Anda di halaman 1dari 47

IRIGASI(laporan)

Published May 23, 2010 Uncategorized Leave a Comment

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan yang tidak habis-


habisnya sehingga perlu disyukuri untuk dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan. Air merupakan pilar penyangga kehidupan
semua mahluk hidup yang perlu dioptimalkan penggunaannya
demi kehidupan dan kemakmuran semua mahluk hidup.

1.2 Latar Belakang

Bertitik tolak dari ketersedian air yang berlebih sehingga perlu


ketersediaan sumber daya air yang stabil dan dinamis serta
bersifat unik.

Ketersediaan air dipengruhi oleh :

1. Iklim
2. Topografi
Sistem sungai
1. Tata guna Lahan
Kapasitas Infiltrasi
Kapasitas Run Off
1. Geologi
Kapasitas Recharge area
Kapasitas Pekolasi

Kebutuhan dan sumber daya air juga dipengaruhi oleh hal


diatas, seperti :
1. Penduduk
Jumlah Penduduk
Penyebaran penduduk
Kepadatan Penduduk
Pendidikan
Keinginan
Kebiasaan
Lingkungan sosial
Budaya Setempat
Lokasi
Ketingian
1. Sumber Daya Manusia
1. Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Ruang
1.3 Tujuan Perencanaan

Tujuan dari perencanaan Bendung ini adalah sbb:

1. Bertitik tolak dari latar belakang, adalah untuk dapat


meningkatkan Intensitas tanam pertahun dengan harapan
produksi Pertanian meningkat sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat khususnya pada daerah irigasi
tersebut.
2. Untuk meningkatkan elevasi muka air sungai sehingga arel
Irigasi seluas 450 Ha akan dapat terrlayani air Irigasinya.

Selain itu tujuan yang hendak dicapai dalam perencanaan


Irigasi II ini adalah agar nantinya mahasiswa dapat mengetahui
tenteng langkah-langkah utama yang harus dilalui dalam
perencanaan Bangunan utama yang meliputi :

1. Tinggi air diatas mercu Bendung


2. Desain mercu Bendung
3. Desain Kolam Olak
4. Desain Apron
5. Desain Pintu Pembilas
6. Desain Pintu Pengambilan
7. Desain Bangunan-bangunan Pelengkap lainnya
BAB II
BENDUNG
2.1. Umum

Bendung adalah Bangunan pelimpah melintang sungai yang


memberikan tinggi muka air minimum kepada Bangunan
pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung merukan
penghalang selama banjir dan dapat menyebabkan genangan
luas didaerah hulu bendung tersebut.

Secara umum Bendung berfungsi sebagai :

1. Meninggikan permukaan air


2. Pengendalian Banjir (Flood control)
3. Pengendalian aliran (Flow Control)
4. Pengendalian Sedimen (Sedimen Control)
5. Memperbaiki Geometri Sungai
2.2. Klasifikasi Bendung

Bendung diklasifikasikan kedalam beberapa katagori dilihat dari


:
1. Penggunaan

Adalah sebagai :

Penampung
Diversion : Supply air Irigasi
Detensi : Mengurangi Banjir
Over Flow DAM (bahan dari Beton)
Non Over Flow DAM
Urugan Tanah
Urugan batu
Beton
1. Hidraulika
1. Material
2.3. Bagian-Bagian Bendung

Bagian bagian bendung terdiri dari

1. Bangunan Pengelak

Adalah bagian utama dari Bendung yang benar-benar dibangun


didalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan
dibelokkannya air sungai kejaringan Irigasi, dengan jalan
menaikkan muka air disungai atau dengan memperlebar
pengambilan didasar sungai seperti pada Type bendung
Saringan Bawah ( bottom rock weir).

1. Bangunan Pengambilan

Adalah semua banguanan berupa pintu air. Air dibelokkan dari


sungai melalui banguan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah Bangunan pengambilan adalah debit
rencana dan pengelakan sedimen.

1. Bangunan Pembilas

Banguanan ini dibuat pada tubuh bendung tepat dihilir


pengambilan guna mencegah masuknya bahan sediment kasar
kedalam jaringan saluran irigasi.

1. Kantong Lumpur

Berfungsi mengendapkan fraksi-fraksi sediment yang lebih


besar dari fraksi pasir halus (0,06-0,07) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir pengambilan.

1. Pekerjaan pengaturan Sungai

Berfungsi untuk menjaga agar Bangunan utama tetap berfungsi


dengan baik, terdiri dari :

1. Pekerjaan Kreb, Matras Batu, pasangan batu kosong, dan atau


dinding pengarah.
2. Tanggul banjir, untuk melindungi lahan yang berdekatan
dengan genangan akibat banjir.
3. Saringan Bongkah untuk melindungi pengambilan/ pembilas
bawah agar bongkah tidak menyumbat Bangunan selama
banjir.
4. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau bila
Bangunan Pengelak dibuat dikapur, untuk mengelakkan sungai
melalui Bangunan tersebut.
1. Bangunan Pelengkap
Bangunan akan ditambahkan Bangunan utama untuk keperluan
:

1. Pengaturan debit dan muka air disungai maupun saluran


2. Pengoperasian pintu
3. Peralatan Komunikasi, tempat teduh serta perumhan untuk
tenaga eksploitasi, gudang dsan ruang kerja untuk kegiatan
eksploitasi dan pemeliharaan
4. Jambatan diatas bendung, agar saluran bagian utama mudah
dijangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
5. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung dari hasil
evaluasi ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa
dibangun didalam Bangunan pengelak atau diujung kantong
Lumpur atau diawal saluran.
2.4. Penelitian dan Pemilihan Tempat Kedudukan
Bendung

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian dan


pemilihan tempat kedudukan bendung :

1. Topografi

Bangunan untuk Menentukan letak calon lokasi bendung


(elevasi, dll)

1. Kondisi Geologi dan pondasi

Jenis pondasi akan Menentukan bentuk bendungan :

1. Solid Rock Foundation (nilai material sebagai penentu


bendungan)
2. Gravel Foundation (timbunan tanah, batu, beton ringan)
3. Clay Foundation (timbunan tanah dengan perlakuan khusus)
4. Non Uniform Foundation (perlu perlakuan khusus)
1. Ketersediaan Material
2. Gempa bumi.
BAB III
DATA DAN ANALISA HIDROLOGI

Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bendung dalam


suatu jaringan irigasi adalah :

1. 1. Data Topografi

Yaitu peta yang meliputi seluruh Daerah Aliran Sungai. Peta


situasi untuk letak Bangunan utama, Gambar-gambar
potongan memanjang dan melintang sungai baik sebelah hulu
maupun hilir dari kedudukan Bangunan utama.

1. 2. Data Hidrologi

Data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data
ini harus mencakup beberapa periode ulang, daerah hujan,
type tanah dan Vegetasi yang terdapat didaerah aliran.

Data-data yang diperlukan untuk perencanaan Bangunan


utama adalah :

1. Data untuk menghitung berbagaiharga banjir rencana


2. Data untuk menilai debit rendah andalan (80%) dibutuhkan
untuk menilai luas daerah potensial yang dapat diairidari dsri
sungai yang bersangkutan. Jika tidak tersedia data mengenai
muka air dan debit, maka debit rendah harus dihitung
berdasarkan curah hujan dan data limpasan air hujan dari
daerah aliran sungai (DAS).
3. Neraca Air

Neraca Air (Water Balance) seluruh sungai dibuat guna


mempertimbangkan perubahan debit air akibat dibuatnya
Bangunan utama.

1. 3. Data Morfologi

Data-data fisik yang dibutuhkan dari sungai adalah:

1. Kandungan dan ukuran Sedimen


2. Type dan Ukuran Sedimen
3. Pembagian (distribusi) ukuran butur
4. Banyakna Sedimen dalm waktu tertentu
5. Pembagian Sedimen secara vertical dalam sungai.
1. 4. Data Geologi

Meliputi :

1. Kondisi umum permukaan tanah daera yang bersangkutan


2. Kondiasi geologi lapangan
3. Kedalaman lapisan kerat
4. Sesar
5. Kelulusan (Permeabilitas) tanah
6. Gempa Bumi
1. 5. Data Mekanika Tanah

Meliputi :

1. Bahan Pondasi
2. Bahan Konstruksi
3. Sumber bahan Timbunan
4. Batu untukpasangan batu kosong
5. Agregat untuk Beton
6. Batu pecah untuk pasangan batu
7. Kelulusan tanah

Untuk memperhitungkan gaya angkat (uplift) dan perembesan.

BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA
4.1. Perhitungan Lengkung Debit Sungai
Karakteristik Sungai
1. Lebar Dasar sungai (b) = 22 m
2. Kemiringan Dasar Sungai (I) = 0,0015
3. Koefesien Kekasaran Manning (n) = 0,042
4. Debit Banjir Rencana (Q100) = 37 m3/dt
5. Bentuk tebing sungai :

Perhitungan tinggi banjir rencana disungai menggunakan


persamaan Manning :

A = (b+z.a).h

Q=V.A

Dimana : Q = Debit aliran (m3/dt)

V = Kecepatan Aliran (m/dt)

P = Keliling basah (m)

R = Jari-jari Hidrolis (m)


b = Lebar Dasar sungai (m)

h = Tinggi air (m)

S = I = Kemiringan dasar sungai

Z = Kemiringan tebing

Untuk mencari harga h (tinggi air) dari sungai agar diperoleh Q


rencana yang mendekati harga Q100, maka harga h dicoba-coba
sampai diperoleh nilai h yang sebenarnya.
Contoh penyelesaian :

Dicoba : h = 0,1 m

b = 22 m

I = 0,0015

n = 0,042

z = 1,5

Luas penampang

A = (b+z.a).h

= (22+2.0,1). 0,1

= 2,22 m2
Keliling basah

= 22,36 m

Jari-jari Hidrolis

= 2,22 / 22,36
= 0,099

Kecepatan aliran

= 0,197 m/dt

Debit

Q=A.V

= 2,22 . 0,197

= 0,438 m3/dt

Untuk perhitungan selanjutnya (h = 0,2 ; h = 0,3 ; ) dapat


dilihat dari tabel berikut :
engan cara yang sama, hasil perhitungan dapat ditabelkan seperti
berikut :
Keliling Jari-jari
Tinggi Air Luas basah Hidrolis Kecepatan Debit
h (m) A (m2) P (m) R (m) V (m/det) Q (m3/det)
0.2 4.460 22.721 0.196 0.311 1.389
0.4 9.040 23.442 0.386 0.489 4.416
0.6 13.740 24.163 0.569 0.633 8.696
0.8 18.560 24.884 0.746 0.758 14.076
1.0 23.500 25.606 0.918 0.871 20.465
1.2 28.560 26.327 1.085 0.974 27.805
1.4 33.740 27.048 1.247 1.069 36.054
1.6 39.040 27.769 1.406 1.157 45.179
1.8 44.460 28.490 1.561 1.241 55.159
2.0 50.000 29.211 1.712 1.320 65.975
2.2 55.660 29.932 1.860 1.394 77.614
2.4 61.440 30.653 2.004 1.466 90.067
2.6 67.340 31.374 2.146 1.534 103.324
2.8 73.360 32.096 2.286 1.600 117.381
3.0 79.500 32.817 2.423 1.663 132.235
3.2 85.760 33.538 2.557 1.724 147.882
3.4 92.140 34.259 2.690 1.783 164.322
3.6 98.640 34.980 2.820 1.841 181.554
3.8 105.260 35.701 2.948 1.896 199.579
4.0 112.000 36.422 3.075 1.950 218.398
4.2 118.860 37.143 3.200 2.002 238.014
4.4 125.840 37.864 3.323 2.054 258.428
4.6 132.940 38.586 3.445 2.104 279.644
4.8 140.160 39.307 3.566 2.152 301.666
5.0 147.500 40.028 3.685 2.200 324.496
5.2 154.960 40.749 3.803 2.247 348.138
5.4 162.540 41.470 3.919 2.292 372.598
5.6 170.240 42.191 4.035 2.337 397.880
5.8 178.060 42.912 4.149 2.381 423.988
Dari grafik diperoleh nilai h untuk Q = 370 m3/dt, yaitu : h =
5,4 m

Jadi tinggi muka air sungai sebelum dibendung adalah : 5,4 m

Sehingga elevasi muka air sebelum dibendung adalah :

= 20 + 5,4

= +25,4 m

4.2. Tinggi Air Diatas Mercu Bendung


Perhitungan Elevasi Mercu Bendung
o Elevasi sawah tertinggi = +25
o Tinggi genangan air sawah = 0,14
o Kehilangan Tekanan :
Dari saluran Tersier ke sawah = 0.10
Dari saluran induk ke Tersier = 0.10
Sepanjang saluran = 0.10
Pada Bangunan ukur = 0.40
Pada Bangunan pengambilan = 0.15
Untuk eksploitasi = 0.15

Elevasi puncak mercu = +26.14

Sehingga Tinggi Mercu (P) = 26.14-20 = 6.14 m


Perhitungan Lebar Bendung
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak bole dari 1,2 kali
lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil (Standar
Perencanaan Irigasi KP.02, hal.38).
Lebar sungai = 2,16 + 22 + 2,16 = 26,32 m
Lebar bendung = 1,2 * 26,32 = 31,584 m

Jadi lebar bendung (B) adalah : 31,584 m 32 m

Lebar bendung adalah jarak tembok pangkal satu dengan


tembok sisi lainnya (B)
lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yg telah
dikurangi oleh
tebal pilar dan pintu penguras (LI)
Lebar efektif adalah lebar sebenarnya yg telah diperhitungkan
dengan koefisien
pilar dan koefisien kontraksi (L)
Rumus pada KP 02 hal.37
L = LI-2(nKp+Ka)He
LI= B-b-St

Dimana :

L = lebar bendung effektif (m)

LI = lebar bendung sebenranya (m)

n = jumlah pilar

kp =koefisien kontraksi pilar

ka =koefisien kontraksi dinding samping


H =tinggi tekanan total diatas mercu bendung (m)

B = lebar bendung (m)

b =lebar pintu penguras (m)

St = jumlah tebal pintu penguras (m)

Berdasarkan Tabel 4.1. KP.02, hal 40, diperoleh :


Koefesien Kontraksi pilar Kp = 0.10 (untuk Pilar ujung bulat)
Koefesien kontraksi pangkal bendung Ka = 0,10
(Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu 90o kearah
aliran dengan 0,5 He > r > 0,15 He

maka :

LI = B b St

= 32 3 (2.1)

= 27 m

L = LI-2(nKp+Ka)He

= 27 2. (2.0,01 + 0,10). He

= 27 0,24 He

Perhitungan Lebar Pintu Pembilas

Lebar Pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya 1/6 -


1/10 dari Lebar bersih Bendung (jarak antar pangkalnya) untuk
sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 m.

Lebar Pembilas + Tebal Pilar = 1/6 x 32 = 5,33 m 5 m


Diambil Pintu Pembilas 2 buah dengan lebar 1,5 m dan Tebal
masing-masing pilar 1m

Lebar Total = (1,5 x 2) + (1 x 2) = 5 m .(ok)


4.3. Desain Mercu Bendung

Type lengkung Bendung :

Dipakai Type Bulat


o Elevasi dasar Bendung = +20 m
o Elevasi puncak Mercu = +26,14 m
o Kemiringan punggung = 32 m
Mencari Nilai He (tinggi air diatas Mercu)

Bangunan ini direncanakan denga memakai tipe bulat,


sehingga debit yg melimpah diatas mercu :

( KP 02 hal. 42 )

Q = Cd*2/3* *Be*He1,5

Dengan :

Q = Debit rencana yg melewati bendung ( m3/det)

Cd = koefisien pengaliran

Be = lebar efektif bendung (m)

He = total energi diatas mercu (m)

Direncanakan dengan :

r = jari-jari mercu bendung, berkisar 0.3-0.7He

direncanakan dengan.4He
Cd = koefisien debit,

Direncanakan dengan Cd= 1.3

g = percepatab gravitasi, g = 9.8 m/det2

Diketahui dengan :

Q100 = 370 m3/det

Be = 27 0.240He

Maka :

Q = Cd*2/3* *Be*He1,5
370 = 1.3*2/3* (27-0.24He)*He1.5
167,025 = 27 0.24 He 2.5

dengan Trial and Error, diperoleh

He = 3,441

Jadi tinggi energi air adalah 3,441 dari puncak mercu

Pengecekan nilai cd (KP 02 Hal 42)

Cd = C0*C1*C2

r = 0.5 He

= 0.5*3.441

= 1.721

p = *tinggi mercu bendung

=1/2*6.14
=3.07 m

He/r =3.441/1.721 = 2.0

P/He=3.07/3.441 = 0.892

Dari grafik gambar 4.5 KP 02 hal 44, diperoleh nilai Cd = 1.295

Lebar Efektif Bendung :

L=LI-2(nkp+ka)He

= 27 0.240He

= 27 0.24*3.441

= 26.174 m

Menentukan Aliran Balik

Aliran balik adalah suatu aliranyang arahnya kehulu


diakibatkan oleh adanya bendung dibadan sungai. Aliran balik
ini dapat dihitung panjangnya mulai dari tubuh bendung
sampai ke hulu.

Data-data yang ada :

kemiringan dasar
sungai : 0.0015

kedalaman air banjir aoo th Sebelum di bendung


: 5.4 m

elevasi air Sebelum


dibendung : 25.4 m
tinggi ar banjir max 100 th Setelah pembendungan
: 3.441

h = tinggi air max mercu + elevasi mercu elevasi air banjir


Sebelum di bendung

= 3.441+26.14- 25.4

= 4.181 m

Persamaan Panjang Aliran Balik :

(sumber : materi kuliah irigasi II)

-x*I+h-z = 0

untuk menghitung panjang aliran balik, maka z=0

x (0.0015) + 4.181 = 0

1.345 x2 0.0015 x + 4.181 = 0

dengan rumus ABC, didapatkan nilai x :

x1 = 5668.922 m
x2 = 5483.494 m

jadi panjang alirannya adalah 5668.922 m

4.4. Desain Kolam Olak


Aliran air yang telah melewati Mercu Pelimpah mempunyai
kecepatan yang sangat tinggi, dengan kondisi aliran sangat
kritis. Dalam kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan berupa
penggerusan pada bagian Belakang pelimpah, sehingga
menyebabkan terganggunya kesetabilan dari bendung
tersebut. Untuk menghindari hal itu upaya untuk mengubah
kondisi aliran superkritis menjadi subkritis yaitu dengan
meredam energi aliran tersebut, dengan mendesain Kolan Olak
.

Tipe-tipe yang digunakan untuk meredam energi :

1. tipe loncatan (jump bazin)


2. tipe kolam olak (stilling bazin)
3. tipe bak pusaran (roller bucket)

Adapun tipe kolam ola Berdasarkan bilangan froude (Kp 04 hal


99) :

1. Untuk Fr<1.7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah


bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi, saluran
pasangan batu atau beton tidak memerlukan perlindungan
khusus.
2. Bila 1.7<Fr<2.5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam
energi secara efektif. Pada umumnya kolam olak dengan
ambang ujung mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan
muka air DZ<1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3. Jika 2.5<Fr<4.5 maka akan timbul situasi yang paling sulit
dalam memilih kolam olak yg tepat. Loncatan air tidak
berbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang sampai
jarak yang jauh disaluran. Digunakan blok yg berukuran besar
(Tipe IV).
4. Bila Fr>4.5 ini merupakan kolam olak Tipe III ini yang
dilengkapi blok depan dan blok penghalang.

Data-data :

P = 6.14 m
He= 3.441 m

Q = 370 m3/det

Br = 32 m

Kecepatan Air Dihulu Bendung (v0) :


v0 = A = b(P+Hd) Hd = He-v02/2g
v0 =
=
=
370 = v0 (306.592 1.633 v02)
370 = 306.592. vo 1.633 vo3
Dengan Trial dan error diperoleh nilai V0= 1.217 m/det

Sehingga :

Ha = = = 0.075 m

Hd = He-Ha

= 3.441 0.075

= 3.365 m

Kecapatan air pada penampang 1 ( v1) :


v1 = = = m/dt

Dari persamaan energi :

P+He = d1+
6.14 + 3.441 = d1+
6.717 = d1+
Dengan Trial dan Error di dapat d1 = 0.885 m
v1 = = 13.065 m/det
= = 8.709

Menentukan Angka froude :


(Kp 02 hal 56 )
Fr =
=
= 4.436

Karena 2.4<Fr<4.5

Maka tipe kolam olak yg digunakan adalah Tipe IV

Kecepatan Tinggi loncatan Air (y2) ;

Berdasarkan KP 02 Hal 56, digunakan persamaan :

= 0.5(1)
=0.5(-1)
y2 = 5.127 m
Kecepatan Air Pada Penampang 2 (v2) :
v2 =

= 2.255 m/det

==0.259

Persamaan energi Pada penampang 2 Adalah :


P+He = y2+v22/2g+Hf

6.14+3.441= 5.127 + + Hf

Hf = 1.779 m

Dimensi Kolam Olak Tipe IV :


Berdasarkan KP 04 Hal 102, Panjang Kolam Olak Adalah :
L=2yu(1)

Dengan :

L = Panjang kolam olak (m)

yu = Kedalaman air pada kaki pelimpah (m)

Fr = Bilangan Froude

Sehingga:

L=2*0.885 (-1)

= 20.508 m

Direncanakan dengan panjang kolam olak sebesar 21 m

Lebar blok=w=yu=0.885 m 1 m

Jarak antar blok=2.5w=2.5*1=2.5 2.5 m

Jarak fraksi = 0.5*1 = 0.5 m

Elevasi dasar kolam olakan :

Berdasarkan keadaan Topografi, direncanakan :

elevasi dasar kolam olak = elevasi mercu +Heyu

= 26.14 + 3.441 0.885

= 20.872 m

4.5. Desain Apron


Panjang dan tebal apron dibelakang serta didepan bendung
direncanakan untuk menahan gaya Uplift pada kondisi serta
mengurangi hydraulic.

Data-data :

Elevasi air dihulu pada saat banjir = Elevasi bendung +


Hd

= 26.14 + 3.365

= 29.505 m

Elevasi air dihilir pada saat banjir :

= Elevasi Dasar kolam olak + y2 + V2/2.g


= 20 + 5.127 + 2.2552/2. 9,81

=25.386 m

DH banjir = 29,505 + 386 = 4.119 m

Elevasi air normal dihulu = 26.14 m

Elevasi lantai dasar = 20 m

DH Normal = 6.14 m

Harga minimum angka rembesan lane (CL) untuk berbagai


jenis kondisi tanah :

Pasir sangat halus/lanau =


8.5

Pasir halus =
7.0
Pasir sedang =
6.0

Pasir kasar =
5.0

Kerikil halus =
4.0

Kerikil sedang =
3.5

Kerikil kasar termasuk berangka =


3.0

Bongkah dengan sedikit berangka dan kerikil = 2.5

Lempung lunak =
2.0

Lempung sedang =
3.0

Lempung keras =
1.8

Lempung sangat halus =


1.6

Kondisi Tanah : Sandy Clay

Berdasarkan KP.02, hal 126, dengan kondisi tanah Dasar


diketahui angka rembesan Lane (CL) = 8,5
(KP.02, hal 124)
dimana :

CL = Angka rembesan Lane

Lv = Jumlah panjang Vertikal

Lh = Jumlah Panjang Horizontal

H = Beda tinggimuka air

Dianggap jalur Vertikal memiliki daya tahan terhadap aliran 3


kali lebih kuat dari jalur horizontal.

Dengan :

Lv = 3+1.5+1.5+1.5+0.7+0.8+(1.5 x 14) +3 +1 = 34 m

Lh = 2 + 5 +2 +2 + 2 + 2 + (1.5 x 14) = 36 m

maka :

= 11.168 > 8.5 ..(OK)

4.6. Desain Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah / bendung


direncanakan untuk menghindari adanya limpasan ombak,
maupun benda benda padat yang terapung pada aliran.
Tinggi jagaan adalah jarak vertikal dari muka air sampai
keujung dinding. Perhitungan untuk memperoleh tinggi jagaan
digunakan rumus :

Fb =0.6 + 0.0037 . V . d1/3

dimana :
Fb =Tinggi jagaan (m)

v =Kecepatan aliran (m/dtk)

d =Kedalaman air (m)

Tinggi Jagaan pada Upstream Bendung :

Kecepatan aliran pada upstream (vo) :

vo =1.217 m/det

d=hd=3.365 m

Fb=0.6*0.0037*1.217*3.3651/3

= 0.607 m 0.6 m

Tinggi Jagaan pada Chute :

Kecepatan aliran pada chute (penampang 1) :

v1 = 1 m/det
d1=yu=0.885 m
Fb=0.6*0.0037*13.065*0.8851/3

= 0.646 m 0.6 m

Desain Jagaan Pada Kolam Olakan :

Kecepatan aliran pada kolam olak (v2):


v2 =2.255 m/det
d1=y2 = 5.127 m
Fb = 0.6+0.0037*2.255*5.1271/3

= 0.614 m 0.6 m

4.7. Desain Pintu Pengambilan


Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk
dialirkan kesaluran primer. Ukuran dari pintu harus sesuai
dengan debit rencana untuk saluran irigasi

Berdasarkan KP 02 Hal. 84, diketahui persamaan :

dimana :

Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi

m = Koefisien debit (diambil 0,8)

b = Lebar bukaan

a = Tinggi bukaan

g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/dtk2

z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan diambil 0,2 m

Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m diatas


muka kantong dlm keadaan penuh guna mencegah
pengendapan partikel sedimen didasar pengambilan itu
sendiri
(Petunjuk Teknis Perencanaan Irigasi, Hal.77)
data data :

Kebutuhan air tanam

Luas daerah irigasi = 1.1


lt/det/Ha

Luas daerah irigasi = 350 Ha


Direncanakan dengan pintu pengambilan
menggunakan pintu radial, dengan keuntungan tidak ada
gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga m =0.8

Berdasarkan petunjuk teknis perencanaan irigasi hal


77. Bahwa elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2
m di atas muka kantong lumpur dalam keadaan penuh guna
mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan
itu sendiri sehingga kehilangan tinggi energi (z) diambil 0.2 m.

Direncanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar


masing- masing pintu direncanakan 1 m, karena dibuat 2 pintu
maka harus ada pilar pemisah ditengahnya, dan tebal pilar di
rencanakan 1 m, maka :

Lebar bukaan =1+ 1 =2m

Lebar total pengambilan = 2+1

=3m

Maka debit yang dibutuhkan :

Qkebutuhan =

dengan : h = effisiensi pengaliran

= 0.65 = 65 %

Sehingga : Qkebutuhan =

= 2307,692 l/det

= 2.308 m3/det

Berdasarkan KP 02 hal 84 :
Kapasitas pengambilan sekurang- kurangnya 120 % dari
kebutuhan pengambilan guna menambah fleksibilitas agar
dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur pro
yek .

Maka : Qp = Qkebutuhan . 120 %

= 2.308*120%

= 2.769 m3/det

Qp = *b*a*

a =

= 0.874 m 1,0 m

Jadi tinggi bersih bukaan pintu pengambilan = 1,0 m

4.8. Desain Pintu Pembilas


Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bendung,
banyak mengandung/ membawa sedimen. Agar sedimen
tersebut tidak memasuki intake maka perlu diadakan
pembilasan/penggelontoran. Dalam penggelontoran ini
sedimen yang mengendap dibuang ke sungai utama. Untuk
melaksanakan pembilasan ini diperlukan bangunan pembilas.
Kecepatan recana yang diperlukan selama pembilasan dapat
diambil 3,0 m/dtk. (KP. 04, hal 134)dan besarnya kecepatan
hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis(Vc < 3),karena
kecepatan superkritis akan mengurangi effektifitas proses
pengambilan (KP. 02, hal.148).

Kedalaman kritis : Kecepatan kritis : Debit


rencana tiap meter lebar :
hc = vc= q=

dengan :

Q = Debit banjir rencana yang masuk untuk saluran irigasi


(m3/dt)
q = Debit rencana parameter lebar (m3/dt/m)

L = Lebar pintu penguras = 4,0 m

Vc = Kecepatan kritis (m/dt)

hc = Kedalaman kritis (m)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

maka :

q=

= = 123.33 m3/dt/m

hc =

= = 11.578 m

vc =

= 10.652 m/det > 3,0 m/dt .(ok)

Kecepatan pembilasan

V = 1.5*C*

Dimana :
V = kecepatan aliran pada saat pembilasan (m/det)

C = koefisien, harganya material breksi tupa, C=2.5

d = diameter maksimum sedimen = 0.2

v = 1.5*2.5*

= 1.677 m/det

vc > v

10.868 m/det > 1.677..(OK)

Kemiringan Lantai Penguras

Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai


sebesar 11.374 m/dt, maka kemiringan lantai penguras harus
dihitung. Perhitungan dapat menggunakan rumus Manning.

V = 1/n . R2/3 I1/2

dimana :

V =Kecepatan pada saat pembilasan (m/dtk)

n =Koefisien kekasaran Manning

R =Jari jari hidrolis (m)

S =Kemiringan dasar saluran

Pada saat R = hc, maka V = Vc

Vc = 1/n. R2/3. I 1/2

10.652 =
I =

I = 0.00757

Jadi kemiringan lantai penguras = 0.00757

4.9. Desain Kantong Lumpur

Kantong lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang


mempunyai fungsi untuk mengendapkan lumpur yang masuk
ke saluran. Kantong lumpur ditempatkan dibelakang
pintuintake kemudian hasil pembilasan lumpur dibuang
melalui saluran buang.

Langkah langkah perencanaan berdasarkanPetunjuk Teknis


PerencanaanIrigasihal.60 adalah sebagai berikut :
1. Menentukan ukuran partike
2. Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan
3. Membuat perkiraan awal luas rata rata permukaan kantong
lumpur dengan rumus :

LB = Q/W

Dimana :

L =Panjang kantong (m)

B =Lebar rata rata profil pembawa (m)

Q =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)

W =Kecepatan endap partikel rencana (m/dtk)

Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama


eksploitasi normal.
Vn = Ks . Kn2/3 . Sn1/2

Qn = Vn . An

Dimana :

Vn =Kecepatan rata rata selama eksploitasi (m/dtk)

Ks =Koefisien kekasaran

Rn =Jari jari hidrolis

Sn =Kemiringan energi

An =Luas penampang basah

Qn =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)


1. Menentukan kemiringan energi selama pembilasan dengan
kolam dalam keadaan kosong dengan rumus Strikler.
Vs =Ks . Rs2/3 . Ss1/2

Qs =Vs . As

Dimana :

Vs =Kecepatan rata rata selama pembilasan (m/dtk)

Ks =Koefisien kekasaran

Rs =Jari jari hidrolis

Ss =Kemiringan energi

An =Luas penampang basah

Qs =Debit untuk membilas

As =Luas penampang basah


1. Menentukan dimensi kantong lumpur
Perencanaan sebagai berikut :
1. Ukuran partikel rencana
Dimisalkan sample yang diambil pada kali sedimen rata rata
berukuran 70 mm = 7 . 10-6 m Sedimen itu terangkut oleh
aliran sungai sebagai sedimen layang.
1. Diasumsikan bahwa air yang dielakan mengandung 0.5%
sedimen yang harus diendapkan dalam kantong lumpur.

Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu


pembilasan.

V = 0.0005 . Qn . T

Dimana :

Qn =Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dtk)

T=Waktu pembilasan, direncanakan dengan melakukan


pembilasan 1 minggu sekali =7 hari

V=0.0005 . 2,769 (7 . 24 . 3600)

= 837.345 m3 838 m3
1. Luas rata rata permukaan Kantong Lumpur

LB =Qn/W

Dari grafik hubungan antara kecepatan W dgn diameter butir


partikel d, kecepatan endap bisa diketahui (KP. 02 hal. 143).

Apabila :

Diameter partikel = d = 0,7 mm = 0,07 mm dan partikel


berupa pasir alamiah, sehingga faktor bentuk (fb) = 0,7 mm,
maka berdasarkan grafik 7.4 hal. 143 pada KP. 02,diperoleh
kecepatan endap partikel :

W = 4 mm = 0.004 m

maka :

LB =Qn/W

= 2.769/0.004 = 692.25 m2

Karena L/B > 8, maka L/B = 8

L . B = 692.25 m2

8 B.B = 692.25

B2 = 86.531

B = 9.301 9 m

4. Menentukan kemiringan energi (Sn)

Kecepatan aliran (Vn) diambil 0.4 m/dt, unutk mencegah


timbulnya vegetasi dan agar partikel-partikel yang lebih besar
tidak langsung mengendap di hilir pengambilan, maka :

Luas penampang basah (An) =

= = 6.923 m2

Dengan harga B = 9 m, maka kedalaman air (hn) adalah :

hn = = = 0.769 m 0.8 m

Direncanakan kemiringan talud = 1 : 2, maka lebar dasar


saluran bn :
bn =B 2 (hn*2)

=9 2 (0.8*2)

= 5.8 m 6 m

Penampang melintang kantong lumpur pada saat penuh :

Keliling Basah (Pn) :

Pn=b+2h

= 6 +2*0.8

=9.578 m

Jari-jari Hidrolis (Rn):

Rn=

=0.723 m

maka :

Kecepatan :
Vn =Kn*Rn2/3*Sn1/2 dengan Kn diambil 45 m1/2/dt
0.4 =45*0.7232/3*Sn1/2
Sn1/2=

Sn = 0.000151

Sehingga kemiringan energi di Kantong Lunpur = 0.000151

1. Mnentukan Kemiringa Energi Selama Pembilasan (Ss)

Dalam penentuan Ss, Kantong Lumpur dalam keadaan kosong.


kecepatan aliran pada saat pembilasan (Vs) direncanakan
sebesar 1,5 m/dt.

Debit Pembilasan (Qs)

Qs = 1,2. Qn

= 1,2 * 2,769

= 3.323 m3/dt
Luas Penampang basah (As)

As =

Lebar Dasar (bs) = bn = 6 m

As = bs. hs

hs =

Keliling Penampang bsah saat Pembilasan (Ps) :

Ps = bs + 2. hs

= 6 + 2. 0,4

= 6,8 m

Jari-jari Hidrolis (Rs)

Rs =

maka :

Vs = Ks. Rs2/3. Ss1/2


pada saat pembilsan, koefesien kekasaran diambil 40 m1/2/dt
Ss1/2 =
=

Ss = 0.013

Sehingga Kemiringan energi selama Pembilasan adalah ; 0,013

Pada saat pembilsan, harus diusahakan kecapatan Alirannya


dalam keadaan Sub Kritis (Fr<1), hal ini untuk menghindari
terangkatny asaluran akibat kecepatan aliran :

Fr = .(ok)

Panjang Send Trap :

Volume Send Trap yang diperlukan ;

V = 352 m3

Rumus volume Sand Trap :

V = (hs.bn.L) + (L. Ss L. Sn). bn. L

= (0.4*6L) + (L. 0.013 L .0.00015). 6L

352 = 2.4L + 0.0385.L2

dengan Trial and Error diperoleh :

L = 69.402 m 70 m

BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG
5.1. Langkah-Langkah Perhitungan
Untuk mengetahui keamanan dari tubuh harus diadakan
analisa Stabilitasnya. Dalam analisa Bendung dilakukan kontrol
teradap :
1. Guling
2. Geser
3. Daya dukung Tanah

Analisa Stabilitas Bendung ini ditentukan oleh Gaya-gaya yang


bekerja di Bendung meliputi :

1. Tekanan Air
2. Beban mati / berat bangunan (G)
3. Tekanan Lumpur / sedimen (PL)
4. Tekanan Tanah (P)
5. Tekanan Up Lift (U)

Dan dalam perhitungannya, ditinjau dengan 2 keadaan, yaitu :

1. Keadaan Normal
2. Keadaan Ekstrem/Gempa

Rumus-rumus dalam analisa Stabilitas :

1. Stabilitas terhadap Guling


Berdasarkan KP.02, hal 122 :
1. Untuk keadaan Normal
1. Untuk keadaan Ekstrem / Gempa

dimana :
SF = Angka keamanan
S MT = Jumlah momen penahan
S Mg = Jumlah momen guling
1. Stabilitas tehadap Gesar

]
Keadaan normal : SF > 2.00
Keadaan gempa : SF > 1.25

dimana :
SF = Angka keamanan
f= Koefisien geser : tg f
SV = Jumlah gaya vertikal
C= Kohesi tubuh bendung = 0 (ton/m2)
f= Sudut geser dalam tanah ( o )
1. Stabilitas terhadap daya dukung Tanah

Bila :

Maka :

Bila :

Maka :

Dimana :
e= Eksentrisitas akibat beban yang bekerja
SM = SMt SMg (ton)
SV = Jumlah gaya gaya vertikal
B= Lebar dasar pondasi (m)
A= Luas dasar pondasi (m2)
s= Daya dukung yang diijinkan (t/m2)

Dasar Perhitungan pembebanan dapat diuraikan sbb:

1. Teakanan air (P)


1. Tekanan air Statis

dimana :
Pw = Tekanan air statis (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pw) dari dasar dalam (m)
1. Tekanan air Dinamis
dimana :
Pd = Tekanan air dinamis (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
Kh = Koefisien gempa horizontal (0.15)
H= Kedalaman air (m)
Y= Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)
1. Berat air sendiri :

dimana :
W= Berat air (ton)
gw = Berat jenis air (ton/m3)
V= Volume air
1. Berat Sedimen (PL) :

dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H= Tinggi sedimen
gsat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)
1. Berat Sendiri Bangunan
Wt = W1 + W2 + W3 + . . . . . . + Wn
Wn = gb . V

dimana :
V= Volume bangunan (m3)
gb = Berat jenis bahan bangunan
Wn = Berat sendiri
1. Perhitungan Tekanan Tanah :

Skretsa Tekanan Tanah

dimana :
Pa = Tekanan tanah (ton)
H= Tinggi tanah (m)
gt = Berat jenis tanah (ton/m3)
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
f= Sudut geser dalam tanah
1. Tekanan Up Lift

dimana :
Pu = Tekanan Up Lipt
m= Koefisien
H= Tinggi air
A= Luas penampang permeter lebar
1. Gaya akibat pengaruh Gempa :
1. Berat Sendiri
We = W.C

dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W= Berat bahan (ton)
1. Tekanan Tanah :
Pa = 1/2 . H . gt . Ka

dimana :
Pa = Tekanan tanah akibat gempa (ton)
H= Tinggi tanah (m)
gt = Berat isi tanah (ton/m3)
Ka = Koefisien tanah pada kedalaman gempa

dimana :
a= Sudut inklinasi material
q= tg-1 K
K= Ch/(1 CV)
CV = Koefisien gempa arah vertikal = 0
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0.15
f= Sudut geser dalam tanah
5.2. Perhitungan
Data-data yang diperoleh berdasarkan KP.02, dengan kondisi
tanah Lempung Berpasir adalah :
Rembesan Lane (CL) : 8,5
Sudut geser dalam () : 200
Kohesi (C) : 1 t/m3
pas. Batu kali : 2,2 t/m3
Koefesien geser (f) : 0,4
Berat volume tanah jenuh (sat): 1,8 t/m3
Berat Volume tanah (t) : 1 t/m3
Gbr. Gaya dan Tekanan Stabilitas
v Kondisi Banjir, Sedimen penuh, keadaan Gempa
1. 1. Gaya Vertikal dan Momen Tahan
1. 2. Gaya Horizontal yang berkerja pada Bendung,

Dengan :

Ka =

Kp =

Gaya Horintal Dan Momen Guling dari Tubuh Bendung

1. 3. Tekanan Horizontal

Rumus yang digunakan :

Pw1 = w*h*H

Pw2 = w*h*H

Ps = (sat-)*Cs*H2
Pd = w*H2*Ch
Pa = t*H2*Ka
Pw3 = w*H2
Pp = sat*H2*Kp
1. 4. Gaya Up Lift

Pu1 = *H*A Hu1 = 16.176* 8


= 0.6*3.37*8 = 64.704 tm

= 16.176 ton

Pu2 = **H*A Hu2 =


14.736*2/3*8

= * 0.6*6.14*8 = 78.592 tm

= 14.736 ton

Maka didapatkan :

V = 275.553-14.736-16.176

= 244.621 ton

H = 16.533 + 74.931

= 91.464 ton

Mt = 1247.236 tm

Mg = 66.204 + 323.342 + 64.704 + 78.592

= 532.842 tm

Ms = 1247.236 532.842

= 714.394 tm

1. 5. Kontrol Stabilitas
1. Guling

= 2.340 > 1.5 (aman)

1. Geser
=

= 2.674 > 1.1 (aman)

1. Daya Dukung Tanah

; L/6 =1.33

= 1.425 > 1.33

Jadi :

= 2.875 < 3 ..(aman)

v Kondisi Normal, Sedimen Penuh, Gempa


1. 1. Gaya Vertikal
Notasi Gaya Momen
(ton) (tm)
W1 40.216 281.512

W2 40.524 162.096

W3 19.8 59.4

W4 3.08 9.24

W5 6.6 6.6

V = 110.22 t Mv = 518.848 tm
1. 2. Gaya Horizantal
Notasi Gaya Momen
(ton) (tm)
We1 6.032 27.566

We2 6.079 30.681

We3 2.970 6.681

We4 0.462 0.531

We5 0.990 0.743


H = 16.533 t MH = 66.204 tm
1. 3. Tekanan Horizontal
Notasi Gaya Jarak Momen
(ton) (m) (tm)
Pw 20.692 5.047 104.433

Ps 15.674 5.047 79.107

Pd 2.827 5.0 14.135

Pa1 1.245 0.5 0.623

Pa2 0.271 1.033 0.28

Pa3 0.354 0.267 0.095

Pp1 5.182 0.2 2.591

Pp2 5.182. 0.5 2.591

H = 51.405 ton MH = 203.855 tm


1. 4. Gaya Up lift

Pu = **H*A Hu = 14.736*(2/3)*8

= *0.6*6.14*8 = 78.592 tm

= 14.736 ton

Sehingga Didapatkan :

V = 110.22 14.736 = 95.484 ton

H = 16.533 + 51.405 = 67.938 ton

Mt = 518.848

Mg = 66.204 + 203.855 = 270.059 tm

Ms = 518.848 270.059= 248.789 tm

1. 5. Kontrol Stabilitas
1. Guling

= 1.921 > 1.5 ..(aman)

1. Geser

= 1.405 > 1.1 (aman)

1. Daya Dukung Tanah

; L/6 =1.33

= 1.39 > 1.33 ..(ok)

Jadi :

= 2.356 < 3 ..(aman)

Anda mungkin juga menyukai