Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS UNDANG-UNDANG ATAU PERATURAN AMDAL TERKAIT DENGAN

PENCEMARAN UDARA

A. Analisis peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang


pengendalian pencemaran udara presiden Republik Indonesia, dengan peraturan
menteri negara lingkungan hidup nomor 12 tahun 2010 tentang pelaksanaan
pengendalian pencemaran udara di daerah menteri negara lingkungan hidup
Analisis
UU Nomor 41 Peraturan
tahun 1999 menteri negara
tentang lingkungan hidup
pengendalian nomor 12 tahun
pencemaran 2010 tentang
Pasal
Angka udara presiden pelaksanaan Perbedaan
1
republik pengendalian
indonesia pencemaran
udara di daerah
menteri negara
lingkungan hidup

1 pencemaran Pencemaran udara Bedanya pada permen


udara adalah adalah masuknya 1999 yakni mutu
masuknya atau atau udara ambien turun
dimasukkannya dimasukkannya perlahan hingga pada
zat, energi, zat, energi, tingkat tingkat
dan/atau dan/atau tertentu yang
komponen lain komponen lain ke menyebabkan udara
ke dalam udara dalam udara ambien tidak dapat
ambien oleh ambien oleh memenuhi fungsi
kegiatan kegiatan manusia, sebagaiman mestinya.
manusia, sehingga Sedangkan pada
sehingga mutu melampaui baku permen 2010 udara
1
udara ambien mutu udara yang ambien
turun sampai ke telah ditetapkan. keberadaannya tak
tingkat tertentu lagi seimbang
yang sehingga komponen
menyebabkan yang mencemari
udara ambien udara ambien telah
tidak dapat melampaui baku mutu
memenuhi udara yang telah
fungsinya; ditetapkan.

2 Pengendalian pencemaran udara


-
adalah upaya pencegahan dan/atau
penanggulangan pencemaran udara
serta pemulihan mutu udara;

3 Sumber pencemar adalah setiap usaha


dan/atau kegiatan yang mengeluarkan
bahan pencemar ke udara yang
-
menyebabkan udara tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.

4 Udara ambien adalah udara bebas


dipermukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam
wilayah yurisdiksi republik indonesia
-
yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia,makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya;

5 Mutu udara ambien adalah kadar zat,


energi, dan/atau komponen lain yang
-
ada di udara bebas;

6 Status mutu udara ambien adalah


keadaan mutu udara di suatu tempat
-
pada saat dilakukan inventarisasi;

