Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN KESEHATAN LANSIA

LATAR BELAKANG

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah


mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby boom pada masa lalu
berganti menjadi ledakan penduduk usia lanjut (Nugroho:2000).

Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di Indonesia


pada tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Sedangkan jumlah
penduduk lansia di propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 telah mencapai 484.344 orang
atau ada sekitar 6,89% dari jumlah penduduk sumatera selatan. Perbandingan persentase
lansia Sumsel tahun 2009 antara laki-laki dan perempuan adalah 48,84 berbanding 51,16.

Sumatera Selatan termasuk propinsi yang memasuki era penduduk berstruktur tua
(aging population), yaitu suatu propinsi dengan proporsi penduduk lansianya telah berada
pada patokan penduduk berstruktur tua (yakni 7 % atau lebih penduduk usia tua).

Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut
dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-negara maju
umur harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga yang berusia lebih dari
65 tahun juga bertambah.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut tersebut menyebabkan perlunya perhatian
pada para lansia agar lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat menikmati masa
tuanya dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka.

Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran kemampuan


kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta adanya
berbagai penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula
masalah kesehatan yang dihadapi, salah satunya hipertensi. Sebanyak 34% lansia yang
menderita hipertensi.

Untuk mempertahankan kesehatan lansia-lansia tersebut perlu adanya upaya-upaya


baik besifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat dan juga upaya lain seperti senam
lansia.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kelompok tertarik untuk mengajarkan dan
mendemonstrasikan senam lansia dengan hipertensi untuk mencegah peningkatan tekanan
darah.

TUJUAN

1) Tujuan Umum

Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi, klien dapat mempraktekkan
secara mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.

2) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi selama 15 menit di
posyandu lansia bagian atas, maka klien mampu :
a. Mamahami tentang penyakit hipertensi
b. Mampu mempraktekkan latihan senam lansia dengan hipertensi secara mandiri.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

SISTEMATIKA KEGIATAN

A. Kriteria Klien
Semua lansia yang menderita hipertensi.
B. Pelaksanaan

Hari/ tanggal : Rabu / 16 Agustus 2017

Waktu : 14.00 WIB s/d selesai

Tempat: Jln.Swadaya lr.Terpadu. RT. 48 RW. 14 Pakjo. Palembang

C. Rencana Kegiatan
1. Kegiatan : latihan senam untuk lansia dengan hipertensi
2. Materi : teknik senam lansia dengan hipertensi; pengertian, tujuan, indikasi,
dan kontra indikasi.
3. Media :
a. Laptop
b. LCD
c. Video senam lansia
d. Kursi

D. Susunan kepanitiaan dan uraian tugas


Keterangan :
a. Moderator : Sri Astuti
b. Penyaji : Verlentia Agvezha
c. Fasilitator : Cita Amelia
d. Observer + Dokumentasi : Intanti Wandari
e. Notulen : Dwi Erika Safitri
f. Instruktur : 1. Amalia Maharan
2 Jenny Samudra Devi
3 Imang Budiati
4 .M.Randi Wijaya

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135
E. Uraian tugas diantaranya :

1. Moderator
Memimpin jalannya acara kegiatan
2. Penyaji materi
Menyampaikan materi tentang penyakit hipertensi secara singkat
3. Instruktur
Mengajarkan para lansia untuk senam lansia dengan hipertensi
4. Notulen
Membuat notulen mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan
5. Fasilitator
Mengarahkan dan membantu passien dalam melakukan senam
6. Dokumentasi
Mendokumentasi jalannya kegiatan

F. Susunan Acara

NO Langkah- Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran


. Langkah

1 pembukaan 5 menit1. Memberi salam 1. Memperhatikan dengan


2. Memperkenalkan diri seksama
3. Menjelaskan maksud 2. Menjawab salam
dan tujuan

2 penjelasan 5 menit Penyajian materi Mengikuti kegiatan


penyuluhan sampai selesai

3 Demontrasi 15 Mendemonstrasikan Peserta ikut berperan aktif


latihan menit latihan senam hipertensi dalam memperagakan
senam latihan senam hipertensi

4 evaluasi 5 menit Moderator meminta Memberikan pertanyaan


peserta latihan senam seputar film yang
untuk ditayangkan dan materi
mendemonstrasikan telah disajikan
kembali langkah-langkah
senam hipertensi ( yang
mampu diingat)

5 Penutup 5 menit Memberi salam Menjawab salam

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135
G. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur
a. Peserta sudah diberitahu satu hari sebelumnya
b. Media sudah disiapkan
c. Materi sudah siap
d. Satuan acara sudah disiapkan
2. Evaluasi proses
a. Klien mampu memahami penyakit hipertensi
b. Klien mampu mendemonstrasikan latihan senam hipertensi secara mandiri

H. Rencana Anggaran

N Nama Barang Total ( RP )


o
1. Snack + Aqua 140.000
2. Benner + leaflet 50.000
3. Bingkisan 50.000
4. Print proposal 30.000
Total 270.000

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

MATERI PENYULUHAN

A. Senam
I. PENGERTIAN
Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih
dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara
sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan,
dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan oleh Werner (2000)
yang menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada alat yang
dirancang untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi
serta kontrol tubuh.

Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Ahmadi,
2009). Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang
diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.

II. JENIS SENAM LANSIA


Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
a. Senam kebugaran lansia
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hipertensi
e. Senam diabetes mellitus
f. Olahraga rekreatif/jalan santai.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

III. MANFAAT OLAHRAGA BAGI LANSIA

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang
memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh
juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kncepatan denyut
jantung sewaktu istirahat harus menurun (Poweell, 2000)
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999; 157) antara :

a) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia


b) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (Adaptasi)
c) Funsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalnya sakit. Sebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi
penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi
latihan, kapasitas aerobic dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan
melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan
kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa
latihan/ olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan
(Darmojo 1999; 81).

IV. TUJUAN SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI


a. Melebarkan pembuluh darah
b. Tahanan pembuluh darah menurun

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

c. Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan darah


d. Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.

V. INDIKASI SENAM LANSIA

Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita
hipertensi

VI. KONTRAINDIKASI
I. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
II. Klien dengan bedrest total

VII. PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA


Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam melakukan
senam lansia adalai rasa bosan. Perasaan ini wajar saja dan muncul mungkin dikarenakan
tidak adanya variasi senam. Untuk itu macam atau jenis senam yang dilakukan sebaiknya
selalu bervariasi/berganti-ganti. Misalnya pada minggu pertama melakukan senam kebugaran
dan minggu selanjutnya jenis senam osteoporosis dan seterusnya dilakukan secara bergiliran.
Musik juga mempengaruhi, sehingga peserta senam lansia menyukai musik tertentu yang
memungkin tumbuh semangat para lansia ketika melakukan senam lansia.

VIII. LANGKAH-LANGKAH SENAM LANSIA DENGAN HIPERTENSI


a. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 2x
b. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
c. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
d. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x
e. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
f. Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan ayunkan
ke kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

g. Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri
ayunkan ke kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h. Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki kesamping
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
i. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
j. Letakkan tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan
kesampingsebanyak 8 kali. Lakukan 2x
k. Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit
menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 3x
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

B. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan
ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).
I. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih sering
dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes melitus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak
faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk juga menderita
penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti
obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10
persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi
bukan faktor penyebab.
II. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis
dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

III. Klasifikasi Hipertensi


a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg
dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
1) < 79 mmHg : Normal
2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4) >100mmHg : hipertensi derajat 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)


Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)

IV . GEJALA HIPERTENSI

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).

V. FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita
hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah
menopause (Marliani, 2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia
lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat
yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas
50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini
adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama
aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan
bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan
bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua
orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit
ini akan meningkat menjadi 60%.
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia
karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapatdilakukan dengan
mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh
darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran
tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga
mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar mempunyai berat badan
berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak
obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya
normal. (Marliani,2007).
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya
risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai
detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60
menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi
penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya
tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok
laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan
dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri
renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts terhadap
28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok
lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi.
Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4
gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-
organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk
salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan
darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi,
2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas
sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
VI. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih
keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan
lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan
meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak
mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada
ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat
mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan
intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian
mendadak.
a. Penyakit jantung koroner dan arteri

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengeras ini.

b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan
otot jantung atau system listrik jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah.
Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang
dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan
darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut,
ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal
ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

VII. PENCEGAHAN HIPERTENSI


Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan
yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan,
2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet
setiap hari.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

b. Menghindari kegemukan (obesitas). Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan


menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan
adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi
setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur,
ataupun timbul hipertensi

VIII . MAKANAN YANG DI PERBOLEHKAN


1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari
penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu, kandungan folat
dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia
berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein)
dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
2. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium
dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
3. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih
sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit
jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu
mencegah tekanan darah tinggi.
4. Kedelai
keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah
menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang
sangat bermanfaat bagi kesehatan.
5. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal
kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik
untuk menstabilkan tekanan darah.
6. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat
membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat
oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan
menyebabkan aliran darah meningkat.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

IX. MAKANAN YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN


1. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan
menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan,
acar.
4. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
5. Margarin dan mentega biasa.
6. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis, tauco.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

C. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat , kami mengharapkan dukungan dan partisipasi Bapak/ibu .
semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan .

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/ ibu kami ucapkan terimakasih .

Palembang, 15 Agustus 2017

Ketua Pelaksana Dosen Pembimbing

sri Astuti Azwaldi ,APP , M.Kes

NIM .1970112619930312002
Mengetahui ,

Hj.Ismar Agustin, SKP,M.Kes

NIP. 196108231981012001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
STUDI D.IV KEPERAWATAN

Jln Merdeka No. 76-78 Palembang. Telp. (0711) 351081, Kode Pos 30135

A. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat , kami mengharapkan dukungan dan partisipasi Bapak/ibu .
semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan .

Atas perhatian dan kerjasama Bapak/ ibu kami ucapkan terimakasih .

Palembang, 15 Agustus 2017

Ketua Pelaksana Dosen Pembimbing

sri Astuti Hanna D.L Damanik, MKM

NIM. PO 7120415018
Mengetahui ,

Hj.Ismar Agustin, SKP,M.Kes

NIP. 196108231981012001

PROPOSAL KEGIATAN
SENAM LANSIA DENGAN HIPETENSI SEBAGAI UPAYA
PENINGKATAN KESEHATAN LANSIA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Amalia Maharani ( PO.71.20.4.15.002 )


2. Cita Amelia ( PO.71.20.4.15.026 )
3. Dwi Erika Safitri ( PO.71.20.4.15.028 )
4. Imang Budiati ( PO.71.20.4.15.033 )
5. Intanti Wandari ( PO.71.20.4.15.034 )
6. Jenny Samudra D ( PO.71.20.4.15.035 )
7. M.Randi Wijaya ( PO.71.20.4.15.039 )
8. Sri Astuti ( PO.71.20.4.15.018 )
9. Verlentia Agveza ( PO.71.20.4.15.021 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIV KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai