Anda di halaman 1dari 5

Isu Perubahan Social Di Bidang Kesehatan Masyarakat

Nama : Ulfa Nurzila


NIM :101611123065
Kelas : AJ 1A

Pada zaman modern ini sering kali kita menemukan hal-hal baru yang
berasal dari luar negeri. Sebagai salah satu dampak arus globalisasi yang mengalir
sangat deras pada era modernisasi sekarang, sehingga mengalir pula budaya
asing yang sering dianggap oleh sebagian besar masyarakat kita sebagai budaya
modern, yang kalau tidak diantisipasi dengan baik justru dapat menghambat
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sebut saja makanan cepat saji
yang sering kita lihat diberbagai tempat. Maraknya makanan cepat saji di
Indonesia berawal dari kebiasaan orang-orang eropa dan amerika yang praktis dan
mudah dibuat.
Secara garis besar makanan jenis fast-food bukan tidak boleh dikonsumsi
tetapi perlu disikapi dengan tidak dijadikan sebagai kegemaran atau bahkan
dijadikan sebagai pola hidup sehingga mengabaikan upaya preventif terhadap
kesehatan secara menyeluruh. Hal ini yang tidak kalah pentingnya adalah
transparansi dalam bentuk informasi yang benar, dengan mewajibkan
pencantuman label komposisi zat gizi, bahan pewarna, pengawet, dan kandungan
gizi, karena ini merupakan manifestasi dari hak asasi konsumen atas informasi.
Salah satu dari sekian banyak budaya tersebut adalah perubahan pola
hidup bersahaja menjadi pola hidup modern atau sok modern, seperti budaya
mengkonsumsi makanan cepat saji (fast-food) yang diikuti dengan merebaknya
penggunaan kemasan berbahan dasar plastik dan Styrofoam yang dianggap
praktis. Berbagai perubahan di atas tidak diikuti dengan kecukupan informasi
yang benar antara lain informasi tentang kandungan zat-zat makanan yang
berisiko menyebabkan beberapa penyakit tertentu. Sebagai contoh kurangnya
informasi mengenai kandungan zat makanan yang terdapat dalam fast-food,
berbagai risiko penyakit yang dicetuskan akibat kebiasaan mengkonsumsi fast-
food serta bahaya kemasan fast-food berbahan dasar plastik dan styrofoam bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu yang tidak bisa dikesampingkan
adalah kebanyakan bahan dasar fast-food menggunakan daging ternak yang
mengandung hormon pertumbuhan, antibiotik dan mungkin melalui modifikasi
genetic.
Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu
cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya
memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya
variasipangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan
penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang selalu sibuk.
Di Amerika Serikat bisnis fast-food muncul dari kebiasaan masyarakatnya
melakukan perjalanan panjang antar kota melalui jalan raya. Fast-food adalah
fenomena makanan pada pertengan abad ke-20. Ketika Ray Kroc pertama kali
membuka restoran Mc Donalds di Des Plaines, Illinois pada tahun 1955, dia
sangat menyadari bahwa banyaknya komunitas yang melakukan perjalanan
panjang, mereka yang malas memasak dan tidak mau repot dengan urusan
makanan rumah, tentunya akan merasa diberi kemudahan. Peluang tersebut juga
ditangkap secara tangkas dengan mengawinkan jenis makanan fast-food dengan
french fried potatoes (kentang goreng) dan soft drink (minuman ringan). Kini
jaringan jalan raya dan kota-kota di Amerika Serikat telah dipenuhi ratusan ribu
kedai fast-food, dan diperkirakan warganya menghabiskan uang tidak kurang dari
50 milyar dollar AS per tahun. (Dr. Michael F. Jacobson et.al. 1986, Direktur
Eksekutif Center for Science in the Public Interest). Di negara asalnya ini,
makanan jenis fast-food banyak dijajakan oleh pedagang kaki lima dan ironisnya
sangat murah dan penikmatnya mayoritas masyarakat kelas bawah sehingga
sering disebut dengan istilah junk-food.
Di Indonesia muncul berbagai restoran fast-food dengan dandanan yang
lebih necis dibanding dengan Negara asalnya. Menu yang ditawarkan juga
mengalami akulturasi dan seolah-olah terasa pas untuk lidah masyarakat indonesia
dengan berbagai jenis paketnya, seperti pak eko (paket ekonomis), pahe (paket
hemat), panas (paket nasi), kombo (kombinasi jumbo), dan lain-lain yang begitu
memikat di hati konsumen. Ditambah lagi dengan dimanjakannya konsumen
dengan pelayanan kurir, tinggal pesan lalu antar. Oleh karena disajikan dengan
praktis dan bisa dikonsumsi disela-sela aktifitas maka makanan ini disebut dengan
istilah fast-food.
Penelitian lain dilakukan oleh mahasiswa jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber
Daya Keluarga (GMSK) Institut Pertanian Bogor tahun 1997 menunjukkan bahwa
75% konsumen yang datang ke restoran fast-food ternyata pekerja kantoran,
selebihnya pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga dan lain-lain. Waktu makan yang
terbatas membuat para pekerja kantor memilih makan di restoran fast-food.

