Anda di halaman 1dari 19

Pengertian penelitian kualitatif

Coba baca ya

Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitaif


Pengertian Penelitian Kualitatif
Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah,
tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah
pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena
yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan
uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau
organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman
tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus
penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang
kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2)
Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan
kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu
dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu
pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya.
Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan
perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada
perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau
jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya
diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian
tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang
memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala
yang diteliti.
Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang
metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik,
hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi
penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.
Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian
kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan
makna dari aspek desain penelitian.
Pengertian penelitian kualitatif lainnya:
Qualitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which
elicit verbal, visual, tactile, olfactory, and gustatory data in the form of descriptive narratives like
field notes, recordings, or other transcriptions from audio- and videotapes and other written
records and pictures or films. Judith Preissle
Penelitian kualitatif juga disebut dengan: interpretive research, naturalistic research,
phenomenological research (meskipun ini disebut sebagai jenis dari penelitian kualitaif yang
dipakai penelitian deskriptif).
Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif
Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua
pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan
tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda.
Pendekatan kuantitatif lebih menitik beratkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan
kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil
analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil
analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi.
Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan
maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung
membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada.
Perbedaan klasik antara kualitatif dan kuantitatif
Qualitative Research Quantitative Research
phenomenological
inductive
holistic
subjective/insider centered
process oriented
anthropological worldview
relative lack of control
goal: understand actors view
dynamic reality assumed; slice of life
discovery oriented
explanatory positivistic
hypothetico/deductive
particularistic
objective/outsider centered
outcome oriented
natural science worldview
attempt to control variables
goal: find facts & causes
static reality assumed; relative constancy in life
verification oriented
confirmatory
Diadaptasi dari Cook and Reichardt (1979)
Tetapi kesimpulan di sini masih terdapat dikotomi karena tidak menerangkan karakter khusus
dari masing-masing jenis penelitian.
Metode Kuantitatif menggunakan angka-angka dan data staistik, seperti: experiments,
correlational studies using surveys & standardized observational protocols, simulations,
supportive materials for case study.
Yang biasanya ditandai dengan: 1. Observe events, 2. Tabulate, 3. Summarize data, 4. Analyze,
5. Draw conclusions
Sedangkan kualitatif menggunakan deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti: open-
ended interviews, naturalistic observation (common in anthropology), document analysis, case
studies/life histories, descriptive dan self-reflective supplements to experiments serta
correlational studies.
Dengan ciri-ciri umum:
1. Observe events (ask questions with open-ended answers)
2. Record/log what is said and/or done
3. Interpret (personal reactions, hypotheses, monitor methods)
4. Return to observe
5. Formal theorizing (speculations and hypotheses)
6. Draw conclusions
Tiga proses yang dipakai
1. Detail tapi open-ended interviews
2. Observasi langsung
3. Menulis dokumen (dengan kata bukan angka)
Ditinjau dari sisi kemudahan
kuantitatif, cukup dengan menggunakan software statistik tertentu lewat media komputer
(meski harus tetap mengetahui proses statistik).
Kualitatif, menganalisis konsep-konsep (bukan hanya satu prosedur)
Kualitatif menggunakan banyak buku sebagai sumber analisa.
Kuantitatif, cukup dengan mempelajari 2-3 artikel.
Sumber: http://qualitativeresearch.ratcliffs.net
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat ilmiah dan juga sistematis sebagaimana
penelitian kuantitatif sekalipun dalam pemilihan sample tidak seketat dan serumit penelitian
kuantitatif.
Dalam memilih sample penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitas, yaitu suatu
teknik pengambilan sample yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih pada
pertimbangan subyektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang
ditelitinya.
Lebih lanjut pada penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan suatu populasi
melainkan untuk mempelajari karakteristik yang diteliti, baik itu orang ataupun kelompok
sehingga keberlakukan hasil penelitian tersebut hanya untuk orang atau kelompok yang sedang
diteliti tersebut.
Perbedaan Antara Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik
untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat
dan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. PErbedaan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif yaitu:
1. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam
konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir;
oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya
gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
praktis.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan
variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-
masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan
formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam
hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
2. Dasar Teori
Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya
interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya
yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang
diteliti. Pada mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi ,
etnologi, serta aliran fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan
terbuka maka ilmu social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut
dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang
intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
3. Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan
pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai
grounded theory research.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan
meramalkan hasilnya.
4. Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah /
berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai
asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya
harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat
spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan
sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain
kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case
study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.
5. Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala
yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-
catatan lapangan pada jsaat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif /
angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk
variable-variajbel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal,
ordinal, interval dan ratio.
6. Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan
pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan
dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan
penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan
bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada
umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample
diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu
diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah
penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang
ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan
varaibel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable
pengganggu.
7. Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan
teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para
peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan
yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen,
foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur
atau tidak terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi
terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam
mencari data, biasanya peneliti menggunakan kuesioner tertulis atau dibacakan. Teknik mengacu
pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan apakah itu data primer atau sekunder.
8. Hubungan dengan yang diteliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak
dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam
praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu
manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu
pendek.
9. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh
dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial,
analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan
dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik,
seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.
Kesimpulan
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan
kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku,
desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada
akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitaif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang
dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan
sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.
Memilih Penelitian Kualitatif: Sebuah Primer untuk Peneliti Teknologi Pendidikan
Marie C. Hoepfl
Sejumlah penulis telah berkomentar tentang kelangkaan penelitian substantif dalam bidang
pendidikan teknologi, dan titik untuk perluasan agenda penelitian sebagai sarana untuk
memperkuat disiplin. Waetjen, dalam panggilan-Nya untuk penelitian baik di bidang pendidikan
teknologi, menyatakan bahwa "permohonan adalah menggunakan jenis penelitian eksperimental
sebanyak mungkin" (1992, hal 30). Menariknya, tiga bidang penelitian perlu dijelaskan dalam
esainya semua akan meminjamkan diri untuk metodologi alternatif, termasuk metodologi
kualitatif.
Baru-baru ini, yang lain telah menyerukan perluasan jenis metode penelitian yang digunakan.
Dari 220 laporan termasuk dalam's review Zuga pendidikan yang berhubungan dengan riset
teknologi (1994), hanya 16 yang diidentifikasi memiliki menggunakan metode kualitatif, dan
catatan Zuga bahwa banyak dari mereka penelitian dilakukan di luar Amerika Serikat. Johnson
(1995) menunjukkan bahwa pendidik teknologi "terlibat dalam penelitian yang probe untuk
pemahaman yang lebih dalam daripada menimbang fitur permukaan." Dia mencatat bahwa
metodologi kualitatif adalah alat yang kuat untuk meningkatkan pemahaman kita mengajar dan
belajar, dan bahwa mereka telah "memperoleh penerimaan meningkat dalam beberapa tahun
terakhir" (hal. 4).
Ada alasan kuat untuk pemilihan metodologi kualitatif dalam arena penelitian pendidikan,
namun banyak orang masih terbiasa dengan metode ini. Para peneliti dilatih dalam penggunaan
desain kuantitatif menghadapi tantangan nyata ketika diminta untuk menggunakan atau mengajar
penelitian kualitatif (Stallings, 1995). Ada, bagaimanapun, tubuh tumbuh sastra yang ditujukan
untuk penelitian kualitatif dalam pendidikan, beberapa yang disintesis di sini.Tujuan artikel ini
adalah untuk menguraikan alasan untuk memilih metodologi kualitatif, dan untuk memberikan
pengenalan dasar dengan fitur dari jenis penelitian.
Paradigma Penelitian Kualitatif Kuantitatif Versus
Para peneliti telah lama memperdebatkan nilai relatif dan kuantitatif penyelidikan kualitatif
(Patton, 1990). penyelidikan fenomenologis, atau penelitian kualitatif, menggunakan pendekatan
naturalistik yang berusaha untuk memahami fenomena dalam konteks pengaturan khusus.
positivisme logis, atau penelitian kuantitatif, menggunakan metode eksperimental dan ukuran
kuantitatif untuk menguji generalisasi hipotesis. Masing-masing mewakili penyelidikan
paradigma yang berbeda secara fundamental, dan tindakan peneliti didasarkan pada asumsi yang
mendasari paradigma masing-masing.
penelitian kualitatif, didefinisikan secara luas, berarti "setiap jenis penelitian yang menghasilkan
temuan tidak tiba di dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi"
(Strauss dan Corbin, 1990, hal 17). Dimana mencari penentuan peneliti kuantitatif kausal,
prediksi, dan generalisasi dari temuan, peneliti kualitatif, bukan mencari pencerahan,
pemahaman, dan ekstrapolasi untuk situasi yang sama. Analisis kualitatif menghasilkan jenis
pengetahuan yang berbeda daripada penyelidikan kuantitatif.
Eisner menunjukkan bahwa semua pengetahuan, termasuk yang diperoleh melalui penelitian
kuantitatif, yang dirujuk dalam kualitas, dan bahwa ada banyak cara untuk mewakili pemahaman
kita tentang dunia:
Ada semacam kontinum yang bergerak dari fiksi yang "benar"-novel misalnya-untuk th e sangat
dikontrol dan kuantitatif dijelaskan percobaan ilmiah. Bekerja di salah satu ujung kontinum ini
memiliki kapasitas untuk menginformasikan secara signifikan. penelitian kualitatif dan evaluasi
terletak menjelang akhir dari kontinum fiktif tanpa fiksi dalam arti sempit istilah Eisner 1991,,
hlm 30-31).
Ini gema sentimen bahwa dari penulis sebelumnya. Cronbach (1975) menyatakan bahwa "tugas
khusus dari ilmuwan sosial di setiap generasi adalah untuk pin down fakta kontemporer. Selain
itu, ia saham dengan sarjana humanistik dan seniman dalam upaya untuk memperoleh informasi
tentang hubungan kontemporer" (hal. 126).
Cronbach mengklaim bahwa penelitian statistik tidak dapat memperhitungkan efek interaksi
banyak yang terjadi dalam pengaturan sosial. Dia memberikan beberapa contoh empiris "hukum"
yang tidak terus benar dalam pengaturan yang sebenarnya untuk menggambarkan hal ini.
Cronbach menyatakan bahwa "waktunya telah datang untuk mengusir hipotesis null," karena
mengabaikan efek yang mungkin penting, tetapi yang tidak signifikan secara statistik (1975, hal
124). penyelidikan kualitatif menerima dan dinamis kualitas kompleks dunia sosial.
Namun, tidak perlu ke pit kedua paradigma terhadap satu sama lain dalam sikap bersaing. Patton
(1990) menganjurkan suatu "paradigma pilihan" yang berusaha "kesesuaian metodologi sebagai
kriteria utama untuk menilai kualitas metodologis. " Ini akan memungkinkan untuk "tanggap
situasional" yang ketaatan satu paradigma atau yang lain tidak akan (hal. 39). Selain itu,
beberapa peneliti percaya bahwa penelitian kualitatif dan kuantitatif secara efektif dapat
dikombinasikan dalam proyek penelitian yang sama (Strauss dan Corbin, 1990; Patton, 1990).
Sebagai contoh, Russek dan Weinberg (1993) mengklaim bahwa dengan menggunakan kedua
data kuantitatif dan kualitatif, penelitian mereka tentang bahan berbasis teknologi untuk kelas
dasar memberikan wawasan bahwa baik jenis analisis dapat menyediakan sendiri.
Dasar Penggunaan suatu Metodologi Kualitatif
Ada beberapa pertimbangan saat memutuskan untuk mengadopsi metodologi penelitian
kualitatif. Strauss dan Corbin (1990) mengklaim bahwa metode kualitatif dapat digunakan untuk
lebih memahami setiap fenomena tentang yang sedikit belum diketahui. Mereka juga dapat
digunakan untuk mendapatkan perspektif baru pada hal-hal yang banyak yang sudah dikenal,
atau untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam yang mungkin sulit untuk
menyampaikan secara kuantitatif. Dengan demikian, metode kualitatif yang tepat dalam situasi
di mana satu perlu terlebih dahulu mengidentifikasi variabel yang lambat mungkin diuji secara
kuantitatif, atau dimana peneliti telah menetapkan bahwa tindakan kuantitatif tidak cukup untuk
menjelaskan atau menafsirkan situasi. Penelitian masalah cenderung dibingkai sebagai-berakhir
pertanyaan terbuka yang akan mendukung penemuan informasi baru. 1994 studi Greene
perempuan dalam perdagangan, misalnya, bertanya, "Apa ciri-ciri pribadi yang tradeswomen
memiliki kesamaan perdagangan? Dalam hal apa, jika ada, peran itu model kontribusi
perempuan terhadap pilihan untuk bekerja di?"
(P. 524a).
Kemampuan data kualitatif untuk lebih menggambarkan suatu fenomena adalah suatu
pertimbangan penting tidak hanya dari sudut pandang peneliti, tetapi dari sudut pandang
pembaca juga. "Jika Anda ingin orang untuk memahami lebih baik dari mereka jika mungkin,
menyediakan mereka informasi dalam bentuk di mana mereka biasanya mengalami hal itu"
(Lincoln dan Guba, 1985, hal 120) laporan penelitian kualitatif., biasanya kaya dengan detail dan
wawasan ke peserta 'pengalaman dunia, "mungkin epistemologis selaras dengan pengalaman
pembaca" (Stake, 1978, hal 5) dan dengan demikian lebih bermakna.
Fitur Penelitian Kualitatif
Beberapa penulis telah mengidentifikasi apa yang mereka anggap sebagai ciri-ciri menonjol
kualitatif, atau naturalistik, penelitian (lihat, sebagai contoh:Bogdan dan Biklen, 1982; Lincoln
dan Guba, 1985; Patton, 1990; Eisner, 1991.) Daftar yang mengikuti merupakan sintesis penulis
deskripsi ini penelitian kualitatif:
1. penelitian kualitatif menggunakan pengaturan alam sebagai sumber data. Peneliti mencoba
untuk mengamati, menggambarkan dan menafsirkan pengaturan seperti mereka, menjaga apa
yang Patton panggilan sebuah "netralitas empati" (1990, hal 55).
2. Peneliti bertindak sebagai "instrumen manusia" pengumpulan data.
3. terutama peneliti kualitatif menggunakan analisis data induktif.
4. laporan penelitian kualitatif deskriptif, menggabungkan bahasa ekspresif dan "kehadiran suara
dalam teks" (Eisner, 1991, hal 36).
5. penelitian kualitatif memiliki karakter interpretif, yang ditujukan untuk menemukan peristiwa
makna "bagi individu yang mengalaminya, dan interpretasi dari makna oleh peneliti.
6. peneliti kualitatif memperhatikan istimewa serta meresap, mencari keunikan masing-masing
kasus.
7. penelitian kualitatif memiliki (sebagai lawan yang telah ditentukan) desain muncul, dan
peneliti fokus pada proses ini muncul sebagai serta hasil atau produk penelitian.
8. penelitian kualitatif dinilai menggunakan kriteria khusus untuk dipercaya (ini akan dibahas
secara rinci pada bagian selanjutnya).
Patton (1990) menunjukkan bahwa ini bukan "karakteristik mutlak penyelidikan kualitatif, tetapi
cita-cita strategis yang memberikan arah dan kerangka kerja untuk mengembangkan desain
tertentu dan taktik pengumpulan data konkret" (hal. 59). Karakteristik ini dianggap "saling
berhubungan" (Patton, 1990, hal 40) dan "saling menguatkan" (Lincoln dan Guba, 1985, hal 39).
Adalah penting untuk menekankan sifat muncul desain penelitian kualitatif. Karena peneliti
berusaha untuk mengamati dan menafsirkan makna dalam konteks, adalah tidak mungkin dan
tidak tepat untuk menyelesaikan strategi penelitian sebelum pengumpulan data telah dimulai
(Patton, 1990). Proposal penelitian kualitatif harus, bagaimanapun, tentukan pertanyaan-
pertanyaan primer untuk dijelajahi dan rencana untuk data koleksi strategi.
Desain khusus dari studi kualitatif tergantung pada tujuan penyelidikan, informasi apa yang akan
paling bermanfaat, dan informasi apa yang akan memiliki kredibilitas yang paling. Tidak ada
kriteria yang ketat untuk ukuran sampel (Patton, 1990). "Penelitian kualitatif biasanya
menggunakan berbagai bentuk ....[ bukti dan] tidak ada uji statistik penting untuk menentukan
apakah 'hasil' count" (Eisner, 1991, hal 39). Hukum tentang manfaat dan kredibilitas yang
diserahkan kepada peneliti dan pembaca.
Peran Peneliti di Inquiry Kualitatif
Sebelum melakukan studi qualtitative, seorang peneliti harus melakukan tiga hal. Pertama, (s) ia
harus mengambil sikap yang disarankan oleh karakteristik paradigma naturalis. Kedua, para
peneliti harus mengembangkan tingkat keterampilan yang sesuai untuk instrumen manusia, atau
kendaraan melalui data yang akan dikumpulkan dan diinterpretasikan. Akhirnya, para peneliti
harus mempersiapkan desain penelitian yang memanfaatkan diterima strategi untuk penyelidikan
naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985).
Glaser dan Strauss (1967) dan Strauss dan Corbin (1990) merujuk pada apa yang mereka sebut
"sensitivitas teoritis" peneliti. Ini adalah konsep yang berguna yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi peneliti keterampilan dan kesiapan untuk mencoba melakukan penyelidikan
kualitatif.
kepekaan teoritis mengacu pada kualitas pribadi peneliti. Hal ini menunjukkan kesadaran seluk-
beluk makna data. ... [Ini] mengacu pada atribut memiliki wawasan, kemampuan untuk memberi
makna pada data, kemampuan untuk memahami, dan kemampuan untuk memisahkan yang
bersangkutan dari apa yang tidak (Strauss dan Corbin, 1990, hal 42) .
Strauss dan Corbin percaya bahwa kepekaan teoritis berasal dari sejumlah sumber, termasuk
literatur profesional, pengalaman profesional, dan pengalaman pribadi. Kredibilitas laporan
penelitian kualitatif sangat bergantung pada kepercayaan pembaca miliki dalam peneliti
kemampuan untuk peka terhadap data dan untuk membuat keputusan yang tepat dalam bidang
(Eisner, 1991; Patton, 1990).
Lincoln dan Guba (1985) mengidentifikasi karakteristik yang membuat manusia itu "alat pilihan"
untuk penyelidikan naturalistik. Manusia responsif terhadap isyarat lingkungan, dan mampu
berinteraksi dengan situasi; mereka memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi pada
tingkat secara bersamaan, mereka dapat melihat situasi secara holistik, mereka mampu
memproses data secepat mereka menjadi tersedia; mereka dapat memberikan umpan balik
langsung dan meminta verifikasi data; dan mereka bisa menjelajahi atau tidak terduga tanggapan
atipikal.
Penelitian Desain dan Strategi Pengumpulan Data
Eisner (1991) mengklaim ada "kekurangan resep metodologis" untuk penelitian kualitatif, karena
pertanyaan seperti tempat premi pada kekuatan peneliti bukan pada standardisasi (hal. 169).
Lincoln dan Guba (1985) memberikan garis besar yang cukup rinci untuk desain penyelidikan
naturalistik, yang meliputi langkah-langkah umum:
1. Menentukan fokus penyelidikan. Hal ini harus menetapkan batas untuk penelitian, dan
memberikan inklusi / kriteria eksklusi untuk informasi baru. Batas, bagaimanapun, dapat diubah,
dan biasanya berada.
2. Tentukan sesuai paradigma penelitian untuk fokus penelitian. Peneliti harus membandingkan
karakteristik paradigma kualitatif dengan tujuan penelitian.
3. Menentukan di mana dan dari siapa data akan dikumpulkan.
4. Tentukan apa yang berturut-turut fase penyelidikan akan,. Tahap satu untuk misalnya,
mungkin fitur-berakhir pengumpulan data terbuka, sedangkan fase berturut-turut akan lebih
terfokus.
5. Tentukan apa yang instrumentasi tambahan dapat digunakan, di luar peneliti sebagai
instrumen manusia.
6. Rencana pengumpulan data dan mode perekaman. Ini harus termasuk bagaimana spesifik
pertanyaan penelitian dan rinci akan, dan bagaimana data akan setia direproduksi.
7. Rencana yang prosedur analisis data yang akan digunakan.
8. Rencana logistik pengumpulan data, termasuk penjadwalan dan penganggaran.
9. Rencana teknik yang akan digunakan untuk menentukan kepercayaan.
Langkah satu dan dua telah dibahas dalam bagian sebelumnya, langkah berikutnya akan dibahas
di bawah ini.
Sampling Strategi untuk Peneliti Kualitatif
Dalam penyelidikan kuantitatif, strategi sampling dominan adalah probability sampling, yang
tergantung pada pemilihan dan perwakilan sampel acak dari populasi yang lebih besar. Tujuan
sampling probabilitas generalisasi berikutnya dari temuan penelitian untuk penduduk.
Sebaliknya, purposive samplingmerupakan strategi yang dominan dalam penelitian kualitatif.
purposive sampling mencari kaya kasus informasi yang dapat dipelajari secara mendalam
(Patton, 1990).
Patton mengidentifikasi dan menggambarkan 16 jenis purposive sampling. Ini termasuk: kasus
menyimpang sampling atau ekstrim; sampling kasus yang khas; sampling variasi maksimum;
snowball sampling atau rantai; konfirmasi atau disconfirming kasus sampling; politik sampling
kasus penting, convenience sampling, dan lain-lain (1990, hal 169-183). Menurut Lincoln dan
Guba (1985), yang berguna strategi yang paling untuk pendekatan naturalistik adalah variasi
sampling maksimum. Strategi ini
bertujuan untuk menangkap dan menggambarkan tema pusat atau hasil pokok yang melintasi
banyak atau program variasi peserta. Untuk sampel kecil banyak heterogenitas dapat menjadi
masalah karena kasus-kasus individu sangat berbeda satu sama lain. Variasi maksimum strategi
sampling jelas ternyata bahwa kelemahan menjadi kekuatan dengan menggunakan logika
berikut: Setiap pola umum yang muncul dari variasi yang besar adalah dari kepentingan tertentu
dan nilai dalam menangkap pengalaman inti dan pusat, aspek bersama atau dampak dari program
(Patton, 1990, p. 172).
variasi sampling maksimum dapat menghasilkan deskripsi rinci dari setiap kasus, di samping
untuk mengidentifikasi pola-pola bersama yang memotong kasus. Lihat Hoepfl (1994) untuk
sebuah ilustrasi strategi ini diterapkan untuk pendidikan riset teknologi. Beberapa contoh studi
kasus sampling juga dapat ditemukan dalam literatur pendidikan teknologi (lihat Brown, 1995;
Hansen, 1995; dan Lewis, 1995 dan 1997)
Terlepas dari fleksibilitas tampak dalam purposive sampling, peneliti harus menyadari tiga jenis
sampling error yang dapat timbul dalam penelitian kualitatif.Yang pertama berkaitan dengan
distorsi yang disebabkan oleh luasnya kurang dalam sampling, yang kedua dari distorsi yang
diperkenalkan oleh perubahan dari waktu ke waktu, dan yang ketiga dari distorsi yang
disebabkan oleh kurangnya kedalaman dalam pengumpulan data pada setiap lokasi (Patton,
1990).
