Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar


1.1.1 Anatomi Dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi apendiks


Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus
konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan
tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan
terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.

Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:


1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai
stadium
1
2

Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.


Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat memakan
kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja
karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang
dapat membunuh kuman dan virus.
Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi
amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini
akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-
sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan
cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering
dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi)
sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek. Selain itu folikel
infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal
(Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan
kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis
media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel
dan adenoid.
1.1.2 Pengertian
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus seperti hemolyticus, streptococcus
viridons dan streptococcus pygenes. Sedangkan abses peritonsilar adalah
penimbunan nanah pada tonsil ( Amandel) Abses peritonsilar adalah komplikasi
dari tonsilitis (Hembing, 2004).
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang menyebabkan tonsillitis.
Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor predisposisi ;
rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak baik/buruk.
3

Fungsi Tonsil
a. Membentuk zan-zat anti yang terbentuk di dalam sel plasma pada waktu
terjadi reaksi seluler.
b. Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
c. Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikro organisme
yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut.
d. Memproduksi hormon, khususnya hormon pertumbuhan.
1.1.3 Etiologi
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat
berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi
saluran nafas akut.
b. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang
tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A.
Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada
manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal
yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans
memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang
memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang
rusak.

d. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada
manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit
kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat
menyebabkan terjadinya pneumonia.

1.1.4 Klasifikasi Tonsilitis


1. Tonsillitis Akut
4

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan


streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini
terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
1.1.5 Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel
darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan
memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan
tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi
bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar
yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam
tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke
tengah tenggorokan. Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi
parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti
makan.Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan
5

kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi


dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang
tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut
biasanya berakhir setelah 72 jam.
(Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )
6

Pathway

Bakteri(dlm udara & makanan) Virus(dlm udara & makanan)

Streptococcus hemoliticus tipe A


Virus hemoliticus influenza

Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh

Antibodi dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Peradangan tonsil

Tonsilitis

Nyeri saat menelan Respon inflamasi Pembengkakan tonsil Mulut bau, suara parau

Anoreksi Rangsang termoregulasi Sumbatan jalan nafas dan Fungsi tubuh


hipotalamus cerna
Intake tidak adekuat
Suhu tubuh Nyeri Tindakan Harga Diri
Cemas
Resiko kurang nutrisi tonsilektomi Rendah
Hipertermi
Terputusnya pembuluh
darah

Penumpukan sekret Terputusnya keutuhan Luka terbuka


jaringan
Resiko bersihan jalan nafas Pertahanan tubuh
tidak efektif Perdarahan
Pemajanan mikroorganisme
Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan
perdarahan yang berlebihan Resiko infeksi

(Edward, 2001: Reeves, Charlene J.Roux, Gayle, dkk, 2001)


7

1.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Megantara, Imam(2006) gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang
semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena
tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
Adapun gejala lainnya :
a. Demam
b. Sakit kepala
c. Muntah
Adapun menurut Hembing, (2004) adalah sebagai berikut :
a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,
sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.
b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
c. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan
keluar nanah pada lekukan tonsil.
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Mansjoerm (2001) yang potensial pada tonsilitis yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
a. Abses Peritonsilar (quinsy)
Biasanya timbul pada pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang
tidak mendapat terapi yang adekuat.
b. Abses Parafaringeal
Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses
peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga formasi abses
terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini
berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar
berada dan menimbulkan komplikasi serius.
c. Abses Retrofaringeal
Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan,
dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat
berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum dan paru-
paru.
d. Tonsilolith
Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium
karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras.
Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus
bernanah).
e. Kista Tonsil
8

Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih


atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada kripta tonsil
oleh jaringan fibrosa.
f. Komplikasi Sistemik
Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta
hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute
glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang
dapat menimbulkan lesi pada katup jantung
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik,
dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
1.1.9 Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :


1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
9

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi


konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan
ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong
keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah
inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke
dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan.
Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari ada kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).
2) Menawarkan makanan
a) Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat
dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.
10

c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu
selama 1 minggu.
3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
4) Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi
hidung segera selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang
tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4
dan ke-8 setelah operasi.

1.2 Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengkajian

Focus pengkajian menurut Firman S (2006), yaitu :


1. Wawancara
a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsillitis)
b. Apakah pengobatan adekuat
c. Kapan gejala itu muncul
d. Apakah mempunyai kebiasaan merokok
e. Bagaimana pola makannya
f. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut
2. Pemeriksaan fisik
11

Data dasar pengkajian menurut Doengoes, (1999), yaitu :


a. Intergritas Ego
Gejala : Perasaan takut
Khawatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga,
kemampuan kerja, dan keuangan.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
b. Makanan / Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi, kebersihan gigi
buruk.
c. Hygiene
Tanda : Kesulitan menelan
d. Nyeri / Keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-bati
Gejala : Sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri ke telinga
e. Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk
kayu, debu.
Hasil pemerisaan fisik secara umum di dapat :
1. Pembesaran tonsil dan hiperemis
2. Letargi
3. Kesulitan menelan
4. Demam
5. Nyeri tenggorokan
6. Kebersihan mulut buruk
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2006).
Diagnosa keperawatan menurut (Doenges, 2000), pada pasien tonsillitis
Pre Oprasi adalah :
12

a. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.


b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan:
mual, anoreksia, letargi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah.
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan.
f. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi:
rasa sakit pada jaringan tonsil

Diagnosa keperawatan pada pasien tonsilitis Pro Operasi adalah :


a. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan : insisi bedah.
b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia : kesulitan menelan.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,
pemajaran/mengingat.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko perdarahan
akibat tindakan operatif tonsilektomi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan oleh pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/perencanaan keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges, 2000).
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pasein tonsilitis
adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan tonsil.


Tujuan : Dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil : - Mengenal faktor penyebab
- Mengenali serangan nyeri
- Mengenali gejala nyeri
- Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks

Intervensi Rasional
13

Kaji keluhan nyeri, perhatikan Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi


lokasi, intensitas (skala 1-10), dan juga tanda-tanda
frekuensi dan waktu. Menandai perkembangan/resolusi komplikasi
non verbal, misal: gelisah,
takikardi, meringis
Dorong pengungkapan perasaan Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut,
sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa takut
Berikan aktivitas hiburan, misal: Meningkatkan kembali perhatian
membaca, nonton TV, bermain kemampuan untuk menanggulangi
handphone
Lakukan tindakan paliatif, misal: Meningkatkan relaksasi menurun
pengubahan posisi, masase ketegangannya
Instruksikan pasien untuk Meningkatkan relaksasi dan perasaan
menggunakan visualisasi/ sehat
bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif, teknik nafas dalam
Berikan analgesik/antipiretik. Memberikan penuntunan nyeri atau tidak
Gunakan ADP (analgesik yang nyaman : mengiurangi demam.
dikontrol)

2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan pembatasan


pemasukan: mual, anoreksia, letargi.
Tujuan : Tidak terjadinya dehidrasi
Kriteria hasil : Mempertahankan dehidrasi
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil
Intervensi Rasional
Kaji turgor kulit, membrane Indikator tidak langsung dan status cairan
mukosa dan rasa haus
Timbang berat badan sesuai Meskipun kehilangan berat badan dapat
indikasi menunjukkan penggunaan otot, fluktuasi
tiba-tiba menunjukkan status hidrasi.
14

Pantau pemasukan oral dan Mempertahankan keseimbangan cairan,


memasukkan cairan sedikitnya mengurangi rasa haus dan melembabkan
2500 ml/hari membrane mukosa
Berikan cairan/elektrolit melalui Diperlukan untuk mendu-
selang pemberi makanan/IV kung/memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak adekuat,
mual/muntah terus menerus
Berikan obat-obatan sesuai
indikasi
Mengurangi insiden muntah untuk
Antimetik, misal: proklo-perazin
mengurangi kehilangan cairan/elektro-lit
maleat (Compazine); trimeto-
lebih lanjut
benzamid (Tigan); metoklo-
Menurunkan jumlah dan keenceran feses;
pramid (Reglan)
mungkin mengurangi kejang usus dan
Antidiarea, misal: difenik-silat
peristalis.
(Lomotil), loperamid Imodium,
paregoric atau antipasmodik,
Membantu mengurangi demam dan
misal: mepen-zolat, bromide
respons hipermetabolisme, menurun-kan
(Cantil)
kehilangan cairan tak kasat mata
Antipiretik, misal: asetaminofen
(Tylenol)

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
- Berat badan sesuai tinggi badan
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi Rasional
Kaji kemampuan untuk Lesi mulut, tenggorokan dan implamasi
mengunyah, merasakan dan pada tonsil dapat menyebabkan disfagia,
menelan penurunan kemampuan pasien untuk
mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan
15

Timbang berat badan sesuai Indikator kebutuhan nutrisi/pema-sukan


kebutuhan. Evaluasi berat badan yang adekuat
dalam hal adanya berat badan
yang tidak sesuai
Hilangkan rangsangan lingku- Mengurangi stimulus pusat muntah di
ngan yang berbahaya atau kondisi medulla
yang membentuk reflek gagal
Berikan perawatan mulut terus Mengurangi ketidaknyamanan yang
menerus, awasi tindakan berhubungan dengan mual/muntah, lesi,
pencegahan sekresi. Hindari obat oral, pengeringan mukosa. Mulut yang
kumur yang mengandung alcohol bersih meningkatkan nafsu makan
Catat waktu, kapan nafsu makan Melibatkan pasien dalam memberikan
menjadi baik dan pada waktu itu perasaan kontrol lingkungan dan mungkin
usahakan untuk menyajikan porsi meningkatkan pemasukan
makan yang lebih
Berikan obat yang antiemetik Mengurangi insiden muntah,
misal: Ranitidin meningkatkan fungsi gaster
Berikan suplemen vitamin Kekurangan vitamin terjadi akibat
penurunan pemasukan makanan dan ataun
kegagalan menguyah dan absorpsi dalam
sistem gastrointestinal

4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit.


Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal
- Suhu kulit dalam batas normal
Intervensi Rasional
Pantau suhu pasien (derajat dan Suhu 38,9C, 41,1C menunjukan proses
pola); perhatikan menggigil/ penyakit infeksius akut
diafpresis
Pantau suhu lingkungan, batasi/ Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah
tambahkan linen tempat tidur untuk mempertahankan suhu mendekati
sesuai indikasi normal
Berikan kompres mandi hangat Dapat membantu mengurangi demam
16

Berikan antipiretik, misal: Digunakan untuk mengurangi demam


paracetamol, asetaminofen dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan organisme
dan meningkatkan autodestruksi dari sel-
sel yang terinfeksi

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penyakit,


prognosis dan kebutuhan pengobatan
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : - Ansietas berkurang
- Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
- Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi Rasional
Berikan informasi mengenai terapi Meningkatkan pemahaman dan meni-
obat-obatan, interaksi efek ngkatkan kerjasama dalam penyem-
samping dan pentingnya ketaatan buhan/profilaksis dan mengurangi risiko
pada program kambuhnya komplikasi
Diskusikan kebutuhan untuk Perlu untuk penyembuhan optimal dan
pemasukan nutrisional yang kesejahteraan umum
tepat/seimbang
Dorong periode istirahat adekuat Mencegah kepenatan, penghematan
dengan aktivitas yang terjadwal energi dan meningkatkan penyembuhan
Tinjau perlunya kesehatan pribadi Membantu mengontrol pemajanan
dan kebersihan lingkungan lingkungan dengan mengurangi jum-lah
bakteri patogen yang ada
Identifikasi tanda-tanda/gejala- Pengenalan dini dari perkembangan/
gejala yang membutuhkan evaluasi kambuhnya infeksi akan memung-kinkan
medis. intervensi dan mengurangi risiko
perkembangan ke arah situasi
membahayakan jiwa
17

Tekankan pentingnya imunisasi Penggunaan pencegahan terhadap infeksi


profilaktik/terapi antibiotik sesuai
kebutuhan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi atau imflamasi:
rasa sakit pada jaringan tonsil.
Tujuan : Mempertahankan pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas
- Pernafasan dalam batas normal
- Tidak terjadi batuk
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi nafas, tandai Memperkirakan adanya perkem-bangan
daerah paru yang mengalami komplikasi/infeksi pernafasan yang
penurunan atau kehilangan terjadi pada jaringan tonsil
ventilasi
Catat kecepatan/kedalaman Takipnea, sianosis, tidak dapat
pernafasan, sianosis, penggu-naan beristirahat dan peningkatan nafas
otot aksesori/kerja pernafasan menunjukkan kesulitan pernafasan dan
munculnya dispnea adanya kebutuhan untuk meningkatkan
pengawasan/intervensi medis
Kaji perubahan tingkat kesadaran Hipoksemia dapat terjadi akibat adanya
perubahan tingkat kesadaran mulai dari
ansietas dan kekacauan mental dan
mencegah komplikasi pernafasan

Intervensi Tonsilitis PRO OPERASI

1. Nyeri berhubungan dengan pembekakan jaringan : insisi bedah.


Tujuan : Nyeri berkurang dan pembekakan hilang
Kriteria Hasil : - Menunjukkan nyeri hilang
Melaporkan bisa beristirahat

Intervensi Rasional
18

Berikan tindakan nyaman (pijatan Meningkatkan relaksasi dan membantu


punggung,perubahan posisi) dan pasien memfokuskan perhatian pd sesuatu
aktifitas hiburan disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
Selidiki perubahan karakteristik Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
nyeri,periksa mulut jahitan atau yg memerlukan evaluasi lanjut/intervensi
trauma baru jaringan yang terinflamasi dan
kongesti,dapat dengan mudah mengalami
trauma dengan penghisapan kateter,selang
makanan.

