Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN KREDIT

Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata
kredityang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan akan
kebenaran dalam praktek sehari hari .
Pengertian Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan pada
jangka waktu yang telah disepakati . (Astiko, Manajemen Perkreditan ( Yogyakarta : andi
Offset, 1996 ), hal 5)
Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah
dirumuskan dalam Undang Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang
menyatakan bahwa kriteria adalah penyediaan uang / tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan / kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah
bunga sebagai imbalan.
Dalam praktek sehari hari pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian
tertulis baik dibawah tangan maupun secara materiil. Dan sebagai jaminan pengaman,
pihak peminjam akan memenuhi kewajiban dan menyerahkan jaminan baik bersifat
kebendaan maupun bukan kebendaan.
Sebenarnya sasaran kredit pokok dalam penyediaan pinjaman tersebut bersifat
penyediaan suatu modal sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan usahanya sehingga
kredit ( dana bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi
semata. (Teguh P. Mulyono, Manajemen Perkreditan Komersil ( Yogyakarta : BPFE, 1987
), hal. 37)

A. Prinsip prinsip Kredit


Untuk mendapatkan kredit harus melalui prosedur yang telah ditentukan oleh bank /
lembaga keuangan. Agar kegiatan pelaksanaan perkreditan dapat berjalan dengan sehat
dan layak, dikenal dengan 6 C yaitu :
1. Character ( kepribadian / Watak )
Character adalah tabiat serta kemauan dari pemohon untuk memenuhi kewajiban yang
telah dijanjikan. Yang diteliti adalah sifat sifat, kebiasaan, kepribadian, gaya hidup dan
keadaan keluarga.
2. Capacity ( kemampuan )
Capacity adalah kesanggupan pemohon untuk melunasi kewajiban dari kegiatan usaha
yang dilakukan atau kegiatan yang ditinjau dengan kredit dari bank. Jadi maksud dari
penilaian kredit terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang
diperolehnya akan mampu untuk melunasinya pada waktunya sesuai dengan perjanjian
kredit yang telah disepakati.
3. Capital ( modal )
Capital adalah modal yang dimiliki calon debitur pada saat mereka mengajukan
permohonan kredit pada bank.
4. Collateral ( jaminan )
Collateral adalah barang barang yang diserahkan pada bank oleh peminjan atau debitur
sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Barang jaminan diperlukan agar kredit tidak
mengandung resiko.
5. Condition of Economic ( kondisi ekonomi )
Condition of Economic adalah situasi dan kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan lainnya
yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk satu kurun
waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit.
6. Constrain ( batasan atau hambatan )
Dalam penilaian debitur dipengaruhi oleh hambatan yang tidak memungkinkan sesorang
melakukan usaha di suatu tempat.

Disamping formula 6 C di atas, masih ada prinsip kredit yang disebut 4 P, yaitu :
1. Personality
Personality yaitu penilaian bank tentang kepribadian peminjam seperti riwayat hidup,
hobinya, keadaan keluarga ( istri / anak ), social standing ( pergaulan dalam masyarakat
serta bagaimana masyarakat tentang diri si peminjam dan sebagainya ).
2. Purpose
Bank dalam menilai si peminjam mencari dara tentang tujuan atau keperluan penggunaan
kredit, dan apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bak
bersangkutan.
3. Payment
Untuk mengetahui kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman. Hal ini dapat
diperoleh dari perhitungan tentan prospek kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga
dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu jumlahnya.
4. Prospect
Prospect yaitu harapan usaha di masa yang akan datang dari calon debitur. Ini dapat
diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan atau tahun,
perkembangan perkembangan keadaan ekonomi atau usaha perdagangan sektor usaha
debitor, kekuatan keuangan perusahaan yang dilihat dari earning power ( kekuatan
pendapatan / keuntungan ) di masa lalu dan perkiraan masa akan datang.

B. Macam macam Kredit


Untuk membedakan kredit menurut faktor faktor dan unsur unsur yang ada dalam
pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar :
1. Sifat penggunaan kredit
2. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau uang akan
habis terpakai untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, baik usaha
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

C. Keperluan kredit
1. Kredit produksi / ekploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan
kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan
kuantitas atau mutu hasil produksi.
2. Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada umumnya yang berarti
peningkatan utility of place saru suatu barang, barang barang yang diperdagangkan ini
juga diperlukan bagi industri.
3. Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi, berarti untuk penambahan
modal dan kredit bukan untuk keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal
atau fasilitas fasilitas yang erat hubungannya dengan itu. Misalnya untuk membangun
pabrik, membeli / mengganti mesin mesin dan sebagainya.
D. Kredit menurut cara pemakaian
1. Kredit rekening Koran bebas
Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran kepadanya diberikan
blangko cheque dan rekening koran pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang
diberikan, debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan.
2. Kredit rekening Koran terbatas
Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam melakukan penarikan uang
rekeningya, seperti pemberian kredit dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang
chartal dilakukan berangsur angsur.
3. Kredit rekening Koran aflopend
Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada waktu penarikan pertamalah
sepeuhnya dipergunakan oleh nasabah.
4. Revolving credit
Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas dengan masa penggunaan
satu tahun, akan tetapi cara pemakaiannya berbeda.
5. Term Loans
Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat fleksibel artinya nasabah bebas
menggunakan uang kredit untuk keperluan apa saja dan bank tidak mau tentang hal itu.

E. Kredit menurut Jaminan


Kredit ini pada umumnya ada dua yaitu :
1. Unsecured Loans ( kredit tanpa jaminan ) sering juga disebut kredit blangko.
2. Secured Loans
Jenis inilah yang digunakan oleh kebanyakan bank di Indonesia yaitu memberikan kredit
jaminan. Jaminan kredit dapat berupa tanah, rumah, pabrik dan atau mesin mesin pabrik,
perusahaan serta surat berharga.

F. Tujuan dan Fungsi Kredit


Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit
adalah sebagai berikut :
1. Profitability: Proftability ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.
2. Safety: Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar
benar terjamin sehingga profitability dapat benar benar tercapai tanpa hambatan yang
berarti.

Sedangkan Fungsi kredit adalah menyalurkan dana dana yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Untuk itu fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian adalah sebagai berikut
:
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna daru modal
Artinya bahwa para pedagang kecil dapat menikmati kredit bank melalui PD. BPR BKK
Purwodadi Cabang Kedungjati untuk memperluas usahanya, mengembangkan usaha dan
kesempatan untuk berusaha.
2. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang
Dengan bantuan kredit dari PD. BPR BKK Purwodadi Cabang Kedungjati tersebut maka
para pedagang kecil dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi, berarti daya
guna dari bahan tersebut.
3. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi
Bahwa dalam menghadapi keadaan perekonomian yang kurang sehat, maka kredit dapat
sebagai alat stabilitas ekonomi misalnya dalam usaha pengendalian inflasi, peningkatan
ekspor serta pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
4. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Bantuan kredit digunakan para usahawan untuk memperbesar volume usaha produksinya.
Peningkatan usaha nantinya diharapkan akan meningkatkan profit. Bila keuntungan secara
kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan,
maka peningkatan akan berlangsung terus menerus dan akibatnya pendapatan terus
meningkat. (Sinungan M, Dasar dasar dan teknik Manajemen Kredit ( Jakarta : PT.Bina
Aksara, 1989 ) hal.9)
PENGERTIAN PEMBIAYAAN

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust (saya percaya atau saya
menaruh kepercayaan). Dengan demikian pengertian pembiayaan adalah:
1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan
kembali suatu ekonomi yang sama di kemudian hari.
2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas
jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.
3. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seseorang dapat mempergunakannya
untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

A. Unsur Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian, pemberian
pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-
benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu
dan syarat-syarat yang disepakati bersama.

Berdasarkan hal ini unsur-unsur dalam pembiayaan yaitu meliputi (Ali, 2008:46):
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan dan penerima pembiyaan.
2. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi pinjaman bahwa si penerima pinjaman akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat
yang disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Kesepakatan, yaitu kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan penerima
pembiyaan
4. Jangka waktu, yaitu masa pengembalian pinjaman yang telah disepakati.
5. Risiko, yaitu adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya pembiayaan (non performing loan).
6. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pinjaman, jasa tersebut yang biasa
kita kenal dengan bagi hasil atau margin.

B. Tujuan Pembiayaan
Tujuan utama dari pemberian pinjaman pembiayaan antara lain:
1. Mencari keuntungan (profitability) yaitu dengan tujuan untuk memperoleh hasil dari
pembiayaan yang disalurkan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh
dari usaha yang dikelola nasabah.
2. Safety atau keamanan yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti.
3. Membantu usaha nasabah, yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi ataupun dalam bentuk pembiayaan.
4. Membantu pemerintah, yaitu semakin banyak pembiayaan yang disalurkan bank maka
semakin banyak peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
C. Jenis-Jenis Pembiayaan
Secara umum jenis-jenis pembiayaan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya (Kasmir,
2002:99-101):\
1. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Segi Kegunaan
a. Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha
atau membangun proyek/pabrik atau untuk keperluan rehabilitasi.
b. Pembiayaan Modal Kerja adalah pembiayaan yang biasanya digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam oprasionalnya.
2. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Tujuan
a. Pembiayaan Konsumtif, bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-
kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi.
b. Pembiayaan Produktif, bertujuan untuk memungkinkan penerima pembiayaan
dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa pembiayaan tersebut tidak mungkin dapat
diwujudkan.
c. Pembiayaan Perdagangan, Pembiayaan ini digunakan untuk perdagangan,
biasanya digunakan untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari
hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktu
a. Short Term (Pembiayaan Jangka Pendek), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang berjangka
waktu maksimum 1 (satu) tahun.
b. Intermediate Term (Pembiayaan Jangka Waktu Menengah) adalah suatu bentuk
pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari satu tahun sampai tiga tahun.
c. Long Term (Pembiayaan Jangka Panjang), yaitu suatu bentuk pembiayaan yang berjangka
waktu lebih dari tiga tahun.
d. Demand Loan atau Call Loan adalah suatu bentuk pembiayaan yang setiap waktu dapat
diminta kembali.
4. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Segi Jaminan
a. Pembiayaan Dengan Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan,
jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan
orang.
b. Pembiayaan Tanpa Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau
orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
loyalitas atau nama baik calon peminjam selama ini.
DASAR HUKUM PEMBIAYAAN DAN PENGKUREDITAN

Dalam rangka pendirian Perusahaan Pembiayaan, berdasarkan Pasal 8 Peraturan


Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan (selanjutnya disebut Perpres
9/2009) maka Menteri Keuangan diberikan kewenangan untuk menetapkan persyaratan,
tata cara pendirian, dan pelaksanaannya. Kemudian ditunjuklah Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (disingkat Bapepam-LK) sebagai peregulator lembaga
Perusahaan Pembiayaan. Namun dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, maka sejak tanggal 31 Desember 2012, kewenangan
pengaturan dan pengawasan lembaga pembiayaan beralih dari Menteri Keuangan dan
Bapepam-LK kepada Otoritas Jasa Keuangan (disingkat OJK)
Sebagai sebuah badan usaha yang diperlukan banyak lapisan masyarakat, kegiatan
usaha Pembiayaan Konsumen semakin berkembang. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan
Indonesia (APPI), sebuah organisasi yang mewadahi perusahaan-perusahaan pembiayaan
sejak tahun 1982, mengeluarkan rilis tentang peningkatan jumlah aktifitas perusahaan
pembiayaan sebagaimana dilihat dalam tabel berikut :

A. Aspek Hukum Perdata dalam Pembiayaan Konsumen


Sebagai sebuah perbuatan hukum, kegiatan usaha Pembiayaan Konsumen tidak luput
dari dasar hukum yang mengaturnya. Dari segi hukum perdata terdapat beberapa
sumber hukum yang terdapat didalam maupun diluar Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
1. Asas Kebebasan Berkontrak
2. Perjanjian Pinjam Pakai Habis
3. Perjanjian Jual Beli Bersyarat
4. Pengaturan Diluar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

B. Hubungan Hukum Dalam Kegiatan Pembiayaan Konsumen


Pembiayaan Konsumen dalam hubungan hukum antara masyarakat yang menjadi
konsumen (debitor) dengan Perusahaan Pembiayaan (kreditor), dapat terjadi dengan
melibatkan pihak ketiga yaitu supplier.
1. Hubungan Pihak Kreditor dengan Debitor
2. Hubungan Pihak Debitor dengan Supplier
3. Hubungan Pihak Kreditor dengan Supplier

C. Perbedaan Pembiayaan Konsumen dengan Kredit Konsumsi


Istilah Pembiayaan Konsumen dipakai sebagai terjemahan dari istilah consumer
finance. Pembiayaan konsumen ini tidak lain sejenis kredit konsumsi (consumer
kredit). Menurut A. Abdurrahman, kredit konsumsi sebenarnya secara substantif sama
saja dengan pembiayaan konsumen. Kredit yang diberikan kepada konsumen-
konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi dan jasa-jasa seperti yang
dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan untuk tujuan-tujuan produktif atau
dagang.
Kredit sendiri dapat dibagi dalam dua macam, yaitu Sale Credit dan Loan Credit. Yang
dimaksud dengan sale credit ialah pemberian kredit untuk pembelian sesuatu barang
dan nasabah/konsumen akan menerima barang tersebut. Sementara yang dimaksud
pada loan credit nasabah/konsumen akan menerima cash dan berkewajiban pula
mengembalikan utangnya secara cash dikemudian hari. Dengan demikian Pembiayaan
Konsumen dimasukkan ke dalam sale creditkarena konsumen tidak menerima
uang cash melainkan hanya menerima barang yang dibeli.
TEORI HUKUM
TETANG TANGGUNGJAWAB KREDITUR

Perjanjian kredit (credit/loan agreement) merupakan salah satu perjanjian yang


dilakukan antara bank dengan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah nasabahnya.
Perjanjian kredit sebenarnya dapat dipersamakan dengan perjanjian utang-piutang.
Perbedaannya, istilah perjanjian kredit umumnya dipakai oleh bank sebagai kreditur,
sedangkan perjanjian utang-piutang umumnya dipakai oleh masyarakat dan tidak terkait
dengan bank. Menurut Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, kredit diartikan sebagai
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian ini, perjanjian kredit dapat diartikan
sebagai perjanjian pinjam-meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain
sebagai debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Pemberian istilah perjanjian kredit memang tidak tegas dinyatakan dalam
peraturan perundang-undangan. Namun, berdasarkan surat Bank
Indonesia No.03/1093/UPK/KPD tanggal 29 Desember 1970 yang ditujukan kepada
segenap Bank Devisa saat itu, pemberian kredit diinstruksikan harus dibuat dengan surat
perjanjian kredit sehingga perjanjian pemberian kredit tersebut sampai saat ini disebut
Perjanjian Kredit.
UU Perbankan memberikan ketentuan-ketentuan pokok terhadap bank yang
memberikan kredit kepada para nasabahnya. Ketentuan-ketentuan pokok ini merupakan
pedoman perkreditan yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian
kredit, yaitu:
1. Pemberian kredit dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.
2. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur
yang antara lain diperoleh dari penilaian seksama terhatap watak, kemampuan, modal,
agunan dan prospek usaha nasabah debitur.
3. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit.
4. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan
persyaratan kredit.
5. Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda kepada
Nasabah Debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi.
6. Penyelesaian sengketa.

Pada prinsipnya, ketentuan-ketentuan pokok tersebut tidak hanya memberikan


pedoman atau landasan bagi bank sebagai kreditur untuk menerapkan prinsip kehati-hatian,
melainkan juga dapat digunakan sebagai pegangan bagi para nasabah debitur dalam
memperoleh fasilitas kredit dari bank.
Kredit dapat digolongkan dalam berbagai macam kategori. Macam-macam kredit
dilihat dari tujuannya, dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperoleh/membeli barang-barang dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang bersifat
konsumtif.
2. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberkan dengan tujuan untuk memperlancar
jalannya proses produksi.
3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-
barang untuk dijual lagi, yang terdiri atas kredit perdagangan dalam dan luar negeri.