Teknik Pengumpulan Data
Dua bentuk yang berlaku pengumpulan data yang terkait dengan penyelidikan kualitatif adalah
wawancara dan observasi.
Wawancara
wawancara kualitatif dapat digunakan baik sebagai strategi utama untuk pengumpulan data, atau
dalam hubungannya dengan pengamatan, analisis dokumen, atau teknik lain (Bogdan dan Biklen,
1982). Wawancara kualitatif menggunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan untuk setiap
variasi.Patton (1990) menulis tentang tiga jenis kualitatif wawancara: 1) informal, wawancara
percakapan; 2)-wawancara semi terstruktur, dan 3) wawancara, standar terbuka.
Sebuah panduan wawancara atau "jadwal" adalah daftar pertanyaan atau topik umum yang
pewawancara ingin menjelajahi selama wawancara masing-masing. Walaupun siap untuk
memastikan bahwa pada dasarnya informasi yang sama diperoleh dari setiap orang, tidak ada
tanggapan yang telah ditentukan, dan dalam wawancara semi-terstruktur pewawancara bebas
untuk probe dan mengeksplorasi di daerah-daerah penyelidikan yang telah ditentukan. panduan
Wawancara menjamin penggunaan baik waktu wawancara terbatas, mereka membuat
mewawancarai beberapa mata pelajaran yang lebih sistematis dan komprehensif, dan mereka
membantu untuk menjaga interaksi fokus. Sesuai dengan sifat fleksibel desain penelitian
kualitatif, panduan wawancara dapat dimodifikasi dari waktu ke waktu untuk memusatkan
perhatian pada area yang penting tertentu, atau untuk mengecualikan pertanyaan peneliti telah
ditemukan untuk menjadi tidak produktif untuk tujuan penelitian (Lofland dan Lofland, 1984).
Merekam Data. Keputusan dasar memasuki proses wawancara adalah bagaimana untuk merekam
data wawancara. Apakah seseorang mengandalkan catatan tertulis atau tape recorder tampaknya
sebagian besar masalah preferensi pribadi. Sebagai contoh, Patton mengatakan bahwa tape
recorder adalah "diperlukan" (1990, hal 348), sedangkan Lincoln dan Guba "tidak menganjurkan
rekaman kecuali untuk alasan yang tidak biasa" (1985, hal 241). Lincoln dan Guba dasar
rekomendasi mereka pada campur tangan perangkat rekaman dan kemungkinan kegagalan
teknis. Rekaman memiliki keuntungan data menangkap lebih setia daripada buru-buru catatan
tertulis mungkin, dan dapat membuat lebih mudah bagi peneliti untuk fokus pada wawancara.
Pengamatan
Bentuk klasik pengumpulan data atau bidang penelitian naturalistik adalah pengamatan peserta
dalam konteks pemandangan alam. Data observasi digunakan untuk tujuan deskripsi-dari
pengaturan, aktivitas, orang, dan makna dari apa yang diamati dari perspektif peserta.
Pengamatan dapat menyebabkan pemahaman yang lebih dalam dari wawancara saja, karena
memberikan pengetahuan tentang konteks di mana peristiwa terjadi, dan dapat memungkinkan
peneliti untuk melihat hal-hal yang peserta sendiri tidak menyadari, atau bahwa mereka tidak
mau membahas (Patton, 1990). Seorang pengamat terampil adalah orang yang terlatih dalam
proses pemantauan baik dan nonverbal isyarat verbal, dan dalam penggunaan beton,, deskriptif
bahasa ambigu. Sours '(1997) belajar mengajar dan belajar gaya memberikan contoh yang baik
dari bahasa deskriptif diterapkan pada kelas teknologi.
Ada beberapa strategi pengamatan yang tersedia. Dalam beberapa kasus mungkin dan diinginkan
bagi peneliti untuk menonton dari luar, tanpa diamati.Pilihan lain adalah untuk menjaga
kehadiran pasif, yang seperti tidak mengganggu mungkin dan tidak berinteraksi dengan peserta.
Strategi ketiga adalah untuk terlibat dalam interaksi terbatas, intervensi hanya ketika klarifikasi
lebih lanjut tindakan yang diperlukan. Atau peneliti dapat melaksanakan lebih kontrol aktif
pengamatan, seperti dalam kasus wawancara formal, untuk mendapatkan tipe tertentu informasi.
Akhirnya, peneliti dapat bertindak sebagai peserta penuh dalam situasi tersebut, baik dengan atau
dikenal identitas tersembunyi. Masing-masing strategi memiliki kelebihan khusus, kekurangan
dan keprihatinan yang harus diperiksa dengan teliti oleh peneliti (Schatzman dan Strauss, 1973).
Kehadiran pengamat kemungkinan untuk memperkenalkan distorsi dari pemandangan alam yang
peneliti harus sadar, dan bekerja untuk meminimalkan.keputusan kritis, termasuk sejauh mana
peneliti identitas dan tujuan akan terungkap kepada peserta, lamanya waktu yang dihabiskan di
lapangan, dan teknik observasi khusus yang digunakan, adalah sepenuhnya tergantung pada unik
pertanyaan dan sumber daya yang dibawa untuk mempelajari masing-masing. Dalam hal apapun,
peneliti harus mempertimbangkan dan etika tanggung jawab hukum yang berkaitan dengan
observasi naturalistik.
Merekam Data. peneliti Bidang mengandalkan paling berat pada penggunaan catatan lapangan,
yang telah berjalan dengan deskripsi setting, orang, aktivitas, dan suara. catatan lapangan
mungkin termasuk gambar atau peta. Mengakui kesulitan menulis catatan lapangan yang luas
selama observasi, Lofland dan Lofland (1984) merekomendasikan menuliskan catatan yang akan
berfungsi sebagai alat bantu memori ketika catatan lapangan penuh dibangun. Ini harus terjadi
segera setelah pengamatan mungkin, hari yang sama disukai. Selain catatan lapangan, peneliti
dapat menggunakan foto, kaset video, dan kaset audio sebagai sarana akurat menangkap sebuah
setelan.
Mendapatkan Akses dan Kewajiban Peneliti
Berdasarkan pengalaman mereka dengan penelitian naturalistik, Lofland dan Lofland (1984)
percaya bahwa peneliti lebih mungkin untuk mendapatkan akses yang berhasil untuk situasi jika
mereka menggunakan kontak yang dapat membantu menghilangkan hambatan untuk masuk, jika
mereka menghindari 'responden membuang-buang waktu dengan melakukan terlebih dahulu
penelitian untuk informasi yang sudah menjadi bagian dari catatan publik, dan jika mereka
memperlakukan responden dengan sopan. Karena peneliti naturalistik meminta peserta untuk
"memberikan akses bagi kehidupan mereka, pikiran mereka, [dan] emosi mereka," itu juga
penting untuk menyediakan responden dengan deskripsi langsung dari tujuan penelitian (hal. 25).
Lainnya Sumber Data
Satu sumber informasi yang sangat berharga bagi peneliti kualitatif adalah analisis dokumen.
Dokumen tersebut mungkin termasuk catatan resmi, surat, rekening koran, buku harian, dan
laporan, serta data yang diterbitkan digunakan dalam kajian sastra. Dalam studi tentang guru
teknologi dalam pelatihan, Hansen (1995) dianalisis entri jurnal dan memo yang ditulis oleh
peserta, selain wawancara. Hoepfl (1994), di ruang kerjanya penutupan program pendidikan guru
teknologi, laporan surat kabar digunakan, dokumen kebijakan universitas, dan evaluasi diri-data
departemen, jika tersedia, untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara.
Ada beberapa bentuk khusus dari penelitian kualitatif yang hanya mengandalkan pada analisis
dokumen. Sebagai contoh, Gagel (1997) menggunakan proses yang dikenal sebagai pertanyaan
hermeneutika untuk menyelidiki literatur pada kedua literasi dan teknologi. Patton (1990)
memberikan gambaran yang baik dari berbagai orientasi teoritis yang menginformasikan menu
"kaya kemungkinan alternatif dalam penelitian kualitatif" (hal. 65).
Memutuskan Kapan Berhenti Sampling
peneliti kualitatif memiliki beberapa pedoman yang ketat ketika untuk menghentikan proses
pengumpulan data. Kriteria meliputi: 1) kelelahan sumber daya; 2) munculnya keteraturan, dan
3) overextension, atau pergi terlalu jauh melampaui batas-batas penelitian (Guba, 1978).
Keputusan untuk menghentikan pengambilan sampel harus mempertimbangkan tujuan penelitian
ini, kebutuhan untuk mencapai kedalaman melalui triangulasi sumber data, dan kemungkinan
luasnya lebih besar melalui pemeriksaan berbagai situs sampling.
Analisa Data
Bogdan dan Biklen mendefinisikan analisis data kualitatif sebagai "bekerja dengan data,
mengaturnya, melanggar ke dalam satuan dikelola, sintesa itu, mencari pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang akan dipelajari, dan memutuskan apa yang akan Anda memberitahu
orang lain" (1982 , hal 145). peneliti kualitatif cenderung menggunakan analisis data induktif,
yang berarti bahwa tema kritis muncul dari data (Patton, 1990); kualitatif. analisis beberapa
membutuhkan kreativitas, untuk tantangan adalah menempatkan mentah data ke logis berarti,
kategori untuk memeriksa mereka secara holistik, dan untuk menemukan cara untuk
berkomunikasi interpretasi ini kepada orang lain.
Duduk untuk mengatur tumpukan data mentah bisa menjadi tugas menakutkan. Hal ini dapat
melibatkan ratusan halaman transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumen. Mekanisme
penanganan sejumlah besar data kualitatif dapat berkisar dari fisik pemilahan dan penyimpanan
slip kertas untuk menggunakan salah satu dari beberapa program perangkat lunak komputer yang
telah dirancang untuk membantu dalam tugas ini (lihat Brown, 1996, untuk penjelasan dari salah
satu program).
Analisis dimulai dengan identifikasi tema yang muncul dari data mentah, proses kadang-kadang
disebut sebagai "open coding" (Strauss dan Corbin, 1990).Selama open coding, peneliti harus
mengidentifikasi dan ragu-ragu nama kategori konseptual di mana fenomena yang diamati akan
dikelompokkan.Tujuannya adalah untuk membuat deskriptif, kategori multi dimensi yang
membentuk kerangka kerja awal untuk analisis. Kata-kata, frase, atau peristiwa yang tampaknya
serupa dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang sama. Kategori ini dapat secara bertahap
diubah atau diganti selama tahap berikutnya analisis yang mengikuti.
Sebagai data mentah dipecah menjadi potongan-potongan diatur, peneliti juga harus menyusun
"jejak audit"-yaitu, skema untuk mengidentifikasi potongan-potongan data tersebut sesuai
dengan pembicara dan konteksnya. Pengenal khusus dikembangkan mungkin atau tidak dapat
digunakan dalam laporan penelitian, tapi speaker biasanya disebut dengan cara yang memberikan
rasa konteks (lihat, misalnya, Brown, 1996; Duffee dan Aikenhead, 1992; dansours, 1997);
Penelitian Kualitatif. laporan dicirikan dengan menggunakan "suara" dalam teks yang, peserta
kutipan yang menggambarkan tema yang sedang dijelaskan.
Tahap berikutnya analisis melibatkan pemeriksaan ulang kategori yang diidentifikasi untuk
menentukan bagaimana mereka terkait, proses yang rumit kadang-kadang disebut "axial coding"
(Strauss dan Corbin, 1990). Kategori diskrit yang teridentifikasi dalam open coding
dibandingkan dan dikombinasikan dalam baru cara sebagai peneliti mulai memasang "gambaran
besar." Tujuan dari pengkodean adalah untuk tidak hanya menjelaskan tetapi yang lebih penting,
untuk memperoleh pemahaman baru tentang fenomena yang menarik. Oleh karena itu, acara
kausal berkontribusi terhadap fenomena tersebut; rincian deskriptif dari fenomena itu sendiri,
dan konsekuensi dari fenomena yang diteliti semua harus diidentifikasi dan dieksplorasi. Selama
aksial coding peneliti bertanggung jawab untuk membangun model konseptual dan untuk
menentukan apakah ada data yang cukup untuk mendukung interpretasi itu.
Akhirnya, para peneliti harus menerjemahkan model konseptual ke dalam alur cerita yang akan
dibaca oleh orang lain. Idealnya, laporan penelitian akan menjadi erat, tenun akun kaya yang
"mendekati kenyataan itu mewakili" (Strauss dan Corbin, 1990, hal 57). Banyak kekhawatiran
seputar penyajian laporan penelitian kualitatif dibahas dalam bagian "Melihat Penelitian
Kualitatif" yang berikut.
Meskipun tahapan analisis dijelaskan di sini secara linear, dalam praktiknya mereka dapat terjadi
secara bersamaan dan berulang-ulang. Selama aksial coding peneliti dapat menentukan bahwa
kategori yang diidentifikasi awal harus direvisi, yang mengarah ke pemeriksaan ulang data
mentah. Tambahan pengumpulan data dapat terjadi pada titik apapun jika peneliti menyingkap
kesenjangan dalam data,. Bahkan informal, analisis data dimulai dengan pengumpulan dan dapat
dan harus membimbing pengumpulan data berikutnya. Untuk rinci namun sangat dimengerti
penjelasan lebih dari proses analisis, lihat Simpson dan Tuson (1995).
Produk Analisis Data Kualitatif
Dalam teks klasik mereka Penemuan Teori Beralas, Glaser dan Strauss (1967, /> a)
menggambarkan apa yang mereka yakini menjadi tujuan utama penelitian kualitatif: generasi
teori, bukan menguji teori atau deskripsi belaka. Menurut pandangan ini, teori bukan "produk
disempurnakan" tetapi "-mengembangkan entitas yang pernah" atau proses (hal. 32). Glaser dan
Strauss mengklaim bahwa salah satu sifat yang diperlukan teori grounded adalah bahwa hal itu
menjadi "cukup umum dapat diterapkan pada banyak situasi yang beragam dalam wilayah
substantif" (hal. 237).
Pendekatan grounded theory dijelaskan oleh Glaser dan Strauss merupakan bentuk yang agak
ekstrim penyelidikan naturalistik. Hal ini tidak perlu bersikeras bahwa produk penyelidikan
kualitatif menjadi teori yang akan berlaku bagi "banyak situasi yang beragam." Contoh dari
pendekatan yang lebih fleksibel untuk penyelidikan kualitatif dapat diperoleh dari sejumlah
sumber. Sebagai contoh, kedua Patton (1990) dan Guba (1978) menyatakan, dalam kata-kata
yang sama, bahwa "penyelidikan naturalistik selalu soal gelar" dari sejauh mana peneliti
pengaruh tanggapan dan memaksakan kategori pada data. Semakin "murni" penyelidikan
naturalistik, pengurangan kurang dari data ke dalam kategori.
Gambar 1 menggambarkan salah satu interpretasi dari hubungan antara deskripsi, verifikasi, dan
generasi teori-atau, dalam hal ini, perkembangan apa Cronbach (1975) menyebut "hipotesis
kerja," yang menunjukkan suatu bentuk yang lebih penurut analisis dari kata " teori. " Menurut
penafsiran ini, peneliti dapat bergerak antara titik pada deskripsi / kontinum verifikasi selama
analisis, namun produk akhir akan jatuh pada satu titik tertentu, tergantung pada sejauh mana itu
adalah naturalistik.

Gambar 1. Deskripsi, verifikasi dan generasi hipotesis kerja dalam penelitian kualitatif.
Sesuai dengan sikap naturalistik, peneliti mungkin menyimpulkan bahwa, sejauh bahwa temuan
didasarkan pada informasi dari berbagai situasi yang beragam, mereka mungkin akan berlaku
untuk area substantif yang lebih besar. Namun, penerapan mereka untuk situasi tertentu
sepenuhnya tergantung pada kondisi situasi dan kegunaan dari temuan penelitian untuk pembaca
individu.
Menilai Penelitian Kualitatif
Peran Reader yang
Mereka yang berada dalam posisi untuk menilai atau menggunakan temuan penyelidikan
kualitatif harus memainkan berbagai jenis peran dari orang-orang yang meninjau penelitian
kuantitatif. Hal ini karena "tidak ada kebenaran tes didefinisikan secara operasional dapat
diterapkan untuk penelitian kualitatif" (Eisner, 1991, hal 53). Sebaliknya, peneliti dan pembaca
"berbagi tanggung jawab bersama" untuk menetapkan nilai produk penelitian kualitatif (Glaser
dan Strauss, 1967, hal 232). "Pragmatik validasi [penelitian kualitatif] berarti bahwa perspektif
yang disajikan dinilai oleh relevansinya dengan dan digunakan oleh mereka yang itu disajikan:
mereka perspektif dan tindakan bergabung untuk [peneliti] perspektif dan tindakan "(Patton,
1990, hal 485).
Eisner (1991) percaya bahwa tiga Berikut adalah beberapa fitur penelitian kualitatif harus
dipertimbangkan oleh reviewer:
Coherence: Apakah cerita itu masuk akal? Bagaimana kesimpulan telah didukung? Sejauh mana
memiliki beberapa sumber data digunakan untuk memberi kepercayaan kepada interpretasi yang
telah dibuat? (Hal. 53).
Terkait dengan koherensi adalah gagasan tentang "menguatkan struktural," juga dikenal sebagai
triangulasi (hal. 55).
Konsensus: Kondisi di mana para pembaca sebuah karya setuju bahwa temuan dan / atau
interpretasi yang dilaporkan oleh penyidik konsisten dengan pengalaman mereka sendiri atau
dengan bukti yang ditunjukkan (hal. 56).
Akhirnya, peninjau harus menilai laporan:
Instrumental Utility: The Tes yang paling penting dari setiap penelitian kualitatif kegunaannya.
Sebuah studi kualitatif yang baik dapat membantu kita memahami situasi yang seharusnya dapat
membingungkan atau membingungkan (hal. 58).
Sebuah studi yang baik dapat membantu kita mengantisipasi masa depan, bukan dalam arti
prediksi kata, tapi sebagai semacam peta jalan atau petunjuk ". Guides" kami memperhatikan
aspek-aspek dari situasi atau tempat mungkin kita dinyatakan kehilangan (Eisner, 1991 , p. 59).
Menangani Keandalan dalam Penelitian Kualitatif
Pertanyaan mendasar yang disampaikan oleh pengertian dapat dipercaya, menurut Lincoln dan
Guba, sederhana: "Bagaimana seorang penyelidik membujuk atau dia pendengarnya bahwa
temuan penelitian dari penyelidikan patut memperhatikan?" (1985, hal 290). Ketika pekerjaan
kualitatif menghakimi, Strauss dan Corbin (1990) percaya bahwa "kanon biasa 'ilmu baik' ...
memerlukan redefinisi dalam rangka cocok dengan realitas dari penelitian kualitatif" (hal. 250).
Lincoln dan Guba (1985, p . 300) telah mengidentifikasi satu alternatif seperangkat kriteria yang
sesuai dengan yang biasanya digunakan untuk menilai kerja kuantitatif (lihat Tabel 1).
Tabel 1
Perbandingan kriteria untuk menilai kualitas penelitian kuantitatif versus kualitatif
Istilah Konvensional Naturalistik istilah
validitas internal Kredibilitas
validitas eksternal sifat dpt dipindahkan
keandalan Keteguhan
objektivitas Konfirmabilitas
Smith dan Heshusius (1986) tajam mengkritik para penulis, seperti Lincoln dan Guba, yang
mereka yakini telah mengadopsi sikap dari "detente" dengan rasionalis. Mereka sangat marah
oleh dan Guba gunanya Lincoln "kriteria sebanding," yang ke mata mereka terlihat sedikit
berbeda dari kriteria konvensional mereka seharusnya menggantikan. Dalam kedua kasus, harus
ada "kepercayaan pada asumsi bahwa apa yang dikenal-baik itu kenyataan yang ada atau
ditafsirkan realitas-berdiri independen penyelidik dan dapat dijelaskan tanpa distorsi oleh
penanya" (hal. 6). Smith dan Heshusius mengklaim bahwa penelitian naturalistik dapat hanya
menawarkan sebuah "interpretasi dari interpretasi orang lain," dan bahwa untuk mengasumsikan
sebuah realitas independen adalah "tidak dapat diterima" bagi peneliti kualitatif (hal. 9).
sikap mereka adalah satu kuat, karena satu-satunya realitas itu menerima adalah pikiran
tergantung pada satu sepenuhnya, yang akan bervariasi dari individu ke individu, dalam kata
lain, untuk Smith dan Heshusius, tidak ada "di luar sana" di luar sana. Untuk peneliti, tidak
mungkin untuk memilih interpretasi terbaik dari antara yang tersedia, karena tidak ada teknik
atau interpretasi dapat "epistemologis istimewa" (hal. 9). Untuk mempertahankan posisi ini
tampaknya akan meniadakan nilai melakukan penelitian sama sekali, karena melarang
kemungkinan mendamaikan interpretasi alternatif.
Oleh karena itu, penting untuk menentukan kriteria konsisten dengan paradigma naturalistik,
namun yang memungkinkan untuk suatu pernyataan bahwa "ilmu yang baik" telah dilakukan.
Pada bagian berikut, dan naturalistik kriteria konvensional akan dibahas, dengan tujuan memilih
kriteria yang sesuai untuk menilai kepercayaan keseluruhan penelitian kualitatif.
Validitas Internal versus Kredibilitas
Dalam penyelidikan konvensional, validitas internal mengacu pada sejauh mana temuan akurat
menggambarkan realitas (. Lincoln dan Guba1985) menyatakan bahwa "penentuan isomorfisma
tersebut pada prinsipnya tidak mungkin" (hal. 294), karena salah satu harus mengetahui "sifat
yang tepat dari realitas" dan, jika satu tahu ini sudah, tidak akan ada perlu mengujinya (hal. 295).
Peneliti konvensional harus mendalilkan hubungan dan kemudian menguji mereka, postulat tidak
dapat dibuktikan, tetapi hanya memalsukan cukup. Naturalistik Peneliti, di lain pihak,
mengasumsikan adanya beberapa realitas dan upaya untuk mewakili beberapa realitas ini.
Kredibilitas menjadi tes untuk ini.
Kredibilitas kurang tergantung pada ukuran sampel dari pada kekayaan informasi yang
dikumpulkan dan pada kemampuan analitis peneliti (Patton, 1990).Hal ini dapat ditingkatkan
melalui triangulasi data. Patton mengidentifikasi empat tipe triangulasi: 1) metode triangulasi; 2)
triangulasi data; 3) triangulasi melalui beberapa analis, dan 4) triangulasi teori. Teknik lainnya
untuk mengatasi kredibilitas meliputi pembuatan segmen data baku yang tersedia bagi orang lain
untuk menganalisis, dan penggunaan "cek anggota," di mana responden diminta untuk
menguatkan temuan (Lincoln dan Guba, 1985, hal 313-316).
Validitas Eksternal / generalisasi versus transfer
Dalam penelitian konvensional, validitas eksternal mengacu pada kemampuan untuk
menggeneralisasi temuan di setting yang berbeda. Membuat generalisasi mencakup trade-off
antara dan eksternal validitas internal (Lincoln dan Guba, 1985). Artinya, dalam rangka untuk
membuat pernyataan digeneralisasikan yang berlaku untuk banyak konteks, kita bisa hanya
mencakup aspek-aspek terbatas dari setiap konteks lokal.
Lincoln dan Guba (1985) mengakui bahwa generalisasi adalah "sebuah konsep menarik," karena
memungkinkan kemiripan prediksi dan kontrol atas situasi (hal. 110-111). Namun mereka
berpendapat bahwa adanya kondisi lokal "membuat tidak mungkin untuk menggeneralisasi" (hal.
124). Cronbach (1975) membahas masalah tersebut dengan mengatakan:
Masalahnya, seperti yang saya lihat, adalah bahwa kita tidak dapat menyimpan hingga
generalisasi dan konstruksi untuk perakitan akhir ke jaringan. Seolah-olah kita membutuhkan
kotor sel kering untuk tenaga mesin dan hanya bisa membuat satu bulan. Energi yang akan bocor
keluar dari sel pertama sebelum kami setengah selesai baterai (hal. 123).
Menurut Cronbach, "ketika kita memberikan bobot yang tepat untuk kondisi lokal, setiap
generalisasi adalah hipotesis kerja, bukan kesimpulan" (hal. 125).
Dalam paradigma naturalistik, dengan transfer dari hipotesis kerja untuk situasi lain tergantung
pada tingkat kesamaan antara situasi asli dan situasi untuk yang ditransfer. Peneliti tidak dapat
menentukan pengalihan temuan; ia hanya dapat memberikan informasi yang memadai yang
kemudian dapat digunakan oleh pembaca untuk menentukan apakah temuan berlaku untuk
situasi baru (Lincoln dan Guba, 1985) untuk lain. penulis yang sama menggunakan bahasa
menggambarkan transfer, jika bukan kata itu sendiri. Sebagai contoh, Stake (1978) merujuk pada
apa yang ia sebut "generalisasi naturalistik" (hal. 6).Patton menunjukkan bahwa "ekstrapolasi"
adalah istilah yang tepat untuk proses ini (1990, hal 489). Eisner mengatakan itu merupakan
bentuk dari "generalisasi retrospektif" yang dapat memungkinkan kita untuk memahami masa
lalu kita (dan masa depan) pengalaman dengan cara yang baru (1991, hal 205).
Keandalan versus Ketergantungan
Kirk dan Miller (1986) mengidentifikasi tiga jenis keandalan sebagaimana dimaksud dalam
penelitian konvensional, yang berhubungan dengan: 1) sejauh mana suatu pengukuran, diberikan
berulang kali, tetap sama, 2) stabilitas pengukuran dari waktu ke waktu, dan 3) kesamaan
pengukuran dalam jangka waktu tertentu (hal. 41-42). Mereka mencatat bahwa "isu-isu
reliabilitas telah menerima sedikit perhatian" dari para peneliti kualitatif, yang bukan fokus pada
pencapaian validitas yang lebih besar dalam pekerjaan mereka (hal. 42). Meskipun mereka
memberikan beberapa contoh bagaimana keandalan mungkin dipandang dalam pekerjaan
kualitatif, esensi dari contoh ini dapat diringkas dalam pernyataan berikut oleh Lincoln dan Guba
(1985): "Karena tidak mungkin ada validitas tanpa reliabilitas (dan dengan demikian tidak ada
kredibilitas tanpa ketergantungan), demonstrasi mantan cukup untuk menetapkan kedua "(hal.
316).
Namun demikian, Lincoln dan Guba melakukan mengusulkan salah satu ukuran yang mungkin
meningkatkan keandalan penelitian kualitatif. Itu adalah penggunaan "audit penyelidikan," di
mana tinjauan menguji kedua proses dan hasil penelitian untuk konsistensi (1985, hal 317).
Objektivitas versus konfirmabilitas
kebijaksanaan konvensional mengatakan bahwa penelitian yang bergantung pada ukuran
kuantitatif untuk menentukan situasi relatif bebas nilai, dan karena itu objektif. penelitian
kualitatif, yang mengandalkan interpretasi dan juga diakui sebagai nilai-terikat, dianggap
subjektif. Dalam dunia penelitian konvensional, subjektivitas mengarah pada hasil yang baik
tidak dapat diandalkan dan tidak valid. Ada banyak peneliti, bagaimanapun, yang
mempertanyakan objektivitas benar tindakan statistik dan, memang, kemungkinan pernah
mencapai objektivitas murni sama sekali (Lincoln dan Guba, 1985; Eisner, 1991).
Patton (1990) berpendapat bahwa istilah objektivitas dan subjektivitas telah menjadi "amunisi
ideologis dalam perdebatan paradigma." Dia lebih suka "menghindari menggunakan kata baik
dan tetap keluar dari perdebatan sia-sia tentang subjektivitas versus objektivitas. "Sebaliknya, ia
berusaha untuk" netralitas empati "(hal. 55). Meskipun mengakui bahwa kedua kata tampaknya
bertentangan, menunjukkan Patton keluar empati bahwa "adalah sikap terhadap orang satu
pertemuan, sementara netralitas adalah sikap terhadap temuan" (hal. 58). Seorang peneliti yang
netral mencoba menjadi tidak menghakimi, dan berusaha untuk melaporkan apa yang ditemukan
secara seimbang.
Lincoln dan Guba (1985) memilih untuk berbicara tentang "konfirmabilitas" penelitian ". sebuah
Dalam arti, mereka mengacu pada derajat yang peneliti dapat menunjukkan netralitas penelitian
interpretasi, melalui konfirmabilitas" audit. Ini berarti memberikan jejak audit yang terdiri dari 1)
data mentah; 2) catatan analisis;) rekonstruksi dan sintesis produk 3; 4) catatan proses; 5) catatan
pribadi, dan 6) informasi perkembangan awal (hal. 320 -321).
Berkenaan dengan obyektivitas dalam riset kualitatif, mungkin berguna untuk menghidupkan ke
Phillips (1990), yang mempertanyakan apakah ada benar-benar banyak perbedaan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif:
pekerjaan buruk sejenis baik sama akan menyesalkan, dan bekerja baik, baik secara masih-
terbaik-hanya tentatif. Tapi baik bekerja di kedua kasus secara obyektif, dalam arti bahwa ia
telah dibuka untuk kritik, alasan dan bukti yang ditawarkan pada kedua kasus akan bertahan
dicermati serius. Karya-karya akan menghadapi bantahan potensial, dan sejauh mereka telah
selamat, mereka akan dianggap sebagai layak penyelidikan lebih lanjut (hal. 35).
Diskusi dan Kesimpulan
Pada peningkatan minat penelitian kualitatif dalam beberapa tahun terakhir waran pemahaman
dasar paradigma ini pada bagian dari semua pendidikan peneliti teknologi. Ini gambaran umum
metode penelitian kualitatif dan masalah merupakan titik awal hanya untuk mereka yang tertarik
menggunakan dan / atau meninjau penelitian kualitatif. Pembaca dapat memilih dari tubuh
tumbuh literatur tentang topik untuk panduan lebih lanjut.
Keputusan untuk menggunakan metodologi kualitatif harus dipertimbangkan secara hati-hati;
sifatnya, penelitian kualitatif dapat secara emosional berat dan sangat memakan waktu. Pada saat
yang sama, dapat menghasilkan informasi yang kaya tidak mungkin diperoleh melalui teknik
sampling statistik.
Di masa lalu, mahasiswa pascasarjana merenungkan menggunakan penyelidikan kualitatif
diberitahu bahwa mereka harus "menjual" ide untuk anggota komite penelitian mereka, yang
mungkin akan memandang penelitian kualitatif sebagai lebih rendah daripada penelitian
kuantitatif. Untungnya, di universitas paling bahwa kepercayaan telah berubah, ke titik di mana
penelitian kualitatif adalah paradigma pilihan di beberapa sekolah. Meskipun penerimaan ini
berkembang, para peneliti baru masih dapat menghadapi kesulitan dalam menemukan penasihat
fakultas yang terampil dalam jenis penelitian.
peneliti kualitatif memiliki tanggung jawab khusus untuk mata pelajaran mereka dan
pembacanya. Karena tidak ada uji statistik untuk signifikansi dalam penelitian kualitatif, peneliti
menanggung beban menemukan dan menafsirkan pentingnya apa yang diamati, dan membangun
hubungan yang masuk akal antara apa yang diamati dan kesimpulan yang diambil dalam laporan
penelitian. Untuk melakukan semua ini terampil memerlukan pemahaman yang solid tentang
paradigma penelitian dan, idealnya, praktek dipandu dalam penggunaan pengamatan kualitatif
dan teknik analisis.
Ada banyak desain penelitian yang berguna, seleksi yang tergantung pada pertanyaan penelitian
yang diminta. Yang paling penting, pendidik teknologi harus bangkit untuk menantang untuk
menemukan dan menggunakan ketat, teknik penelitian yang sesuai yang membahas pertanyaan
penting menghadap lapangan.

Referensi
Bogdan, RC, & Biklen, SK (1982). penelitian kualitatif untuk pendidikan: Suatu pengantar teori
dan metode. Boston: Allyn dan Bacon, Inc
Brown, DC (1996). Mengapa bertanya mengapa: pola dan tema dari atribusi kausal di tempat
kerja. Journal of Industrial Pendidikan Guru, 33(4), 47-65.
Cronbach, LJ (1975, Februari). Di luar dua disiplin ilmu psikologi ilmiah. Amerika Psikolog,
30(2), 116-127.
Duffee, L., & Aikenhead, G. (1992). Kurikulum berubah, evaluasi siswa, dan praktis
pengetahuan guru. Ilmu Pendidikan, 76(5), 493-506.
Eisner, EW (1991). Mata tercerahkan: penyelidikan kualitatif dan peningkatan praktik
pendidikan. New York, NY: Macmillan Publishing Company.
Gagel, C. (1997). Melek dan teknologi: refleksi dan wawasan untuk keaksaraan teknologi.
Journal of Industrial Pendidikan Guru, 34(3), 6-34.
Glaser, BG, & Strauss, AL (1967). Penemuan grounded theory. Chicago, IL: Perusahaan
Penerbitan Aldine.
Greene, CK (1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan perempuan untuk bekerja di
perdagangan. Disertasi Abstrak International,56(2), 524a.
Guba, EG (1978). Menuju metodologi inkuiri naturalistik dalam evaluasi pendidikan. Monografi
8. Los Angeles: UCLA Pusat Studi Evaluasi.
Hansen, RE (1995). Guru sosialisasi dalam pendidikan teknologi. Jurnal Teknologi Pendidikan,
6(2), 34-45.
Hoepfl, M. (1994). Penutupan guru program pendidikan teknologi: faktor yang mempengaruhi
keputusan penghentian.Morgantown, WV: diterbitkan disertasi doktor.
Johnson SD (1995, Spring). Apakah penelitian kita tahan di bawah pengawasan? Jurnal
Pendidikan Guru Industri, 32(3), 3-6.
Kirk, J., & Miller, ML (1986). Reliabilitas dan validitas dalam penelitian kualitatif. Beverly
Hills: Sage Publications.
Lewis, T. (1997). Dampak teknologi pada pekerjaan dan pekerjaan dalam industri percetakan -
implikasi untuk kurikulum kejuruan. Journal of Industrial Pendidikan Guru, 34(2), 7-28.
Lewis, T. (1995). Di dalam tempat kerja keaksaraan inisiatif tiga: kemungkinan dan batas-batas
lembaga kejuruan. Journal of Industrial Pendidikan Guru, 33(1), 60-82.
Lincoln, YS, dan Guba, EG (1985). Naturalistik penyelidikan. Beverly Hills, CA: Sage
Publications, Inc
Lofland, J., & Lofland, LH (1984). Menganalisis pengaturan sosial. Belmont, CA: Wadsworth
Publishing Company, Inc
Patton, MQ (1990). Evaluasi kualitatif dan Metode Penelitian (2nd ed.). Newbury Park, CA:
Sage Publications, Inc
Phillips, DC (1990). Subjektivitas dan objektivitas: Sebuah penyelidikan objektif. Dalam Eisner
dan Peshkin (Eds.) pertanyaan kualitatif dalam pendidikan: Perdebatan terus (hal. 19-37). New
York: Guru Tekan College.
Russek, BE, & Weinberg, SL (1993). metode campuran dalam studi penerapan teknologi
berbasis bahan di kelas SD. Evaluasi dan Perencanaan Program, 16(2), 131-142.
Schatzman, L., & Strauss, AL (1973). Bidang penelitian. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall,
Inc
Simpson, M., & Tuson, J. (1995). observasi Menggunakan skala dalam penelitian kecil: Panduan
pemula. Edinburgh: Dewan Skotlandia untuk Penelitian dalam Pendidikan. ERIC Dokumen
394991.
Smith, JK, & Heshusius, L. (1986, Januari). Menutup percakapan: akhir kuantitatif kualitatif
perdebatan di kalangan-pendidikan. Inquirers Para Peneliti Pendidikan, 15(1), 4-12.
Sours, JS (1997). Sebuah analisis deskriptif pembelajaran pendidikan gaya teknis. University of
Arkansas: Tidak diterbitkan disertasi doktor.
Stake, RE (1978, Februari). Studi kasus Metode dalam penyelidikan sosial. Pendidikan Peneliti,
7(2), 5-8.
Stallings, WM (1995, April). Pengakuan dari seorang peneliti kuantitatif pendidikan mencoba
untuk mengajar riset kualitatif. Pendidikan Peneliti, 24(3), 31-32.
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Dasar-dasar penelitian kualitatif: teori Beralas prosedur dan
teknik. Newbury Park, CA: Sage Publications, Inc
Waetjen, WB (1992, Juni). Membentuk masa depan profesi. Scottsdale, AZ: Paper disajikan
pada Simposium Camelback Yayasan Teknis Amerika.
Zuga, KF (1994). pendidikan teknologi Pelaksana: Sebuah tinjauan dan sintesis dari literatur
penelitian. Columbus, OH: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kerja.
________________________________________
Hoepfl Marie adalah Asisten Profesor di Departemen Teknologi di Appalachian State University,
Boone, NC.
Diposkan oleh edy riyadi di 08.55

Anda mungkin juga menyukai