Catat indikator non verbal dan Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan


respon automatik terhadap terhadap keefektifan obat
nyeri,evaluasi efek analgesic
Jadwalkan aktifitas perawatan Mencegah kelekahan / terlalu lelah dan
untuk keseimbangan dengan dapat meningkatkan koping
periode tidur manajemen stress terhadap stress / ketidaknyamanan.
contoh : teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi.
Kolaborasi
Berikan irigasi oral, anestesi sprei Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan
dan kumur-kumur. Anjurkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut.
pasien melakukan irigasi sendiri.
Berikan analgetik terhadap stress /
Meningkatkan rasa sehat, tidak
ketidaknyamanan.
menurunkan kebutuhan analgesic dan
meningkatkan penyembuhan.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia: kesulitan menelan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri bila menelan
Porsi makan yang disediakan dihabiskan.
Klien tidak tampak kesakitan saat menelan

Intervensi Rasional
Jelaskan tentang pentingnya Agar pasien tau pentingnya
nutrisi bagi tubuh atau makanan/nutrisi untuk membantu proses
kesembuhan penyakitnya
19

penyembuhan.

Sajikan makanan cair dalam Makanan cair dan dingin untuk


keadaan hangat. memudahkan pasien menelan makanan.
Kolaborasi dengan dokter untuk Untuk menambah nafsu makan pasien
pemberian multivitamin

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,


pemajaran / mengingat.
Tujuan : pasien atau keluarga dapat memahami penyakit yang di derita.
Kriteria Hasil :Pasien atau keluarga memahami mengenai penyakit yang di
derita pasien

Intervensi Rasional
Kaji ulang prosedur pembedahan Memberikan dasar pengetahuan dimana
khusus dan harapan pascaoperasi pilihan informasi dapat dibuat dan tujuan
dapat disusun
Berikan perhatian tentang gangguan Antisipasi masalah dapat membantu
ukuran/gambaran tubuh dalam menerima situasi yang memburuk
Kaji ulang program Pengetahuan dapat meningkatkan kerja
pengobatan,dosis,dan efek samping sama dengan program terapi dan
mempertahankan jadwal
Anjurkan menghindari alcohol Dapat mempengaruhi disfungsi
hati/pancreas
Diskusikan tanggungjawab untuk Kerja sama sangat penting untuk
perawatan diri dengan pasien/orang keberhasilan hasil setelah prosedur
terdekat
Dorong latihan Meminimalkan pascaoperasi yang juga
progresif/keseimbangan program mencegah kelemahan yang tak perlu
aktivitas dengan periode istirahat
adekuat

4. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan


akibat tindakan operatif tonsilektomi.
Tujuan : kekurangan volume cairan pada pasien teratasi.
20

Kriteria Hasil : Keseimbangan cairan yang adekuat


Pengeluaran urine individu yang sesuai

Intervensi Rasional
Catat karakteristik muntah dan atau Membantu dalam membedakan penyebab
drinase distres gaster kandungan empedu kuning
kehijauan menunjukkan bahwa pylorus
terbuka
Awasi tanda vital:bandingkan Perubahan TD dann nadi dapat digunakan
dengan hasil normal untuk perkiraan kasar kehilangan darah
pasien/sebelumnya.ukut TD
dengan posisi
duduk,berbaring,berdiri bila perlu
Ukur kehilangan darah/cairan Memberikan pedoman untuk penggantian
melalui muntah,penghisapan cairan
gaster/lavase dan deteksi

Pertahankan pencatatan akurat Potensial kelebihan tranfusi


subtotal cairan/darah selama terapi cairan,khususnya bila volume tambahan
penggantian diberikan sebelum tranfusi darah

Catat tanda perdarahan baru setelah Meningkatkan kepenuhan/distensi


terhentinya pendarahan awal abdominal,mual/muntah baru dan diare
baru dapat menunjukkan perdarahan
ulang
Kolaborasi
Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan atau darah sesuai
derajat hipovolemia dan lamanya
indikasi
perdarahan(akut atau kronis)

Memberikan kesempatan untuk


Masukkan/pertahankan selang NG
menghilangkan sekresi iritan
pada perdarahan akut
gaster,darah,bekuan.
Implementasi Keperawatan
21

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).
22

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
J. Reeves, Charlene, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika.
C. Long Barbara, 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan
I.A.P.K.
Bruner And Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-Edisi 8,-
Volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai