NURUL MAHIRA
K211 12 272
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
dan Rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang selama ini telah membantu penulis dalam penulisan makalah
ini. Terutama kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah
ini baik dari aspek materi maupun non materi. Oleh karena itu, berbagai saran dan
kritik yang konstruktif dari semua pihak tetap penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah berikutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
bagi penulis sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevalensi penyakit degeneratif meningkat seiring dengan peningkatan
kemakmuran masyarakat. Kencing manis atau penyakit gula, sudah dikenal
sejak 2000 tahun yang lalu. Dua ahli kesehatan Yunani Celcus dan Areteus,
memberikan nama atau sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak
minum dan banyak kencing, dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
Diabetes mellitus (bahasa latin: diabetes = penerusan; mellitus = manis).
Diabetes melitus kini menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan telah
menjadi penyebab kematian urutan ke-7 di dunia. Di Indonesia sendiri
penyandang diabetes melitus diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta
jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030
mendatang. Dan angka tersebut menenpatkan Indonesia di peringkat ke-4
jumlah penyandang diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika
Serikat, India, dan Cina. Ironisnya, 50% dari angka tersebut tidak tahu kalau
mereka mengidap diabetes melitus. Dan dari 50% yang tahu, hanya 30% yang
rutin mengadakan pemeriksaan ke dokter.
Diabetes melitus merupakan penyakit tertua pada manusia, berasal dari
bahasa Yunani, diabetes berarti pancuran dan melitus yang berarti madu atau
gula. Kurang lebih istilah diabetes melitus menggambarkan gejala diabetes
yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena
mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam istilah lain penyakit ini
disebut juga kencing manis.
Kajian literatur memperlihatkan bahwa beberapa tanaman yang dapat
digunakan sebagai obat diabetes melitus antara lain daun, kulit batang, buah,
dan akar tanaman mahkota dewa, mengkudu, serta pare. Penelusuran pustaka
melaporkan bahwa tanaman pare dipercaya dapat menyembuhkan penyakit
diabetes melitus, dimana tanaman ini dilaporkan memiliki kandungan metabolit
sekunder berupa saponin, flavonoid, polifenol, dan beta karoten. Senyawa-
senyawa ini diduga dapat merangsang perbaikan sel-sel beta sehingga dapat
meningkatkan proses produksi insulin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Diabetes Melitus?
2. Bagaimana gejala Diabetes Melitus?
3. Apa kandungan pada buah pare sebagai obat Diabetes Melitus?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Melitus.
2. Untuk mengetahui gejala Diabetes Melitus.
3. Untuk mengetahui kandungan pada buah pare sebagai obat Diabetes
Melitus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Simpulan
1. Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif.
2. Penyakit Diabetes merupakan penyakit yang cukup sulit untuk mengenali
gejalanya. Gejala awal Diabetes yang biasanya terjadi tidak terlihat.
Dibawah ini adalah 10 gejala diabetes yang harus diperhatikan.
a. Berat Badan Turun Tanpa Sebab
b. Buang Air Kecil Lebih Sering
c. Sering Haus
d. Penglihatan Semakin Lemah
e. Perubahan Warna Kulit
f. Mudah Lelah
g. Sering Merasa Lapar
h. Butuh Waktu Lama Luka untuk Sembuh
i. Sering Mengalami Infeksi Vagina dan Saluran Kemih
j. Kaki Mati Rasa Saat Ditusuk Jarum
3. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Beberapa bahan
nabati yang digunakan sebagai tanaman obat yaitu buah pare, buah naga,
daun sirih, dll. Pare (M. charantia) merupakan salah satu jenis bahan nabati
yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi sebagai tanaman pangan dan bahan obat tradisional.
Tanaman pare diduga mengandung senyawa bioaktif yang bersifat
hipoglikemik yaitu charantin. Senyawa ini tergolong fitosterol atau
glikosida kompleks. Diduga ekstrak buah pare dapat meningkatkan laju
metabolisme sel melalui peningkatan dan penggunaan glukosa oleh sel
target yang efeknya bersifat antidiabetik. Selain charantin, buah pare juga
mengandung hydroxytriptamine, vitamin A, B, dan C. Sedangkan bijinya
mengandung momordisin.
Uji klinis yang dilakukan terhadap lebih dari 500 pasien diabetes
menunjukkan bahwa sediaan yang mengandung 12 mg hingga 70 mg
polipeptida-K tersebut cukup efektif dalam mengaktifkan insulin yang
sudah nonaktif dan dapat meremajakan pankreas tergantung dari
kekronisan kondisi patologi dari masing-masing individu pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Christian. 2007. Khasiat Antioksidan Ekstrak Pare: Kajian In Vivo Pada Tikus
Hiperglikemia. Program Studi Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Yuda, I Ketut Angga, dkk. 2013. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Estrak
Etanol Buah Pare (Momordicacharantia) dan Pengaruhnya Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan (Rattus
novergicus) yang Diinduksi Aloksan. Buletin Veteriner Udayana. Vol. 5
No. 2 Agustus 2013.