Proposal ini dibuat guna untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah
Metodologi Penelitian yang di ampu oleh ibu Prof.
Disusun Oleh:
TRIMA IRAWANTO
NIM 14050394031
FAKULTAS TEKNIK
2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
pembelajaran dipandu dengan pendekatan pendekatan saintifik. Kenyataan
di lapangan memperlihatkan bahwa di dunia pendidikan di Indonesia tidak
sepenuhnya mengaplikasikan pendekatan ini dengan berbagai alasan.
Kenyataan ini sangat bertentangan dengan prinsip system kurikulum terbaru
yaitu Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik tersebut.
Pendekatan saintifik tersebut berpadu dengan strategi strategi pembelajaran
dapat dikembangkan.
3
tersebut. Siswa tidak didorong untuk mencari sumber sumber belajar sendiri.
Dampak yang diperoleh adalah kurangnya hasil pembelajaran secara optimal.
Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) sebesar 75 % yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan harusnya guru memilih Model pembelajaran yang baru agar
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru yang menggunakan Model
pembelajaran konvensional secara langsung akan membuat siswa terpusat
padanya. Siswa akan mengalami kejenuhan karena strategi pembelajaran yang
digunakan cenderung monoton dan tidak ada sesuatu yang baru. Pemilihan
strategi pembelajaran yang baru akan membuat pembelajaran akan lebih
menarik siswa dalam belajar dan juga mampu meningkatkan hasil
pembelajaran. Peningkatkan hasil pembelajaran akan menentukan
keberhasilan siswa dalam pembelajaran dan menuntaskan Kriteria Kelulusan
Minimum yang sudah ditetapkan oleh kebijakan sekolah.
4
hasil belajar yang lebih baik. Inkuiri diartikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan penemuannya dengan percaya diri (Gulo, 2002:84). Pernyataan
yang hampir sama juga diungkapkan Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(1998:164) inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Inkuiri menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Wina Sanjaya, 2009:196).
Model Pembelajaran ini sesuai jika diterapkan di dalam mata pelajaran
Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja yang ada pada Kurikulum 2013 yang
dipakai oleh SMKN 6 Surabaya. Pelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan
Kerja adalah bidang ilmu yang mempelajari dua aspek berbeda yang saling
keterkaitan. Sanitasi Higiene adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana seseorang dalam melakukan kerja dan melakukan pencegahan
terhadap keterjaminan pangan yang aman untuk dikonsumsi sedangkan
Keselamatan Kerja berkaitan dengan cara meminimalisir resiko kecelakaan
kerja Di SMKN 6 Surabaya mata pelajaran ini diajarkan di kelas X semester 1
dan 2 di program keahlian Jasa Boga. Tujuan diprogramnya mata pelajaran
sanitasi hygiene dan Keselamatan adalah untuk memberikan wawasan kepada
siswa tentang bagaimana pentingnya kebersihan dan kesehatan ketika
melakukan proses kerja serta tidak meninggalkan aspek keselamatan kerja.
5
Higiene, Bagaimana ruang lingkupnya dan bagaimana seseorang sudah
dikatakan menerapkan prinsip dari Personal Higiene.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Apa-kah penerapan Model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Sanitasi,
Higiene dan Keselamatan Kerja materi Personal Higiene di kelas X
semester I Jasa Boga SMKN 6 Surabaya ?
2. Apakah penerapan Model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN 6
Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja
?
3. Bagaimana respon siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN 6
Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan Kerja
materi Personal Higiene dengan penerapan Model pembelajaran
inquiri terpimpin?
4. Apakah penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbingdapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X semester I Jasa Boga SMKN
6 Surabaya pada pembelajaran Sanitasi, Higiene dan Keselamatan
Kerja materi Personal Higiene?
C. Tujuan Penelitian
Dari pertanyaan penelitian menimbulkan tujuan dari penelitian
yaitu :
1. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas guru dalam mengelola
pembelajaran Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa
Boga SMKN 6 Surabaya melalui model pembelajaran Inkuiri
Terpimpin.
