Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING(GUIDED INQUIRY) TERHADAP HASIL BELAJAR


SANITASI, HIGIENE DAN KESELAMATAN KERJA KOMPETENSI
DASAR PERSONAL HIGIENE DI SMKN 6 SURABAYA

Proposal ini dibuat guna untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah
Metodologi Penelitian yang di ampu oleh ibu Prof.

Disusun Oleh:
TRIMA IRAWANTO
NIM 14050394031

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA

2016

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas sumber


daya manusia (SDM). Berbagai cara digunakan oleh pemerintah untuk
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan serta kualitas pendidik yang
ada di Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta didik.
Kualitas dan kuantitas ini diharapkan mampu menyiapkan peserta didik untuk
mampu menghadapi persaingan ditingkat global. Hal ini selaras dengan
Undang Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
yang menjelaskan bahwa system pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan , peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan kesinambungan
(Furoida,2013). Langkah yang diambil pemerintah selama ini adalah
melakukan pembaharuan terhadap system kurikulum di dalam dunia
pendidikan di Indonesia.

Kurikulum KTSP 2006 yang diperbaharui ke Kurikulum 2013


memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap system dan rencana
pendidikan. Bentuk perubahan ini salah satunya adalah pergantian poros dari
teacher center dimana pendidik mendominasi pembelajaran yang menjadikan
pendidik tersebut sebagai sumber belajar menjadi student center yang lebih
mengeksplorasi siswa untuk mencari informasi yang dibutuhkan, dan
pendidik disini hanya sebagai fasilitator saja. Dampaknya adalah adanya
perkembangan strategi strategi pengajaran yang mendukung kurikulum
terbaru tersebut. Strategi tersebut bersinergis dengan materi yang akan
disampaikan oleh pendidik untuk diolah oleh peserta didik dengan melalui
pendekatan pendekatan tertentu. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mengharuskan proses

2
pembelajaran dipandu dengan pendekatan pendekatan saintifik. Kenyataan
di lapangan memperlihatkan bahwa di dunia pendidikan di Indonesia tidak
sepenuhnya mengaplikasikan pendekatan ini dengan berbagai alasan.
Kenyataan ini sangat bertentangan dengan prinsip system kurikulum terbaru
yaitu Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik tersebut.
Pendekatan saintifik tersebut berpadu dengan strategi strategi pembelajaran
dapat dikembangkan.

Strategi pembelajaran untuk Kurikulum 2013 yang telah direvisi telah


banyak dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi
Pembelajaran ini disusun oleh guru dalam proses belajar mengajar
(Nurdin,2003) yang menempatkan guru dalam kegiatan intelektual dalam
memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna
(Mulyasa,2008). Pembelajaran ini menempatkan siswa untuk mencari dan
memenukan sendiri pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru.
Kemampuan mengembangkan keterampilan scientific dalam mencari
informasi dalam rangka memecahkan masalah melatih siswa untuk
mengembangkan fakta-fakta, konsep dan menarik kesimpulan umum dari
fenomena yang dihadapkan kepada siswa. Model pembelajaran Inkuiri adalah
model pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan penggalian
informasi dari siswa. Pengembangan intelektual siswa diolah agar pengalaman
siswa dalam belajar tidak terkesan cepat hilang namun dapat bermakna di
kehidupan siswa nantinya.

Hasil pengamatan peneliti yang dilakukan di SMKN 6 Surabaya


program keahlian jasa boga memperlihatkan bahwa Model pembelajaran yang
digunakan masih merupakan pembelajaran yang konvensional/ceramah
padahal kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 (K13).
Pembelajaran ini menekankan bahwa guru adalah pusat pembelajaran
sehingga siswa tidak didorong untuk melakukan kegiatan berpikir tetapi hanya
menerima apa yang disampaikan guru. Siswa hanya mendapatkan materi dari
yang disampaikan oleh guru sehingga siswa lebih cepat bosan karena tidak
diberi kesempatan untuk mengeksplore kemampuan yang dimiliki oleh siswa

3
tersebut. Siswa tidak didorong untuk mencari sumber sumber belajar sendiri.
Dampak yang diperoleh adalah kurangnya hasil pembelajaran secara optimal.
Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) sebesar 75 % yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan harusnya guru memilih Model pembelajaran yang baru agar
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru yang menggunakan Model
pembelajaran konvensional secara langsung akan membuat siswa terpusat
padanya. Siswa akan mengalami kejenuhan karena strategi pembelajaran yang
digunakan cenderung monoton dan tidak ada sesuatu yang baru. Pemilihan
strategi pembelajaran yang baru akan membuat pembelajaran akan lebih
menarik siswa dalam belajar dan juga mampu meningkatkan hasil
pembelajaran. Peningkatkan hasil pembelajaran akan menentukan
keberhasilan siswa dalam pembelajaran dan menuntaskan Kriteria Kelulusan
Minimum yang sudah ditetapkan oleh kebijakan sekolah.

Pembelajaran tersebut menimbulkan masalah lain yaitu kurangnya


melibatkan siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa yang
memahami pembelajaran tidak dapat membantu siswa lain yang kesulitan
memahami materi pembelajaran. Berkaitan dengan prinsip tentor sebaya
bahwa biasanya siswa akan bisa jadi lebih memahami materi jika disampaikan
oleh teman sendiri karena seringnya komunikasi dan interaksi yang dilakukan
di kelas maupun di luar kelas dibandingkan oleh guru sendiri.

Satuan pendidikan untuk mengatasi hal ini dapat melakukan langkah


dengan mengganti strategi pembelajaran yang lama (ceramah) dengan strategi
pembelajaran yang baru. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
meningkatkan hasil belajar adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Model Inkuiri. Model pembelajaran Inkuiri ini adalah salah satu
Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Jean Piaget dalam membangun
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme.
Piaget (dalam Sanjaya, 2009:196) mengungkapkan bahwa pengetahuan itu
akan bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Pengetahuan
yang diperoleh dengan menemukan sendiri akan berdampak baik pada diri
siswa karena pengetahuan itu akan bertahan lama sehingga berdampak pada

4
hasil belajar yang lebih baik. Inkuiri diartikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan penemuannya dengan percaya diri (Gulo, 2002:84). Pernyataan
yang hampir sama juga diungkapkan Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(1998:164) inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Inkuiri menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Wina Sanjaya, 2009:196).
Model Pembelajaran ini sesuai jika diterapkan di dalam mata pelajaran
Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja yang ada pada Kurikulum 2013 yang
dipakai oleh SMKN 6 Surabaya. Pelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan
Kerja adalah bidang ilmu yang mempelajari dua aspek berbeda yang saling
keterkaitan. Sanitasi Higiene adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana seseorang dalam melakukan kerja dan melakukan pencegahan
terhadap keterjaminan pangan yang aman untuk dikonsumsi sedangkan
Keselamatan Kerja berkaitan dengan cara meminimalisir resiko kecelakaan
kerja Di SMKN 6 Surabaya mata pelajaran ini diajarkan di kelas X semester 1
dan 2 di program keahlian Jasa Boga. Tujuan diprogramnya mata pelajaran
sanitasi hygiene dan Keselamatan adalah untuk memberikan wawasan kepada
siswa tentang bagaimana pentingnya kebersihan dan kesehatan ketika
melakukan proses kerja serta tidak meninggalkan aspek keselamatan kerja.

Peneliti disini memilih materi Personal Higiene sebagai materi untuk


penelitian dikarenakan bahwa materi ini sangat penting mengingat bahwa
Program Keahlian Jasa Boga adalah Program yang mengajarkan bagaimana
seseorang memproduksi makanan. Produksi makanan tidak hanya membuat
makanan yang kita olah menjadi makanan yang siap santap tetapi harus
mementingkan kebersihan dan sanitasi terutama saniter dari pengolah produk
itu sendiri. Materi Personal Higiene adalah salah satu materi dalam
Kompetensi Dasar (KD) yang termuat di dalam mata pelajaran Higiene,
Sanitasi dan Keselamatan Kerja di atas. Materi ini memuat apa itu Personal

5
Higiene, Bagaimana ruang lingkupnya dan bagaimana seseorang sudah
dikatakan menerapkan prinsip dari Personal Higiene.

Berdasarkan dari permasalahan dan pendapat ahli di atas maka peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbingterhadap hasil belajar sanitasi, higiene dan keselamatan
kerja materi personal higiene di SMKN 6 Surabaya. Peneliti ingin menguji
apakah ada pengaruh penerapan Model pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Apa-kah penerapan Model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Sanitasi,
Higiene dan Keselamatan Kerja materi Personal Higiene di kelas X
semester I Jasa Boga SMKN 6 Surabaya ?
2. Apakah penerapan Model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN 6
Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja
?
3. Bagaimana respon siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN 6
Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja
materi Personal Higiene dengan penerapan Model pembelajaran
inquiri terpimpin?
4. Apakah penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN
6 Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan
Kerja materi Personal Higiene?

C. Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian menimbulkan tujuan dari penelitian
yaitu :
1. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa
Boga SMKN 6 Surabaya melalui model pembelajaran Inkuiri
Terpimpin.

6
2. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa Boga SMKN
6 Surabaya melalui model pembelajaran Inkuiri Terpimpin.
3. Untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran Sanitasi Higiene
dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa Boga SMKN 6 Surabaya
melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
4. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Sanitasi Higiene dan Keselamatan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di kelas X Jasa Boga SMKN 6 Surabaya
melalui model pembelajaran Inkuiri Terpimpin.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnya tentang
penerapan model pembelajaran Inkuiri Terpimpin
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti mengenai penerapan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbingterkait aktivitas dan hasilnya di dalam
pembelajaran
b. Untuk Sekolah (SMKN 6 Surabaya)
Sebagai alternative model pembelajaran yang dapat
ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di
dalam pembelajaran sehari-hari

7
c. Untuk Lembaga (Universitas Negeri Surabaya)
Sebagai referensi terkait penelitian tentang model
pembelajaran, khususnya model pembelajaran Inkuiri terpimpin.

8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat Model
yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik.
Model berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara
atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa Model merupakan
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran
bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan
semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat
aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan
Model bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-
langkah.
Model bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam
pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sangidu
(2004: 14) berpendapat bahwa Model adalah cara kerja yang bersistem
untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2008:7) menyatakan
bahwa Model pembelajaran ialah sebuah caracara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
Hal itu berarti pemilihan Model pembelajaran harus disesuaikan dengan
kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Model
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem
dalam menyajikan materi pelajaran. Model pembelajaran dilakukan secara
teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan
tertentu dibawah kondisi yang berbeda.

B. Model Pembelajaran Inkuiri


1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

9
Inkuiri menurut W. Gulo (2004:84-85) yaitu suatu rangkaian
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(2001:142) menyatakan bahwa inkuiri yang disebut juga penemuan
merupakan cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Pendekatan inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri
utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
(menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-
197).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pendekatan inkuiri merupakan salah satu cara penyajian
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir siswa secara kritis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
disajikan oleh guru
Penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran tentu saja tidak
terlepas dari peran guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
untuk dilaksanakannya inkuiri. Peran utama guru dalam menciptakan
kondisi inkuiri menurut W. Gulo (2004:86-87) yaitu :
a. Motivator yaitu guru sebagai pemberi rangsangan supaya siswa aktif
dan memiliki semangat untuk berpikir
b. Fasilitator yaitu guru memberikan solusi apabila siswa mengalami
hambatan dalam proses berpikir
c. Penanya yaitu guru menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri

10
d. Administrator yaitu guru bertanggung jawab terhadap seluruh
aktivitas di kelas
e. Pengarah yaitu guru mengarahkan aktivitas berpikir siswa pada tujuan
yang diharapkan
f. Manajer yaitu guru mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi
kelas
g. Rewarder yaitu guru memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
untuk meningkatkan semangat siswa
2. Strategi Pembelajaran Model Inkuiri

Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari


pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan
demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang
sangat dominan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2007).

3. Ciri Ciri Strategi Pembelajaran Inquiry


a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, strategi
inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri.
c) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai

11
bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi
pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
4. Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin

Prinsip merupakan sesuatu yang sangat mendasar yang


dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan sesuatu supaya tidak
mengalami hambatan. Oleh karena itu, apabila pendekatan inkuiri
akan diterapkan dalam proses pembelajaran harus mengacu pada
prinsip-prinsip (Wina Sanjaya, 2009:199-201) :

a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Pendekatan inkuiri mempunyai tujuan utama yaitu


mengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu, pendekatan
inkuiri berorientasi pada proses dan hasil belajar yang merupakan
bagian dari pengembangan kemampuan berpikirnya. Keberhasilan
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, melainkan
sejauh mana siswa beraktivitas untuk mencari dan menemukan
sesuatu.

b) Prinsip Interaksi

Pada proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri ada


proses interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan guru maupun
interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi mengandung pengertian bahwa penempatan guru
bukan sebagai sumber belajar melainkan sebagai pengatur interaksi
itu sendiri atau pengatur lingkungan. Guru harus mengarahkan

12
supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi tersebut.

c) Prinsip Bertanya

Prinsip bertanya sangat penting dalam menerapkan


pendekatan inkuiri ketika pembelajaran berlangsung. Kemampuan
bertanya ini harus dimiliki oleh guru karena setiap pertanyaan yang
diberikan guru akan merangsang jawaban dari dalam diri siswa
sebagai wujud proses berpikir siswa. Berbagai kemampuan
bertanya harus dikuasai oleh guru, apakah itu bertanya hanya
sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak,
bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk
menguji.

Menurut W. Gulo (2004:103) prinsip bertanya ada dua


macam yaitu prinsip bertanya dasar dan prinsip bertanya lanjut.
Prinsip bertanya dasar bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dasar yang terdiri dari pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension) dan aplikasi.
Sedangkan prinsip bertanya lanjut bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-inovatif yang
meliputi analisis, sintesis dan evaluasi.

d) Prinsip Belajar untuk Berpikir


Belajar merupakan proses berpikir (learning how to think)
yaitu proses mengembangkan kemampuan seluruh otak (otak kanan
dan otak kiri). Jadi belajar yang baik harus memperhatikan
keseimbangan kemampuan berpikir otak kanan dan otak kiri.
e) Prinsip Keterbukaan

Belajar sebagai proses untuk mencoba segala kemungkinan.


Maka dari itu, siswa perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika dan penalarannya.
Pembelajaran akan bermakna apabila menyediakan kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya dan dalam

13
hal ini guru harus menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis serta
membuktikan kebenarannya secara terbuka.

5. Karakteristik Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Inkuiri berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara
berpikir ilmiah, pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak
belajar mandiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan
masalah (Syaiful Sagala, 2003:196). Pada saat pembelajaran siswa
benar-benar sebagai subjek yang belajar. Melalui kegiatan sendiri dalam
bentuk kegiatan kelompok untuk memecahkan permasalahan yang
diberikan guru. Menurut Suchman (dalam Hamzah B.Uno, 2007:14)
adanya pembelajaran inkuiri terbimbingadalah karena beberapa hal
seperti:
a) Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk
mencari tahu,
b) Menyadari keingintahuan dan belajar untuk menganalisis
strategi berpikirnya,
c) Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambah
dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa, dan
d) Inkuiri dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu
siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat
tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi
alternatif.
6. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Inkuiri
Pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri seperti yang dikutip
dari Wina Sanjaya (2009:202) meliputi orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
merumuskan kesimpulan.
a) orientasi
Pada tahapan ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan pembelajaran. Guru juga harus menjelaskan topik, tujuan
dan hasil belajar yang akan dicapai. Langkah-langkah pembelajaran

14
inkuiri yang akan dilaksanakan juga dijelaskan pada tahapan ini. Hal ini
agar memberi motivasi serta pemahaman kepada siswa.
b) merumuskan masalah,
Persoalan yang disajikan berupa pertanyaan yang sifatnya
menantang siswa untuk berpikir. Pertanyaan harus mengandung konsep
yang harus dicari dan ditemukan.
c) merumuskan hipotesis,
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Guru dapat mengembangkan
kemampuan berhipotesis dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara.
d) mengumpulkan data,
Mengumpulkan data adalah aktivitas mengumpulkan informasi
untuk menguji hipotesis. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e) menguji hipotesis,
Kegiatan ini berupa menentukan jawaban yang dianggap dapat
diterima sesuai dengan data yang sudah dikumpulkan.
f) merumuskan kesimpulan.
Kegiatan siswa pada tahapan ini berupa proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Tabel 2.1. Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri

No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


1 Orientasi Mengkondisikan agar Mempersiapkan diri secara
siswa siap fisik dan mental untuk
melaksanakan melakukan pembelajaran
pembelajaran.
Menjelaskan topik,
tujuan, langkah-
langkah, hasil belajar

15
yang akan dicapai, dan
apersepsi.
2 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan masalah
masalah untuk merumuskan
masalah
3 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan jawaban
hipotesis untuk merumuskan sementara berdasarkan
jawaban sementara rumusan masalah
4 Mengumpulkan Membimbing siswa Mengumpulkan
data dalam mengumpulkan informasi/data
informasi/data dan Menguji hipotesis
menguji hipotesis berdasarkan data yang
dikumpulkan
5 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan kesimpulan
kesimpulan untuk merumuskan
kesimpulan

7. Jenis Jenis Model pembelajaran Inkuiri


Model Pembelajaran Inkuiri sendiri dibagi menjadi 3 yaitu
inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas dan inkuiri modifikasi
a. Inkuiri terbimbing
Menurut Sund dan Trowbridge dalam E. Mulyasa
(2007:109) Inkuiri terbimbing (guide inquiry) Inkuiri
terbimbingmerupakan pendekatan inkuiri yang menggunakan
pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk
membimbing siswa. Jadi tugas guru dalam pendekatan ini adalah
membimbing dan mengarahkan siswa secara luas serta menyusun
perencanaan pembelajaran. Pemberian bimbingan oleh guru
disesuaikan dengan tingkat perkembangan pengalaman siswa.
Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.

Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing ini sesuai untuk


siswa yang belum berpengalaman dalam pendekatan inkuiri. Hal
ini dikarenakan siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran

16
tentang konsep atau suatu gejala melalui kegiatan pengamatan dan
pengumpulan data sehingga dapat ditarik kesimpulan padahal
siswa SMKN 6 Surabaya Program Keahlian jasa Boga belum tentu
sudah ada yang pernah melakukan Model pembelajaran inkuiri
terpimpin. Jadi, Siswa akan melakukan percobaan untuk
menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan oleh guru.
Sedangkan guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-
langkah percobaan.

1) Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Strategi pembelajaran inkuiri menurut banyak ahli pendidikan


memiliki banyak kelebihan. Menurut Carin and Sund dalam
Sudjana (2005), pembelajaran dengan penemuan terbimbingsangat
dianjurkan. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan sebagai
berikut.
a) Pembelajaran dengan penemuan terbimbing lebih
mengaktifkan siswa dalam memecahkan masalah, sehingga
siswa belajar dari pengalaman langsung.
b) Penemuan terbimbingmempunyai kemungkinan untuk
meningkatan hasil yang diharapkan.
c) Siswa yang berada pada taraf berpikir operasional konkrit akan
lebih baik belajar pengetahuan bernalar melalui diskusi
terbimbingberdasar pada pengalaman belajar langsung yang
disediakan oleh guru.
d) Adanya kegiatan dalam kelompok mengarahkan semua siswa
berpartisipasi dalam proses konstruksi, bekerja sama, berbagi
pendapat, dan saling belajar satu sama lain.
Mempertegas pendapat tersebut, Wina Sanjaya (2008: 208)
juga mengungkapkan beberapa keunggulan strategi pembelajaran
inkuiri apabila diterapkan dalam pembelajaran.
a) Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
sehingga pembelajaran ini menjadi lebih bermakna.

17
b) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajarnya.
c) Pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
b. Inkuiri Bebas
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah
secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit


diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan
siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai
alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain
itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru
atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.

Belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,


antara lain:

a) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama


sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum,

18
b) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum

c) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai


topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang
lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,

d) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual


berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya
kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau
individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana
yang diharapkan.

Karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri bebas ialah:

a) siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan


observasi khusus untuk membuat inferensi

b) sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan


data yang kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi
yang sesuai

c) guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan


materi inisiasi

d) dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-


pertanyaan tanpa bimbingan guru

e) ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas


dapat berfungsi sebagai laboratorium

f) kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan


inferensi serta melalui interaksi dengan siswa lain

g) guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa, dan

19
h) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi
yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam
kelas.

Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiatan inkuiri


harus dapat mengarahkan siswa pada penentuan cara kerja yang tepat
serta asumsi mengenai kesimpulan yang akan diperoleh. Pertanyaan
yang menjadi pangkal kegiatan inkuiri sangat penting bagi siswa
yang belum berpengalaman dalam belajar secara mandiri. Peran guru
dalam melatih siswa untuk menyusun pertanyaan yang dapat
mengarahkan pada kegiatan penelitian sangat penting. Dengan
menentukan kriteria pertanyaan ilmiah dan tidak ilmiah, Marbach-
Ad & Classen, (2001) hanya berhasil mengantarkan sekitar 41%
mahasiswa tingkat awal untuk mampu merumuskan pertanyaan yang
dapat mengarahkan pada penelitian. Fakta ini menunjukkan bahwa
melatih siswa untuk merumuskan pertanyaan yang dapat mendorong
inkuiri tidak mudah. Oleh karena itu, guru harus berusaha
mengembang-kan inkuiri mulai dari melatih siswa untuk
merumuskan pertanyaan. Bagi siswa sekolah menengah khususnya
di Indonesia kegiatan inkuiri perlu dilatih secara bertahap, mulai dari
inkuiri yang sederhana (inkuiri-terbimbing) kemudian dikembangkan
secara bertahap ke arah kegiatan inkuiri yang lebih kompleks dan
mandiri (inkuri-bebas)

c. Inkuiri yang Dimodifikasikan ( modified inquiry)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari


dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.
Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau

20
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari
gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi


memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara
mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri
penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat
menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi
dengan siswa dalam kelompok lain

C. Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya
berisikan Identitas Mata Pelajaran Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KI), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.
Silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai
berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa saja yang seharusnya diskenariokan oleh
guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-
sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KI dan SK.

21
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
g. Sumber Belajar
2. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur, dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan. Dalam standar isi
yang telah dijabarkan dalam silabus. Ruang lingkup rencana
pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang
terdiri atas 1(satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan
atau lebih. Secara definisi rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua
aktivitas yang akan dilakukan pada masa kini dan masa yang akan
datang dalam rangka mencapai tujuan (Mulyasa 2007)
Proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) No 19 tahun 2005 pasal 20 berbunyi bahwa perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pemebelajaran, materi
pembelajaran, metode 28 29 pembelajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar.
Penerapan kegiatan perencanaan dalam proses pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan
dilakukan di ruang kelas dalan kaitannya dengan upaya untuk mencapai
tujuan dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Konteks pendidikan berbasis kompetensi,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut adalah
kompetensi yang harus dimiliki siswa, sehingga rencana pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang 31 akan

22
dilakukan dalam kaitannya dengan upaya mencapai kompetensi yang
diharapkan, yakni kompetensi kognitif, afektif, dan kompentensi
psikomotor.
3. Media Pembelajaran
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan
alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman dalam
yayan,2012). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang
digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya
proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media
pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan
dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Anderson dalam yayan (2012), media dapat dibagai dalam dua kategori,
yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media
pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat
untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan)
yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran
disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT,
film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda
sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan
untuk memperjelas materi pembelajaran.
Pembelajaran Hamalik (1986) yang dikutip yayan (2012)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan
media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat
membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan
isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.
Maksudnya bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya

23
bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang
mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang
melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan
betapa pentingnya media pemebelajaran karena media pemebelajaran
membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-
murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan
pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Levie & Lentsz (1982) yang dikutip Yayan (2012),
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi
Kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta
didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media
visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi
perkuliahan semakin besar.
4. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi dalam pembelajaran. Abdul Majid (2008:170)
mengungkapkan bahwa sumber belajar ditetapkan sebagai informasi
yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat
membantu siswa dalam belajar, sebagai perwujudan dari kurikulum.
Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video,
perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut yang
dapat digunakan siswa dan guru.
Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan, orang, dan benda yang mengandung imformasi yang

24
menjadi wahana bagi siswa untuk melakukan proses perubahan
perilaku. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat membantu
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya (2010: 175)
menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sumber belajar disini
meliputi, orang, alat dan bahan, aktivitas, dan lingkungan.
D. Tes Hasil Belajar
1. Tes
Anne Anastasi (dalam Sudijono, 2001: 66), yang dimaksud dengan
tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Sudijono (2001: 67) menyatakan bahwa tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu
dengan yang lain. Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.
2. Validasi tes
Azwar dalam matondang (2009) menyatakan bahwa validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya
hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.
Suryabrata dalam matondang (2009) menyatakan bahwa validitas
tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes

25
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari
obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Sudjana dalam Matondang (2009) menyatakan bahwa validitas berkenaan
dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Pengujian intrumen penelitian yang akan diujikan kepada siswa
harusnya diuji oleh ahli terlebih dahulu. Pengujian ini bermaksud untuk
mendapatkan instrument yang relevan untuk diujikan kepada siswa.
3. Analisis tes
a. Penskoran
b. Rangking
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hal pokok dalam kegiatan belajar mengajar dalam lembaga formal
meliputi tujuan pengajaran / instruksional, pengalaman / proses belajar
mengajar dan penilaian / hasil belajar. Ketiga unsur pokok tersebut saling
terkait satu sama lain. Nana Sudjana (2005) mengatakan bahwa suatu
kegiatan penilaian dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk
hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman
belajarnya.
E. Mulyasa (2006: 248) mempertegasnya dengan mengungkapkan
bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara
keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan perilaku yang bersangkutan. Penilaian ini bisa langsung
dilakukan oleh guru setelah semua materi selesai atau juga setelah
beberapa materi selesai. Perubahan perilaku dalam belajar terdiri dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pengertian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku

26
siswa akibat dari adanya proses belajar yang terdiri aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
2. Klasifikasi Hasil Belajar

a. Ranah Kognitif
Nana Sudjana (2009:22) menjelaskan bahwa ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek.
Lorin W Anderson, et al (2010: 100-102) menguatkan bahwa ranah
kognitif terdiri dari mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
1) Mengingat (C1)
Lorin W Anderson, et al (2010: 100) menjelaskan bahwa
mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Lebih lanjut Nana Sudjana (2009:23) mengungkapkan tipe hasil belajar
ranah kognitif mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling
rendah namun menjadi prasyarat bagi pemahaman konsep-konsep lainnya.
Hafalan biasanya berupa fakta-fakta seperti nama orang, tempat, teori,
rumus, istilah batasan, atau hukum. Kata kerja operasional yang termasuk
dalam ranah kognitif ini yaitu mengidentifikasi, menyebutkan,
menunjukkan, menjodohkan, memilih, memberikan definisi dan
menyatakan.
2) Memahami (C2)
Menurut Lorin W Anderson, et al (2010: 100) memahami
merupakan kegiatan mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh guru.
Selanjutnya Nana Sudjana (2009:24) mengungkapkan tipe hasil
pengetahuan misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri apa
yang dibaca atau didengarnya dan memberi contoh lain dari apa yang telah
dicontohkan. Kata kerja operasional yang termasuk dalam ranah ini yaitu
menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah,
memberikan contoh tentang, menyadur, meramalkan, menyimpulkan,
memperkirakan, menerangkan, menggantikan, menarik kesimpulan,
meringkas, mengembangkan, dan membuktikan.

27
3) Mengaplikasikan (C3)
Lorin W Anderson, et al (2010: 101) mengatakan bahwa
mengaplikasikan adalah kegiatan menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur ke dalam keadaaan tertentu. Nana Sudjana (2009:25) juga
mengungkapkan bahwa mengaplikasikan adalah kegiatan menggunakan
abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Kata kerja operasional
dari tingkat kognitif 3 yaitu mendemonstrasikan, menghitung,
menghubungkan, memperhitungkan, membuktikan, menghasilkan,
menunjukkan, melengkapi, menyedikan, menyesuaikan, dan menemukan.
4) Menganalisis (C4)
Lorin W Anderson, et al (2010 : 101) mengatakan bahwa
menganalisis adalah kegiatan memecah-mecah materi menjadi bagian-
bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu
dan hubungan antarabagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau
tujuan. Pernyataan yang hampir sama juga dikemukakan Nana Sudjana
(2009:27) analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Kata kerja
operasional dari tingkat kognitif 4 yaitu, menerima, menyisihkan,
menghubungkan, memilih, membandingkan, mempertentangkan,
membagi, membuat diagram, menunjukkan hubungan antara, dan
membagi.
5) Mengevaluasi (C5)
Lorin W Anderson, et al (2010 :102) menjelaskan bahwa
mengevaluasi adalah kegiatan mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan/ atau standar. Pernyataan tersebut diperjelas Nana Sudjana (2009:28)
evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai suatu yang dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dan
sebagainya. Kata kerja operasional dari tingkat kognitif 4 yaitu
memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengevaluasi,
memberikan argumentasi, menafsirkan, membahas, menyimpulkan,
memilih antara, menguraikan, membedakan, melukiskan, mendukung, dan
menolak.

28
6) Mengkreasi / mencipta (C6)
Menurut Lorin W Anderson, et al (2010 :102) mengkreasi atau
mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren atau untuk membuat sesuatu produk yang orisinal.
Definisi operasional dari kemampuan ranah mencipta yaitu merumuskan,
merencanakan dan memproduksi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi (Nana Sudjana, 2009: 29-30).
f) Menerima atau receiving
Semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar
yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
sebagainya.
g) jawaban atau responding
Reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar.
h) penilaian atau valuing
Penilaian berkaitan dengan nilai dankepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
i) organisasi
Pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
j) internalisasi / karakteristik
Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Aspek ini terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

29
interpretatif (Nana Sudjana, 2009:22). Berdasarkan penjelasan tentang
hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang
diperoleh siswa mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

E. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja


a. Hakikat Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja
Sanitasi makanan menurut Sihite dalam Eny (2012)
merupakan suatu usaha pencegahan untuk membebaskan makanan
dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu, merusak
kesehatan, mulai dari minuman itu sebelum diproduksi.
Mukono dalam Zafirah (2012) mengatakan Hygiene adalah
suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang
membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik
perorangan maupun melalui masyarakat Sedangkan menurut
Azwar dalam Zafirah (2012) Hygiene adalah usaha kesehatan
masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan.
Sumamur dalam Syafutra (2011) mengungkapkan
keselamatan kerja merupakan suatu rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang berkerja di perusahaan yang bersangkutan. Moenir
dalam Syafutra (2011) mengemukakan keselamatan kerja adalah
suatu keadaan dalam lingkungan /tempat kerja yang dapat
menjamin secara maksimal keselamatan serta kesehatan orang
orang yang berada didaerah/ditempat tersebut, baik orang tersebut
pegai maupun bukan pegawai organisasi kerja itu. Keselamatan
kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan,
tempat kerja dan lingkungan, serta cara cara melakukan
pekerjaan.
Definisi di atas dapat menyimpulkan bahwa Sanitasi
hygiene adalah suatu usaha pencegahan untuk membebaskan

30
makanan dan minuman dari segala bahaya mencakup seluruh
faktor yang membantu atau mendorong adanya kehidupan yang
sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat dan
Keselamatan kerja adalah suatu keadaan dalam lingkungan /tempat
kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan serta
kesehatan orang orang yang berada didaerah/ditempat tersebut

b. Proses Belajar Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja


Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam proses
pembelajaran adalah mata pelajaran yang dapat diaplikasikan
didalam mata kuliah praktik yang lain. Sanitasi Higiene dan
Keselamatan Kerja adalah mata pelajaran dasar yang setiap
penerapanya dapat diaplikasikan baik dalam dunia pendidikan dan
juga dunia kerja karena di dalam mata pelajaran ini mengatur
adanya suatu kesinergisan antara Pengolah makanan, makanan
yang diolah, dan lingkungan pengolahanya
c. Materi Personal Higiene
Potter & Perry dalam Siregar (2015), personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya. Pendapat ini merujuk bahwa
d. Hasil belajar Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja
Hasil belajar yang diharapkan dari mata pelajaran ini adalah
siswa dapat mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dalam dunia
nyata dan pekerjaan secara baik dan benar.

31
32
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di

kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

(Arikunto, dkk, 2009:58). Arikunto menegaskan PTK merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan

tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh

siswa. (Arikunto, dkk, 2009:3).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research). karena

dalam penelitian ini peneliti melakukan sesuatu tindakan, mengamati dan

melakukan perubahan terkontrol dan dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dan penelitian ini juga disebut

eksperimen karena peneliti mencoba melakukan perubahan model

pembelajaran pada materi yang sama. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan langsung oleh guru sebagai penanggung jawab dibantu oleh

teman sejawat sebagai observer. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini

adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas, dimana guru secara penuh

terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi

33
B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diambil sekaligus sampelnya adalah siswa kelas X


semester I SMKN 6 Surabaya. Siswa dipilih karena pertimbangan
memiliki kompetensi yang tinggi untuk bisa melakukan pembelajaran
sesuai dengan model pembelajaran inkuiri terpimpin.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang diambil oleh peneliti adalah SMKN 6
Surabaya di Jl. Margorejo 76, Wonocolo Surabaya. SMKN 6 Surabaya
mengampu program keahlian Jasa Boga yang di dalamnya adalah ada
mata pelajaran Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja yang
diprogramkan di kelas X semester I.
b. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian membutuhkan 3 kali tatap muka untuk melihat
untuk melihat adanya reliabilitas dari pengujian sampel yang relevan.
Tanggal penelitian yang direncanakan adalah antara minggu 2 3
bulan agustus pada pertemuan 3 5 berkaitan dengan silabus dan RPP
yang sudah di rencanakan
D. Siklus Penelitian
Tujuan dari diadakannya PTK ini agar dapat tercapai, maka
diperlukan tindakan - tindakan nyata dengan refleksi terhadap tercapainya
tujuan penelitian. Tindakan yang peneliti gunakan adalah model Kemmis
dan Mc. Taggart dari Deakin University, Australia dengan menggunakan
alur siklus yang secara garis besar tergambar sebagai berikut :

34
E. Rancangan Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2010: 220) berdasarkan partisipasi peneliti dalam kegiatan
pengumpulan data, metode observasi dapat dilakukan dengan partisipatif
(partisipatory observation) maupun non partisipatif (non partisipatory
observation). Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi jenis
non participant observation. Hal ini dikarenakan peneliti tidak ikut serta
dalam kegiatan hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.
2. Tes

35
Tes yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
tes hasil belajar dalam bentuk soal objektif tipe pilihan ganda. Tes hasil
belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada saat pre test
dan posttest. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui ada tidaknya
pengaruh dan perbedaan hasil belajar dari penerapan strategi pembelajaran
inkuiri terbimbingdan pembelajaran konvensional. Hasil tes yang
dikerjakan siswa selanjutnya diberi skor agar diperoleh data kuantitatifnya.
Jawaban tes objektif apabila bernilai benar maka diberikan skor = 1, untuk
jawaban bernilai salah maka diberikan skor = 0
G. Instrumen Penelitian
a. Kisi kisi instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar


observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi digunakan untuk
mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Instrumen tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan bentuk soal
pilihan ganda.

b. Lembar observasi

1) Soal tes hasil belajar


Soal tes hasil belajar diuji validitasnya menggunakan pengujian
validitas isi, validitas konstruk dan validitas eksternal. Validitas isi
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi
rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan pada kisi-
kisi instrument yang telah disusun. Pengujian validitas konstruk
peneliti melakukan expert judgement atau pendapat ahli.
2) Validitas tes
Lembar observasi diuji validitasnya menggunakan pengujian
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan isi rancangan yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan pada kisi-kisi instrument yang
telah disusun. Pengujian validitas konstruk peneliti melakukan expert
judgement atau pendapat ahli untuk mengetahui apakah pernyataan
yang disusun pada lembar observasi sudah relevan atau belum.

36
Sugiyono (2009: 121), menyatakan bahwa instrumen yang valid
adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi dan sebaliknya. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan
pengujian validitas konstruk, pengujian validitas isi dan pengujian
validitas eksternal. Pengujian validitas konstruk adalah pengujian
validitas instrumen yang menggunakan pendapat dari ahli (expert
judgment). Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan
diukur berdasarkan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan. Instrumen yang
akan dilakukan pengujian dalam penelitian ini berupa lembar
observasi dan soal tes hasil belajar. Secara lebih jelasnya pengujian
yang dilakukan akan dijelaskan sebagai berikut.
Reliabilitas tes
Menurut Sugiyono (2009: 173) instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda akan tetap
menghasilkan data yang sama. Pendapat tersebut dipertegas Suharsimi
Arikunto (2006:178), reliabilitas menunjukkan keterandalan sesuatu.
Untuk menghitung reliabilitas :

Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan r table


(rxy) dimana df = n 2 dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal

37
instrumen hasil belajar dikatakan valid jika rhitung > rtabel. (V.
Wiratna Sujarweni, 2007: 187).
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial karena data akan
digeneralisasikan untuk populasi. Statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2009: 148).

38
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen (Revisi Taksonomi Bloom).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi


Revisi V.Jakarta: Rineka Cipta

Gulo, W.2002.Metodologi Penelitian.Jakarta: Grasindo

Hariyati,Dwi.2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri TerbimbingTerhadap


Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Siswa Kelas V Sd Se-Gugus
Dewi Sartika Purwodadi Purworejo Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Hidayati. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyani Sumantri Dan Johar Permana.2001.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta :


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


Dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya

Mulyasa, E.2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


Dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

Nurdin, Syafruddin.2003.Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum.Jakarta:


Ciputat Press

Sangidu. 2004. Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode Dan Kiat.
Yogyakarta: Ugm.

Sanjaya, Wina. 2007.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Kencana,

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

39
Sanjaya, Wina.2009.Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses
Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group

Siregar.2015.Pengertian Hygiene Menurut Para Ahli Diakses Pada 20 November


2016 Di repository.usu.ac.id
Sudjana, Nana.2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
Algesindo,

Sudrajat,Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik Dan


Model Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D). Bandung: Alfabeta
Syafutra.2011.Pentingnya Penerapan Hygiene Dan Sanitasi Diakses Pada 20
November 2016 Di repository.usu.ac.id
Undang-Undang Ri No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),,
(Bandung : Cv. Nuansa Aulia, 2005)

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar


Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Zafirah.2012.Higiene Sanitasi Diakses Pada 20 November 2016 di


repository.usu.ac.id
YAYAN.2012.Pengertian Media Pembelajaran (online) diakses pada 20 desember
2016 di eprints.uny.ac.id

Matondang . 2009.Validitas Dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian (Online)


diakses pada 20 desember 2016 Di digilib.Unimed.Ac.Id

40

Anda mungkin juga menyukai