Oleh:
Muhammad Fauzi Abdila
C111 11 105
Pembimbing
dr. Gusriadi
Supervisor
dr. Madonna D. Datu, Sp.An
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan
referat dengan judul , yang disusun oleh:
BAB I
Laporan Kasus
a. Identitas
Nama : Hj SH
No MR : 270711
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
b. Subjektif
Keluhan utama : penurunan kesadaran
Alloanamnesis : Kesadaran Menurun dialami secara tiba-tiba 1 jam sebelum masuk
rumah sakit saat sedang di kamar mandi. Pasien tiba-tiba terjatuh. Mual dan
muntah tidak ada. Nyeri kepala sebelumnya tidak ada. Riwayat hipertensi ada
berobat dengan amlodipine 10 mg rutin kontrol. DM ada dan meminum obat
metformin rutin kontrol, penyakit jantung disangkal. Riwayat stroke ringan ada
sejak 1 tahun lalu. Riwayat demam disangkal. Riwayat operasi tidak ada.
c. Objektif
B1 : pernafasan 34 kali/menit irregular. Pernafasan tipe abdominal dengan
retraksi dalam. Bentuk dada datar. Suara pernapasan snoring. Saturasi
oksigen 77%.
B2 : frekuensi 84 kali/menit reguler. Tekanan darah 150/90 mmHg. Bunyi
jantung S1 dan S2 normal. Bunyi jantung tambahan tidak ada. Pengisian
darah kapiler normal. Nadi perifer ada dan kuat angkat. Tidak ada edema.
B3 : GCS 3 (E1M1V1) Refleks cahaya langsung +/+. Refleks cahaya tidak
langsung +/+. VAS sulit di nilai.
B4 : Urin Perkateter. Warna urin kuning. Produksi 100 cc/jam. Distensi
kandung kemih tidak ada.
B5 : tidak ada kelainan pada rongga mulut. Peristaltik ada kesan normal.
Tidak ada distensi abdomen. Nyeri abdomen sulit di nilai.
B6 : warna kulit kemerahan, suhu tubuh 37o C , turgor baik. Dekubitus
tidak ada.
d. Assesment
Gagal Nafas
e. Planning
BAB II
Tinjauan Pustaka
a. Anatomi
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung
yang menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars
oralis). Kedua bagian ini di pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi
kemudian bergabung di bagian posterior dalam faring (gambar 1). Faring
berbentuk U dengan struktur fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak
menuju kartilago krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian depannya terbuka
ke dalam rongga hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring
(pars laryngeal). Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi
mengarah ke posterior. Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan
orofaring dari laringofaring (atau hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya
aspirasi dengan menutup glotis- gerbang laring- pada saat menelan. Laring adalah
suatu rangka kartilago yang diikat oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9
kartilago (gambar 2) : tiroid, krikoid, epiglotis, dan sepasang aritenoid,
kornikulata dan kuneiforme.
Gambar 2. Laring anterior dan posterior
Saraf sensoris dari saluran nafas atas berasal dari saraf kranial (gambar 3).
Membran mukosa dari hidung bagian anterior dipersarafi oleh divisi ophthalmic
(V1) saraf trigeminal (saraf ethmoidalis anterior) dan di bagian posterior oleh
divisi maxila (V2) (saraf sphenopalatina). Saraf palatinus mendapat serabut saraf
sensori dari saraf trigeminus (V) untuk mempersarafi permukaan superior dan
inferior dari palatum molle dan palatum durum. Saraf lingual (cabang dari saraf
divisi mandibula [V3] saraf trigeminal) dan saraf glosofaringeal (saraf kranial
yang ke 9) untuk sensasi umum pada dua pertiga bagian anterior dan sepertiga
bagian posterior lidah. Cabang dari saraf fasialis (VII) dan saraf glosofaringeal
untuk sensasi rasa di daerah tersebut. Saraf glosofaringeal juga mempersarafi atap
dari faring, tonsil dan bagian dalam palatum molle. Saraf vagus (saraf kranial ke
10) untuk sensasi jalan nafas dibawah epiglotis. Saraf laringeal superior yang
merupakan cabang dari saraf vagus dibagi menjadi saraf laringeus eksternal yang
bersifat motoris dan saraf laringeus internal yang bersifat sensoris untuk laring
antara epiglotis dan pita suara. Cabang vagus yang lainnya yaitu saraf laringeal
rekuren, mempersarafi laring dibawah pita suara dan trakhea.
Gambar 3. Inervasi saluran nafas atas
Otot laring dipersarafi oleh saraf laringeal rekuren (cabang dari saraf
laringeal superior) dengan pengecualian otot krikotiroid, yang dipersarafi oleh
saraf laringeal externa (motoris). Otot krikotiroid posterior mengabduksi pita
suara, seraya otot krikoaritenoid lateral adalah adduktor utama.
Pasokan darah untuk laring berasal dari cabang arteri tiroidea. Arteri
krikoaritenoid berasal dari arteri tiroidea superior itu sendiri, cabang pertama dari
arteri karotis externa dan menyilang pada membran krikotiroid bagian atas, yang
memanjang dari kartilago krikoid ke kartilago tiroid. Arteri tiroidea superior
ditemukan sepanjang tepi lateral dari membran krikotiroid. Ketika merencanakan
krikotirotomi, anatomi dari arteri krikoid dan arteri tiroid harus dipertimbangkan
tetapi jarang berefek pada praktek klinis. Teknik paling baik adalah untuk tetap
pada garis tengah, antara kartilago krikoid dan tiroid.
Syarat utama yang harus diperhatikan pada anestesia umum atau pasien
penurunan kesadaran adalah menjaga agar jalan nafas selalu bebas dan nafas
lancar serta teratur. Penyebab utama sumbatan jalan napas pada pasien tidak sadar
adalah hilangnya tonus otot tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh menyumbat
faring dan epiglotis menutup laring. Keadaan ini sering terjadi, bila terjadi dapat
dikoreksi dengan beberapa cara : 1. Manuver tripel jalan nafas (triple airway
manuver), 2. Pemasangan alat jalan nafas faring (pharyngeal airway), 3.
Pemasangan alat jalan nafas sungkup laring (laryngeal mask airway), dan 4.
Pemasangan pipa trakea (endotracheal tube). (5,6).
Berikut ini adalah tanda-tanda sumbatan jalan napas atas (JNA) parsial :
1. Stridor (mendengkur,snoring)
6. Sianosis.
Jika manuver tripel kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring
lewat mulut (OPA, oro-pharyngeal airway) atau jalan napas hidung-faring lewat
hidung (NPA, naso-pharyngeal aiway).
NPA : berbentuk seperti pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari karet
lateks lembut. Pemasangan harus hati-hati dan untuk menghindari trauma
mukosa hidung, pipa diolesi dengan jelly.
OPA : Berbentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang di
tengahnya dengan salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih
keras untuk mencegah gangguan patensi lubang bila pasien menggigitnya;
sehingga aliran udara tetap terjamin. OPA juga dipasang bersama pipa
trakhea atau sungkup lring untuk menjaga patensi kedua alat tersebut dari
gigitan pasien.
d. Sungkup Muka
Sungkup muka (face mask) mengantar udara / gas anestesi dari alat
resusitasi atau sistem anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika digunakan untuk bernapas spontan atau dengan tekanan
positif tidak bocor dan gas masuk semua ke trakhea lewat mulut atau hidung.
Bentuk sungkup muka sangat beragam tergantung usia pasien dan pembuatnya.
Ukuran 03 untuk bayi baru lahir; 02, 01, 1 untuk anak kecil; 2, 3 untuk anak
besar; dan 4, 5 untuk dewasa. Sebagian sungkup muka dari bahan transparan
supaya udara ekspirasi kelihatan (berembun) atau kalau ada muntahan atau bibir
terjepit kelihatan.
e. Sungkup Laring
Sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway) adalah alat jalan napas
berbentuk sendok terdiri atas pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai
sendok yang pinggirnya dapat dikembangkempiskan seperti balon pada pipa
trakhea. Tangkai pipa LMA dapat berupa pipa keras dari polivinil atau lembek
dengan spiral untuk menjaga supaya lubang tetap paten.
Dikenal 2 macam sungkup laring : 1.Sungkup laring standar dengan satu
pipa napas, 2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan
lainnya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus.
f. Pipa Trakhea
Penggunaan cuff pada bayi dan anak kecil dapat membuat trauma selaput
lendir trakhea. Jika kita ingin menggunakan pipa trakhea dengan cuff pada bayi,
kita harus menggunakan ukuran pipa trakhea yang diameternya lebih kecil dan ini
membuat resiko tahanan jalan napas lebih besar. Pipa trakhea dapat dimasukkan
melalui mulut (orotrakheal tube) atau melalui hidung(nasotracheal tube). Di
pasaran bebas dikenal beberapa ukuran dan perkiraan ukuran yang diperlukan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
h. Tindakan Intubasi.
Dalam melakukan suatu tindakan intubasi, perlu diikuti beberapa prosedur
yang telah di tetapkan antara lain :
Persiapan.
Pasien sebaiknya diposisikan dalam posisi tidur terlentang, oksiput
diganjal dengan menggunakan alas kepala (bisa menggunakan bantal yang cukup
keras atau botol infus 1 gram), sehingga kepala dalam keadaan ekstensi serta
trakhea dan laringoskop berada dalam satu garis lurus.
Oksigenasi.
Setelah dilakukan anestesi dan diberikan pelumpuh otot, lakukan
oksigenasi dengan pemberian oksigen 100% minimal dilakukan selama 2 menit.
Sungkup muka dipegang dengan tangan kiri dan balon dengan tangan kanan.
Laringoskop.
Mulut pasien dibuka dengan tangan kanan dan gagang laringoskop
dipegang dengan tangan kiri. Daun laringoskop dimasukkan dari sudut kiri dan
lapangan pandang akan terbuka. Daun laringoskop didorong ke dalam rongga
mulut. Gagang diangkat dengan lengan kiri dan akan terlihat uvula, faring serta
epiglotis. Ekstensi kepala dipertahankan dengan tangan kanan. Epiglotis diangkat
sehingga tampak aritenoid dan pita suara yang tampak keputihan berbentuk huruf
V.
Pemasangan pipa endotrakheal.
Pipa dimasukkan dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut sampai
balon pipa tepat melewati pita suara. Bila perlu, sebelum memasukkan pipa
asisten diminta untuk menekan laring ke posterior sehingga pita suara akan dapat
tampak dengan jelas. Bila mengganggu, stilet dapat dicabut. Ventilasi atau
oksigenasi diberikan dengan tangan kanan memompa balon dan tangan kiri
memfiksasi. Balon pipa dikembangkan dan daun laringoskop dikeluarkan
selanjutnya pipa difiksasi dengan plester
Mengontrol letak pipa.
Dada dipastikan mengembang saat diberikan ventilasi. Sewaktu ventilasi,
dilakukan auskultasi dada dengan stetoskop, diharapkan suara nafas kanan dan
kiri sama. Bila dada ditekan terasa ada aliran udara di pipa endotrakheal. Bila
terjadi intubasi endotrakheal akan terdapat tanda-tanda berupa suara nafas kanan
berbeda dengan suara nafas kiri, kadang-kadang timbul suara wheezing, sekret
lebih banyak dan tahanan jalan nafas terasa lebih berat. Jika ada ventilasi ke satu
sisi seperti ini, pipa ditarik sedikit sampai ventilasi kedua paru sama. Sedangkan
bila terjadi intubasi ke daerah esofagus maka daerah epigastrum atau gaster akan
mengembang, terdengar suara saat ventilasi (dengan stetoskop), kadang-kadang
keluar cairan lambung, dan makin lama pasien akan nampak semakin membiru.
Untuk hal tersebut pipa dicabut dan intubasi dilakukan kembali setelah diberikan
oksigenasi yang cukup.
Ventilasi.
Pemberian ventilasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien
bersangkutan.
i. Langkah-langkah Intubasi
m. Ekstubasi
n. Ventilator Mekanik
o. Penggunaan Klinis
Pembahasan
Pada pasien ini dilakukan intubasi dengan tujuan untuk menjaga patensi
jalan nafas dan pencegahan terjadinya aspirasi yang dapat terjadi akibat
penurunan kesadaran. Intubasi juga dilakukan dikarenakan adanya desaturasi
oksigen darah (78%)