Kalau dilihat dari sudut jangka waktunya, kredit dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu kredit jangka pendek (kurang dari 1 tahun), kredit jangka menengah (maksimal 3
tahun) dan kredit jangka panjang (lebih dari 3 tahun). Sementara, kalau kredit dilihat dari
sudut jaminannya, dapat berupa kredit tanpa jaminan (di Indonesia dilarang dilakukan oleh
bank) dan kredit dengan jaminan, seperti barang bergerak/tidak bergerak, pribadi
(borgtocht), dan efek-efek saham. Perjanjian borgtocht adalah perjanjian di mana satu
pihak (borg) menyanggupi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayaran suatu
utang, apabila si terutang (debitur) tidak menepati kewajibannya.
Selain itu, subyek dalam perjanjian kredit tidaklah selalu perseorangan.
Berdasarkan status hukum debiturnya, kredit bank umum dapat dibedakan menjadi 2
macam golongan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur yang berstatus badan hukum
(kredit korporasi) dan kredit yang diberikan kepada debitur perorangan. Dalam hal
pertama, debitur kredit ini merupakan badan usaha yang membutuhkan dana untuk modal
kerja, pengadaan fasilitas baru, penggantian atau renovasi fasilitas produksi yang ada dan
sebagainya. Dalam hal kredit perorangan, kredit yang diberikan umumnya untuk
membiayai kebutuhan barang dan jasa konsumtif, antara lain kredit perumahan, atau kartu
kredit.
PERJANJIAN KREDITUR ADALAH

Dalam penyebutan pihak yang berutang atau yang memberi utang dalam bidang
perbankan dikenal istilah Debitur atau Kreditur. Sesuai dengan teks asli BW istilah yang
dipergunakan adalah Debitor atau Kreditor. Hal ini juga terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, terbitan Balai Pustaka, edisi
ketiga tahun 1990, halaman 190. Juga terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, Drs Peter Salim MA & Yenny Salim BSc, terbitan Modern English Pres,
Edisi pertama tahun 1990, halaman 325. Bahkan dalam UU No. 4/1996 tentang Hak
Tanggungan pun huruf 1 & 2 Pasal 1 Bab I mengenai Ketentuan Umum, pemerintah &
DPR telah mempopulerkan istilah Debitor-Kreditor tersebut Pertanyaan: 1. Istilah apa
sebenarnya yang paling tepat untuk pihak yang berhutang atau pihak yang memberi hutang
dilihat dari kacamata hukum dan apa akibat dari penggunaan istilah yang tidak tepat bagi
dunia perbankan? 2. Dapatkah Hak Tanggungan yang telah dipasang dipermasalahkan oleh
pihak yang berhutang karena dalam Perjanjian Kreditnya Bank menyebut istilah Debitur-
Kreditur, sedangkan UU Hak Tanggungan menyebut istilah Debitor-Kreditor dalam
ketentuan umumnya adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan istilah yang berbeda ini (kreditur/debitur dan kreditor/debitor) boleh jadi
dapat menimbulkan kebingungan dan perdebatan. Berdasarkan penelusuran kami
terhadap berbagai peraturan perundang-undangan, literatur maupun kamus terkait
penggunaan istilah pihak yang berutang atau yang memberi utang. Berikut di bawah ini
antara lain penggunaan istilah-istilah tersebut dari beberapa sumber:
a. Debitor dan/ atau Kreditor, terdapat dalam :
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan;
- Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Drs Peter Salim MA & Yenny Salim;
- UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (Pasal 1 angka 2 dan 3);
- UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (Pasal 1 angka 2 dan 3).
b. Debitur dan/ atau Kreditur, terdapat dalam :
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan).

Mengutip bunyi ketentuan pasalnya, berikut contoh pasal yang mendefinisikan


istilah debitor dan/atau kreditor (dari Pasal 1 angka 2 dan 3UU No. 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang):
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-
Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.
Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan
Sedangkan, contoh pasal yang menggunakan istilah debitur dan/atau kreditur
(dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan):
Nasabah Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Selain itu, memang sistem hukum Indonesia yang merupakan peninggalan hukum
Belanda, banyak menyerap istilah-istilah dari Bahasa Belanda langsung ke dalam
Bahasa Indonesia. Seperti halnya debitor dalam Bahasa Belanda yang
dituliskan debiteur dapat diartikan sebagai debitor/debitur (Kamus Hukum Belanda-
Indonesia).
Jadi, menurut pendapat kami istilah yang tepat digunakan sesuai dengan kacamata
hukum adalah istilah yang mendasarkan pada peraturan perundang-undangan terkait
(dalam hal ini terkait penggunaan istilah pihak yang berutang (debitor) dan pihak
yang berpiutang (kreditor). Namun, secara prinsip perbedaan penggunaan istilah
tersebut tidak memberikan pengaruh secara hukum karena keduanya memiliki arti
yang sama yakni, debitur/debitor adalah pihak yang memiliki utang, sedangkan
kreditur/kreditor adalah pihak yang memiliki piutang.
Hal ini juga pernah terjadi atas penggunaan kata Seponering dan Deponering. Lebih
lengkap baca artikel Bahasa Hukum: Seponering atau Deponering?
Dengan demikian, menurut hemat kami, penggunaan istilah yang berbeda dalam
dunia perbankan di mana UU Perbankan menggunakan istilah Debitur dan Kreditur
sedangkan pada praktiknya ditemui penggunaan istilah Debitor dan
Kreditor, seharusnya tidak menimbulkan akibat hukum apapun.
JAMINAN KREDITUR
Jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh
debitur kepada pihak bank guna menjamin pelunasan utangnya apabila kredit yang
diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit
atau adendumnya.

Jaminan dapat dibedakan sebagai berikut:


a. Jaminan perorangan (personal guarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan utang
di mana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitur dalam hal
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/wanprestasi.
b. Jaminan perusahaan (corporate guarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan utang
yang diberikan oleh perusahaan lain untuk memenuhi kewajiban debitur dalam hal
debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/wanprestasi.
c. Jaminan kebendaan adalah penyerahan hak oleh debitur atau pihak ketiga atas barang-
barang miliknya kepada bank guna dijadikan agunan atas kredit yang diperoleh debitur.

Ditinjau dari jenisnya, agunan kebendaan terbagi atas dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Jaminan kebendaan atas Barang Bergerak
Barang bergerak adalah semua barang yang secara fisik dapat dipindah-tangankan,
kecuali karena ketentuan undang-undang barang tersebut ditetapkan sebagai barang
tidak bergerak.
b. Jaminan kebendaan atas Barang Tidak Bergerak
Barang tidak bergerak adalah tanah dan barang-barang lain karena sifatnya oleh
undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak, misalnya mesin pabrik yang
sudah terpasang, kapal laut (dengan bobot/isi tertentu) dan pesawat udara.

Maksud dan tujuan pengikatan/penguasaan jaminan adalah:


a. Guna memberikan hak dan kekuasaan kepada pihak bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang aguanan tersebut bila nasabah bercedera janji, yaitu
tidak bisa membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.
b. Menjamin agar nasabah berperan dan/atau turut serta dalam transaksi yang dibiayai
sehingga kemungkinan nasabah untuk meninggalkan usahanya/proyek dengan
merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah, atau minimum kemungkinan
untuk berbuat demikian diperkecil.
c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit khususnya
mengenai pembayaran kembali (pelunasan) sesuai dengan syarat-syarat yang telah
disetujui agar debitur tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

Barang yang dapat dijadikan sebagai jaminan kredit harus memenuhi kriteria antara lain:
a. Harus mempunyai nilai ekonomis, artinya dapat dinilai dengan uang dan dapat
dijadikan uang.
b. Harus dapat dipindahtangankan kepemilikannya dari pemilik semula ke pihak lain.
c. Harus mempunyai nilai yuridis, dalam arti dapat diikat sehingga kreditor memiliki hak
yang didahulukan terhadap hasil pelelangan barang tersebut.

