Anda di halaman 1dari 6

Komoditas Tanaman terung

1. Morfologi tanaman terung ungu


Menurut Rukmana (2002), terung ungu termasuk tanaman setahun yang
berbentuk perdu.
Batang
Batang terung ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi
batang tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada jenis
varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang, ataupun daun tertutup oleh
bulu-bulu halus.
Buah
Bentuk buah beragam yaitu silindris, lonjong, oval atau bulat. Warna kulit
ungu hingga ungu mengilap. Terung ungu merupakan buah sejati tunggal,
berdaging tebal, lunak, dan berair. Buah tergantung pada tangkai buah.
Dalam satu tangkai umumnya terdapat satu buah terung ungu, tetapi ada
juga yang memiliki lebih dari satu buah. Biji terdapat dalam jumlah
banyak dan tersebar di dalam daging buah. Daun kelopak melekat pada
dasar buah, berwarna hijau atau keunguan. Bunga
Bunga
Terung ungu merupakan bunga banci yaitu berkelamin dua. Dalam satu
bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik). Bunga terung ungu bentuknya mirip bintang, berwarna biru, cerah
sampai gelap. Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang
maupun menyerbuk sendiri.
Biji
Buah terung ungu menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk
pipih dan berwarna coklat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau
perbanyakan secara generatif.
Akar
Tanaman terung ungu memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar
yang dapat menembus ke dalam tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang
tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal
batang tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanahnya.
2. Syarat tumbuh tanaman terung
Iklim
Menurut Firmanto (2011), tanaman terung ungu dapat tumbuh dan
berproduksi baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah 1.000 meter dari
permukaan laut. Tanaman ini memerlukan air yang cukup untuk menopang
pertumbuhannya. Selama pertumbuhannya, terung ungu menghendaki keadaan
suhu udara antara 22C-30C, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok
ditanam pada musim kemarau.
Tanah
Menurut Rukmana (2002), tanaman terung ungu dapat tumbuh hampir
semua jenis tanah. Keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung ungu
adalah jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan
drainasenya baik, serta pada pH antara 6,8-7,3. Pada tanah yang bereaksi asam
(pH kurang dari 5) perlu dilakukan pengapuran.

3. Teknik Budidaya Tanaman Terung


Pembibitan dan Persemaian
Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), Adapun kegiatan yang
dilakukan untuk persemaian dan pembibitan yaitu:
Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar
barisan 10-15 cm.
Tutup benih tersebut dengan tanah tipis.
Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun
pisang/ penutup lainnya.
Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya.
Siram persemaian pagi dan sore hari (perhatikan kelembabannya).
Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan
benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk
kandang halus setelah berumur 15 hari di persemaian.
Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di
perlukan semprot dengan pestisida.
Bibit berumur 15-20 hari di bumbungan atau berdaun empat helai siap
dipindah ke lahan yang telah disediakan.

Penyiapan Lahan

Penyiapan Lahan Menurut Firmanto (2011), Tata cara pengolahan tanah untuk
tanaman terung ungu adalah sebagai berikut:

Bersihkan rumput-rumput liar dari sekitar kebun.


Olah tanah dengan cangkul atau bajak sedalam 30-40 cm hingga berstruktur
gembur.

Penanaman Benih

Penanaman Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS)
dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman
terung ungu yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 helai daun
sempurna atau mencapai tinggi 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada
sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan
masa adaptasi pertumbuhan awal (Susila,A.D, 2006).

Pemeliharaan

Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), adapun kegiatan


pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya terung ungu yaitu penyiraman,
penyulaman, pemasangan ajir, penyiangan dan penggemburan tanah, pemupukan
susulan, pemangkasan (perempelan) dan pengendalian hama dan penyakit.

Hama Tanaman Terung Ungu


Ulat Tanah Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari,
sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di
balik mulsa PHP.
Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan
cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat
pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada
lubang tanam.
Ulat Buah Ulat menyerang terung ungu dengan cara mengebor
buah sambil memakannya. Buah yang terserang akhirnya
berlubang. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos,
metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
Kutu Daun Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada
daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis,
sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami
klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman
menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.
Kutu Kebul Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya
diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan
menghisap cairan sel daun, sehingga sel-sel dan jaringan daun
rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid,
klorfenapir, sipermetrin atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan.

Penyakit
Layu Fusarium Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir
sama dengan layu bakteri yang membedakan hanya penyebabnya. Layu
fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan
tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta
penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil,
metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada
kemasan.

Panen

o Buah pertama terung ungu dapat dipetik setelah umur 3-4


bulan tergantung dari jenis varietas
o Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah
maksimum dan masih muda.
o Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari.
o Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan
tangan atau alat yang tajam.
o Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari
sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik.
4. Kesesuaian Lahan

Tanaman terung merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang


digemari oleh masyarakat karena selain memiliki rasa yang enak, juga banyak
mengandung vitamin dan gizi seperti; vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalium,
fosfor, zat besi, protein, lemak, dan karbohidrat. Permintaan terhadap buah terung
selama ini terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk yang diikuti
dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat sayur-sayuran dalam memenuhi
gizi keluarga, sehingga produksi tanaman terung perlu ditingkatkan.

Di Indonesia ada lima propinsi yang paling luas area pertanaman


terungnya, yaitu propinsi jawa barat, Sulawesi selatan, Bengkulu, jawa tengah,
dan jawa timur. Sehingga salah satu wilayah yang ada di jawa timur juga
memiliki peran penting dalam menjaga maupun meningkatkan produksi terung
(Mashudi,2007). Kesesuaian lahan di daerah malang khususnya pada lahan
jatimulyo untuk tanaman terung yakni dengan intensitas sinar matahari yang
cukup dengan curah hujan yang rendah sesuai syarat tumbuh untuk ditanami
tanaman terung. Proses evaluasi lahan sebaiknya dilakukan oleh petani sebelum
melakukan proses penanaman tanaman, supaya dapat terjadi kesesuaian antara
lahan yang akan digunakan dengan jenis tanaman pangan yang akan ditanam pada
lahan tersebut. Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan membandingkan
persyaratan penggunaan lahan dengan kualitas (karakteristik) lahan
(Hardjowigeno, 2007).

Firmanto, B. 2011.Sukses bertanaman terung secara organik. Angkasa, Bandung.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna
Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mashudi. 2007. Budidaya Terung. Jakarta: Azka press

Rukmana, R. 2002. Bertanam terung. Kanasius, Jogyakarta.

Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S. 2012. Panen sayur secara rutin dilahan sempit. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai