CVA INFARK
Oleh :
RB M Ramdhan Akbar
NPM 15710299/09700276
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
menunjukkan, stroke menyerang pria 30% lebih tinggi katimbang wanita.Ya mungkin itu
menurut anda adalah penyakit yang di alami oleh orang tua, akan tetapi fakta di Amerika
Serikat sekitar 15 ribu pria di bawah usia 45 tahun yang terkena stroke. Stroke adalah
kerusakan jaringan otak yang dikarenakan berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara
tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dantidak dapat berfungsi lagi.
Kadang pula stroke disebut CVA (cerbrovascular accident). Orang awam cenderung
menganggap stroke sebagai penyakit. Sebaliknya, para dokter justru menyebutnya sebagai
gejala klinis yang muncul akibat pembuluh darah jantung (cardiovascular) yang
dalam waktu yang singkat,yang diakibatkan gangguan aliran darah ke otak mengalami
menurut cara terjadinya, ungkap Prof. Dr. Jusuf Misbach, SpS (K), ada dua macam stroke
Dengan pengertian yang lebih terperinci,stroke bisa muncul bila sel-sel darah merah
tidak sampai ke jaringan otak ketika pembuluh darah otak menjadi tersumbat (Ischemic
Stroke) atau pecah (Hemmorhagic Stroke). Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah
ke otak terputus. Otak kita sangat bergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan,
yang di alirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak
selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Semakin lama
penghambatan itu terjadi, efeknya akan semakin parah dan semakin sulit untuk dipulihkan.
Oleh sebab itu, tindakan yang cepat dalam mencegah dan mengatasi stroke sangat
Penyempitanm pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan
asupan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut dapat
terlepas dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran
darah ke otak sehingga sel-sel otak otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke termasuk
penyakit serebrovasculer (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak
(infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO
mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu Kasus
stroke meningkat di negara maju seperti Amerika, dimana kegemukan dan junk food telah
mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke
baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada 1 orang
Namun fakta yang mencenangkan adalah stroke tidak hanya memonopoli orang yang
sudah tua, namun juga bisa menimpa manusia yang yang masih tergolong usia produktif. Hal
itu terjadi karena berbagai perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin instan dan
tidak mengindahkan masalah kesehatan dari akibat perilaku dan gaya hidup serta pola makan
yang dilakukan. Hal ini juga diakui oleh Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki),
Laksamana TNI (Pur) Sudomo. Menurutnya, penyakit stroke bisa menyerang siapa saja tanpa
memandang jabatan ataupun tingkatan sosial ekonomi. Dalam daswarsa terakhir ini, sesuai
identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang
melanda seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit
nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survei tahun 2004,
ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganaya bisa pulih
kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus
menerus di tempat tidur. Namun, dengan berbagai keberhasilan dan kemajuan di bidang
sosial ekonomi, serta perbaikan di bidang pangan, usia harapan hidup bagi para penderita
stoke dan juga upaya penyembuhannya bisa di tingkatkan. Hal ini tentu menjadi sebuaah
angin segar, namun hal itu menuntut adanya sebuah kedisiplinan dan pengetahuan mendalam
tentang stroke bagi setiap orang yang mengalaminya sebagai upaya pencegahan. Karena
bagaimana pun, pola hidup yang tidak sehat dan juga gaya hidup yang serba instan telah
membawa bom waktu bagi badan yang suatu saat bisa meledak dan kemudian berjangkitlah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan
kematian (Muttaqin, 2008:234).
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena
trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang
jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria
karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung
aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002: 2131).
B. Anatomi Fisiologi
1. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing
masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer
yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan
pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi
tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan
lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi
penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang
menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan
memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons dan
mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting
untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur
dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon
merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus
serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan pengintegrasi subkortikal yang
penting. Subtalamus fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa
dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi.
(Sylvia A. Price, 1995)
C. Etiologi
Ada beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008: 235)
1.Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
a.Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh
darah
b.Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas/
hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
c. Arteritis: radang pada arteri.
2. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
a.Penyakit jantung reumatik
b.Infark miokardium
c.Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat
menyebabkan emboli cerebri
d. Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid
(PSA)
Gejala PIS PSA
Dalam 1 1-2 menit
Timbulnya
jam Sangat hebat
Nyeri Kepala
Hebat Menurun
Kesadaran
Menurun sementara
Kejang
Umum Sering fokal
Tanda rangsangan
+/- +++
Meningeal.
Hemiparese
++ +/-
Gangguan saraf otak
+ +++
Disadur dari Laporan Praktik Klinik KMB di Ruang Syaraf RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Pemeriksaan: -
Darah pada LP + +
X foto Skedel Kemungkinan
Oklusi, stenosis pergeseran glandula
Angiografi pineal
Aneurisma. AVM.
Densitas berkurang massa intra hemisfer/
CT Scan (lesi hypodensi) vaso-spasme.
Massa intrakranial
Crossing phenomena densitas bertambah.
Opthalmoscope Silver wire art (lesi hyperdensi)
Perdarahan retina atau
Lumbal pungsi : Normal corpus vitreum
Tekanan Jernih
Warna < 250/mm3 Meningkat
Eritrosit oklusi Merah
Arteriografi di tengah >1000/mm3
EEG ada shift
shift midline echo
Berdasarkan perjalanan penyakit atau stadiumnya:
1. TIA (Trans Iskemik Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa
jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
2. Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
3. Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan
istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
2. Lobus Parietal
a. Dominan :
1. Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada
hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri,
tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan
tentang posisi bagian tubuh).
2. Defisit bahasa/komunikasi
Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang
dapat dipahami)
Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)\
Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).
b. Non Dominan
Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi
diri/lingkungan) antara lain:
Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang
mengalami paralise)
Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan tepat)
Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
Disorientasi kanan kiri
3. Lobus Occipital
Deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia(penglihatan
ganda), buta.
4. Lobus Temporal
Defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh
G. Pemeriksaan Penunjang
Periksaan penunjang pada pasien CVA infark:
1. Laboratorium :
a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan
VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet
Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)
b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA infark
mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah (LED)
pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam
tabung darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak
menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar
(Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Prince, dkk
,2005:1122)
2. CT scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak (Muttaqin, 2008:140).
3. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung
(kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif
(Prince,dkk,2005:1122)
4. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan
aliran darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa stroke (Prince,dkk
,2005:1122).
5. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke secara Spesifik
seperti lesi ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis
dan pembentukan thrombus di pembuluh besar (Prince, dkk ,2005:1122).
6. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikasi
seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan memetabolisme glukosa serta luas
cedera (Prince, dkk ,2005:1122)
7. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus potensial
(Prince, dkk ,2005:1123).
8. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar /
luasnya daerah infark (Muttaqin, 2008:140).
H. Penatalaksanaan
Ada bebrapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2008:14):
1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten
b. Kontrol tekanan darah
c. Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter
d. Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.
2. Terapi Konservatif
a. Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
b. Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
c. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau
embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler.
d. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan:
1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg
2) Osmoterapi antara lain :
- Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-
6 kali/hari.
- Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari
3) Posisi kepala head up (15-30)
4) Menghindari mengejan pada BAB
5) Hindari batuk
6) Meminimalkan lingkungan yang panas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan
B. Saran
Saran dari pembaca agar dapat memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan
Askep Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. 1996. Jakarta: Depkes
Adib, Muhammad Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke (