Anda di halaman 1dari 12

JUMLAH BUANGAN SAMPAH YANG DIHASILKAN TPS SAMAAN

DALAM SEHARI
Makalah Praktikum Lapangan dan Kegiatan Laboratorium
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Pencemaran Lingkungan
yang dibina oleh Ibu Frida Kunti Setiowati, ST, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 9
Offering GHK

Esha Ardiansyah (150342606823)


Lusi Suciati (150342600695)
Qurin Nikmaturrohana (150342606771)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Februari 2017
JUMLAH BUANGAN SAMPAH YANG DIHASILKAN TPS SAMAAN
DALAM SEHARI

Esha Ardiansyah, Lusi Suciati, Qurin Nikmaturrohana, Frida Kunti


Setiowati, ST., M.Si

Jurusan BIOLOGI, FMIPA, Universitas Negeri Malang


echaardiansyah12@gmail.com dan frida@um.ac.id

Abstrak

Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diinginkan
karena dianggap tidak berguna lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga
maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan
jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin banyak volume
sampah yang dihasilkan. Sektor persampahan juga merupakan salah satu kegiatan
manusia yang menyebabkan pemanasan global. Proses dekomposisi sampah organik pada
timbunan sampah menghasilkan emisi gas rumah kaca berupa biogas yang terdiri atas gas
methana dan gas karbon dioksida. Untuk mengetahui besarnya sampah yang dihasilkan,
harus menghitung berapa berat sampah yang dihasilkan dalam 1 kartu keluarga. Hasil
pengamatan menggunakan perhitungan sampah organik maupun sampah anorganik di
TPS Samaan, Jalan Sendang Biru, Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang,
Jawa Timur dalam sehari adalah sampah plastik 20,8 kg, sampah kertas dan kardus 4,8
kg, dan sampah organik 64 kg, dapat dihitung jumlah buangan sampah per KK di
kelurahan Samaan yaitu sampah plastik 0,208 kg, sampah kertas dan kardus 0,048 kg
dan sampah organic 0,288 kg. Dapat disimpulkan total sampah yang dihasilkan per kartu
keluarga adalah 0,544kg

Kata kunci: sampah, jumlah, penduduk, organik, anorganik

Abstract
Garbage is a remnant of human activity which is not desirable because it is no
longer useful. Garbage generated from household and industrial activities. The volume of
waste generated is directly proportional to the number of inhabitants. More and more
number of people will be more and more the volume of waste generated. Solid waste
sector is also one of human activity is causing global warming. The process of
decomposition of organic waste on landfill waste produces greenhouse gas emissions in
the form of biogas consisting of methane gas and carbon dioxide gas. To determine the
amount of waste generated, must calculate how the weight of waste generated in 1 card
family. Observations using the calculation of organic and inorganic garbage in TPS
Samaan, Blue Spring Road, Lowokwaru, Lowokwaru District, Malang, East Java in a day
is 20.8 kg of plastic waste, waste paper and cardboard 4.8 kg, and organic waste 64 kg,
can be calculated the amount of garbage per household in the village Samaan ie 0.208 kg
of plastic waste, waste paper and cardboard 0.048 kg and 0.288 kg of organic waste. It
can be concluded the total waste generated per family card is 0,544kg

Keywords: rubbish, amount, population, organic, inorganic


Pendahuluan
Sampah merupakan buangan akibat dari adanya aktivitas manusia. Setiap
aktivitas manusia menghasilkan buangan berupa sampah dalam berbagai jenis dan
kategori. Peningkatan jumlah sampah sebanding dengan pertambahan jumlah
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup sangat
berpengaruh paa volume sampah yang dihasilkan. Sampah menimbulkan dampak
luas, terutama dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Sampah memiliki
ancaman serius terhadap lingkungan alam, perekonomian serta masyarakat
sendiri. Pembuangan sampah atau aliran polusi turut berpengaruh terhadap
meningkatnya masalah lingkungan dan ekonomi dengan cara, sampah
mengandung bahan-bahan berbahaya yang secara langsung mempengaruhi fungsi
lingkungan alam yang menjadi penyokong utama kehidupan perekonomian, selain
itu lingkungan alam memiliki kapasitas asimilatif yang terbatas untuk menyerap
residu-residu sampah. Ketika jumlahnya melebihi kapasitas, dampaknya dapat
menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas dan batas toleransi dari suatu
ekosistem (Arief, 2013).
Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup sangat
berpengaruh pada volume sampah yang ditimbulkan (Kasam, 2011). Sistem
pengelolaan sampah di Kota Malang juga masih bertumpu pada metode kumpul-
angkut-buang. Dengan populasi sebesar 820.243 jiwa (BPS Kota Malang, 2010).
Jumlah pasokan sampah dapat dipastikan bertambah banyak. Tumpukan sampah
dari perumahan kemudian ditampung pada TPS yang kemudian dibawa ke TPA.
Timbunan sampah di TPA tersebut memiliki potensi untuk menurunkan kualitas
lingkungan secara global. Proses dekomposisi sampah organik pada timbunan
sampah menghasilkan jejak karbon berupa biogas yang terdiri atas gas methana
(CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Keduanya termasuk gas rumah kaca
(GRK) yang menyebabkan pemanasan global. Agar tidak terus mencemari
lingkungan, kedua jenis gas tersebut bisa direduksi dengan cara semaksimal
mungkin menerapkan elemen pengelolaan sampah terpadu yang terdiri atas
pengurangan, penggunaan kembali, daur ulang, dan pemulihan (reduction, reuse,
recycling, dan recovery) sebagaimana dikemukakan oleh Anschutz et al. (2004).
Sesuai dengan UU No.8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (RI,
2008) dimana pemerintah daerah wajib menetapkan target pengurangan sampah
untuk meningkatkan kualitas lingkungan (Pasal 4, Pasal 6, dan Pasal 20), strategi
peningkatan fungsi TPS menjadi tempat pengolahan sampah untuk mereduksi
jejak karbon dan mengurangi beban TPA ini layak menjadi menjadi tumpuan
sistim pengelolaan sampah di Kota Malang dan di kota-kota lain di Indonesia di
masa yang akan datang. Pertimbangannya adalah sebagai berikut.
1. Sistim pengelolaan sampah di Indonesia mengandalkan sistim
pengumpulan di banyak TPS karena pada umumya sampah diangkut dari
sumber asalnya ke TPS dengan gerobak yang ditarik oleh tenaga manusia.
2. Dibandingkan dengan TPA, selama ini keberadaan TPS di dalam kota
relatif jarang menimbulkan kontroversi.
3. Pengembangan TPS untuk pengolahan sampah dapat dilakukan dengan
peralatan yang sederhana dan biaya yang relatif murah.
4. Beberapa TPS telah melakukan praktek pengolahan sampah untuk produk
daur ulang dan kompos walaupun kapasitasnya masih terbatas (Sunarto et
al, 2013).
Praktikum lapangan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sampah yang
dihasilkan penduduk Lowokwaru dalam sehari. Dengan metode penimbangan
sampah di TPS Samaan yang berlanjut ke perhitungan yang diturut dari jumlah
buangan sampah per Kepala Keluarga, RT, RW, kelurahan, kecamatan hingga
tingkat kota.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala.
Pengambilan data dilakukan di tempat pembuangan sampah (TPS) TPS Samaan,
Jalan Sendang Biru, Lowokwaru, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur 65141 pada hari Sabtu 11 Maret 2017 pukul 05.00 WIB hingga pukul
06.00 WIB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya sampah yang
dihasilkan, harus menghitung berapa berat sampah yang dihasilkan dalam 1 kartu
keluarga.. Prosedur dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara menghitung
berat dari tiap jenis sampah (organik / anorganik) sebanyak gerobak sampah.
Sampah dipilah-pilah terlebih dahulu menurut jenisnya, setelah itu ditimbang
berat sampah. Dari perhitungan sampah kita dapat mengetahui berapa besar
sampah yang dihasilkan dalam tiap kali buang setiap harinya.

Hasil dan Pembahasan


Praktikum lapangan tentang penghitungan sampah di kota Malang
dilaksanakan di TPS kelurahan Samaan. Kelurahan Samaan memiliki 58 RT dan 8
RW. Hasil perhitungan 3 jenis sampah dalam satu gerobak sebagai berikut:
Sampah plastik
5,2 x 4 = 20,8 kg
Sampah kertas dan kardus
1,2 x 4 = 4,8 kg
Sampah organik
16 x 4 = 64 kg

Tabel 1. Hasil perhitungan sampah berdasarkan tingkat pemerintahan


Massa (kg/hari)
Jenis sampah 1 gerobak 1 RT 1 kelurahan Kota malang
(2 RT) (50 kk) (58 RT) (57 kelurahan)
Plastik 20,8 10,4 603,2 34.382,4
kertas & kardus 4,8 2,4 139,2 7.934,4
Organik 64 14,4 835,2 105.792
Total 148.108,8kg =
148 ton

Jumlah kepala keluarga di kelurahan Samaan adalah 2902 kk, sedangkan


RT berjumlah 58 sehingga rata-rata dalam 1 RT adalah 50 kk. Oleh karena itu
diperoleh jumlah buangan sampah per kk di kelurahan Samaan sebagai berikut:
Sampah plastik

kg

Sampah kertas dan kardus

kg
Sampah organik

kg

Sampah total per kk


0,208 + 0,048 + 0,288 = 0,544 kg
Jadi setiap kepala keluarga di kelurahan Samaan membuang sampah
sekitar 0,544 kg dalam sehari.

Pembahasan
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis
(karena human wastetidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat
karena air bekas tidak termasuk di dalamnya (Azwar, 1990)
Berdasarkan data hasil pengamatan dapat dilihat bahwa jenis sampah yang
paling banyak adalah sampah organik yaitu 105.792 kg/hari, hal ini dikarenakan
gerobak yang digunakan untuk sampel mengangkut sampah organik lebih
dominan dibandingkan jenis sampah yang lain. Hasil perhitungan sampah diatas
akan berdeda hasilnya, tergantung pada pengambilan sampel yang dilakukan.
Menurut Arief (2013), di dalam jurnalnya juga menyebutkan bahwa jumlah
sampah organik (373,58 Ton/hari) lebih tinggi dibandingkan jumlah sampah
anorganik (233,86 Ton/hari). Hasil perhitungan jumlah sampah di TPS Samaan
kota Malang dalam sehari mencapai 148 ton. Jumlah tersebut berbeda jauh dari
data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dam Pertamanan. Menurut data Dinas
Kebersihan dam Pertamanan dalam (Arief, 2013), jumlah sampah di kota Malang
dalam satu hari mencapai 607,44 ton. Perbedaan hasil terdebut dikarenakan
perbedaan asal/sumber sampah. Dalam praktikum lapangan ini sampah hanya
dihitung dari jumlah kartu keluarga, sedangkan data yang diperoleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan mengacu pada jumlah penduduk seluruh kota Malang
dan warga yang bukan penduduk, misalnya anak kos. Pada TPS Samaan sistem
pengelolaan sampahnya masih menggunakan metode kumpul-angkut-buang.
Meskipun sistemnya angkut-buang, namun masih dijumpai tumpukan sampah di
luar TPS walaupun tidak dalam jumlah bersar. Tumpukan sampah tersebut
mengandung komposisi sampah organik cukup banyak. Sehingga ditakutkan akan
menyebabkan air lindi walaupun tempat hanya sebagai penampungan sementara
dan buka tempat penampungan akhir.
Air lindi (leachate), yaitu cairan yang dikeluarkan dari sampah akibat
proses degradasi biologis. Lindi juga dapat pula didefinisikan sebagai air atau
cairan lainnya yang telah tercemar sebagai akibat kontak dengan sampah (Rustiawan
et al., 1993). Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses pembentukannya
dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-anorganik), mudah tidaknya
penguraian (larut -tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban,
umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitasair yang dipengaruhi iklim
dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien danmikroba,
dan kehadiran in hibitor (Arbain, 2002). Selain itu Bebassar (2006), menyatakan
bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana
oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan sampah dapat
menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi. Lokasi TPS Samaan berada kurang
lebih 1,5 meter dari bahu anak jalan dan di bagian belakang TPS terdapat pasar.
Tumpukan sampah tersebut tidak menyebabkan air lindi karena sampah tersebut
hanya sebentar berada di tempat tersebut dan kemungkinan belum terjadi
degradasi bahan organik. Namun lokasi TPS yang berada di tempat yang ramai
dapat mengganggu warga yang melintasi jalan dan yang mengunjungi pasar
tersebut.

Kesimpulan
1. Jarak TPS Samaan berada kurang lebih 1,5 meter dari bahu anak jalan dan
di bagian belakang TPS terdapat pasar, sedangkan menurut standar SNI
03-3241-1994 jarak minimal dengan pemukiman adalah 500 m3.
2. Sampah yang dihasilkan di TPS Samaan, Jalan Sendang Biru, Lowokwaru,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur dalam sehari adalah
sampah plastik 20,8 kg, sampah kertas dan kardus 4,8 kg, dan sampah
organik 64 kg, dapat dihitung jumlah buangan sampah per KK di
kelurahan Samaan yaitu sampah plastik 0,208 kg, sampah kertas dan
kardus 0,048 kg dan sampah organic 0,288 kg. Total sampah yang
dihasilkan per-kartu keluarga adalah 0,544 kg.
3. Perlu adanya strategi peningkatan fungsi TPS, menjadi tempat pengolahan
sampah untuk mereduksi jejak karbon dan mengurangi beban TPA

Saran
Dalam pelaksanaan praktikum lapangan selanjutnya akan lebih baik jika
pelaksanaan didampingi asisten praktikum, agar tidak terdapat kesalahan prosedur
dan data yang diperoleh valid.

Daftar Rujukan
Anschutz J., J. IJgoss, and A. Scheinberg. 2004. Putting Integrated Sustainable
Waste Management Into Practice Using The ISWM Assessment
Methodology. Gouda Netherland: Netherlands Agency for International
Cooperation (DGIS).
Arief, Sofyan. 2013. Pengelolaan Sampah Malang Raya Menuju Pengelolaan
Sampah Terpadu yang Berbasis Partisipasi Masyarakat. Jurnal Humanity.
Vol. 8 (2).
BPS Kota Malang. 2011. Kota Malang Dalam Angka. Malang: Biro Pusat
Statistik Kota Malang.
Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan
Teknologi Lingkungan. Vol. 3 (1).
Sunarto, Hadi, P.S, Purwanto. 2013. Pengolahan Sampah di TPS Tlogomas
Malang untuk Mereduksi Jejak Karbon. Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai