Thalasemiayarahmustika 120226094803 Phpapp02
Thalasemiayarahmustika 120226094803 Phpapp02
By: yarz
Nb:
Hb anak & dewasa normal: 98 % HbA (22), < 2% HbA2 (22), & < 3%
HbF (22)
Neonatus: HbF 95%, seiring perkembangan HbF menurun umur 1 tahun
telah mencapai keadaan normal
Pada Embrio, rantai mirip disebut z dengan rantai menjadi Hb Portland
(22) atau z dengan rantai e menjadi Hb Gower 1 (22)
Epidemiologi Thalasemia Mediterania, Timur Tengah, India/Pakistan, dan Asia
Tenggara.
Di Siprus dan Yunani varian +
Di Asia Tenggara varian o
Thalasemia sering di jumpai di Asia Tenggara.
Di Indonesia, diperkirakan jumlah pembawa sifat thalasemia sekitar 5-6% dari
jumlah populasi. Palembang; 10%, Makassar; 7,8%, Ambon; 5,8%, Jawa; 3-
4%, Sumatera Utara;1-1,5%.
Etiologi Kelainan genetik dalam hal kurangnya satu atau lebih/tidak terbentuknya
rantai globin ( atau ) dari hemoglobin
Mutasi gen globin pada kromosom 11 yang mengkode rantai
Delesi gen globin pada kromosom 16 yang mengkode rantai
Faktor Risiko
Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
- Anak dengan salah satu/kedua orang tua thalasemia minor
- Anak dengan salah satu orang tua thalasemia
Risiko laki-laki = perempuan
Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau Ancestry
(Yunani, Italia, Timur Tengah) dan orang dari Asia, Afrika Pendaratan.
Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India,
Cina, atau orang Filipina.
Klasifikasi Secara molekular Thalasemia dibedakan atas:
Thalasemia ggn pembentukan rantai
Thalasemia ggn pembentukan rantai
Thalasemia - ggn pembentukan rantai dan
Thalasemia gangguan pembentukan rantai
Pada beberapa thalasemia, sama sekali tidak terbentu rantai globin disebut o
atau o, bila produksinya rendah disebut + atau +, sedangkan thalasemia
bisa dibedakan menjadi ()o dan ()+
Dapat terbentuk rantai globin yang tidak lazim ditemukan hemoglobin
khusus, misalnya Thalasemia E. Dengan pemeriksaan molekuler, variasi yang
dikenal sekarang semakin beragam jenis hemoglobin tertentu, misalnya
Hb Malay.
Secara Klinis Thalasemia, dibedakan atas:
Thalasemia mayor (bentuk homozigot): gejala klinis jelas & berat
Thalasemia minor: tanpa gejala
Thalasemia intermedia
Genetika
Tatanama Klinis Genotipe Penyakit
Molekular
Talasemia
Talasemia mayor Talasemia 0 Parah, memerlukan Delesi gen yang
homozigot (0 /0); transfusi darah jarang pada 0/0
secara berkala
Talasemia + Defek pada
homozigot (+ /+) pemrosesan
transkripsi atau
translasi mRNA -
globin
Thalasemia
Pada homozigot tidak ada rantai (--/--)
Terbentuk Hb Barts tinggi
Hb cukup tetapi tidak bisa melepas O2 pada tekanan fisiologis
Sangat hipoksik
Thalasemia
Homozigot thalasemia o
Sindrom hidrops Hb Barts biasanya terjadi dalam rahim. Bila hidup, hanya dalam
waktu pendek. Gambaran klinisnya adalah edema permagna dan
hepatosplenomegali.
HbH disesase
Ditandai dengan anemia dan splenomegali sedang. Memiliki variasi klinis,
beberapa tergantung transfusi, sedangkan sebagian besar bisa tumbuh normal
tanpa transfusi.
Thalasemia Mayor gejala klinis jelas, gejala sudah tampak pada umur 3
bulan, butuh transfusi darah
Thalasemia Minor tanpa gejala, anemia ringan
Thalasemia Intermedia manifestasi dimulai pada masa anak-anak (> 2
tahun), bersifat dependen (tergantung pada transfusi darah)
Anamnesis
1. Keluhan anemia: Nafsu makan menurun, pucat yang lama (kronis), lemah,
lesu, mudah lelah, pusing, berdebar-debar
2. Mata tampak kuning
3. Mudah infeksi, infeksi berulang ( penurunan mendadak kadar Hb)
4. Perut yang membesar akibat hepatosplenomegali demam dan
pertumbuhan/pubertas yang terhambat
5. Riwayat keluarga yang menderita thalasemia
6. Riwayat transfusi berulang (jika sudah pernah transfusi sebelumnya) kulit
menjadi lebih gelap
7. Riwayat fraktur patologis
8. Gout sekunder
Pemeriksaan Fisik
1. Anemia
2. Ikterus
3. Hiperpigmentasi kulit
4. Gizi kurang/buruk
5. Facies Cooley
6. Hepatosplenomegali
7. Perawakan pendek
8. Pubertas terhambat
Pemeriksaan Penunjang
Esensial
1. Darah Tepi lengkap
Hemoglobin rendah
Thalasemia mayor: 2-8 gr/dl
Thalasemia o: 6-8 gr/dl
Leukopenia, Trombositopenia
Sediaan apusan darah tepi: Mikrositer, Hipokrom, Anisositosis,
Poikilositosis, sel eritrosit muda, Fragmentosit, Target sel pada
thalasemia , hiperkromik dan beberapa berinti pada thalasemia o
Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC, RDW), bila tidak ada sel
counter, lakukan uji resistensi osmotik 1 tabung (fragilitas)
2. Hiperurikemia
3. Analisa Hemoglobin
Elektroforesis Hemoglobin
- Hb varian kuantitatif (elektroforesis cellulose acetat
membrane)
- HbA2 kuantitatif (metoda mikrokolom)
- HbF (alkali denaturasi modifikasi betke 2 menit)
- HbH inclusion bodies (pewarnaan supravital/brilian cresil
blue)
Thalasemia o tidak didapatkan HbA, hanya HbF dan HbA2. Pada
thalasemia + kadar HbF 20-90%, HbA2 normal.
Thalasemia o Hb Barts 80%, sisanya Hb Portland.
HbH disease Hb Barts dan HbA2 rendah sampai sedang.
Ditemukannya HbH.
Metoda HPLC (Beta short variant Biorad)
Analisis kualitatif dan kuantitatif
4. Pemeriksaan sumsum tulang: Peningkatan sistem eritroid dengan banyak
inklusi di prekursor eritrosit, yang lebih nampak dengan pengecatan metil-
violet yang bisa memperlihatkan endapan globin
5. Radiologi: Penipisan dan peningkatan trabekulasi tulang panjang, gambaran
hair on end pada tlg tengkorak
Medikamentosa
1. Asam folat 2 x 1 mg/hari
2. Vitamin E 2 x 20 mm IU/hari
3. Vitamin C 2-3 mg/kg/hari
- Hanya diberikan pada saat pemakaian DFO (Desferoksamin)
- Maks 50 mg/hari pada anak < 10 th
- Maks 100 mg/hari 10 th
- TIDAK diberi pada pasien dgn ggn fungsi jantung
4. Kelasi Besi
Dimulai jika: feritin 1000 ng/ml atau saturasi transferin 55% atau sudah
menerima 3-5 liter/10-20x transfusi PRC DFO
Dosis:
- Dewasa & anak 3 th : 30-50 mg/kgBB/hari, 5x seminggu subkutan
selama 8-12 jam syringe pump (jk syringe pump (-) larutkan NaCl
0,9% 500 cc melalui infuse 8-12 jam)
- Anak < 3 th : 15-25 mg/kgBB/hari dgn monitoring ketat
- Ggn fungsi jantung : 60-100 mg/kgBB/hari i.v.
- Hamil : hentikan, kecuali ggn fungsi jantung berat, berikan kembali pada
trimester akhir 20-30 mg/kgBB/hari
Jika pasien tidak patuh:
- Deferiprone 75-100 mg/kgBB/hari 3 x sehari sesudah makan atau
- Deferasirox 20-30 mg/kgBB/hari 1 x sehari
Jika feritin > 3000 ng/ml yg bertahan minimal 3 bln, kardiomiopati akibat
kelebihan besi kombinasi DFO dan deferiprone
Nutrisi
1. Hindari bahan makanan kaya zat besi terutama daging merah dan jerroan,
alkohol
2. Perbanyak kalsium, makanan rendah besi: seresal, gandum, dll
Splenektomi
Indikasi: Kebutuhan transfusi/tahun > 1,5xnormal, peningkatan feritin walau
kelasi besi adekuat, splenomegali masif, hipersplenisme
Syarat: Usia > 5 tahun, imunisasi pre operasi
Monitoring
- Monitoring efek samping kelasi besi
DFO : THT 1x/tahun ggn pedenganran, tinitus reversible
Mata 1x/tahun ggn lapang pandang (reversible)
Feritin setiap 3 bulan
Foto tlg panjang + vertebrae + bone age 1x/tahun : ggn pertumbuhan
pada anak usia < 3 tahun
Deferiprone : Darah tepi dan hitung jenis (absolute neutrophil count) 5-10
hari sekali
SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin setiap 3 bulan
Feritin setiap 3 bulan
Ibu hamil dan menyusui TIDAK boleh diberikan
Desferasirox : Kreatinin, SGOT, SGPT, Feritin tiap bulan
- Monitoring fungsi organ akibat iron overload
Usia < 10 tahun : Tumbuh kembang tiap 6 bulan
Feritin tiap 3 bulan
Kimia darah (6-12 bulan)
Hepatitis Marker (6-12 bulan)
HIV penyaring
Usia 10 tahun : Elektrolit darah (6-12 bulan) Na, k, Ca, Cl, Ph, Mg
HIV Marker (12 bulan) bila memungkinkan
Fungsi endokrin (6-12 bulan)
Fungsi jantung (12 bulan)
Radiologi (12 bulan)
Prognosis Thalasemia
Prognosis pada pasien yang tidak mendapat transfusi adekuat, sangat buruk.
Tanpa transfusi sama sekali mereka akan meninggal dalam usia 2 tahun.
Tanpa tindakan invasif (cangkok sumsum tulang), meskipun dilakukan
transfusi dengan adekuat, penderita akan meninggal pada usia 14-15 tahun
oleh karena pneumonia atau gagal jantung.
Bila berhasil mencapai pubertas, mereka akan mengalami komplikasi akibat
hemosiderosis, sama dengan pasien yang cukup mendapat transfusi tetapi
kurang mendapat terapi kelasi.
Komplikasi Thalasemia
Hemosiderosis bisa menyebabkan gangguan fungsi organ antara lain:
Kegagalan hati
Gagal jantung
DM, Hipotiroid, Hipertiroid
Infeksi berulang misalnya pneumonia
Thalasemia intermedia
Perubahan tulang
Osteoporosis progresif sampai fraktur spontan
Luka di kaki
Defisiensi folat
Hipersplenisme
Anemia progresif
Hemosiderosis
Pencegahan Retrospektif
Skrining pada anggota keluarga lain dengan riwayat menderita thalasemia
Prospektif
Sosialisasi penyakit thalasemia kepada masyarakat
Deteksi pada kelompok tertentu
Konseling pranikah
Diagnosis prenatal pada pasangan risiko tinggi