Dampak positif dari perubahan populkas Makanan cepat saji mempunyai


kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat dihidangkan
kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis, dianggap
makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak muda.
Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya
diproduksi oleh industri psengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan
memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa
bagi produk tersebut.

Penyakit yang Mungkin Dapat Ditimbulkan Pola makanan jenis ini secara
berangsur bisa mengubah kondisi zat gizi masyarakat karena komposisi yang
disajikan mayoritas didominasi oleh daging, keju, garam dan gula, yang notabene
mengandung lemak jenuh dan kolesterol cukup tinggi. Sementara konsumsi
sayuran, serat dan buah terus menurun. Sebenarnya kandungan lemak jenuh dan
kolesterol yang tinggi juga dimiliki oleh makanan tradisional yang banyak
menggunakan santan kental dan minyak goreng bekas. Jika jenis makanan ini
dikonsumsi secara rutin setiap hari dalam jangka panjang dapat mengakibatkan
hal-hal sebagai berikut :
Tidak sedikit yang mengalami obesitas/kegemukan
Penyakit jantung
Penyakit Stroke
Diabetes Mellitus
Kanker Payudara
Kanker hati
Kanker colorectal (usus besar dan rektum).
Dan mungkin penyakit-penyakit lainnya.

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan cepat saji, dapat
diupayakan dengan beberapa cara antara lain :
1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti
dilakukan untuk menghindari makanan cepat saji beresiko. Walaupun
hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak
tinggi, sebenarnya jenis makanan cepat saji beresiko yang indentik dengan
fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila
harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin
menikmati makanan fried chicken dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi,
apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi,
maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarngi dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah
hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein
dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam
bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau
salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.
3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi
minuman bersoda tinggi. Disamping itu, untuk mengurangi risiko
makanan cepat saji yangn mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar
garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam
porsi kecil. Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan
yang terakhir jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.
4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia,
antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi
jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi
buahbuahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan
sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah
hendaknya jus benar-benar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu
dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali
tidak mengandung komponen buah.
5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makana cepat
saji adalah hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti
jus buah, susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa
mengonsumsi sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat
sangat bermanfaat dan dapat membantu memperlambat rasa lapar,
sehingga akan menekan keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak
atau paling tidak hasrat untuk menikmati akan tertunda (Lubis, 2009)

Daftar pustaka
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Warta
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Depkes RI, 2006.
Lubis, Z. 2009. Hidup Sehat Dengan Makanan Karya Serat.penerbit IPB Press.
Bogor
Sulistijani, D. A. 2002. Sehat Dengan Menu Berserat. Jakarta:Trubus Agriwidya

Anda mungkin juga menyukai