Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada penelitian yang berjudul Pengaruh Kepatuhan Praktisi

Kesehatan pada Clinical Pathway terhadap Kesembuhan Pasien Demam

Tifoid, dilakukan dengan melihat data pasien rawat inap di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang periode Oktober 2014 sampai September

2015. Pemilihan data memperhatikan kriteria inklusi (pasien yang didiagnosa

demam tifoid dengan pemeriksaan widal 1/320 atau tes serologi salmonella

positif) dan eklusi (pasien demam tifoid dengan komplikasi intestinal dan

non-intestinal, pulang paksa, serta data status pasien tidak lengkap, tidak jelas

terbaca, dan hilang). Data yang sudah terpilih dilakukan randomisasi hingga

didapatkan data pasien sebanyak 75 buah..

Pencatatan data yang sudah terpilih dilakukan selama satu bulan pada

bulan November di unit rekam medik Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang. Setelah pencatatan didapatkan sebanyak 59 praktisi kesehatan

patuh dan 16 praktisi kesehatan tidak patuh terhadap clinical pathway demam

tifoid. Kepatuhan diukur dengan menggunakan total skor pada form clinical

pathway demam tifoid. Total skor tertinggi 80 dan terendah adalah 66.

Kesembuhan pasien demam tifoid dinilai melalui hilangnya panas dan

gejala ikutan seperti lidah kotor, mual muntah, diare atau obstipasi, dan perut

sebah setelah pemberian obat. Hal tersebut dapat dinilai perkembangannya

31
32

melalui form clinical pathway.

Selain kepatuhan praktisi kesehatan dan kesembuhan pasien demam

tifoid, didapatkan pula data karakteristik subyek berupa jenis kelamin dan

umur. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi perempuan lebih banyak daripada

laki-laki yaitu 14 : 11. Berdasarkan umur, jumlah subyek yang berumur

kurang dari sama dengan 12 tahun adalah 64%, sedangkan subyek berumur

lebih dari 12 tahun adalah 36% (Tabel 4.1).

Tabel 4. 1 Karakteristik subyek

Karakteristik subyek Frekuensi Persentase (%)


Jenis kelamin
- Laki-laki 33 44,0
- Perempuan 42 56,0
Umur (tahun)
- Kurang dari sama dengan 12 48 64,0
tahun
- Lebih dari 12 tahun 27 36,0

Uji statistik yang digunakan fisher’s exact dengan nilai p=0,00

(p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa kepatuhan praktisi kesehatan pada

clinical pathway memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kesembuhan

pasien demam tifoid. Besar resiko kepatuhan praktisi kesehatan pada clinical

pathway terhadap kesembuhan pasien demam tifoid sebesar 34,800 (95% CI:

3,776 - 320,681). (Tabel 4.2)

Tabel 4.2 Pengaruh kepatuhan praktisi kesehatan pada clinical pathway

terhadap kesembuhan pasien demam tifoid


33

Kesembuhan
OR (95%CI) Nilai p
Kepatuhan 34,800 (3,776 - 320,681) 0,00

Dari total 75 subyek yang diteliti, jumlah subyek sembuh sebanyak

98,3% pada praktisi kesehatan yang patuh terhadap clinical pathway. Jumlah

ini lebih banyak apabila dibandingkan dengan kesembuhan pasien pada

praktisi kesehatan yang tidak patuh yaitu 62,5%. Pada praktisi kesehatan

yang patuh terhadap clinical pathway, jumlah subyek tidak sembuh 2,7%.

Sebanyak 37,5% subyek tidak sembuh pada praktisi kesehatan yang tidak

patuh.

Pada form clinical pathway di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang, telah ditetapkan jenis terapi yang akan diberikan. Antibiotik yang

ditetapkan adalah ciprofloxacin/levofloxacin atau cefotaxim/ceftriaxon.

Cairan RL, paracetamol, dan ranitidin/ondansetron merupakan terapi cairan,

anti piretik, serta anti mual/muntah yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

diketahui beberapa variasi terapi yang diberikan kepada pasien. Cefuroxime

diberikan kepada 4% subyek, sedangkan dexaflox yang mengandung

pefloxacin diberikan kepada 5,33% subyek. Sebanyak 90,67% subyek

menerima terapi antibiotik yang sesuai dengan clinical pathway. Seluruh

subyek telah menerima terapi anti piretik sesuai dengan clinical pathway.

Pada pemberian terapi anti mual/muntah, omeprazole diberikan kepada 12%

subyek. Lancid yang kandungannya berisi lansoprazole diberikan kepada

5,33% subyek. Anti mual/muntah yang sesuai dengan clinical pathway telah

diberikan kepada 82,67% subyek.


34

Rata-rata lama hari perawatan pasien demam tifoid di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang adalah 4,4 hari. Pada praktisi kesehatan yang

patuh, rata-rata lama hari perawatan pasien adalah 4,27 hari. Selama 4,87 hari

merupakan lama hari perawatan dengan praktisi kesehatan yang tidak patuh.

Pada clinical pathway ditetapkan bahwa lama hari perawatan pasien demam

tifoid di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang adalah 7 hari. Oleh

karena itu, lama hari perawatan pasien demam tifoid pada praktisi kesehatan

yang patuh maupun tidak patuh 100% kurang dari 7 hari. Sebanyak 9,3%

subyek dipulangkan dalam keadaan masih meninggalkan keluhan seperti

demam, mual, dan konsistensi feses lembek.

4.2. Pembahasan

Penelitian ini membuktikan bahwa kepatuhan praktisi kesehatan pada

clinical pathway memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kesembuhan

pasien demam tifoid. Dari total 75 subyek yang diteliti, jumlah subyek yang

sembuh dari demam tifoid lima kali lebih banyak pada praktisi kesehatan

patuh terhadap clinical pathway daripada yang tidak patuh.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Frei (2011) dengan

subyek yang berbeda menunjukkan bahwa pelaksanaan clinical pathway pada

pasien pneumonia dapat meningkatkan kesembuhan pasien, memperpendek

lama perawatan di rumah sakit, efisiensi biaya rumah rumah sakit. Penelitian

tersebut menitik beratkan pada pemakaian antibiotik pada pasien pneumonia.

Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan peneliti


35

yang menyebutkan bahwa ada pengaruh kepatuhan praktisi kesehatan pada

clinical pathway terhadap kesembuhan pasien demam tifoid.

Uji statistik menunjukkan bahwa kepatuhan praktisi kesehatan pada

clinical pathway dapat meningkatkan kesembuhan pasien demam tifoid

34,80. Clinical pathway dapat meningkatkan kesembuhan karena memiliki

unsur utama yaitu evidence based medicine, penanganan terbaik, dan

meningkatkan harapan pasien dengan komunikasi, koordinasi yang dilakukan

secara multidisiplin berbagai disiplin ilmu yang diperlukan (De Blesser dkk,

2006). Oleh karena itu, pada form clinical pathway terdapat poin proses

diagnosa, edukasi kepada pasien, pemberian terapi, keluaran klinis, dan kerja

sama antara dokter penanggung jawab, dokter ruangan, perawat, serta ahli

gizi.

Dalam praktik penanganan pasien demam tifoid di Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang didapatkan beberapa variasi terapi yang tidak sesuai

dengan terapi yang sudah ditetapkan dalam clinical pathway.Kasus demam

tifoid memerlukan penanganan yang tepat terutama penggunaan antibiotik.

Antibiotik golongan fluoroquinolon merupakan obat optimal untuk

penanganan pasien demam tifoid berdasarkan evidence based yang ada saat

ini. Tidak hanya antibiotik, pemberian cairan dan obat-obatan simtomatik

perlu diperhatikan (WHO, 2011). Penanganan yang sesuai dengan evidence

based dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan berkualitas

(Vanhaecht dkk, 2006).

Pada proposal penelitian, peneliti menyebutkan akan mengambil data


36

pasien demam tifoid yang dirawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang periode Oktober 2014 sampai September 2015. Namun, data yang

diberikan hanya sampai bulan Juli 2015. Hal ini terjadi karena data pasien

demam tifoid rawat inap yang terdaftar dalam sistem data di rumah sakit baru

sampai bulan Juli 2015. Oleh karena itu, peneliti mengambil data pasien

demam tifoid rawat inap pada bulan Oktober 2014 sampai Juli 2015.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pencatatan data rekam

medik kurang terinci dan kurang lengkap. Hal ini disebabkan proses

pencatatan dilakukan oleh praktisi kesehatan yang berbeda-beda sesuai

dengan tingkat pemahaman terhadap pentingnya rekam medis dan clinical

pathway. Selain itu juga dalam rekam medis tidak dapat diketahui dengan

pasti seberapa besar pengaruh kepatuhan praktisi kesehatan pada clinical

pathway terhadap besarnya biaya perawatan pasien, kepuasan pasien, dan

keuntungan rumah sakit.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Terdapat pengaruh kepatuhan praktisi kesehatan pada clinical

pathway terhadap kesembuhan pasien demam tifoid.

5.1.2. Sebanyak 77,33% subyek sembuh pada praktisi kesehatan yang patuh

terhadap clinical pathway dan 13,33% subyek sembuh pada praktisi

kesehatan yang tidak patuh.

5.2. Saran

Peneliti berpendapat bahwa penelitian yang dilakukan dapat menarik

peneliti lain untuk mengembangkan ide yang berkaitan dengan penelitian ini.

Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu :

5.2.1 Perlu dilakukan perbaikan sistem rekapitulasi data pasien di Rumah

Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

5.2.2 Perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan praktisi

kesehatan pada penerapan clinical pathway di Rumah Sakit Islam

Sultan Agung Semarang.

5.2.3 Perlu dilakukan penelitian tentang berbagai kendala penerapan clinical

pathway demam tifoid di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

5.2.4 Perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penerapan clinical

pathway demam tifoid terhadap biaya perawatan, kepuasan pasien,

maupun keuntungan rumah sakit.

37
38
39

Bredt DS, Snyder SH. 1994. Nitric oxide: a physiologic messengermolecule.


Annu Rev Biochem;63:175–95.

Wiederholt M, Sturm A, Lepple-Wienhues A. 1994. Relaxation oftrabecular


meshwork and ciliary muscle by release of nitricoxide. Invest Ophthalmol
Vis Sci 35:2515–20.

Salvemini D, Misko TP, Masferrer JL, et al. 1993. Nitric oxideactivates


cyclooxygenase enzymes. Proc Natl Acad Sci USA;90:7240–4.

Nathanson JA, McKee M. 1995. Alterations of ocular nitric oxidesynthase in


human glaucoma. Invest Ophthalmol Vis Sci;36:1774–84.

Matsuo T., 2000.Basal nitric oxide production is enhanced byhydraulic pressure


in cultured humantrabecular cells. Br J Ophthalmol 84; 631-635
40

Lampiran 2. Statistik DeskriptifUmur dan Tekanan Intraokular pada Pasien


Menopause dan Non Menopause

Means

Case Processing Summary

Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * menopause 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%

Report
Umur
menopause Mean N Std. Deviation
non menopause 19.43 35 1.770
menopause 55.89 35 3.151
Total 37.66 70 18.535

Means

Case Processing Summary

Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
TIO kanan (mmHg) * 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
menopause
TIO kiri (mmHg) * 70 100.0% 0 .0% 70 100.0%
menopause

Report
menopause TIO kanan (mmHg) TIO kiri (mmHg)
non menopause Mean 13.37 13.77
N 35 35
Std. Deviation 2.161 2.378
menopause Mean 15.23 15.65
N 35 35
Std. Deviation 3.133 4.456
Total Mean 14.30 14.71
N 70 70
Std. Deviation 2.832 3.669
41

Lampiran 3. Normalitas Data Tekanan Intraokular pada Pasien Menopause dan


Non Menopause

Explore
menopause

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

menopause N Percent N Percent N Percent


TIO kanan (mmHg) non menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
TIO kiri (mmHg) non menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
trans_tiokiri non menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
menopause 35 100.0% 0 .0% 35 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

menopause Statistic df Sig. Statistic df Sig.


TIO kanan (mmHg) non menopause .128 35 .159 .944 35 .073
*
menopause .110 35 .200 .970 35 .436
TIO kiri (mmHg) non menopause .103 35 .200* .955 35 .161
menopause .154 35 .034 .867 35 .001
trans_tiokiri non menopause .090 35 .200* .963 35 .276
menopause .128 35 .159 .934 35 .037
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


TIO kanan (mmHg) Based on Mean 6.120 1 68 .016
Based on Median 6.039 1 68 .017
Based on Median and with 6.039 1 64.633 .017
adjusted df
Based on trimmed mean 6.124 1 68 .016
TIO kiri (mmHg) Based on Mean 6.173 1 68 .015
Based on Median 5.602 1 68 .021
Based on Median and with 5.602 1 46.734 .022
adjusted df
Based on trimmed mean 5.805 1 68 .019
42

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


trans_tiokiri Based on Mean 4.281 1 68 .042
Based on Median 4.237 1 68 .043
Based on Median and with 4.237 1 56.960 .044
adjusted df
Based on trimmed mean 4.241 1 68 .043
43

Lampiran 4. Uji Beda Rata-rata Tekanan Intraokular dengan Independent Sample


T-test

T-Test

Group Statistics

menopause N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


TIO kanan (mmHg) non menopause 35 13.37 2.161 .365
menopause 35 15.23 3.133 .530
TIO kiri (mmHg) non menopause 35 13.77 2.378 .402
menopause 35 15.65 4.456 .753

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
TIO kanan Equal variances 6.120 .016 -2.900 68 .005 -1.866 .643 -3.149 -.582
(mmHg) assumed
Equal variances not -2.900 60.382 .005 -1.866 .643 -3.152 -.579
assumed
TIO kiri Equal variances 6.173 .015 -2.199 68 .031 -1.877 .854 -3.581 -.174
(mmHg) assumed
Equal variances not -2.199 51.912 .032 -1.877 .854 -3.590 -.164
assumed

Anda mungkin juga menyukai