Anda di halaman 1dari 4

PNEUMONIA

1. Pengertian
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (Alveoli) dan dapat dikenali
berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis serta pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan laboratorium
(Wilson,2006).

2. Klasifikasi
Pembagian pneumonia menurut dasar anatomis:
a. Pneumonia Infektif
1. Pneumonia Lobaris
2. Pneumonia lobularis(bronkopneumonia)
3. Pneumonia khusus

b. Pneumonia Non-Infektif
1. Aspirasi Pneumonia
2. Lipid Pneumonia
3. Eosinofilik Pneumonia
( Wijaya et al;2014)

Pembahasan

Pneumonia Lobaris adalah pneumonia Pneumokokus khas mengenai orang dewasa berumur
antara 20 sampai 50 tahun . Pneumonia lobaris akibat Klebsiella mengenai individu berusia
lanjut.
Pneumonia khusus adalah Pneumonia khusus dapat disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang
normal (nonimunosupresi), atau yang imunosupresi.
Aspirasi Pneumonia adalah pneumonia terjadi ketika cairan atau makanan terhisap
masuk ke dalam paru, dan terjadi konsolidasi dan radang sekunder. Keadaan klinis yang
merupakan resiko bagi penderita ialah pembiusan, operasi, koma, stupor karsinoma laring dan
kelemahan hebat. Bagian paru yang terkena bermacam-macam,tergantung posisi tubuh penderita.
Bila dalam keadaan tidur terlentang, daerah yang terkena adalah segmen apikal lobus bawah. Bila
dalam keadaan tidur miring ke sisi kanan, daerah yang terkena ialah segmen posterior lobus atas.
Lipid Pneumonia adalah disebabkan faktor endogen akibat obstruksi saluran nafas yang
menyebabkan terjadinya timbunan magkrofag dan sel raksasa disebelah distal. Keadaan ini sering
ditemukan disebelah distal dari karsinoma bronkus atau benda asing yang terhirup.Lipid
pneumonia dapat juga disebabkan oleh faktor eksogen, akibat terhirupnya material
yangmengandung konsentrasi lipid yang tinggi. Material seperti ini misalnya paraffin cair atau
tetes hidung berbentuk minyak.
Eosinofilik Pneumonia adalah pneumonia yang ditandai oleh banyak Eosinofil dalam
interstisial dan alveoli. Dapat ditemukan sumbatan mukus pada bagian proksimal saluran nafas,
seperti yang ditemukan pada asma, atau oleh Aspergillus, seperti pada bronkopulmoner
aspergilosis.Kambuhnya radang bronkial dapat mengakibatkan destruksi dinding disertai
penggantian oleh jaringan granulasi dan sel raksasa disebut Bronkosentrik Granulomatosis.
Eosinofilik pneumonia dapat ditemukan sewaktu mikrofilaria pindah melalui sirkulasi paru.
Ini bersifat idiopatik, yang berkaitan dengan eosinofilia darah pada sindroma Loffler
Pneumonia bakteri adalah pneumonia yang ditandai dengan eksudat intraalveolar
supuratif disertai konsolidasi
Pneumonia virus adalah pneumonia yang ditandai dengan peradangan interstisial yang
disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus,meskipun rongga alveolar sendiri bebas dari
eksudat dan tidak ada konsolidasi. Agen infeksinya fungus/Mycobacterium tuberculosis
gambaran patologis penyebaran granuloma berbecak yang dapat mengalami nekrosis kaseosa
disertai pembentukan kavitas.
Pneumonia hipostatik dalah pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang
disebabkan oleh napas yang dangkal ,dan terus menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya
gravitasi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru ,dan infeksi membantu
timbulnya pneumonia.
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) adalah Bronkopneumonia yang mempunyai
karakteristik bercak-bercak. Distribusinya terpusat pada bronkiolus dan bronkus yang
meradang disertai penyebaran ke alveoli sekitarnya. Sering terjadi pada orang usia lanjut,
bayi dan penderita yang sangat lemah.