6
2. Untuk mengetahui peningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa Boga SMKN
6 Surabaya melalui model pembelajaran Inkuiri Terpimpin.
3. Untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran Sanitasi Higiene
dan Keselamatan Kerja di kelas X Jasa Boga SMKN 6 Surabaya
melalui model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
4. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Sanitasi Higiene dan Keselamatan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di kelas X Jasa Boga SMKN 6 Surabaya
melalui model pembelajaran Inkuiri Terpimpin.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan
di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnya tentang
penerapan model pembelajaran Inkuiri Terpimpin
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti mengenai penerapan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbingterkait aktivitas dan hasilnya di dalam
pembelajaran
b. Untuk Sekolah (SMKN 6 Surabaya)
Sebagai alternative model pembelajaran yang dapat
ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa di
dalam pembelajaran sehari-hari
7
c. Untuk Lembaga (Universitas Negeri Surabaya)
Sebagai referensi terkait penelitian tentang model
pembelajaran, khususnya model pembelajaran Inkuiri terpimpin.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat Model
yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik.
Model berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara
atau jalan. Sudjana (2005: 76) berpendapat bahwa Model merupakan
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran
bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan
semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu. Pendekatan bersifat
aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya, sedangkan
Model bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan langkah-
langkah.
Model bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam
pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Sangidu
(2004: 14) berpendapat bahwa Model adalah cara kerja yang bersistem
untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Salamun (dalam Sudrajat, 2008:7) menyatakan
bahwa Model pembelajaran ialah sebuah caracara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda.
Hal itu berarti pemilihan Model pembelajaran harus disesuaikan dengan
kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Model
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem
dalam menyajikan materi pelajaran. Model pembelajaran dilakukan secara
teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan
tertentu dibawah kondisi yang berbeda.
9
Inkuiri menurut W. Gulo (2004:84-85) yaitu suatu rangkaian
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(2001:142) menyatakan bahwa inkuiri yang disebut juga penemuan
merupakan cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan
guru. Pendekatan inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri
utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
(menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief) serta mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-
197).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pendekatan inkuiri merupakan salah satu cara penyajian
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir siswa secara kritis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
disajikan oleh guru
Penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran tentu saja tidak
terlepas dari peran guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
untuk dilaksanakannya inkuiri. Peran utama guru dalam menciptakan
kondisi inkuiri menurut W. Gulo (2004:86-87) yaitu :
a. Motivator yaitu guru sebagai pemberi rangsangan supaya siswa aktif
dan memiliki semangat untuk berpikir
b. Fasilitator yaitu guru memberikan solusi apabila siswa mengalami
hambatan dalam proses berpikir
c. Penanya yaitu guru menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri
10
d. Administrator yaitu guru bertanggung jawab terhadap seluruh
aktivitas di kelas
e. Pengarah yaitu guru mengarahkan aktivitas berpikir siswa pada tujuan
yang diharapkan
f. Manajer yaitu guru mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi
kelas
g. Rewarder yaitu guru memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
untuk meningkatkan semangat siswa
2. Strategi Pembelajaran Model Inkuiri
11
bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi
pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya
menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
4. Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin
b) Prinsip Interaksi
12
supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya
melalui interaksi tersebut.
c) Prinsip Bertanya
13
hal ini guru harus menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis serta
membuktikan kebenarannya secara terbuka.
14
inkuiri yang akan dilaksanakan juga dijelaskan pada tahapan ini. Hal ini
agar memberi motivasi serta pemahaman kepada siswa.
b) merumuskan masalah,
Persoalan yang disajikan berupa pertanyaan yang sifatnya
menantang siswa untuk berpikir. Pertanyaan harus mengandung konsep
yang harus dicari dan ditemukan.
c) merumuskan hipotesis,
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Guru dapat mengembangkan
kemampuan berhipotesis dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara.
d) mengumpulkan data,
Mengumpulkan data adalah aktivitas mengumpulkan informasi
untuk menguji hipotesis. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
e) menguji hipotesis,
Kegiatan ini berupa menentukan jawaban yang dianggap dapat
diterima sesuai dengan data yang sudah dikumpulkan.
f) merumuskan kesimpulan.
Kegiatan siswa pada tahapan ini berupa proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Tabel 2.1. Pembelajaran dengan Strategi Inkuiri
15
yang akan dicapai, dan
apersepsi.
2 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan masalah
masalah untuk merumuskan
masalah
3 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan jawaban
hipotesis untuk merumuskan sementara berdasarkan
jawaban sementara rumusan masalah
4 Mengumpulkan Membimbing siswa Mengumpulkan
data dalam mengumpulkan informasi/data
informasi/data dan Menguji hipotesis
menguji hipotesis berdasarkan data yang
dikumpulkan
5 Merumuskan Membimbing siswa Merumuskan kesimpulan
kesimpulan untuk merumuskan
kesimpulan
16
tentang konsep atau suatu gejala melalui kegiatan pengamatan dan
pengumpulan data sehingga dapat ditarik kesimpulan padahal
siswa SMKN 6 Surabaya Program Keahlian jasa Boga belum tentu
sudah ada yang pernah melakukan Model pembelajaran inkuiri
terpimpin. Jadi, Siswa akan melakukan percobaan untuk
menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan oleh guru.
Sedangkan guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-
langkah percobaan.
17
b) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajarnya.
c) Pembelajaran inkuiri dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d) Melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
b. Inkuiri Bebas
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah
secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
18
b) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum
19
h) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi
yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam
kelas.
20
menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa
yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari
gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan.
Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
C. Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya
berisikan Identitas Mata Pelajaran Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KI), Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan
Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.
Silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan sebagai
berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang
dirumuskan oleh Standar Isi (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari
peserta didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa saja yang seharusnya diskenariokan oleh
guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-
sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui
ketercapaian KI dan SK.
21
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan
Indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan
dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
g. Sumber Belajar
2. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur, dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan. Dalam standar isi
yang telah dijabarkan dalam silabus. Ruang lingkup rencana
pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang
terdiri atas 1(satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan
atau lebih. Secara definisi rencana pelaksanaan pembelajaran
merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua
aktivitas yang akan dilakukan pada masa kini dan masa yang akan
datang dalam rangka mencapai tujuan (Mulyasa 2007)
Proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Menurut Peraturan Pemerintah
(PP) No 19 tahun 2005 pasal 20 berbunyi bahwa perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pemebelajaran, materi
pembelajaran, metode 28 29 pembelajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar.
Penerapan kegiatan perencanaan dalam proses pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan
dilakukan di ruang kelas dalan kaitannya dengan upaya untuk mencapai
tujuan dari proses pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Konteks pendidikan berbasis kompetensi,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut adalah
kompetensi yang harus dimiliki siswa, sehingga rencana pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan kegiatan yang 31 akan
22
dilakukan dalam kaitannya dengan upaya mencapai kompetensi yang
diharapkan, yakni kompetensi kognitif, afektif, dan kompentensi
psikomotor.
3. Media Pembelajaran
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan
alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman dalam
yayan,2012). Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang
digunakan dalam proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya
proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka media
pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan
dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki
peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
Anderson dalam yayan (2012), media dapat dibagai dalam dua kategori,
yaitu alat bantu pembelajaran (instructional aids) dan media
pembelajaran (instructional media). Alat bantu pembelajaran atau alat
untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas materi (pesan)
yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu pembelajaran
disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT,
film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda
sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan
untuk memperjelas materi pembelajaran.
Pembelajaran Hamalik (1986) yang dikutip yayan (2012)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan
media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat
membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan
isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.
Maksudnya bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya
23
bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman, orang yang
mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang
melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya menjelaskan
betapa pentingnya media pemebelajaran karena media pemebelajaran
membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-
murid dan memperbaharui semangat mereka, membantu memantapkan
pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Levie & Lentsz (1982) yang dikutip Yayan (2012),
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi
Kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta
didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak
disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media
visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi
perkuliahan semakin besar.
4. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi dalam pembelajaran. Abdul Majid (2008:170)
mengungkapkan bahwa sumber belajar ditetapkan sebagai informasi
yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat
membantu siswa dalam belajar, sebagai perwujudan dari kurikulum.
Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video,
perangkat lunak, atau kombinasi dari beberapa bentuk tersebut yang
dapat digunakan siswa dan guru.
Sumber belajar juga dapat diartikan sebagai segala tempat atau
lingkungan, orang, dan benda yang mengandung imformasi yang
24
menjadi wahana bagi siswa untuk melakukan proses perubahan
perilaku. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat membantu
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Wina Sanjaya (2010: 175)
menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sumber belajar disini
meliputi, orang, alat dan bahan, aktivitas, dan lingkungan.
D. Tes Hasil Belajar
1. Tes
Anne Anastasi (dalam Sudijono, 2001: 66), yang dimaksud dengan
tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Sudijono (2001: 67) menyatakan bahwa tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu
dengan yang lain. Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.
2. Validasi tes
Azwar dalam matondang (2009) menyatakan bahwa validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya
hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur.
Suryabrata dalam matondang (2009) menyatakan bahwa validitas
tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes
25
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari
obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Sudjana dalam Matondang (2009) menyatakan bahwa validitas berkenaan
dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Pengujian intrumen penelitian yang akan diujikan kepada siswa
harusnya diuji oleh ahli terlebih dahulu. Pengujian ini bermaksud untuk
mendapatkan instrument yang relevan untuk diujikan kepada siswa.
3. Analisis tes
a. Penskoran
b. Rangking
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hal pokok dalam kegiatan belajar mengajar dalam lembaga formal
meliputi tujuan pengajaran / instruksional, pengalaman / proses belajar
mengajar dan penilaian / hasil belajar. Ketiga unsur pokok tersebut saling
terkait satu sama lain. Nana Sudjana (2005) mengatakan bahwa suatu
kegiatan penilaian dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk
hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman
belajarnya.
E. Mulyasa (2006: 248) mempertegasnya dengan mengungkapkan
bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara
keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan perilaku yang bersangkutan. Penilaian ini bisa langsung
dilakukan oleh guru setelah semua materi selesai atau juga setelah
beberapa materi selesai. Perubahan perilaku dalam belajar terdiri dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pengertian tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
26
siswa akibat dari adanya proses belajar yang terdiri aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
a. Ranah Kognitif
Nana Sudjana (2009:22) menjelaskan bahwa ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek.
Lorin W Anderson, et al (2010: 100-102) menguatkan bahwa ranah
kognitif terdiri dari mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
1) Mengingat (C1)
Lorin W Anderson, et al (2010: 100) menjelaskan bahwa
mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Lebih lanjut Nana Sudjana (2009:23) mengungkapkan tipe hasil belajar
ranah kognitif mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling
rendah namun menjadi prasyarat bagi pemahaman konsep-konsep lainnya.
Hafalan biasanya berupa fakta-fakta seperti nama orang, tempat, teori,
rumus, istilah batasan, atau hukum. Kata kerja operasional yang termasuk
dalam ranah kognitif ini yaitu mengidentifikasi, menyebutkan,
menunjukkan, menjodohkan, memilih, memberikan definisi dan
menyatakan.
2) Memahami (C2)
Menurut Lorin W Anderson, et al (2010: 100) memahami
merupakan kegiatan mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran,
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambarkan oleh guru.
Selanjutnya Nana Sudjana (2009:24) mengungkapkan tipe hasil
pengetahuan misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri apa
yang dibaca atau didengarnya dan memberi contoh lain dari apa yang telah
dicontohkan. Kata kerja operasional yang termasuk dalam ranah ini yaitu
menjelaskan, menguraikan, merumuskan, merangkum, mengubah,
memberikan contoh tentang, menyadur, meramalkan, menyimpulkan,
memperkirakan, menerangkan, menggantikan, menarik kesimpulan,
meringkas, mengembangkan, dan membuktikan.
27
3) Mengaplikasikan (C3)
Lorin W Anderson, et al (2010: 101) mengatakan bahwa
mengaplikasikan adalah kegiatan menerapkan atau menggunakan suatu
prosedur ke dalam keadaaan tertentu. Nana Sudjana (2009:25) juga
mengungkapkan bahwa mengaplikasikan adalah kegiatan menggunakan
abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Kata kerja operasional
dari tingkat kognitif 3 yaitu mendemonstrasikan, menghitung,
menghubungkan, memperhitungkan, membuktikan, menghasilkan,
menunjukkan, melengkapi, menyedikan, menyesuaikan, dan menemukan.
4) Menganalisis (C4)
Lorin W Anderson, et al (2010 : 101) mengatakan bahwa
menganalisis adalah kegiatan memecah-mecah materi menjadi bagian-
bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu
dan hubungan antarabagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau
tujuan. Pernyataan yang hampir sama juga dikemukakan Nana Sudjana
(2009:27) analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Kata kerja
operasional dari tingkat kognitif 4 yaitu, menerima, menyisihkan,
menghubungkan, memilih, membandingkan, mempertentangkan,
membagi, membuat diagram, menunjukkan hubungan antara, dan
membagi.
5) Mengevaluasi (C5)
Lorin W Anderson, et al (2010 :102) menjelaskan bahwa
mengevaluasi adalah kegiatan mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan/ atau standar. Pernyataan tersebut diperjelas Nana Sudjana (2009:28)
evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai suatu yang dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dan
sebagainya. Kata kerja operasional dari tingkat kognitif 4 yaitu
memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengevaluasi,
memberikan argumentasi, menafsirkan, membahas, menyimpulkan,
memilih antara, menguraikan, membedakan, melukiskan, mendukung, dan
menolak.
28
6) Mengkreasi / mencipta (C6)
Menurut Lorin W Anderson, et al (2010 :102) mengkreasi atau
mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren atau untuk membuat sesuatu produk yang orisinal.
Definisi operasional dari kemampuan ranah mencipta yaitu merumuskan,
merencanakan dan memproduksi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi (Nana Sudjana, 2009: 29-30).
f) Menerima atau receiving
Semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar
yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
sebagainya.
g) jawaban atau responding
Reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar.
h) penilaian atau valuing
Penilaian berkaitan dengan nilai dankepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
i) organisasi
Pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
j) internalisasi / karakteristik
Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
dan kemampuan bertindak. Aspek ini terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
29
interpretatif (Nana Sudjana, 2009:22). Berdasarkan penjelasan tentang
hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang
diperoleh siswa mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
30
makanan dan minuman dari segala bahaya mencakup seluruh
faktor yang membantu atau mendorong adanya kehidupan yang
sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat dan
Keselamatan kerja adalah suatu keadaan dalam lingkungan /tempat
kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan serta
kesehatan orang orang yang berada didaerah/ditempat tersebut
31
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dan penelitian ini juga disebut
teman sejawat sebagai observer. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini
refleksi
33
B. Populasi dan Sampel Penelitian
34
E. Rancangan Penelitian
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata (2010: 220) berdasarkan partisipasi peneliti dalam kegiatan
pengumpulan data, metode observasi dapat dilakukan dengan partisipatif
(partisipatory observation) maupun non partisipatif (non partisipatory
observation). Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi jenis
non participant observation. Hal ini dikarenakan peneliti tidak ikut serta
dalam kegiatan hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.
2. Tes
35
Tes yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
tes hasil belajar dalam bentuk soal objektif tipe pilihan ganda. Tes hasil
belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada saat pre test
dan posttest. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui ada tidaknya
pengaruh dan perbedaan hasil belajar dari penerapan strategi pembelajaran
inkuiri terbimbingdan pembelajaran konvensional. Hasil tes yang
dikerjakan siswa selanjutnya diberi skor agar diperoleh data kuantitatifnya.
Jawaban tes objektif apabila bernilai benar maka diberikan skor = 1, untuk
jawaban bernilai salah maka diberikan skor = 0
G. Instrumen Penelitian
a. Kisi kisi instrumen penelitian
b. Lembar observasi
36
Sugiyono (2009: 121), menyatakan bahwa instrumen yang valid
adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas
tinggi dan sebaliknya. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan
pengujian validitas konstruk, pengujian validitas isi dan pengujian
validitas eksternal. Pengujian validitas konstruk adalah pengujian
validitas instrumen yang menggunakan pendapat dari ahli (expert
judgment). Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan
diukur berdasarkan teori tertentu selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan. Instrumen yang
akan dilakukan pengujian dalam penelitian ini berupa lembar
observasi dan soal tes hasil belajar. Secara lebih jelasnya pengujian
yang dilakukan akan dijelaskan sebagai berikut.
Reliabilitas tes
Menurut Sugiyono (2009: 173) instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek
yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda akan tetap
menghasilkan data yang sama. Pendapat tersebut dipertegas Suharsimi
Arikunto (2006:178), reliabilitas menunjukkan keterandalan sesuatu.
Untuk menghitung reliabilitas :
37
instrumen hasil belajar dikatakan valid jika rhitung > rtabel. (V.
Wiratna Sujarweni, 2007: 187).
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial karena data akan
digeneralisasikan untuk populasi. Statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2009: 148).
38
DAFTAR PUSTAKA
Sangidu. 2004. Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode Dan Kiat.
Yogyakarta: Ugm.
39
Sanjaya, Wina.2009.Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses
Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group
40