7 Baku mutu udara ambien adalah


ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan /atau komponen yang ada atau
-
yang seharusnya ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang
keberadaanya dalam udara ambien
8 Perlindungan Emisi adalah zat,
mutu udara energi dan/atau
ambien adalah komponen lain
upaya yang yang dihasilkan
dilakukan agar dari suatu kegiatan
udara ambien yang masuk
dapat memenuhi dan/atau
fungsi dimasukkanya ke -
sebagaimana dalam udara
mestinya ambien yang
mempunyai
dan/atau tidak
mempunyai
potensi sebagai
unsur pencemar.
9 Emisi adalah Sumber emisi permen 2010 angka 8
zat, energi adalah setiap ini sama dengan
dan/atau usaha dan/atau permen 1999 angka 9.
komponen lain kegiatan yang Angka 9 pada permen
yang dihasilkan mengeluarkan 1999 membahas
dari suatu emisi dari sumber mengenai emisi,
kegiatan yang bergerak, sumber sedangkan angka 9
masuk dan/atau bergerak spesifik, pada pemen 2010
dimasukkannya sumber tidak membahas tentang
ke dalam udara bergerak, maupun sumber emisi.
ambien yang sumber tidak
mempunyai bergerak spesifik.
dan/atau tidak
mempunyai
potensi sebagai
unsur pencemar
10 Mutu emisi Sumber bergerak permen 1999 angka
adalah emisi adalah sumber 10 tentang mutu
yang boleh emisi yang emisi. Sedangkan
dibuang oleh bergerak atau tidak pemen 2010 angka 10
suatu kegiatan tetap pada suatu tentang sumber
ke udara ambien tempat yang bergerak.
berasal dari
kendaraan
bermotor.
11 Sumber emisi Sumber tidak Permen 1999 angka 11
adalah setiap bergerak adalah isinya sama dengan
usaha dan/atau sumber emisi yang permen 2010 angka 9.
kegiatan yang tetap pada suatu Permen 1999 angka 11
mengeluarkan tempat isinya tentang sumber
emisi dari emisi. Kalau permen
sumber 2010 angka 11 isinya
bergerak, tentang sumber tidak
sumber bergerak bergerak.
spesifik, sumber
tidak bergerak
maupun sumber
tidak bergerak
spesifik
12 Sumber Baku mutu emisi permen 1999 angka
bergerak adalah sumber tidak 12 ini sama dengan
sumber emisi bergerak adalah permen 2010 angka
yang bergerak batas kadar 10. Permen 1999
atau tidak tetap maksimum angka 12 tentang
pada suatu dan/atau beban sumber bergerak. Dan
tempat yang emisi maksimum permen 2010 angka
berasal dari yang 12 tentang Baku mutu
kendaraan diperbolehkan emisi sumber tidak
bermotor masuk atau bergerak
dimasukkan ke
dalam udara
ambien.
13 Sumber Baku mutu emisi pada permen 1999
bergerak gas buang angka 13 diterangkan
spesifik adalah kendaraan mengenai sumber
sumber emisi bermotor adalah bergerak yang spesifik
yang bergerak batas maksimum dimana terdiri dari
atau tidak tetap zat atau bahan emisi yang bergerak
pada suatu pencemar yang sedangkan pada
tempat yang boleh dikeluarkan permen 2010 angka
berasal dari langsung dari pipa 13 dijelaskan
kereta api, gas buang mengenai baku mutu
pesawat terbang, kendaraan emisi gas buang pada
kapal laut dan bermotor. kendaraan bermotor
kendaraan berat
lainnya
14 Sumber tidak Kendaran permen 1999 angka
bergerak adalah bermotor adalah 14 berbeda isi dengan
sumber emisi kendaraan yang permen 2010. Kalau
yang tetap pada digerakkan oleh permen 1999 tentang
suatu tempat peralatan teknik penegrtian sumber
yang berada pada tidak bergerak
kendaraan itu. (yangsama dengan
permen 2010 angka
11). Sedangkan
permen 2010 tentang
pengertian kendaraan
bermotor.
15 Sumber tidak Kendaraan permen 1999 angka
bergerak bermotor lama 15berisi tentang
spesifik adalah adalah kendaraan pengertian sumber
sumber emisi yang sudah emisi tidak bergerak
yang tetap pada diproduksi, dirakit spesifik. Sedangkan
suatu tempat atau diimpor dan permen 2010 angka 15
yang berasal sudah beroperasi pengertian tentang
dari kebakaran di jalan wilayah kendaraan bermotor
hutan dan republik lama.
pembakaran indonesia.
sampah
16 Baku mutu Inventarisasi permen 1999 angka 16
emisi sumber adalah kegiatan berisi tentang
tidak bergerak untuk pengertian baku mutu
adalah batas mendapatkan data emisi sumber tidak
kadar dan informasi bergerak spesifik.
maksimum yang berkaitan Sedangkan permen
dan/atau beban dengan mutu 2010 angka 16
emisi udara. pengertian tentang
maksimum yang inventarisasi.
diperbolehkan
masuk atau
dimasukkan ke
dalam udara
ambien
17 Ambang batas Menteri adalah permen 1999 angka
emisi gas buang menteri yang 17 berisi tentang
kendaraan menyelenggarakan pengertian ambang
bermotor adalah urusan batas emisi gas buang
batas maksimum pemerintahan di kendaraan bermotor.
zat atau bahan bidang Sedangkan permen
pencemar yang perlindungan dan 2010 angka 17
boleh pengelolaan pengertian tentang
dikeluarkan lingkungan hidup. menteri.
langsung dari
pipa gas buang
kendaraan
bermotor
18 Sumber angka 18, 19, 20, 22,
gangguan adalah 24,25, 26, 28, 29 dan
sumber 30 di permen 1999
pencemar yang tidak ada di permen
menggunakan 2010
media udara
atau padat untuk
penyebarannya,
yang berasal -
dari sumber
bergerak,
sumber bergerak
spesifik, sumber
tidak bergerak,
atau sumber
tidak bergerak
spesifik
19 Baku tingkat
gangguan adalah
batas kadar
maksimum
sumber
-
gangguan yang
diperbolehkan
masuk ke udara
dan/atau zat
padat
20 Ambang batas
kebisingan
kendaraan
bermotor adalah
batas maksimum
energi suara
yang boleh -
dikeluarkan
langsung dari
mesin dan/atau
transmisi
kendaraaan
bermotor
21 Kendaraan
bermotor adalah
kendaraan yang
digerakkan oleh
-
peralatan teknik
yang berada
pada kendaraan
itu
22 Kendaraan
bermotor tipe
baru adalah
kendaraan
bermotor yang
menggunakan
mesin dan/atau
Transmisi tipe
baru yang siap
diproduksi dan
dipasarkan, atau
kendaraan yang
sudah beroperasi
Tetapi akan
-
diproduksi ulang
dengan
perubahan
desain mesin
dan sistem
transmisinya,
atau Kendaraan
bermotor yang
diimpor tetapi
belum
beroperasi di
jalan wilayah
republik
indonesia
23 Kendaraan
bermotor lama
adalah
kendaraan yang
sudah
diproduksi,
-
dirakit atau
diimpor dan
sudah beroperasi
di jalan wilayah
republik
indonesia
24 Uji tipe emisi
adalah
pengujian emisi
terhadap -
kendaraan
bermotor tipe
baru
25 Uji tipe
kebisingan
adalah
pengujian
tingkat
-
kebisingan
terhadap
kendaraan
bermotor tipe
baru
26 Indeks standar
pencemar udara
(ispu) adalah
angka yang
tidak
mempunyai
satuan yang
menggambarkan
kondisi mutu
udara ambien di -
lokasi tertentu,
yang didasarkan
kepada dampak
terhadap
kesehatan
manusia, nilai
estetika dan
makhluk hidup
lainnya
27 Inventarisasi
-
adalah kegiatan
untuk
mendapatkan
data dan
informasi yang
berkaitan
dengan mutu
udara
28 Instansi yang
bertanggung
jawab adalah
instansi yang
bertanggung
-
jawab di bidang
pengendalian
dampak
lingkungan;

29 Menteri adalah
menteri yang
ditugasi untuk
-
mengelola
lingkungan
hidup
30 Gubernur adalah
gubernur kepala -
daerah tingkat i
2 Pengendalian Peraturan menteri perbedaan di pasal 2
pencemaran ini bertujuan untuk ini adalah kalau di
udara meliputi memberikan permen 1999
pengendalian pedoman bagi membahas tentang
dari usaha pemerintah bagian dari
dan/atau provinsi dan pengendalian
kegiatan sumber pemerintah pencemaran udara.
bergerak, kabupaten/kota Sedangkan pada
sumber bergerak dalam permen 2010
spesifik, sumber melaksanakan membahas tentang
tidak bergerak, pengendalian tujuan peraturan
dan sumber pencemaran udara. menteri.
tidak bergerak
spesifik yang
dilakukan
dengan upaya
pengendalian
sumber emisi
dan/atau sumber
gangguan yang
bertujuan untuk
mencegah
turunnya mutu
udara ambien.
3 Perlindungan Ruang lingkup Permen 1999
mutu udara pengendalian
ambien penceman udara tentang dasar
didasarkan pada yang diatur dalam dari
baku mutu udara peraturan menteri
ambien, status Perlindungan
mutu udara mutu udara
ambien, baku
mutu emisi, ambien
ambang batas didasarkan.
emisi gas buang,
baku tingkat Sedangkan
gangguan, Permen 2010
ambang batas
kebisingan dan mengenai
indeks standar Ruang lingkup
pencemar udara.
pengendalian
penceman
udara yang
diatur dalam
peraturan
menteri.

4 (1) baku mutu (1) gubernur sama sama membahas


udara ambien menetapkan baku tentang baku mutu.
nasional mutu udara Tetapi isi di dalamnya
ditetapkan ambien daerah berbeda
sebagai batas berdasarkan
maksimum mutu pertimbangan :
udara ambien A. Status mutu
untuk mencegah udara ambien di
terjadinya daerah yang
pencemaran bersangkutan; dan
udara, B. Baku mutu
sebagaimana udara ambien
terlampir dalam nasional.
peraturan (2) baku mutu
pemerintah ini. udara ambien
(2) baku mutu daerah
udara ambien sebagaimana
nasional dimaksud pada
sebagaimana bagian (1)
dimaksud pada ditetapkan dengan
bagian (1) dapat ketentuan sama
ditinjau kembali dengan atau lebih
ketat dari baku
setelah 5 (lima) mutu udara
tahun. ambien nasional.
(3) penetapan
baku mutu udara
ambien daerah
sebagaimana
dimaksud pada
bagian (1)
dilakukan sesuai
dengan pedoman
teknis penetapan
baku mutu udara
ambien
sebagaimana
tercantum dalam
lampiran i yang
merupakan bagian
yang tidak
terpisahkan dari
peraturan menteri
ini.

5 permen 1999
membahas tentang
baku mutu. Tetapi isi
permen 2010 tentang
status mutu udara
ambien, inventarisasi
dan pedoman teknis
penetapan status mutu
udara ambien.

6 permen 1999 membahas tentang status mutu udara ambien instansi yang
bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan daerah gubernur
menetapkan status mutu udara ambien daerah berdasarkan hasil inventarisasi,
kepala instansi yang bertanggung jawab menetapkan pedoman teknis
inventarisasi dan pedoman teknis penetapan status mutu udara ambien.
Sedangkan permen 2010 membahas tentang baku mutu emisi sumber tidak
bergerak dan peran gubernur di dalamnya.

7 permen 1999 membahas mutu udara ambien. Sedangkan permen 2010 membahas
tentang baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor lama.

8 permen 1999 membahas tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak dan
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor. Sedangkan permen 2010
membahas tentang baku mutu kebisingan, getaran, dan Kebauan sumber tidak
bergerak, dan baku mutu kebisingan sumber Bergerak
9 permen 1999 membahas tugas dari instansi juga kepala instansi. Sedangkan
permen 2010 membahas tentang pelaksanaan operasional pengendalian
pencemaran udara dan yang bertugas di dalamnya.
10 permen 1999 membahas tentang gangguan sumber tidak bergerak dan ambang
batas kebisingan kendaraan bermotor dan juga baku tingkat gangguan sumber
tidak bergerak. Sedangkan permen 2010 membahas tentang koordinasi dan
pemantauan kualitas udara Ambien skala provinsi
11 permen 1999 membahas tentang yang bertanggung jawab melakukan pengkajian
dan menetapkan pedoman terhadap baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak
dan ambang batas kebisingan kendaraan bermotor. Sedangkan permen 2010
membahas tentang pemantauan kualitas udara ambien dan yang berperan di
dalamnya.
12 permen 1999 membahas tentang indeks standar pencemar udara. Sedangkan
permen 2010 membahas tentang Pengendalian pencemaran udara dari sumber
bergerak; dan Pengendalian pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
13 permen 1999 membahas tentang peran kepala instansi. Sedangkan permen 2010
membahas tentang tugas dari gubernur da nisi tugasnya.

14 permen 1999 membahas tentang indeks standar pencemar udara. Sedangkan


permen 2010 membahas tentang tugas dari bupati/walikota.

15 permen 1999 membahas tentang pengumuman kepada masyarakatindeks standar


pencemar udara. Sedangkan permen 2010 membahas tentang siapa yang
dibebankan pembiayaan atas pelaksanaan pengendalian pencemaran udara

16 permen 1999 membahas tentang Pengendalian pencemaran udara. Sedangkan


permen 2010 membahas tentang pemberitahuan peraturan menteri ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.

17
sampai Pada permen 2010 tidak terdapat pasal 17 sampai 59
59

B. Analisis peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 12 tahun 2010


tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di daerah menteri negara
lingkungan hidup.
1. Bab 1 pasal 1: Bahwa pencemaran udara diakibatkan adanya sumber pencemar
ataupun sumber emisi yang mutu udara ambien harus sesuai dengan baku mutu
udara dan baku mutu emisi.
2. Bab 2 pasal 4: Baku mutu udara ambien berdasarkan daerahnya masing-masing
ketetuannya lebih ketat dari baku mutu udara nasional yang penetapan baku mutu
udara tersebut disesuaikan dengan pedoman teknis penetapan baku mutu udara
ambien.
3. Bab 3 pasal 5: Penetapan status mutu udara ambien daerah berdasarkan
inventarisasi, penelitian dan pedoman teknis yang berlaku.
4. Bab 4 pasal 6: Penetapan baku mutu emisi sumber tidak bergerak sesuai dengan
ketentuan yang sama atau lebih ketat dari ketentuan nasional.
5. Bab 4 Pasal 7: Penetapan baku mutu emisi gas buangan kendaraan bermotor lama
juga sesuai dengan ketentuan yang sama atau lebih ketat dari ketentuan nasional.
6. Bab 4 Pasal 8: Penetapan baku mutu kebisingan, getaran, dan kebauan sumber tidak
bergerak, dan baku mutu kebisingan sumber bergerak dapat dilakukan oleh
gubernur sesuai dengan pedoman penetapan baku mutu.
7. Bab 5 Pasal 9: Pelaksaan koordinasi operasional pengendalian pencemaran udara
dilaksanakan oleh Gubernur, Bupati/Walikota meliputi penetapan kebijakan
pegendalian pencemaran udara, penetapan program kerja, penyusunan rencana
kerja, pelaksanaan rencana kerja dan evaluasi hasil pelaksanaan rencana kerja.
8. Bab 6 pasal 10: Pelaksanakan koordinasi dan pemantauan kualitas udara ambien
skala provinsi dilakukan oleh Gubernur yang meliputi penyusunan rencana
pemantaun kualitas udara, pelaksanaan pemantauan dari Bupati/Walikota dan
evaluasi hasil pemantauan Kabupaten/Kota.
9. Bab 6 Pasal 11: Pelaksanakan pemantauan kualitas udara ambien di wilayah
dilakukan oleh Bupati/Walikota meliputi perencanaan,persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi sesuai dengan pedoman teknis pemantauan kualitas udara ambien dan
melaporkan hasil pemantaun kepada Gubernur.
10. Bab 7 Pasal 12: Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap Bupati/Walikota
dilakukan oleh Gubernur dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara dari
sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
11. Bab 7 pasal 13: Pengawasan penaatan penanggung jawab usaha/kegiatan dari
sumber tidak bergerak yang lokasi dan dampaknya lintas kabupaten/kota terhadap
peraturan perundangan dilakukan oleh Gubernur sesuai dengan pedoman teknis
pengawasan pengendalian pencemaran udara.
12. Bab 7 pasal 14: Pengawasan penaatan penanggung jawab usaha atau kegiatan dari
sumber bergerak dan tidak bergerak dilakukan oleh Bupati/Walikota sesuai dengan
pedoman teknis pembinaan dan pengawasan baku mutu emisi gas buang kendaraan
bermotor lama dan sesuai dengan pedoman teknis pengawasan pengendalian
pencemaran udara sumber tidak bergerak.
13. Bab 8 pasal 15: Pembiayaan atas pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di
daerah provinsi/kabupaten/kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

C. Analisis peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor


1077/menkes/per/v/2011tentang pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
menteri kesehatan republik Indonesia.
1. Pasal 1: Terdapat pengaturan pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
dengan tujuan untuk menyehatkan kualitas udara dalam ruang tersebut.
2. Pasal 3: Berisi persyaratan kualitas udara dalam ruang rumah, faktor risiko dan
upaya penyehatan udara dalam ruang rumah, serta tata laksana pengawasan kualitas
udara dalam ruang rumah.
3. Pasal 4: Pemantauan kualitas udara dari segi fisik, kimia dan biologi dalam ruang
rumah dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan maupun dinas kesehatan
kabupaten/kota.
4. Pasal 5: Terdapat sanksi yang akan diberikan kepada pengembang yang tidak
memenuhi persyaratan pada pasal 1 berupa teguran lisan maupun teguran tertulis
hingga pencabutan surat izin usaha perdagangan (SIUP).
5. Pasal 6: Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui koordinasi, advokasi,
sosialisasi, bimbingan teknis, peningkatan sumber daya manusia, pemantauan dan
evaluasi.
6. Pasal 7: Ketidakberlakuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, sepanjang
mengenai kualitas udara dalam ruang rumah.

D. Analisis tentang peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 07 tahun


2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak bagi ketel uap menteri
negara lingkungan hidup.
1. Pasal 1: Pemahaman awal mengenai ketel uap. Suatu keadaan darurat dan kejadian
yang tidak normal dapat terjadi pada alat tersebut.
2. Pasal 2: Penggunaan bahan bakar untuk ketel uap seperti batu bara, minyak, gas,
biomassa berupa serabut dan/atau cangkang, akan mempengaruhi nilai baku mutu
emisinya. Baku mutu emisi untuk sumber tidak bergerak bagi ketel uap tidak akan
berlaku untuk lainnya.
3. Pasal 3:
4. Pasal 4: Gubernur dapat menetapkan baku mutu emisi sumber tidak bergerak dan
parameter tambahan diluar parameter bagi ketel uap.
5. Pasal 5: Berdasarkan hasil kajian kelayakan AMDAL, rekomendasi upaya PKL dan
UPL maka suatu usaha/kegiatan yang mengoperasikan ketel uap mensyaratkan
baku mutu emisi lebih ketat dari pada baku mutu emisi pada ketentuan yang ada.
6. Pasal 6: Mengenai penanggungjawaban bagi usaha.kegiatan yang mengoperasikan
ketel uap harus memenuhi standar yang ada meliputi sarana dan alat pengaman
ketika membuang emisi gas, pengujian emisi dilakukan paling lambat 2 (dua) kali
selama periode operasi setiap tahunnya untuk yang sudah beroperasi selama 6
(enam) bulan atau lebih sedangakan yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan
pengujian emisi dilakukan paling lambat 1 (satu) kali selama periode operasinya.
Dan penyampaian laporan hasil analisis pengujian emisi kejadian tidak normal
dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi kepada Gubernur
dan Menteri.
7. Pasal 7: Pemberlakuan peraturan menteri mengenai penggunaan ketel uap wajib
untuk menyesuaikan peraturan tersebut dalam jangka waktu paling lama 1 tahun
setelah ditetapkannya peraturan.

Anda mungkin juga menyukai