3. Faktor Resiko
Asap rokok mengandung partikel seperti hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida,
nikotin, nitrogen oksida dan akrolein yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bersilia,
menurunkan klirens mukosiliar serta menekan aktifitas fagosit dan efek bakterisida sehingga
mengganggu sistem pertahanan paru ( Sidhartani;1998)

Imunisasi. WHO pada tahun 2006 menjelaskan terdapat tiga vaksin yang memiliki
potensi dalam mengurangi pneumonia yaitu vaksin campak, Hib dan pneumokokus.Untuk menilai
status imunisasi bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi
campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi
sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (Depkes;2009)

Pemberian ASI. Nutrisi yang terkandung didalam ASI menjamin status gizi bayi sehingga
angka kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan
bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi salah satunya yaitu pneumonia. (Efni et
al; 2016)

BBLR. Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti kekebalan kurang sempur
na, pertumbuhan dan maturasi organ dan alat-
alat tubuh belum sempurna akibatnya bayi dengan berat berat lahir rendah lebih mudah mendap
atkan komplikasi dan infeksi, terutama pneumonia dan penyakit pernafasan lainnya (Depkes;201
0)

4. Etiologi

Infeksi mikroorganisme
Bakteri: Streptococus Pnemoniae, Staphylococus, Hemophillus Influenzae
Virus: Influenza, CMV.
Jamur: Candida, Aspergillus
Protozoa: Pneumocystis, Toxoplasma (At a Glance Ilmu Bedah Ed.3 Hal. 163)

5. Prevalensi
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5 % (Kementrian Kesehatan
RI). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan
proporsi kasus 53,95 % laki-laki dan 46,05 % perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate
(CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, hata). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
Prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun
2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di Sumatera Barat (Kementerian Kesehatan RI,
2013), di kota Padang jumlah kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun 2008
hingga 2013 (Dinas Kesehatan kota Padang, 2014), prevalensi pasien pneumonia komunitas di rawat inap
RS Dr. M. Djamil padang pada 2012 adalah 16,6 %, sedangkan pasien rawat jalan 1,3% (PDPI,
2014). Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka kita dapat melihat tingginya angka kejadian
pneumonia di dunia termasuk kota padang. Hal ini juga terlihat pada penderita pneumonia usia lanjut.
Orang dengan usia 65 tahun atau lebih merupakan populasi yang rentan terserang pneumonia (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2014)

6. Manifestasi Klinis
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau
menghasilkan sputum berlendir,purulen, atau bercak darah), sakit dada karena Pleuritis dan sesak. Gejala
umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut Tertekuk karena nyeri
dada . Pemeriksaan fisik di dapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas,
takipnue, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura ronki,suara pernafasan bronkhial erdapat caiaran pleura,plueral
friction.

7. Penatalaksanaan Medis

1. Pemberian Antibiotik Oral

Beri antibiotik oral PILIHAN PERTAMA (KOTRIMOKSAZOL) bila tersedia. Ini dipilih karena sangat
efektif, cara pemberiannya mudah
Antibiotik PILIHAN KEDUA (AMOKSISILIN) diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak
tersedia atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil yang baik.
2. Pengobatan Demam
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
JIKA DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5OC)
Nasihati ibunya untuk memberi cairan lebih banyak. Tidak diperlukan pemberian parasetamol.
JIKA DEMAM TINGGI (>38,5OC)
Anak dengan demam tinggi bisa diturunkan dengan parasetamol sehingga anak akan merasa lebih
enak dan makan lebih banyak. Anak dengan pneumonia akan lebih sulit bernapas bila mengalami demam
tinggi. Beritahukan ibunya untuk memberikan parasetamol tiap 6 jam dengan dosis yang sesuai
3. Pengobatan Wheezing
Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk segera.
Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun: penatalaksanaan wheezing dengan bronkhodilator
tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama atau berulang.
Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan melebarkan saluran
udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkhus.Bila anak mengalami distres
pernapasan: Berilah bronkhodilator kerja cepat (rapid acting) sehingga pernapasan anak sudah membaik
sebelum dirujuk. Kalau di Puskesmas tidak tersedia bronkhodilator kerja cepat, berilah satu dosis
bronkhodilator oral.
8. Pemeriksaan Penunjang

Gambaran Radiologis. Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan


penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat
berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat
secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi. Misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering
diakibatkan oleh Streptococcus pneomoniae. Gambaran radiologis pada
pneumonia tidak dapat menunjukkan perbedaan nyata antara infeksi virus
dengan bakteri. Pneumonia virus pada umumnya menunjukkan gambaran ifiltrat
interstisial dan hiperinflasi. Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumoniae sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

6.

Anda mungkin juga menyukai