Anda di halaman 1dari 25

Case Report Session

KATARAK SENIL IMATUR OD

Oleh :
Ikmanda noveman (1210070100146)

Preseptor:
dr. Romi Yunardi. Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKITACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNBRAH
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam karena atas izin-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan Makalah Presentasi kasus yang berjudul Katarak
Senil Imatur OD ini dengan sebagaimana mestinya.
Makalah Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan
klinik di Bagian Mata Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017.
Makalah Presentasi kasus ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka dari berbagai
sumber dan referensi yang terpercaya. Makalah Presentasi kasus ini menyajikan
tinjauan pustaka analisis laporan kasus mengenai miopia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dr. Heksan, Sp. M
yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Makalah Presentasi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima
kasih.

Bukittinggi, Juni 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan .........................................................................................2
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi Lensa ..............................................................................................3
2.2 Katarak Senilis Imatur...................................................................................4
2.2.1 Defenisi ......................................................................................................4
2.2.2 Etiologi .......................................................................................................5
2.2.3 Patofisiologi ...............................................................................................5
2.2.4 Gejala Klinis...............................................................................................6
2.2.5 Diagnosa.....................................................................................................6
2.2.6 Penatalaksanaa ...........................................................................................7
2.2.7 Komplikasi .................................................................................................9
2.2.8 Prognosis ....................................................................................................10
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Identitas .........................................................................................................11
3.2 Anamnesa ......................................................................................................11
3.3 Pemeriksaan Fisik .........................................................................................12
3.4 Diagnosa kerja ...............................................................................................16
3.5 Penatalaksanaan ............................................................................................16
3.6 Prognosis .......................................................................................................16

BAB IV ANALISIS KASUS .............................................................................17


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur lensa manusia ....................................................................4

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Stadium Katarak Senilis ...................................................7

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm dan
diameter 9 mm. Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul.
Kapsul lensa adalah membran semipermeabel yang menyebabkan air dan
elektrolit dapat masuk. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin
bertambahnya usia, laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa
semakin besar dan kehilangan elastisitasnya. Fungsi utama lensa adalah
memfokuskan berkas cahaya ke retina melalui kemampuan akomodasinya. Lewat
kemampuan ini, kita mampu melihat benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun
seiring dengan bertambahnya usia, lensa dapat mengalami berbagai gangguan
seperti kekeruhan, gangguan akomodasi, distorsi dan dislokasi.1,2
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.1 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses
degenatif.2,3
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1
Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika
menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan
pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta
kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.4
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile

1
yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang
berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi.1
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu
katarak insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak
insipient merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan
gangguan visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian
lensa sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian
lensa. Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.1

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior bagian Mata di
RSAM Bukittinggi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Defenisi Katarak Senilis Imatur
2. Mengetahui Etiologi Katarak Senilis Imatur
3. Mengetahui Patofisiologi Katarak Senilis Imatur
4. Mengetahui Gejala Klinis Katarak Senilis Imatur
5. Mengetahui Diagnosa Katarak Senilis Imatur
6. Mengetahui Penatalaksanaan Katarak Senilis Imatur
7. Mengetahui Komplikasi Katarak Senilis Imatur
8. Mengetahui Prognosis Katarak Senilis Imatur

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.1
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula Zinnii, yang
menghubungkannya dengan korpus siliare.Zonula Zinnii merupakan suatu
ligamentum yang menahan lensa pada tempatnya, tersusun dari banyak fibril dari
permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya terdapat humor
vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk.5,6
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Lensa akan dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel
lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus
lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk
atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.Di dalam lensa dapat dibedakan
nukleus embrional, fetal dan dewasa.Di bagian luar nukleus ini terdapat serat
lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di
sebelah depan nukleus lensa disebut korteks anterior, sedangkan di belakangnya
disebut korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di
banding korteks lensa yang lebih muda.1

3
Gambar.2.1 Struktur lensa manusia.

Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.


Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik.
Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini
ujung ke ujung berbentuk Y bila dilihat dengan slitlamp.Bentuk Y ini tegak di
anterior dan terbalik di posterior.Masing-masing serat lamelar mengandung
sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer
lensa di dekat ekuator dan bersambungan dengan lapisan epitel subkapsul.5
Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang
biasa ada di jaringan tubuh lainnya.kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari
pada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau
saraf dilensa.5

2.2. Katarak Sinilis Imatur


2.2.1. Defenisi
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak senilis,
dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi di semua bagian lensa.
Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian posterior dan belakang
nukleus lensa. Pada katarak imatur, volume lensa dapat bertambah akibat

4
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa
akan mencembung dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi
glaukoma sekunder.1,2

2.2.2. Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:7
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,
gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum

2.2.3. Patofisiologi
Kataraksenilisadalah penyebab utamagangguanpenglihatan padaorang tua.
Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti.Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup,tidak ada sel- sel
yang dibuang. Seiringdengan bertambahnya usia,lensa bertambah berat dan tebal
sehingga kemampuan akomodasinya menurun.Saat lapisan baru dari serabut
korteks terbentuk secara konsentris,sel-sel tua menumpuk kearah tengah sehingga
nucleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (proteinlensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia
menjadi high-molecular-weight-protein.Agregasi protein ini menyebabkan
fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa,penyebaran sinar cahaya,dan
penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklea ini juga
menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya usia lensa
menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih
tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina.Selainitu,terjadi
penurunan konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi
Natrium dan Kalsium.

5
2.2.4. Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga
silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut
dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak
terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil
pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik
pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung.
Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah

2.2.5. Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis
yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis imatur
biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara pemeriksaan
oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp dan
funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada
katarak senilis dan katarak stadium lainnya.1

6
Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senilis
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian lensa yang
dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus masih dapat mencapai
1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam
mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa,
maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek
pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat
bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).1

2.2.6. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal.
Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam

7
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.3
a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio
dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak
boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang
dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.
b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

8
c. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah
dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular
yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya
sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada
katarak senilis padat.
d. Small Incision Cataract Surgery SICS
Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.

2.2.7. Komplikasi
a. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.1,3

b. Komplikasi dini pasca operatif


1) COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema
kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
2) Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
3) Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka

9
yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
4) Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
c. Komplikasi lambat pasca operatif
1) Ablasio retina
2) Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
3) Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

2.2.8. Prognosis
Jika terdapat indikasi operasi, ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman
penglihatan pada lebih dari 90% kasus; sisanya mungkin telah disertai dengan
kerusakan retina atau mengalami komplikasi pascabedah yang lebih serius
sehingga mencegah perbaikan visus yang signifikan, mis. glaukoma, ablatio
retina, perdarahan intraokular, atau infeksi.3

10
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Tn.W
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 60 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Sudah menikah
Alamat : Bukitinggi
Tanggal masuk : 10 juni 2017

3.2 Anamnesa
Keluhan utama
Seorang Pasien datang dengan keluhan mata kanan kabur sejak 2 bulan
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien mengaku penglihatannya kabur mulai timbul sejak 8 tahun yang
lalu.Pasien mendeskripsikan pandangan yang kabur seperti berkabut. Pasien
mengaku bahwa mata kiri juga kabur namun tidak sekabur mata kanan.
Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada
matanya.
- Pasien menjelaskan menggunakan kacamata sejak 1 tahun yanglalu.Pasien
menggunakan kacamata dengan ukuran lensa S-0.50 dan S+3.00 pada kedua
lensa kacamatanya. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti
ada benda-benda berterbangan yang mengikuti arah gerak mata.Pasien juga
merasa lebih silau ketika melihat cahaya/lampu dibanding beberapa tahun
sebelumnya.
- Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan.

11
- Pasien juga menyangkal susah melihat ketika dalam ruangan atau dalam
keadaan gelap.
- Pasien mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata, tapi pasien lupa nama
obatnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien menyangkal mempunyai keluhan yang sama sebelumnya
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat Trauma disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat Alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga pasien mempunyai keluhan yang sama
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak merokok

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata:
Keadaan umum : sedang
Keadaan sakit : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis cooperatif
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC

12
Status Opthamology:
OD OS
Visus
- Non Corrected 20/100 20/50
- Cum Corrected
Pin Hole
Refleks Fundus (+) (+)
Silia/supersilia TAK TAK
Madarosis
Trikhiasis
Krusta/suama
Distihkiasis
Palpebra Superior TAK TAK
Ptosis/pseudoptosis
Epikanthus
Hordeolum
Kalazion
Abses
Tumor
Xanthelasma
Nevus
Edema
Blefarokalasis
Enteropion
Ekteropion
Palpebra inferior TAK TAK
Hordeolum
Kalazion
Abses
Tumor
Edema

13
Blefaritis
Enteropion
Ekteropion
Nevus
Meibomitis
Apparatus lakrimalis TAK TAK
Hiperlakrimasi
Obstruksi
Epifora
Dakristenosis
Konjungtiva tarsalis TAK TAK
Folikel
Papil
Lithiasis
Hiperemis
Sikatrik
Membran
Pseudomembran
Konjungtiva bulbi TAK TAK
Injeksi konjungtiva
Injeksi silia
Kemosis
Perdarahan
subkonjungtiva
Sklera
Warna Putih Putih
Kornea TAK TAK
Infiltrat
Sikatrik
Ulkus
Edema

14
Neovaskularisasi
Arkus kornea
Kamera okuli anterior
Kedalaman Dangkal Normal
Flare
Hipopion
Hifema
Pigmen
Iris TAK TAK
Warna
Rugae
Atrofi iris
Coloboma
Sinekia
Pupil TAK TAK
Bentuk
Refleks pupil
langung
Refleks pupil tidak
langsung
Lensa
Bening/keruh Keruh Sebagian Keruh (Ringan)
Kelainan letak (-) (-)
Korpus vitreus TAK TAK
Funduskopi Sulit Dinilai Sulit Dinilai
- Media
- Papil N. Optikus
Warna
Batas
Cup/Disk
- Pembuluh darah

15
Aa : Vv
- Retina Perifer
Perdarahan
Eksudat
Pigmentasi
Sikatrik
- Makula
Reflek
Tekanan bulbus okuli Normal Normal
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Posisi bulbus okuli Normal Normal

3.4. Diagnosa Kerja


Katarak Senilis Imatur OD

3.5. Penatalaksanaan
ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Phacoemulsification + IOL

3.6. Prognosis
Quo Ad Vitam : dubia ad Bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : dubia ad Bonam

16
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien mengeluh penglihatan mata kanan kabur sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien mengaku penglihatannya kabur mulai timbul sejak 8 tahun yang
lalu.Pasien mendeskripsikan pandangan yang buram seperti berkabut. Pasien
mengaku bahwa mata kiri juga buram namun tidak seburam mata kanan. Keluhan
pasien tidak disertai dengan mata merah ataupun nyeri pada matanya.Gejala-
gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju kea rah
katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang dialami pasien bervariasi
tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien katarak akan semakin
cembung akibat proses sklerosis nucleus yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal
ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga
pasien menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh. Berbeda
dengan pasien pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih
jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang
lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang
sesuai adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat
ekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada
kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
yang menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar
dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa
hanya sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang
terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah
yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini
disebut bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan
adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada
funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+),. Adanya bayangan iris dan reflek

17
fundus yang (+) mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk
perbaikan visus. Dipilih ECCE dengan fakoemulsifikasi + IOL, karena insisi pada
kornea yang dibutuhkan lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang
lebih kecil daripada ICCE. Komplikasi yang lebih sedikit dan pemulihan visus
yang lebih cepat.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan
suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan
pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.
Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from :
www.medscape.com.
5. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum Ed. 14. Jakarta:
Widya Medika. 2000. Hal 9-11;175-83.
6. Departemen Kesehatan. Gangguan Kesehatan Masih Menjadi Masalah
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010
7. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau

19

Anda mungkin juga menyukai