Anda di halaman 1dari 19

HIPERTENSI PADA ANAK

Oleh :
ULMANIATI NURUL ANNISA JUSRAN, S.Ked
C 111 11 368

DEFINISI
Tekanan darah sistolik dan/atau tekanan darah diastolik >
persentil 95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan
pada > 3 kali pengukuran.2

Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran
Indonesia Volume 59 No.5. Hal 221-230

TEKNIK PENGUKURAN
TEKANAN DARAH

1.

Tekanan

darah

diukur

dengan

menggunakan

sfigmomanometer standar.
2.

Pilihlah manset yang sesuai dengan ukuran lengan anak


dan dibalutkan kuat-kuat pada 2/3 panjang lengan atas.

3.

Stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis, proksimal


dan medial dari fossa cubiti, 2 cm dibawah manset.

4.

Untuk anak yang lebih besar, pengukuran dilakukan


dalam posisi duduk, sedangkan pada anak yang lebih
kecil

pengukuran

dilakukan

dalam

posisi

anak

berbaring.
5.

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam


suasana yang tenang.

6.

Manset dipompa kira-kira 20 mmHg diatas tekanan


yang diperlukan untuk menimbulkan sumbatan pada
arteri brakialis.

7.

Tekanan didalam manset diturunkan perlahan dengan


kecepatah 2-3 mmHg/detik sampai terdengar bunyi
suara lembut (fase 1 Korotkoff) dan merupakan
petunjuk tekanan sistolik.

8.

Fase 1 kemudian disusul fase 2, yang ditandai dengan


suara bising (murmur), lalu disusul dengan fase 3 berupa
suara yang keras, setelah itu suara mulai menjadi lemah
(fase 4) dan akhirnya menghilang (fase 5). Pada anakanak jika fase 5 sulit di dengar, maka fase 4 digunakan
sebagai petunjuk tekanan diastolik.3

Alatas I, Tambunan T, Trihono P, Pardede SO. 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Hal 249-251

KLASIFIKASI
Tekanan darah normal : tekanan sistolik dan diastolik

di bawah persentil 90.


Pra-hipertensi

(prehypertension) : tekanan darah

sistolik dan diastolik lebih tinggi atau sama dengan


persentil 90 tetapi lebih rendah daripada persentil 95
atau tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih pada
remaja.

Hipertensi : tekanan darah sistolik atau diastolik lebih

tinggi atau sama dengan persentil 95.


Hipertensi stadium 1 : tekanan sistolik atau diastolik

berada antara persentil 95 sampai persentil 95+5 mmHg.


Hipertensi stadium 2 : tekanan darah sistolik dan diastolik

di atas persentil 99 + 5 mmHg.


Noer MS, Soemyarso NA, Subandiyah K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, et al. 2011. Kompendium
Nefrologi Anak. Jakarta : UKK Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal 45-48

ETIOLOGI
A. Hipertensi primer

hipertensi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.


B. Hipertensi sekunder

Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak


berkaitan dengan penyakit parenkim ginjal.
Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 59 No.5. Hal 221-230

MANIFESTASI KLINIS
1.

Nyeri kepala

2.

Insomnia

3.

Rasa lelah

4.

Nyeri perut

5.

Nyeri dada

6.

Muntah

7.

Gangguan penglihatan

8.

Kejang

fokal

maupun

umum

diikuti

penurunan

kesadaran dari somnolen sampai koma

Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran
Indonesia Volume 59 No.5. Hal 221-230

DIAGNOSIS

Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59 No.5.
Hal 221-230

PENATALAKSANAAN
A. Non Farmakologi

Pada anak dengan kondisi prahipertensi atau hipertensi tingkat


1 dianjurkan terapi berupa perubahan gaya hidup. Terapi ini
meliputi pengendalian berat badan, olahraga yang teratur, diet
rendah lemak dan garam, pengurangan kebiasaan merokok pada
anak remaja yang merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. 1

Sekarwana N, Dedi RD, Hilmanto D. 2011. Konsensus Tatalaksana Hipertensi pada Anak.
Jakarta : UKK Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal 1-7

B. Farmakologi

Rawat jalan

Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59 No.5. Hal
221-230

Hipertensi Berat

Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 59 No.5. Hal
221-230

PENCEGAHAN
Primer

Sejak usia sekolah, sebaiknya dilakukan pencegahan


terhadap hipertensi primer dengan cara mengurangi
asupan natrium dan melakukan olah raga teratur.

Sekunder

Pencegahan ini meliputi modifikasi gaya hidup menjadi


lebih benar, seperti menurunkan berat badan, olahraga
secara

teratur,

diet

rendah

lemak

dan

garam,

menghentikan kebiasaan merokok atau minum alkohol.


Tersier

Upaya rehabilitatif dan promotif yang merupakan bagian


dari pencegahan tersier.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai