Teori ini
cocok sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis.
Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung
untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Menurut teori ini suatu perbuatan
adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua
orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi utilitarianisme ini tidak boleh
dimengerti dengan cara egois yang hanya berorientasi pada tujuan yang menguntungkan saja.
Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara
lain:
b. Kesulitan untuk menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri,
apakah lebih mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau
jumlah terbanyak dari orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya
lebih kecil.
Contoh: pembangunan tol yang mengakibatkan turunnya tingkat hunian hotel dan
konsumen warung atau rumah makan, tapi memberikan manfaat agar jalur distribusi lancar,
cepat dan hemat biaya serta waktu. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pembangunan tol
itu salah karena menurungkan pendapatan hotel dan restoran sebelum di bangun tol tersebut,
apakah tidak bermoral? Apakah suatu tindakan buruk? Saya sebagai penulis hanya bisa
berkata thas is a dilemma. Walaupun begitu saya tetap memilih utilitarianisme sebagai
pilihan yang terbaik.