A. PENDAHULUAN
Penyempitan lumen pembuluh darah yang bersifat degeneratif
sering menyebabkan gangguan atau penyempitan pada pembuluh darah,
yaitu Thromboangitis obliterans atau Buerger's disease yang termasuk
dalam kelompok radang vaskuler.1
Thromboangitis obliterans (TAO) yang juga dikenal dengan
sebutan Buerges disease dideskripsikan pertama kali oleh Buerger dalam
tulisan klasiknya pada tahun 1908, dan kemudian ditulis dalam buku
karangannya pada tahun 1924. Penyakit ini merupakan proses inflamasi
non ateroslerotik yang mengenai pembuluh darah kecil maupun sedang
pada ekstemitas, hingga sekarang belum diketahui etiologinya namun
memiliki hubungan kuat dengan kebiasaan merokok. Penyakit ini biasanya
menyerang laki-laki dengan rentang usia antara 25 sampai 35 tahun yang
mengenai panarteritis yaitu termasuk arteri, vena, saraf tangan dan kaki.
Manifestasi lain dari TAO juga dapat melibatkan gangguan sistem
pencernaan, cerebrovaskular, koroner dan arteri ginjal.2
Thromboangiitis Obliterans adalah penyakit dan obliteratif pada
pembuluh darah ekstremitas, terutama ekstremitas bawah yang terutama
terjadi pada laki-laki muda dan menimbulkan iskemia jaringan dan
gangren.3
Penyakit buerger (thromboangiitis obliterans) adalah proses
inflamasi non ateroslerotik yang mengenai pembuluh darah kecil maupun
sedang. Penyakit Buerger diterima sebagai penyakit vaskular yang pasti,
dengan gambaran klinis khas, sejarah, dan ciri histopatologis.4
Hampir 100% kejadian tromboangitis obliterans (kadang disebut
tromboarteritis obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang
perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea,
Jepang, Indonesia, India dan negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara
dan Asia Timur.5
1
B. EPIDEMIOLOGI
Meskipun Buergers disease hampir tersebar diseluruh dunia,
namun prevalensi tertinggi terdapat di daerah Timur Tengah ataupun
negara-negara timur jika dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa
Barat. Prevalensi terendah penyakit arteri perifer ini berkisar antara 0,5
hingga 5,6% di Eropa Barat dan yang tertinggi antara 45 hingga 63%
terdapat di India, 16 hingga 66% di Korea dan Japan, serta 80% terdapat di
Israel yahudi keturunan Ashkenzi. Beberapa penelitian juga melaporkan
adanya peningkatan prevalensi penyakit ini pada wanita berkisar 11 %
hingga 23%.2
Penyakit ini lebih umum pada pria dengan perbandingan pria-
wanita sebesar 3:1. Akan tetapi, rasio ini diperkirakan akan berubah
seiring meningkatnya jumlah wanita perokok. Kematian yang diakibatkan
oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang
terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih
amputasi pada 6-7 tahun kemudian.6
Penyakit Buerger mempengaruhi perokok muda yang didominasi
oleh remaja, dengan usia awitan biasanya sebelum 40-45 tahun. Namun,
prevalensi penyakit di kalangan perempuan semakin meningkat.4
C. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak jelas, penderita penyakit ini umumnya perokok
berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia
sekolah.5
Bagaimana rokok mempengaruhi terjadinya penyakit Buerger
belum diketahui dengan jelas, demikian juga penyebab terjadinya penyakit
ini. Ada satu teori yang mengatakan bahwa merokok memicu terjadinya
peradangan dan penyempitan pembuluh darah. Penyakit Buerger bisa
memburuk pada orang-orang yang tetap merokok dan sampai perlu
dilakukan amputasi.7
Penggunaan atau terpaparnya rokok merupakan hal yang
mendasari inisiasi dan progresifitas dari penyakit ini. Disebutkan adanya
tromboangitis obliterans memiliki peningkatan sensitivitas
2
selular kolagen tipe I dan II dibandingkan pada pasien dengan
aterosklerosis obliterans atau pasien dengan kontrol normal. Kelainan ini
hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya.7
D. ANATOMI
Pembuluh darah terdiri atas 3, yaitu :
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke
berbagai jaringan tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang
terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm, disebut arteriol. Persatuan
antara cabang-cabang arteri disebut anastomosis. Arteri tidak
mempunyai katup.8
Arteri dibentuk khusus berfungsi sebagai saluran transit cepat
bagi darah dari jantung ke berbagai organ dan sebagai reservoar
(penampung) tekanan untuk menghasilan gaya pendorong bagi darah
ketika jantung dalam keadaan relaksasi.9
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah kembali ke
jantung; banyak vena yang mempunyai kutub. Vena yang terkecil disebut
venula. Vena yang lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk
vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu satu sama lain membentuk
3
plexus venosus. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua vena,
masing-masing pada sisi-sisinya disebut venae comitantes.8
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh yang sangat kecil dan berbentuk
anyaman yang meghubungkan arteriol dengan venula.8
Kapiler tempat pertukaran bahan antara dan sel jaringan,
bercabang-cabang secara ekstensif untuk membawa darah agar dapat
dijangkau oleh setiap sel.10
E. PATOFISIOLOGI
4
Bentuk patologi penyakit TAO dapat dikategorkan menjadi 3 fase
yakni, akut, subakut dan kronik berdasarkan pola trombus dan perjalanan
alamiah inflamasi sel. Hal ini kontras dengan bentuk vaskulitis lain, yang
mengenai pembuluh darah dengan struktur normal, terutama pada bagian
lamina elastika interna, yang tetap intak dibandingkan kesemua fase ada
TAO.2
F. DIAGNOSIS
1. Klinis
Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama
disebabkan oleh iskemia. Gejala (symptom) yang paling sering dan
utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.
Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri
terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam
dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam
keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksimal
dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan
lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat
hebat dan menetap.5
5
Gambar 2. Thromboangiitis Obliterans
6
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik
lainnya kurang nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat
ringan terutama di ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak
vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-sianosis-
kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan
penyakit Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada
perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang
rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik yang penting.5
7
Gambar 5. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita
dengan penyakit buerger.
8
Tabel 1. Kriteria klinis Shionoya
1 Riwayat merokok
2 Onset sebelum usia 50 tahun
3 Oklusi arteri infrapopliteal
4 Adanya keterlibatan tungkai atas lainnya atau adanya phlebitis migrans
5 Tidak ada faktor risiko aterosklerosis lain selain merokok
9
distal pergelangan tangan (hasil tes positif). . Jika didapati tangan
yang kembali berwarna cepat (menunjukkan hasil tes negatif), tekanan
pada arteri radialis dilepaskan sedangkan arteri ulnaris tetap
dikompresi.15
2. Histopatologi
Jika kriteria klinis jelas, tidak ada indikasi untuk dilakukan
pemeriksaan histopatologi. Hal ini sangat sulit untuk membedakan
penyakit Buerger dari arteriosclerosis obliterans (ASO) secara
morfologi. Temuan histopatologi dari penyakit ini juga sangat
bervariasi tergantung dari fasenya. Temuan paling mungkin pada
diagnosis adalah pada fase akut penyakit, paling sering pada biopsi
segmen pembuluh darah dengan tromboflebitis superfisial.1
a. Fase akut
Lesi pada fase akut yaitu oklusi, sangat seluler, trombus
inflamasi dengan inflamasi yang lebih sedikit pada dinding
pembuluh darah. Leukosit polimorfonuklear, mikroabses, dan
multinucleated giant cell mungkin ada.1
b. Fase intermediate
Pada fase intermediate, didapati progresifitas trombus pada
arteri dan vena.1
10
c. Fase akhir
Pada fase akhir, hanya didapati trombus dan fibrosis pada
pembuluh darah.1
3. Radiologi
USG Doppler dengan mengetahui kecepatan aliran darah
dalam pembuluh darah.3
11
Gambar 9. Echokardiografi normal
12
Gambar 10. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar
sebelah kanan merupakan angiogram abnormal dari arteri tangan yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran khas corkscrew pada daerah
lengan. Perubahannya terjadi pada bagian kecil dari pembuluh darah
lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).
13
Gambar 11. Hasil Angiogram Abnormal dari Tangan
14
G. DIAGNOSIS BANDING
15
Gambar 13. Angiografi pada tangan bilateral. Pencitraan dengan
jelas menunjukkan stenosis berat dan oklusi dari arteri (lingkaran).
H. PENATALAKSANAAN
1. Berhenti merokok
Berhenti merokok menunjukkan hasil perbaikan yang
dramatis. Berhenti secara total dari penggunan tembakau, seperti
cigaret, cigar, dan smokeless tobaco terlihat pada pasien-pasien ini.
Subtitusi rokok tembakau dengan yang tanpa asap (dikunyah) tidak
memperlihatkan gambaran penurunan risiko dari TAO. Sediaan
nikotin yang ditempel ke tubuh juga tetap menjadikan penyakit ini
aktif.2
2. Operasi revaskularisasi
Operasi revasularisasi juga sering tidak begitu efektif oleh
karena target pembuluh darah yang lebih distal, seringnya kerusakan
sudah mengenai keseluruhan atau difus.2
16
3. Terapi endovaskular
Terapi ini memiliki teknik yang agak sulit oleh karena
prevalensi lokasi lesi berada di distal pembuluh darah, meskipun
begitu intervensi meluas hingga ke kaki, rekonsisi pada arteri distal
dorsalis pedis, plantar, dan cabang pembuluh darah kaki memiliki
tingkat keberhasilan teknik yang tinggi, Graziani et al menyebutkan
angka kesuksesan mencapai 95%. Tidak ada angka kematian atau
komplikasi yang berkorelasi dengan prosedur ini dan mengalami
perbaikan klinis dimana 16 dari 19 tungkai (84,2%) yang menjalani
prosedur ini ditatalaksana secara sukses, dengan hasil 100% tungkai
mengalami perbaikan.2
4. Prostasiklin
Prostasiklin (PGI2) atau analog-analognya (iloprost,
beraprost, trepostinil sodium) digunakan dalam mengobati TAO.
Iloprost merupakan terapi yang efektif. Penelitian secara random
membandingkan iloprost secara intravena dengan simpatektomi lumbal
didapatkan: sembuh secara sempurna pada kelompok iloprost sebesar
61,9% dibandingkan dengan kelompok lain sebanyak 41% selama 4
minggu (P 0,012); nilai respektif selama 24 minggu sebesar 85,3%
pada iloprost dan 52,% pada kelompok lainnya (P<0,001). Ukuran
ulkus lebih banyak berkurang pada kelompok iloprost.2
Penelitian lain menyebutkan bahwa iloprost secara signifikan
lebih efektif dibandingkan dengan placebo untuk mengurangi rasa
sakit meskipun tidak dibutuhkan, namun iloprost tidak menunjukan
efek yang signifikan jika dibandingkan dengan plasebo dalam
penyembuhan lesi secara total.2
De Haro mengunakan Bosentan sebuah antagonis reseptor
dual endotelin 1, secara oral, yang telah disetujui oleh European Union
untuk mengobati hipertensi arteri pulmonal pada pasien sklerosis
sistemik dengan ulkus digital baru. Terapi dengan Bosentan
menunjukkan hasil perbaikan secara klinis, angiografi, dan outcome
17
fungsional endotel, namun pada penelitian yang lebih besar wajib
untuk mengkonfirmasi hasil-hasil ini.2
5. Hormon pertumbuhan
Pemberian hormon pertumbuhan pada pasien dengan
penyakit arteri perifer dapat meningkatkan konsentrasi faktor
angiogenik pada iskemik tungkai bawah, yang bertujuan memperbaiki
sel endotel untuk berproliferasi, bermigrasi, dan membentuk formasi
pada tungkai yang iskemik. Metode yang berbeda dari terapi
angiogenik ini dilaporkan sejak 2 dekade terakhir.2
Saito et al membuat autolog implantasi sel sumsum tulang
mononuklear pada 7 orang pasien dengan iskemik tungkai oleh karena
penyakit arteri perifer. Meskipun perbaikan tidak konsist terjadi pada
ke 7 kasus, namun semua pasien mengalami perbaikan dari gejala
mereka, kombinasi penggunaan transplantasi autolog sumsum tulang
dengan terapi oksigen hiperbarik dapat dilakukan secara aman dan
efektif diterima sebagai terapi angiogenesis.2
Boda et al melakukan penelitian pada 5 orang pasien ( 4
dengan TAO dan 1 dengan aterosklerosis obliteran) dengan gejala
nyeri saat istirahat dan ulkus yang tidak menyembuh, diterapi dengan
menggunakan autolog sumsum tulang derivat terapi stem sel
menunjukkan perbaikan yang signifikan pada observasi nyeri dan jarak
tempuh berjalan semua pasien.2
6. Simpatektomi
Simpatektomi, terutama pada bagian lumbal, dilakukan pada
pasien iskemik yang tidak mengalami penyembuhan lesi, namun
hasilnya masih belum jelas. Bagaimanapun penelitian menyebutkan
bahwa pasien dengan ABI kurang dari 0,3 menunjukkan respon yang
buruk untuk dilakukan simpatektomi. pasien-pasien dengan iskemia
berat pada ekstremitas atas, thorakoskopi simpatektomi dapat
dilakukan untuk menyelamatkan jaringan maksimal. Prosedur ini
18
minimal invasiv, cenderung aman, dan berhubungan dengan kejadian
komplikasi yang rendah. Bagaimanapun operasi simpatektomi berguna
jika dibarengi dengan penghentian rokok, dan terdapat hal yang
kontroversi oleh karena tindakan ini menunjukkan adanya benefit
namun tidak dalam jangka waktu yang panjang.2
19
Pada pasien dengan TAO, tekanan trans-cutaneous oxygen
pressure tension (tcpO2) meningkat selama 3 bulan, tetap stabil dalam
jangka waktu 4 tahun dan dengan SCS dapat menghilangkan
klaudikasio maupun nyeri saat istirahat namun tetap dibarengi dengan
penghentian konsumsi tembakau (kurang dari 3 rokok perhari).2
I. PROGNOSIS
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu
mengalami amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum
terjadi gangren, angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya
sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari
mereka berpeluang harus diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8
tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple
amputasi.12
20