Anda di halaman 1dari 28

REFLEKSI KASUS

DENGUE HEMORHAGIC FEVER GRADE II

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Di RSUD dr.Soewondo Kendal

Disusun oleh :

Aditya Karina Putri

30101206812

Pembimbing :

dr. Firza Olivia S., Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2017
BAB I

LAPORAN KASUS

1.IDENTITAS

1.1. Identitas Penderita

Nama Penderita : An. S

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsal : Dahlia kelas III

Tgl Masuk RS : 09-01-2017

Tgl Keluar RS : 12-01-2017

1.2. Identitas Orang Tua :

Nama Ayah : Tn.Z.A

Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Alamat : Brangsong

Nama Ibu : Ny. S

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


2. ANAMNESIS

Alloanamnesis dengan Ibu penderita tanggal 9 Januari 2017 di Bangsal Dahlia pukul
14.00 WIB

Keluhan Utama : Demam 6 hari

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sebelum masuk rumah sakit :

5 hari yang lalu demam tinggi mendadak, lemas, tidak kejang, tidak batuk,
tidak pilek, tidak mual, tidak muntah, ada nyeri perut, tidak nyeri kepala,
tidak berkeringat di malam hari, tidak mengigil, tidak kejang, buang air
kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.
Hari 2 demam masih tinggi, tidak mimisan, tidak gusi berdarah, tidak
sesak nafas, pegal-pegal, tidak nyeri, mual namun tidak muntah, makan
dan minum kurang dari biasanya
Hari ke 4 demam tinggi, badan semakin lemas, mual, nyeri perut, dan
muncul bintik-bintik merah pada lengan.
Hari ke 5 demam masih tinggi,lemas, mual, nyeri perut, bintik-bintik
merah, dan mimisan satu kali.
Saat masuk rumah sakit :

Saat masuk rumah sakit tanggal 9 Januari 2017 pukul 00.00, pasien dalam
keadaan demam subfebris, lemas, mual, bintik merah pada lengan, dan
pasien membawa hasil lab tanggal 8 Januari 2017 dengan hasil trombosit
39.000.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat pernah sakit panas, batuk, pilek tapi tidak sampai mondok di
rumah sakit.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.


5. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara. .Ayah bekerja sebagai
pedagang dan ibu tidak bekerja. Penderita tinggal bersama orang tuanya. Kebutuhan
keluarganya dicukupi oleh ayah. Biaya pengobatan menggunakan BPJS.

Kesan Sosial Ekonomi : Kurang

6. Riwayat Pemeliraharaan Prenatal

Pemeriksaan Kehamilan : di bidan

Penyakit kehamilan : disangkal

Pendarahan selama kehamilan : disangkal

Obat yang diminum selama kehamilan : penambah darah

7. Riwayat Kelahiran

Persalinan : ditolong oleh bidan

Jenis Persalinan : spontan

Usia dalam kandungan : 38 minggu

Barat Badan lahir : 2900 gr

Panjang badan : 48 cm

Lahir : langsung menangis

Kesan : normal

8. Riwayat Imunisasi Dasar

0-7 hari : Hb0


1 bulan : BCG dan polio 1

2 bulan : DPT/HB1, polio 2

3 bulan : DPT/HB2, polio 3

4 bulan : DPT/HB3, polio 4

9 bulan : campak

Kesan Imunisasi dasar Lengkap

9. Riwayat Gizi

Pasien diberikan ASI sampai usia 2 tahun. Pasien mulai mendapat makanan
pendamping pada

usia 6 bulan. Makan 3x/hari. Porsi makanan, nasi, sayur, lauk ayam, daging, dan ikan tidak

dikonsumsi secara rutin.

Status Gizi (Z-Score)

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat badan : 16 kg

Tinggi Badan : 114 cm

Usia : 6 tahun
Kesan : status gizi kurang

10. Riwayat Perkembangan

Mengangkat kepala : 2 bulan

Memiringkan badan : 3 bulan

Tengkurap dan mempertahankan posisi kepala : 4 bulan

Duduk : 7 bulan

Merangkak : 8 bulan

Berdiri : 10 bulan

Berjalan : 12 bulan

Berbicara : 17 bulan

Bertepuk tangan : 24 bulan

Jalan naik tangga sendiri : 30 bulan


Mencoret-coret pensil pada kertas : 36 bulan

Melompat kedua kaki diangkat : 42 bulan

Mengenakan sepatu sendiri : 48 bulan

Menggambar lingkaran : 54 bulan

Bicaranya mudah dimengerti : 60 bulan

Berjalan lurus : 66 bulan

Mengenal warna-warna : 72 bulan

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai anak seusianya

3. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 9 Januari 2017 (di bangsal Dahlia)

Status Present :

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Usia : 6 tahun

- Berat Badan : 16 kg

- Tinggi Badan : 114 cm

Tanda Vital :

- Nadi : 90 x/menit, reguler

- Suhu : 36,6 C

- Frekuensi Nafas : 22 x/menit

- Tekanan darah : 100/75 mmHg

KU : Lemah, composmentis

Kepala : Mesocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Palpebra oedem (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik


(-/-)

Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), discharge (-/-), tidak nyeri

Hidung : Simetris, Nafas Cuping (-), sekret (-)

Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), karies (-), lidah kotor (-)

Tenggorok : faring hiperemis (-)

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax :

Paru

Inspeksi : Simetris statis dinamis, tidak ada retraksi

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Redup di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler (+),

Suara Tambahan : Wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga V. linea

Midclavicula sinistra, tidak kuat angkat, tidak

Teraba

Perkusi : Redup

Batas atas : ICS II linea parasternal kiri

Pinggang : ICS III linea parasternal kiri


Batas kiri : ICS V linea Midclavicularis kiri

Batas kanan : ICS IV linea sternalis kiri

Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, gallop (-), bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Peristaltik (+) N

Perkusi : timpani(+), pekak alih(-), pekak sisi(-)

Palpasi : Supel, lemas, nyeri tekan (+) regio epigastrium,

Turgor baik, massa (-), Hepar = tidak teraba (dalam batas


normal), Lien = tidak teraba (dalam batas normal)

Ekstremitas :

superior inferior

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Oedem -/- -/-

Capillary refill <2s <2s

Reflek fisiologis +N/+N +N/+N

Reflek patologis -/- -/-

Ptekie +/+ -/-

Rumple leed test +/tidak dilakukan tidak dilakukan

Genital :tidak ada kelainan


4.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin

8/1/2017 10/1/2017 11/1/2017 12/1/2017

Hb 11,5 g/dl 11,3g/dl 12,7g/dl 12,5g/dl

Leukosit 6.300 /mm3 5.100 /mm3 7.600 /mm3 7.900 /mm3

Trombosit 39.000 / mm3 55.000 / mm3 100.000 / mm3 124.000 / mm3

Hematokrit 36,1% 35,4% 41,2% 43%

5. DIAGNOSA BANDING

Observasi febris 6 hari :

Demam Berdarah Dengue grade II

Demam Dengue

Demam Chikungunya

6. DIAGNOSIS SEMENTARA

Demam Berdarah Dengue Grade II

Status gizi kurang

7. PENATALAKSANAAN

Suportif

Infus RL 15 tpm
Medikamentosa

Injeksi : Cefotaxim 3 x 500 mg

Ranitidin 2 x 10 mg

P.o

Pamol Syr 3 x 1 1/2 cth

Monitoring

Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Perdarahan spontan

Hasil lab

Edukasi

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami, penyebab, dan


penatalaksanaan
Menjelaskan prognosis dan penyakit tersebut
Menjelaskan pada keluarga pasien dan pasien sendiri untuk merubah gaya hidup
menjadi lebih bersih menyarankan pasien dan keluarganya agar melakukan kegiatan
3M : menguras bak penampungan air minimal 3 kali seminggu, mengubur barang-
barang bekas yang dapat menampung air agar tidak menjadi sarang nyamuk dan
menutup tempat penampungan air.

Memotivasi pasien dan keluarganya agar mengkonsumsi makanan bergizi supaya


meningkatkan daya tahan tubuh

8. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin setiap hari

Ig M dan Ig G dengue

X-foto thorax
9. PROGNOSA

Qua ad vitam : ad bonam

Qua ad sanam : ad bonam

Qua ad fungsionam : ad bonam

10. PERJALANAN PENYAKIT (selama perawatan di RS)

9/1/2017 10/1/2017 11/1/2017 12/1/2017

S : panas sudah 5 har S : panas (- S : t.a.k S : t.a.k


i (+),obat penurun pa ), lemes (+)
nas (+), lemes, batuk
,mimisan (+)

O: O: O: O:

HR 100x, S 36,6 C, HR 90x, S 36 C, R HR 95x, S 36,4 C, HR 92x, S 36,6C,


RR 22x, TD 100/80 R 20x, TD 100/80 RR 20x, TD 100/70 RR 21x, TD 110/80

kepala dbn kepala dbn kepala dbn kepala dbn

thorax dbn thorax dbn thorax dbn thorax dbn

abdomen nyeri epiga abdomen nyeri epi abdomen nyeri epiga abdomen nyeri epiga
strium (+) gastrium (+) strium (-) strium (-)

ekstremitas dbn ekstremitas dbn ekstremitas dbn ekstremitas dbn

Lab Lab Lab

trombosit : 55000 trombosit : 100000 trombosit : 124000

A : DHF grade II A : DHF grade II A : DHF grade II A : DHF grade II


P: P: P: P:

infus RL 15 tpm infus RL 15 tpm infus RL 15 tpm BLPL

inj cefotaxime 3x500 inj cefotaxime 3x5 inj cefotaxime 3x50


mg 00mg 0mg

ranitidin 2x10mg ranitidin 2x10mg ranitidin 2x10mg

pamol syr 3x1 1/2 ct pamol syr 3x1 1/2 pamol syr 3x1 1/2 ct
h cth h
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEMAM BERDARAH DENGUE

1.1 Definisi

Demam berdarah dengue, suatu penyakit demam berat yang sering mematikan,
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis, dan pada
kasus berat sindrom syok kehilangan protein(1).

1.2 Etiologi

Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue
yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ;
DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus
dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa
keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat (2).

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor
yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus
dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission),
namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan
berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus
selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia
kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul(2).

1.3 Patogenesis DBD


1.4 Gejala klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok
dengue (SSD).

Pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis
selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat (Kabra, Jain,
Singhal, 1999)(3).
1.5 Klasifikasi/ derajat penyakit

1.6 Pemeriksaan laboratorium


1.6.1 Hematologi
1.6.1.1 Jumlah leukosit
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil.
Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil bersama-sama
menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat.

1.6.1.2 Jumlah trombosit


Penurunan jumlah trombosit menjadi <100.000/ul. Pada umumnya trombositopenia
terjadi sebelu ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah
trombosit <100.000/ul biasanya ditemukan antara hari sakit ketiga sampai ketujuh.
Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalan
batas normal. Pemerisaan dilakukan pertama pada saat pasien diduga menderita DBD,
bila normal diulang pada hari ketiga, bila perlu diulang setiap hari sampai suhu turun.
1.6.1.3 Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga
perrlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Hemokonsentrasi dengan
peningkatan hematokrit 20% atau lebih (misal dari 35% jadi 45%), mencerminkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu perhatian bahwa
nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.

1.6.1.4 Pemeriksaan laboratorium lain


Kadar albumin menurun sedikit dan sifatnya sementara
Eritrosit dalam tinja hampir selalu ditemukan
Serum komplemen menurun
Hipoproteinemia
Hiponatremia
SGOT SGPT sedikit meningkat
1.6.2 Radiologi
Pada foto thorax (DBD III, IV dan sebagian derajat II) didapatkan efusi pleura
terutama di hemithoraks kanan.

1.7 Diagnosa Demam Berdarah Dengue

Kriteria yang dipergunakan untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah


Dengue adalah kriteria menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan
laboratoris untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).(9,10,13)

Kriteria Klinis :

a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari

b. Manifestasi perdarahan, ditandai dengan uji torniquet positif dan salah satu bentuk
lain (petekia, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi), hematemesis dan
atau melena.

c. Perbesaran hati (hepatomegali)

d. Syok ditandai dengan nadi cepat, lemah, tekanan nadi menurun, tekanan darah
turun ( 20 mmHg), kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris :

a. Trombositopeni (100.000/L atau kurang)

b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20% atau lebih dibandingkan nilai


hematokrit pada masa konvalesen)

Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi


atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.Efusi
pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemi dan atau terjadi perdarahan.(2)

Derajat DBD menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan dalam 4 derajat :

1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan adalah uji torniquet.

2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau


perdarahan lain.

3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis sekitar
mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.

4. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur.

1.8 Komplikasi
Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati dengue diduga terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan, disfungsi hati, udem otak perdarahan kapiler serebral, gangguan
metabolik seperti hipoksemia atau hiponatremia serta trombosis pembuluh darah otak
sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).

Pada ensefalopati dengue kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau somnolen,
dengan atau tanpa disertai kejang, dan dapat terjadi pada DBD/SSD. Untuk memastikan
adanya ensefalopati, bila ada syok harus diatasi dulu. Pungsi lumbal dikerjakan bila syok
telah teratasi dan kesadaran tetap menurun (hati-hati bila jml trombosit <50.000/ul). Pada
ensefalopati dengue dapat dijumpai peningkatan kada SGOT/PT, PT dan PTT
memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada analisis gas darah dan
hiponatremia.

Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindorma uremik hemolitik walaupun jarang.
Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler, penting diperhatikan apakah syok benar telah teratasi dengan baik. Diuresis
merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan, untuk mengetahui apakah
syok belum teratasi dengan baik.

Udem paru

Udem paru adalah komplikasi paling mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan
yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima biasanya tidak
akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma mesih terjadi. Akan tetapi
apabila terjadi reabsorpsi plasma dari ruang ekstravaskuler cairan masih diberikan
(kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan kadar hb dan ht tanpa memperhatikan
hari sakit) pasien akan mengalami distres pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata
dan ditunjang dengna gambaran udem paru pada foto thoraks.

1.9 Tatalaksana
Ketentuan Umum

Perbedaan patofisilogik utama antara DD/DBD/SSD danpenyakit lain adalah


adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma
dangangguan hemostasis. Gambaran klinis DBD/SSD sangat khas yaitu demam tinggi
mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis
yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya
kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan
perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada
pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat diketahui dari
peningkatan kadar hematokrit.
Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah
trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari 1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung
pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit dansebelum terjadi penurunan
suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih mencermikan perembesan plasma
danmerupakan indikasi untuk pemberian caiaran. Larutan garam isotonik atau ringer
laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan
berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada asus dengan peningkatan hematokrit
yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit < 50.000/41. Secara umum
pasien DBD derajat I danII dapat dirawat di Puskesmas, rumah sakit kelas D, C
danpads ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B danA.

Fase Demam

Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat
simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan.
Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik
tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD. Parasetamol direkomendasikan
untuk pemberian atau dapat di sederhanakan seperti tertera pada Tabel 1. Rasa haus
dankeadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia
danmuntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam
pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-
100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang masih minum asi, tetap harus
diberikan disamping larutan oiarit. Bila terjadi kejang demam, disamping antipiretik
diberikan antikonvulsif selama demam.
Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang mungkin terjadi.
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya hari ke 3-5
fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan pemeriksaan
laboratorium yang terbaik untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu
menggambarkan derajat kebocoran plasma danpedoman kebutuhan cairan intravena.
Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan tekanan darah
dantekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali. Bila sarana pemeriksaan hematokrit tidak tersedia,
pemeriksaan hemoglobin dapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak terlalu
sensitif.

Untuk Puskesmas yang tidak ada alat pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan

dengan menggunakan Hb. Sahli dengan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb

Penggantian Volume Plasma

Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi pada fase
penurunan suhu (fase a-febris, fase krisis, fase syok) maka dasar pengobatannya
adalah penggantian volume plasma yang hilang. Walaupun demikian, penggantian
cairan harus diberikan dengan bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan cairan awal
dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering
(setiap 30-60 menit). Tetesan dalam 24-28 jam berikutnya harus selalu disesuaikan
dengan tanda vital, kadar hematokrit, danjumlah volume urin. Penggantian volume
cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara
umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.

Cairan intravena diperlukan, apabila (1) Anak terus menerus muntah, tidak
mau minum, demam tinggi sehingga tidak rnungkin diberikan minum per oral,
ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok. (2) Nilai
hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan
glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium
bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan. Apabila terdapat
hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus
sama dengan plasma. Volume dankomposisi cairan yang diperlukan sesuai cairan
untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan + defisit 6% (5
sampai 8%), seperti tertera pada tabel 2 dibawah ini.

Pemilihan jenis danvolume cairan yang diperlukan tergantung dari umur dan berat
badan pasien serta derajat kehilangan plasma, yang sesuai dengan derajat
hemokonsentrasi. Pada anak gemuk, kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan
ideal untuk anak umur yang sama. Kebutuhan cairan rumatan dapat diperhitungan
daritabel 3 berikut.

Misalnya untuk anak berat badan 40 kg, maka cairan rumatan adalah 1500+(20x20)
=1900 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24 jam. Oleh karena perembesan
plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih cepat pada saat suhu turun),
maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan kecepatan dankehilangan
plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar hematokrit. Penggantian volume
yang bedebihan danterus menerus setelah plasma terhenti perlu mendapat perhatian.
Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan, saat terjadi
reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali kedalam intravaskuler. Apabila pada saat itu
cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema paru dandistres pernafasan. Pasien
harus dirawat dansegera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok yaitu gelisah,
letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dannadi lemah, tekanan nadi
menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, danpeningkatan mendadak dari
kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus menerus walaupun
telahdiberi cairan intravena.
DAFTAR PUSTAKA

1 Halstead scott, Nelson textbook of pediatrics, ed. 15 vol. 2. Hal 1134

2 Hadinegoro dkk, 2006, Tatalaksana Demam Berdarah Dengue Di Indonesia, ed. 4.


Depkes RI

3 Soegijanto, Soegeng. 2010. Patogenesa Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied
Management of Dengue Viral Infection in Children. 6 November 2010. Halaman 11-
45.

4 Wang WK, Chao DY. High Levels of Plasma Dengue Viral Load during
Defervescence in Patients with Dengue Hemorrhagic Fever: Implications for
Pathogenesis.Virology (serial on the internet).2002 July 31 (cited 2003 Jan 31).
Available from: www.sciencedirect.com/science?_ob=article

5 Juffrie M, Van Der Meer GM, Hack CE, Hasnoot K, Sutaryo, Veerman AJP, Thijs
LG et al. Inflammatory Mediators in Dengue Virus Infection in Children:Interleukin-8
and Its Relationship to Neutrophil Degranulation.Infection and Immunity (serial on
the internet).1999 Nov 3 (cited 2000 Feb),p.702-707.Available from:
iai.asm.org/cgi/reprint/68/2/702

6 Simmonscp, Chau TNB, Thuy TT, Tuan MN, Hoang DM, Thien NT et al.Maternal
Antibody and Viral Factors in The Pathogenesis of Dengue Virus in Infants. (cited
2007August1).Availablefrom:www.exa.unne.edu.ar/bioquimica/immunoclinica/docu
mentos/maternal_antibody.pdf

Anda mungkin juga menyukai