Kredit sindikasi

Kredit sindikasi (Bahasa Inggris: syndicated loan) adalah pinjaman atau kredit yang
diberikan secara bersama oleh lebih dari satu bank kepada debitur tertentu. Kredit yang
diberikan secara sindikasi dapat berupa kredit investasi ataupun kredit modal kerja.

Kredit sindikasi diberikan secara bersama dengan alasan :

1. Jumlahnya besar, sehingga tidak sanggup kalau hanya dibiayai oleh satu bank.
2. Menghindari BMPK.
3. Memperkecil risiko bagi bank.
4. Manajemen dan pengawasan dapat dilakukan secara bersamaan, ada sharing
pengalaman dalam menangani debitur besar.
5. Dokumentasi kredit menggunakan akta otentik (dengan akta notaris).

Pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang


berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Pembiayaan
konsumen termasuk ke dalam jasa keuangan dan dapat dilakukan baik oleh bank ataupun
lembaga keuangan non-bank dalam bentuk perusahaan pembiayaan.

Penerapan Pembiyaan Syarian pada Sektor Pertanian


Dari uraian beberapa produk perbankan syariah dalam pembiayaan atau penyaluran dana,
maka pada sector pertanian dapat diterapkan pada kegiatan agribisnis. Adapun bentuk
pembiayaan dan unit pembiayaannya dapat dijelaskan pada tabel berikut.
Proses/Sub sistem Jenis kegiatan usaha Akad Pembiayaan
Hulu - Penyediaan lahan - Ijaroh (prinsip sewa)
- Penyediaan bibit/ benih - Istihna
- Penyediaan- Murabahah
pestisida/fungisida
- Penyediaan alsin
- Dan saprodi lainnya
Budidaya - Alat dan mesin pertanian- Murabahah
(semprot, pemeliharaan, dll) - Istishna
- Pembelian pupuk dan obat-
obatan
Hilir - Penyediaan alsin pasca- Murabaahah
panen, pengolahan dan- Ijaroh
transportasi - Istishna
- Pemasaran hasil pertanian - Salam
Seluruh Proses Produksi- Permodalan perkongsian- Musyarokah
(Hulu-hilir) (pelaku usaha dan lemabga
pembiayaan)
- Permodalan sepenuhunya- Mudhorobah
lembaga pembiayaan

Anda mungkin juga menyukai

  • MENIKAH Desi & Aril
    MENIKAH Desi & Aril
    Dokumen1 halaman
    MENIKAH Desi & Aril
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • VIAVIAVIAVIAVIAVIAVIAVIA
    VIAVIAVIAVIAVIAVIAVIAVIA
    Dokumen15 halaman
    VIAVIAVIAVIAVIAVIAVIAVIA
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • PPP
    PPP
    Dokumen11 halaman
    PPP
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • PPP
    PPP
    Dokumen11 halaman
    PPP
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen13 halaman
    Makala H
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • MENIKAH Desi & Aril
    MENIKAH Desi & Aril
    Dokumen1 halaman
    MENIKAH Desi & Aril
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen13 halaman
    Makala H
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • PPP
    PPP
    Dokumen11 halaman
    PPP
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Surat Pertanggung Jawaban
    Surat Pertanggung Jawaban
    Dokumen2 halaman
    Surat Pertanggung Jawaban
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Picung
    Picung
    Dokumen10 halaman
    Picung
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Mts
    Mts
    Dokumen5 halaman
    Mts
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • LKSA
    LKSA
    Dokumen11 halaman
    LKSA
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen4 halaman
    H
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Analisis KD
    Analisis KD
    Dokumen4 halaman
    Analisis KD
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • Kartu Keluarga Capil Anggi
    Kartu Keluarga Capil Anggi
    Dokumen14 halaman
    Kartu Keluarga Capil Anggi
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen4 halaman
    H
    Randy Ilhamsyah
    Belum ada peringkat