan Kegiatan ekonomi (hilir) berupa sektor tersier
dukungan di sektor hilir terutama jaringan distribusi masih perlu diarahkan pada pengembangan sektor jasa dan
dikembangkan. Untuk itu pengembangan sektor jasa dan perdagangan. Pengembangan sektor tersier (dan juga
perdagangan di Provinsi Banten sektor sekunder) akan terkait banyak dengan struktur
menjadi salah satu alternatif priorftas yang perlu dijadikan ruang : sistem pusat-pusat dan dukungan jaringan
komitmen bersama. Hingga kini kontribusi sektor jasa swasta prasarana (transportasi, telekomunikasi, energi, dan
maupun pemerintah telah mulai menunjukkan peran yang cukup lain-lainnya).
penting dalam mendukung bergeraknya perekonomian di (trend modifying dan opportunity seeking)
Provinsi Banten
5. Selanjutnya upaya mencapai kondisi yang diharapkan Provinsi Pengembangan kapassitas sumber daya manusia
Banten (SDM) sebagai pilar utama pengembangan wilayah.
dengan perspektif masyarakatnya, perlu mengembangkan basis Peningkatan kapasitas mianusia akan berkaitan
kapasitas sumber daya manusianya, sebagai pilar utama dengan dukungan pelayanan pendidikan (formal dan
pembangunan wilayah. Pengembangan SDM diarahkan pada non-formal) dan kesehatan, serta upaya peningkatan
peningkatan kapasitas masyarakat swasta maupun aparat apreasiasi budaya dan religi. Pengembangan ini
pemerintah. Peningkatan kapasitas masyarakat menjadi inti dan terkait struktur ruang.
faktor penentu tercapainya Visi Provinsi Banten secara (trend modifying, opportunity seeking,dan goal
keseluruhan. oriented)
6. Pembangunan Provinsi Banten tidak dapat sepenuhnya Upaya menarik investasi (PMDN & PMA) guna
mengandalkan kemampuan pembiayaan lokal. Investasi berupa mendukung pengembangan ekonomi unggulan dan
PMDN maupun PMA sangat penting dalam menciptakan ikutannya, dengan penyediaan infrastruktur dan
pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, peningkatan daya pelayanan pemerintah yang handal. Pengembangan
saing wilayah juga menjadi misi penting pembangunan di ini terkait dengan struktur ruang.
wilayah ini. Peningkatan daya saing akan mencakup berbagai (trend modifying dan opportunity seeking)
komponen pembangunan, antara lain menyangkut ketersediaan
dan kelengkapan infrastruktur pembangunan dan kehandalan
pelayanan pemerintah setempat.
7. Provinsi Banten yang bersinggungan dengan Pusat NKRI, Pengembangan wilayah yang memanfaatkan
memiliki bandara internasional Soekarno-Hatta, dan Pelabuhan keuntungan lokasi, yaitu berdekatan dengan satu
ferry yang menghubungkan di Merak dengan Pulau Sumatera pusat utama di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta dan
melalui Bakauheni di Provinsi Lampung merupakan keuntungan sekitarnya.
lokasi yang sangat penting dan memegang peranan penting di (opportunity seeking dan goal oriented).
Provinsi Banten terhadap pola aliran barang yang berasal dari
Sumatera Selatan maupun wilayah Pulau Jawa lainnya melalui
DKI Jakarta

I-6
1.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten
Tahun 2012-2017

Dengan melandasi kebijakan yang tertuang dalam dokumen RPJPD 2005-2025, maka
RPJMD 2012-2017 memasuki tahap Akselerasi-I dengan fokus pembangunan tetap pada
upaya percepatan: penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan
kesejahteraan sosial; pemantapan kualitas sumberdaya manusia; pemantapan kualitas dan
pemerataan perekonomian; pemantapan kualitas prasarana dan sarana wilayah;
pengelolaan dan revitalisasi tata ruang sumber daya alam dan lingkungan hidup;
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan bersih; pengembangan dan
pembangunan kawasan strategis cepat tumbuh.

Dengan memperhatikan amanat RPJPD Provinsi Banten 2005-2025 serta


mempertimbangkan aspek potensi/kondisi aktual, dan permasalahan yang dihadapi, maka
Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Banten Tahun 20122017 adalah:

Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa

Memperhatikan Visi tersebut dan perubahan paradigma serta kondisi yang akan dihadapi
pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Banten dapat lebih berperan dalam
perubahan yang terjadi di lingkup regional, nasional, maupun global.

RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 yang merupakan tahapan ketiga dari RPJPD
Provinsi Banten Tahun 2005-2025, berorientasi pada pembangunan dan peningkatan
kompetensi segenap sumber daya yang terdapat di Banten dalam segala bidang, guna
menyiapkan kemandirian masyarakat Banten.

Dalam rangka pencapaian Visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi
dan permasalahan yang ada serta tantangan ke depan, dan memperhitungkan peluang yang
dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) Misi sebagai berikut:
1. Misi Pertama, Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung
Pengembangan Wilayah dan Kawasan yang Berwawasan Lingkungan, ditujukan untuk

I-7
konektivitas pengembangan wilayah/kawasan guna percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Banten serta meningkatkan layanan dasar masyarakat dan
peningkatan daya saing daerah dengan prinsip pembangunan berkelanjutan;
2. Misi Kedua, Pemantapan Iklim Investasi yang Kondusif untuk Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat,
ditujukan untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan perekonomian
daerah dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3. Misi Ketiga, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Religius, Cerdas dan
Berdaya Saing dalam Kerangka Penguatan NKRI, ditujukan untuk mewujudkan
Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, agamis dan berdaya saing;
4. Misi Keempat, Penguatan Semangat Kebersamaan AntarPelaku Pembangunan dan
Sinergitas Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Selaras, Serasi dan
Seimbang, ditujukan untuk mewujudkan Banten rukun damai, membangun
kebersamaan yang sinergis antara pusat-daerah, beserta stakeholders dalam
menjalankan peran dan fungsinya masing-masing secara terintergrasi membangun
Banten;
5. Misi Kelima, Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa
Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih, ditujukan untuk
meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, dan
akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.

1.3 Profil Wilayah Provinsi Banten

1.3.1 Gambaran Umum

1.3.1.1 Arahan RTRWN Terhadap RTRW Provinsi Banten

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa


penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan. Penataan ruang diharapkan mampu mengharmonisasi
lingkungan alami dan buatan, menterpadukan penggunaan sumber daya serta melindungi

I-8
fungsi ruang demi mencegah pengaruh negatif yang mungkin diterima lingkungan sebagai
akibat dan pemanfaatan ruang.

Berkenaan dengan uraian di atas serta UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, kewenangan Provinsi Banten dalam penyelenggaraan penataan ruang adalah
sebagai berikut.
1. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap penataan ruang wilayah provinsi
dan kabupaten/kota,
2. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi,
3. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis,
4. Kerjasama penataan ruang antar provinsi, serta
5. Memfasilitasi kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota.
Selanjutnya PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, menyatakan bahwa RTRWP
merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang
nasional di wilayah provinsi. Dengan demikian, dalam rangka mencapai keselarasan
dengan rencana pembangunan daerah serta saling melengkapi (komplementer) dengan
rencana tata ruang di tingkat nasional dan daerah, maka penyusunan RTRW Provinsi
Banten harus mengacu kepada pedoman bidang penataan ruang dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten.

Disadari, bahwa dinamika pembangunan merupakan bagian dan pemikiran untuk


membentuk penataan ruang yang mengakomodasi semua kepentingan. Tampak hingga
saat ini, bahwa penataan ruang di Provinsi Banten masih dalam tahap membenahi ruang di
mana seharusnya sudah mulai dengan membangun ruang misalnya ruang-ruang untuk
investasi agar kesejahteraan yang diharapkan dapat dicapai.

Untuk memenuhi keinginan tersebut perlu upaya menyusun RTRW Provinsi Banten
dengan memasukkan pertimbangan atas berbagai dinamika pertumbuhan. Kegiatan Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030 perlu dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu: 1) merespons penyimpangan rencana yang muncul akibat berbagai
dinamika dalam proses penyusunan dan implementasi RTRW Provinsi Banten

I-9
sebelumnya, serta 2) menyusun kembali RTRW Provinsi Banten dengan menginternalisasi
berbagai dinamika pembangunan, baik yang bersifat eksternal maupun internal.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor : 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), arahan pengembangan Provinsi Banten secara garis besar dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Kawasan Bojonegara Merak Cilegon sebagai kawasan andalan dengan sektor-
sektor unggulan sebagai berikut.
a. Sektor Industri
b. Sektor Pertanian
c. Sektor Pariwisata
d. Sektor Perikanan, dan
e. Sektor Pertambangan
2. Serang dan Cilegon sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang membawahi
sekaligus menjadi pusat pelayanan bagi Pandeglang dan Rangkasbitung,
3. Pandeglang dan Rangkasbitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Sedangkan arahan rencana sistem perkotaan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Banten 2010-2030, adalah sebagai berikut.
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi Kawasan Perkotaan Tangerang dan
Kawasan Perkotaan Tangerang Selatan (Jabodetabek), Kawasan Perkotaan Serang, dan
Kawasan Perkotaan Cilegon.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi Kawasan Perkotaan Pandeglang dan
Kawasan Perkotaan Rangkasbitung. Sedangkan yang diusulkan untuk menjadi Pusat
Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) : Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja, dan Teluk
Naga.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan: Labuan, Cibaliung, Malingping,
Anyar, Baros, Kronjo, Tigaraksa, Pagedangan, Pontang, Ciruas, Cipanas dan Cikeuruh
Wetan.

I - 10
Berkaitan dengan arahan sistem perkotaan menurut RTRWN maupun RTRW Provinsi
Banten 2010-2030, maka tampak di antara keduanya terdapat beberapa perbedaan. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 pada halaman selanjutnya.

1.3.1.1 Arahan Rancangan RTRW Pulau Jawa dan Pulau Bali

RTRW Pulau Jawa Bali disusun untuk meningkatkan kerjasama pembangunan antar
daerah di Pulau Jawa dan Pulau Bali serta mensinergiskan rencana tata ruang antar daerah
dan RTRW Nasional. Sasaran penyusunan RTRW Pulau Jawa Bali sebagai berikut :
a. Tersedianya landasan pencapaian keterpaduan dan kerjasama pembangunan lintas
wilayah provinsi dan lintas sekor guna mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan
ruang yang optimal.
b. Tersedianya acuan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang lintas sektor dan lintas
wilayah provinsi.

RTRW Pulau Jawa-Bali mempunyai peranan yang sangat penting, sebagai alat untuk
mensinergiskan aspek-aspek yang menjadi kepentingan Nasional dan sebagaimana yang
direncanakan dalam RTRW dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah
sebagaimana dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

I - 11
Tabel 1.2
Sinkronisasi Arahan Struktur Tata Ruang Provinsi Banten Dalam RTRWN

Nama Kota Dalam Sistem Hirarki Kota


No. Hirarkhi Kota Keterangan
RTRWN RTRW Provinsi Banten 2010-2030
1. Pusat Kegiatan Nasional Serang dan Cilegon Kawasan Perkotaan Tangerang,
(PKN) Tangerang Selatan, Serang, dan Cilegon
2. Pusat Kegiatan Wilayah Pandeglang dan Rangkas Pandeglang dan Rangkasbitung
(PKW) Bitung

3. Pusat Kegiatan Wilayah Kawasan Perkotaan Panimbang, Bayah,


promosi (PKWp) Maja, Balaraja, dan Teluk Naga

4. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kawasan Perkotaan Labuan, Cibaliung, Penambahan dan pengalihan
Malingping, Anyar, Baros, Kronjo, PKL berdasarkan dinamika
Tigaraksa, Pagedangan, Ciruas, Pontang, pembangunan dan RTRW
Cipanas dan Cikeuruh Wetan Kabupaten/Kota yang
mengusulkan peningkatan
dari PKLP menjadi PKL
Sumber : - PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
- RTRW Provinsi Banten 2010 2030

I - 12

Anda mungkin juga menyukai