Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI DENGAN FRAKTUR OS CLAVIKULA

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedah
RSUD Dr. R Soedjati Purwodadi

Pembimbing : dr. H.M. Nasir Zubaidi, Sp.OT

Disusun oleh : Azimatul Ulfah (012116345)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Oleh :

Azimatul Ulfah 012116345

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat mengikuti
kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah RSUD Dr. R Soedjati Purwodadi

Purwodadi, Januari 2017

Mengetahui,
Pembimbing

dr. H.M. Nasir Zubaidi, Sp.OT


LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. F

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Purwodadi

Pekerjaan : Swasta

Status : Menikah

Suku : Jawa

Agama : Islam

Tanggal MRS : 15 Desember 2016

No. Rekam medik : 00046498

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Kecelakaan Lalu Lintas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD dr. R. Soedjati bersama keluarga beserta pihak kepolisian
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien datang dengan keadaan tampak sakit
berat dan beberapa luka pada tubuhnya. Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor
di jalan raya dan saat terjadi kecelakaan tersebut pasien mengalami pingsan sehingga
tidak di dapatkan anamnesis secara jelas baik langsung dari pasien maupun dari
keluarga atau saksi yang ada. Saat di bawa ke IGD Rumah Sakit terlihat pasien
mengeluh kesakitan dan tampak beberapa luka pada wajah, kepala dan ekstremitas
baik ekstremitas bawah maupun ekstremitas atas. Terdapat jejas pada bagian dada
dan bengkak pada bahu kanan. Pasien mengatakan bahu sebelah kanan nyeri dan
tidak bisa digerakkan serta mengluh kepala pusing dan terasa mual. Tidak ada
hematom maupun jejas pada kepala dan terdapat luka lecet pada ekstremitas bawah
yaitu pada lutut dan sekitar kaki terdapat jahitan luka.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa : Disangkal

Riwayat hipertensi : Disangkal

Riwayat alergi : Disangkal

Riwayat kencing manis : Disangkal

Riwayat penyakit Ginjal : Disangkal

Riwayat penyakit jantung : Disangkal

Riwayat maag : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat kencing manis : Disangkal
Riwayat penyakit Ginjal : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat maag : Disangkal
5. Riwayat Pengobatan
6. Riwayat Kebiasaan

III. ANAMNESIS SISTEM

1. Sistem serebrospinal : DBN


2. Sistem kardiovaskular : DBN
3. Sistem pernafasan : DBN
4. Sistem gastrointestinal : DBN
5. Sistem urogenital : DBN
6. Sistem integumentum : DBN
7. Sistem muskuloskeletal : Pasien mengatakan bahwa bahu kanan terasa sakit, dan
tidak bisa digerak kan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : sakit berat

2. Kesadaran : Compos mentis

3. TB : 169 cm

4. BB : 63 kg

5. BMI : 22,05

6. Vital Sign

- Tekanan darah : 144/83 mmHg


- Nadi : 97x/menit
- Pernafasan : 20 x/ menit
- Suhu badan : 36,9 C

B. Pemeriksaan khusus
a. Kesan umum
- Rambut : Warna hitam, agak bergelombang, tidak mudah rontok
- Kulit : Warna sawo matang, lembab, turgor kulit normal
b. Mata
- Bola mata : tidak terdapat eksoftalmus
- Konjungtiva : anemia -/-, perdarahan -/-
- Sklera : ikterus -/-
- Palpebra : oedema -/-
- Pupil : isokor 3 mm/ 3mm, reflek cahaya +/+
- Lensa : katarak -/-
c. Telinga
- Bentuk : normal
- Lubang : normal
- Pendengaran : dalam batas normal
- Perdarahan : telinga bagian kanan
d. Hidung
- Pernafasan cuping hidung tidak ada
- Tidak tampak adanya perdarahan.
e. Mulut
- Bibir : tidak ada kelainan kongenital, sianosis (-), oedem (-)
Tampak luka pada bibir pasien akibat benturan.
- Lidah : ukuran normal, tidak kotor, tidak tremor
- Gigi : tidak ada yang goyang, karies (-)
- Mukosa : hiperemi (-)
f. Leher
- Deviasi trakea : -

- Kaku kuduk :-
- Tiroid : tidak ada pembesaran
- JVP : tidak ada peningkatan JVP
- KGB : tidak ada pembesaran
g. Thorak
- PULMO
- Pulmo anterior
o Inspeksi : simetris, ketertinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-),
pergerakan otot bantu pernafasan (-/-)
o Palpasi : fremitus vokal N/N, nyeri tekan (-), gerakan dada
simetris, tidak ada ketertinggalan gerak.
o Perkusi : hemithorax dextra et sinistra sonor
o Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki-/- , Wheezing -/-
Pulmo posterior
o Inspeksi : nafas teratur, pergerakan simetris
o Palpasi : fremitus vokal N/N, gerakan simetris
o Perkusi : sonor +/+
o Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki-/-, wheezing -/-
- COR :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-), reurgitasi mitral (-), gallop (-)
h. Abdomen
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Ren tidak teraba
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
i. Ekstremitas :
- Superior : Akral dingin -/-, Oedema -/-, capillary refill <2 detik
Tampak luka pada siku kanan dan kiri pasien serta beberapa jejas. Tampak
bengkak pada bahu kanan pasien dan tidak bisa digerakkan serta pasien
sangat merasa kesakitan.
- Inferior : tampak luka pada lutut kanan dan kiri pasien serta jahitan
pada punggung kaki kanan. Akral dingin -/+, Oedema -/+ pada lokasi
kemerahan, nyeri tekan -/+ capillary refill <2 detik

V. DAFTAR MASALAH
Subjektif : Badan sakit dan bahu kanan tidak bisa digerakkan.
Objektif :
- Pada pemeriksaan fisik tampak luka pada wajah, Bahu kanan pasien bengkak
dan tidak bisa digerakkan serta jejas pada sekitar dada dan luka pada kedua siku
tangan kanan dan kiri, luka pada lutut kaki kanan dan kiri.
IV. HIPOTESIS
Fraktur Os Clavicula Dextra
V. PLANNING
Diagnostik :
X-Foto Clavicula Dextra
CT scan
Terapi :
- Inf RL 20tpm
- O2 2L/mnt
Monitoring : KU, TTV
Edukasi :
o Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit
yang diderita
o Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan menjelaskan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila hasil pemeriksaan tersebut
selesai dan memerlukan penanganan lebih lanjut.
o
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium tanggal 15 Desember 2016

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Hb 16,4m/ul (L 14-18, P 12-16 g/dl)
Leukosit 22000 mm3 (4000-10.000) mm3
Eritrosit 5.400.000 4,5-5,5 juta
Trombosit 274.000 mm3 150.000-500.000 mm3
CT 5,07 menit 2-6 menit
BT 1,15 menit 1-6 menit
GDS 109 mg/dl 74-110 mg/dl
Albumin 3,90 g/dl 3,8-5,4 mg/dl
K+ 5,30 mm/L 3,6-5,5 mm/L
Na+ 133,2 mm/L 135/155 mm/L
Cl- 98,1 mm/L 95-108 mm/L
HbsAg -

2. Hasil X-Foto

Fraktur Clavicula Dextra

3. Hasil CT Scan Kepala


Tidak tampak kelainan dan tidak tampak tanda tanda peningkatan TIK

DIAGNOSIS

Fraktur Clavicula Dextra

IX. PENATALAKSANAAN
- Inf RL 20 tpm
- O2 2L/mnt
- Dilakukan Reposisi Os.Clavicula pada tanggal 20 Oktober 2016 oleh dr.Sp.OT
pada pukul 20.00 sampai dengan pukul 20.30. Post operasi keadaan pasien stabil
dan dapat kembali ke bangsal untuk pemulihan post operasi.
Terapi Post Operasi

Inj Lapixime 3x1

Inj Ketorolac 3x1

Per Oral Lapitex 2x1 tab

Caldex 1x1 tab

Analtram 2x1 tab


X. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

FOLLOW UP
TGL S O A P

15Desem Pasien KU/Kes: Fraktur


ber 2016 mengatakan sedang/CM os.clavicula
Inj Lapixime 3x1
masih sedikit
VS: Cidera
pusing, badan Inj Ketorolac 3x1
Kepala
sakit semua dan TD 130/70
ringan Per Oral
bekas operasi mmHg
terasa sakit dan Lapitex 2x1 tab
N 88x/menit
perih
Caldex 1x1 tab
R 17x/menit
Analtram 2x1 tab
S 36 C
(Ganti balut luka
minimal 2 hari
K/L: sekali)

CA: -/-

SI: -/-

Perdarahan
telinga kanan
sudah berhenti

Thorak: masih
terdapat beberapa
jejas luka
Pulmo:

I: simetris

P: fremitus vokal
kanan = kiri

P: sonor

A: Suara nafas
vesikuler di kedua
lapang paru,
ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

Jantung :

I: iktus cordis
tidak tampak

P: iktus cordis
tidak teraba

P: Redup

A: S1 > S2,
reguler, murmur
(-) regurgitasi
mitral, gallop (-)

Abdomen:

I: Perut tampak
datar

A: Bising usus (+)


normal.

P: Nyeri tekan (-),


pembesaran hati
tidak teraba,
pembesaran limpa
tidak teraba.

P: Timpani

Ekstremitas:

Tampak balutan
bekas operasi
pada bahu kanan
pasien, masih
terdapat luka pada
siku kanan dan
kiri serta pada
lutut kaki kanan
dan kiri dan
punggung kaki
kanan

- Akral dingin (-)

- nyeri tekan (+)

Pada seluruh
ekstremitas
-edema (-)

- CR <2 detik

- Sianosis (-)

TGL S O A P

16 Pasien KU/Kes: Fraktur Per Oral


Desember mengatakan sedang/CM os.clavicula
Lapitex 2x1 tab
2016 sudah lebih baik
VS: Cidera
dari kemarin , Caldex 1x1 tab
Kepala
sudah tidak TD 120/70
ringan Analtram 2x1 tab
pusing dan nyeri mmHg
masih sedikit (Ganti balut luka
N 86x/menit
dirasakan pada minimal 2 hari
luka post operasi R 18x/menit sekali)
dan luka pada
S 36 C
wajah, kedua
ekstremitas
superior maupun
K/L:
inferior
CA: -/-

SI: -/-

Perdarahan
telinga kanan
sudah berhenti

Thorak: masih
terdapat beberapa
jejas luka

Pulmo:

I: simetris

P: fremitus vokal
kanan = kiri

P: sonor

A: Suara nafas
vesikuler di kedua
lapang paru,
ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

Jantung :

I: iktus cordis
tidak tampak

P: iktus cordis
tidak teraba

P: Redup

A: S1 > S2,
reguler, murmur
(-) regurgitasi
mitral, gallop (-)

Abdomen:
I: Perut tampak
datar

A: Bising usus (+)


normal.

P: Nyeri tekan (-),


pembesaran hati
tidak teraba,
pembesaran limpa
tidak teraba.

P: Timpani

Ekstremitas:

Tampak balutan
bekas operasi
pada bahu kanan
pasien, masih
terdapat luka pada
siku kanan dan
kiri serta pada
lutut kaki kanan
dan kiri dan
punggung kaki
kanan

- Akral dingin (-)

- nyeri tekan (+)

Pada seluruh
ekstremitas

-edema (-)

- CR <2 detik

- Sianosis (-)
PEMBAHASAN

Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan epifise
yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang
mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan
tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah
kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut
menghubungkan sternum ke bahu.

Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :

Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi.

Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula dengan bahu.

Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan sternum.

Anatomi

Osteologi

Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis, lebih
lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral. Pada potongan axial,
struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti
huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada
proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang
datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung dan tipis. Area
transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur penghubung yang lemah.
Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika
terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke posterior
dapat terlihat dengan jelas.
Gambar 1. Osteologi Clavicula

Ligamen medial
Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi sternoclavicular. Terdapat
beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung sendi tersebut, yang sangat diperlukan
secara anatomis apabila terjadi fraktur dan pergeseran tulang.
Ligamen kapsul
Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu ligamen kapsul.
Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari kapsul. Ligamen-ligamen ini
mungkin merupakan persendian sternoclavicular yang paling kuat dan yang menghambat
pergeseran superior dari sisi medial klavikula, dan pergeseran inferior pada sisi ujung lateral
klavikula. Kapsul posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting dalam menahan
pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi sternoclavicular.
Gambar 2. Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang tepat.

Gambar 3. Ligamen Glenohumeral.

Gambar 4. Ligamen Sternoclaviular.

Ligamen interclavicula
Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai sisi superior
sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut merenggang pada saat bahu
diangkat tetapi menghambat pergeseran yang menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula
Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari bagian atas dari iga
pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai bagian inferior dari klavikula. Kadang-
kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian medial klavikula yang menjadi tempat perlengketan
fossa rhomboid. Untuk tujuan studi tentang anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular
menstabilkan medial klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.

Ligamen coracoclavicular
Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat yang berjalan
dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian inferior dari lateral klavikula.
Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan tulang yang spesifik, sedangkan ligamen conoid
yang lebih medial berinsersi pada conoid tubercle. Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi
yang penting sebagai suspensi dari korset bahu pada klavikula.

Ligamen Acromioclavicular
Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen acromioclavicular. Pada
bagian superior, dan pada bagian posterosuperior, ligamen tersebut menahan pergeseran
anteroposterior dari distal klavikula. Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan bahwa kapsul
acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior.

Anatomi otot
Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula. Pada bagian medial,
terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari fraktur klavikula yang paling
penting, yaitu pada superomedial klavikula dengan origo pada sternocleidomastoid. Pada fraktur
pertengahan klavikula, origo tersebut di konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid
menjadi elevator medial klavikula. Pada permukaan bawah pertengahan klavikula merupakan
titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral, anterior klavikula merupakan tempat dari
origo deltoid bagian anterior dengan klavikula bagian posterosuperior juag menjadi insersi
tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang berhubungan dengan anatomi
klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi pada jaringan subcutan pada fascia cervical,
platysma mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis mayor dan menyilang pada permukaan
anterior superfisial klavikula sebelum berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.

Anatomi Neurovaskular
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular dibagi
menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling utama yaitu
saraf supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai
trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus tersebut dibagi menjadi
anterior, pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi permukaan superfisial dari
bagian dalam klavikula sampai platysma. Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan
preservasi saraf supraclavicular selama pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.
Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang pelindung pleksus
brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik, permukaan superior dari
pertengahan klavikula membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi dari
sgitiga tersebut yang penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia.

Gambar 5. Pleksus brachialis.

Mekanisme Trauma
Trauma tidak langsung
Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allmanmenjelaskan bahwa mekanisme trauma
fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu sebagai tumpuan.
Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung merupakan penyebab utama fraktur klavikula.
Stanley et al meneliti 122 pasien yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi dengan bahu
sebagai tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan
antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama penyebab fraktur klavikula
adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula, diperlukan ruda paksa secara langsung
pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas secara signifikan terulur ke bahu, akan
menyebabkan ketegangan dan bukan kompresi yang menyebabkan fraktur klavikula.

Gambar 6. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur klavikula adalah trauma pada
superolateral bahu.

Trauma langsung
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan terhadap trauma.
Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna. Mekanisme tersebut dapat terjadi baik
karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari
kekuatan otot atau posisi lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena. Aktivitas olahraga
dapat menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk bersepeda maupun bermain
ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa bersepeda merupakan penyebab utama
terjadinya fraktur klavikula baik pada laki-laki maupun perempuan.

Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa 3103 kasus fraktur ekstremitas atas atau dislokasi
pada pemain ski salju dan ski. Fraktur klavikula banyak terjadi pada pemain ski (32%)
sedangkan pemain ski salju paling banyak terkena fraktur pada pergelangan tangan (62% dari
jumlah seluruhnya).

Klasifikasi

Fraktur klavikula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk lokasi fraktur,


pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse) dan kominutif.
Klasifikasi berdasarkan Allman:
Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling sering
terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika ligamen-
ligamen costoclavicular tetap utuh. Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma,
sistem tersebut tidak membagi berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana
semua variabel tersebut sangat potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe

Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh. :


Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid utuh
sampai ke segmen distal.

Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal. Tipe IIB : Ligamen
Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.
Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular

Subgrup tipe III yaitu:

Type I: Pergeseran minimal.

Type II: Bergeser .

Type III:Intraarticular.

Type IV: Terpisah pada epifisis.

Type V: Komunitif.

Klasifikasi menurut Craig :

Grup I : Fraktur pertengahan klavikula.


Grup II: Fraktur sepertiga distal klavikula.

* Tipe 1 : pergeseran minimal (antar ligamen).


* Tipe 2: pergeseran sekunder garis fraktur medial sampai ligamen coracoclavicular.
A : Ligamen conoid dan trapezoid tetap utuh.
B : Ligamen conoid robek, trapezoid tetap utuh.
* Tipe 3: Fraktur Intra artikular.
* Tipe 4: Ligamen-ligamen menempel pada periosteum dengan pergeseran pada fragmen
proximal.
* Tipe 5: Fraktur komunitif dengan ligamen-ligamen tetap menempel dengan fragmen
komunitif bagian inferior.
Grup III Fraktur sepertiga proksimal.
* Tipe1: Pergeseran minimal.
* Tipe 2: Pergeseran yang signifikan (ligament-ligamen ruptur).
* Tipe 3: Fraktur intraartikular.
* Tipe 4: Separasi dari epifisis.
GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh
atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Fraktur
klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang
sangat tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol
akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Trauma
pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula dapat terjadi. Kerusakan
vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama pada arteri subklavia.

RADIOLOGIS

Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP. Pada keadaan
emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan proyeksi AP untuk
mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi yang lebih baik, radiografi dengan proyeksi
oblik dapat membantu. Untuk mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20
derajat dari arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.
PENANGANAN

Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai


penyembuhantulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan
bentuk.Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa
operasi.Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang. Tujuan
penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan
imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau
strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan
mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi
bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri
aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau. Fraktur 1/3 distal klavikula
tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamentcoracoclavicular atau acromioclavicular dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna.Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan
gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan
kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan
tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase
remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal.

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :


Fraktur terbuka.
- Terdapat cedera neurovaskuler.
- Fraktur komunitif.
- Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
- Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
-Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
KESIMPULAN

Pasien datang dibawa oleh ambulance dari klinik sekitar tempat kejadian
kecelakaan bersama petugas kesehatan, keluarga beserta pihak kepolisian dengan
kecelakaan lalu lintas. Pasien datang dengan keadaan tampak sakit berat dan beberapa
luka pada tubuhnya. Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor di jalan raya dan
saat terjadi kecelakaan tersebut pasien mengalami pingsan sehingga tidak di dapatkan
anamnesis secara jelas baik langsung dari pasien maupun dari keluarga atau saksi
yang ada. Saat di bawa ke IGD Rumah Sakit terlihat pasien mengeluh kesakitan dan
tampak beberapa luka pada wajah, kepala dan ekstremitas baik ekstremitas bawah
maupun ekstremitas atas. Terdapat jahitan di sekitar dahi dan luka pada wajah serta
jejas pada bagian dada dan bengkak pada bahu kanan. Pasien mengatakan bahu
sebelah kanan nyeri dan tidak bisa digerakkan serta mengluh kepala pusing dan terasa
mual. Saat ditanyakan apakah pasien muntah, pasien tidak ingat dan petugas
kesehatan yang mengirim pasien tersebut mengatakan pasien muntah 1x. Selain itu
terdapat darah yang keluar dari telinga kanan pasien. Tidak ada hematom maupun
jejas pada kepala dan terdapat luka lecet pada ekstremitas bawah yaitu pada lutut dan
sekitar kaki terdapat jahitan luka.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
terjadinya fraktur pada os clavicula dextra dan pasien mengalami cidera kepala ringan
yang ditandai dengan keluarnya darah pada telinga kanan pasien, tetapi pasien masih
sadar penuh dan tidak ada gangguan airway, breathing maupun circulation serta
kesadaran pasien masih baik ditunjukkan dengan GCS pada pasien 15.

Fraktur klavikula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, termasuk lokasi fraktur,


pergeseran, angulasi, pola fraktur (greenstick, oblik, transverse) dan kominutif.
Klasifikasi berdasarkan Allman:
Grup I : Fraktur pada pertengahan klavikula (80%). Merupakan tipe yang paling sering
terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Grup II : Fraktur pada sepertiga distal (15%).
Grup III : Fraktur pada sepertiga proximal (5%). Pergeseran minimal terjadi jika ligamen-
ligamen costoclavicular tetap utuh. Walaupun membantu dalam pembagian tempat trauma,
sistem tersebut tidak membagi berdasarkan pergeseran, kominutif, atau pemendekan, dimana
semua variabel tersebut sangat potensial dalam menentukan prognosa dan penanganan.

Neer membagi klasifikasi berdasarkan Allman tipe 2 menjadi tiga tipe

Tipe I : Ligamen coracoclavicular utuh. :


Tipe II : Ligamencoracoclavicular lepas dari segmen medial tetapi ligamen trapezoid utuh
sampai ke segmen distal.

Tipe IIA :Conoid dan trapezoid menempel sampai ke segmen distal.

Tipe IIB : Ligamen Conoid sobek, trapezoid menempel sampai ke segmen distal.

Tipe III : Intra-articular meluas sampai ke sendi acromioclavicular

Subgrup tipe III yaitu:

Type I: Pergeseran minimal.

Type II: Bergeser .

Type III:Intraarticular.

Type IV: Terpisah pada epifisis.

Type V: Komunitif.

Klasifikasi menurut Craig :

Grup I : Fraktur pertengahan klavikula.


Grup II: Fraktur sepertiga distal klavikula.

* Tipe 1 : pergeseran minimal (antar ligamen).


* Tipe 2: pergeseran sekunder garis fraktur medial sampai ligamen coracoclavicular.
A : Ligamen conoid dan trapezoid tetap utuh.
B : Ligamen conoid robek, trapezoid tetap utuh.
* Tipe 3: Fraktur Intra artikular.
* Tipe 4: Ligamen-ligamen menempel pada periosteum dengan pergeseran pada fragmen
proximal.
* Tipe 5: Fraktur komunitif dengan ligamen-ligamen tetap menempel dengan fragmen
komunitif bagian inferior.
Grup III Fraktur sepertiga proksimal.
* Tipe1: Pergeseran minimal.
* Tipe 2: Pergeseran yang signifikan (ligament-ligamen ruptur).
* Tipe 3: Fraktur intraartikular.
* Tipe 4: Separasi dari epifisis.

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh
atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Fraktur
klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang
sangat tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol
akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Trauma
pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula dapat terjadi. Kerusakan
vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama pada arteri subklavia.

RADIOLOGIS

Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP. Pada keadaan
emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan proyeksi AP untuk
mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi yang lebih baik, radiografi dengan proyeksi
oblik dapat membantu. Untuk mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20
derajat dari arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi Zairin N.2012.Buku Saku Kedaruratan di Bidang bedah Ortopedi.Jakarta:Salemba


Medika

2. Pearce ,C,Evelyn.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

3. Appley, G.A & Solomon, Louis, 2010; Ortopedi dam Fraktur Sistem apley; ninth edition
Terjemahan Widya medika. Jakarta

4. Kisner Carolyn and Lynn Colby, 2007; Therapeutic Exercise Foundations and
Tecniques; Five Edition, F A Davis Company, Philadelpia

5. Adams, C. J. 1992; Outline of Fracture Including Joint Injuries; Tenth Edition, Churchill
Livingstone, New York.

6. Putz, R dan Pabst, R. 2007. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jakarta.

7. Gartland, JJ. 1974; Fundamental of Orthopedics; Second Edition, W. B Saunders


Company, Philadelpia

8. Sjamsuhidajat, de Jong. Sistem Muskuloskeletal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3.


Jakarta: EGC, 2010. p959-1083
9. Appley, G.A & Solomon, Louis, 2010; Ortopedi dam Fraktur Sistem apley; ninth edition
Terjemahan Widya medika. Jakarta
10. Gartland, JJ. 1974; Fundamental of Orthopedics; Second Edition, W. B Saunders
Company, Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai