Anda di halaman 1dari 18

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Oktober 2016

FKIK Universitas Tadulako


Rumah Sakit Undata

UJIAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Nama : Nur Safriyanti


Stambuk : N 111 16 037
Penguji : dr. Dewi Suryani Angjaya , Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Jeniskelamin : Perempuan
Usia : 35Tahun
Alamat : Malakosa, Parigi
Status pernikahan : Janda
Pendidikanterakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 01 Oktober 2016

I. Riwayat Penyakit
Anamnesis (Autoanamnesis):
a. Keluhan Utama : Mengamuk.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dan gejala:
Pasien datang dibawa oleh ibu pasien karena mengamuk, gelisah,
suka berbicara sendiri dan susah tidur sejak 1 minggu yang lalu.
Seringkali pasien mendengar bisikan-bisikan yang terus menerus
terngiang ditelinganya berupa bisikan seseorang yang ingin mengejarnya
dan juga melihat ada sosok keluarganya yang berdiri disekitar pasien. Ia
juga merasa kepalanya berlubang karena dibelah dan ada tali yang
mengikat kepalanya dari langit, tangan kanannya seperti terkena pacul.
Pada awalnya pasien melihat seorang yang sedang diobati oleh dukun
dikampungnya dengan memberikan segelas air, namun tiba-tiba pasien
mengatakan bahwa jangan meminum air tersebut, itu bohong, hanya
dokter yang mampu mengobati. Semenjak itu pasien kembali sering
berbicara sendiri dan kadang mengamuk sehingga keluarga pasien
membawanya ke rumah sakit.

1
Pasien pernah di rawat di RSD Madani dengan keluhan yang sama
pada tahun 2014, dimana pasien sering mendengar ada bisikan-bisikan
yang mengejar terus menerus, akibat bisikan tersebut pasien pernah
berjalan kaki dari malakosa sampai ke Poso karena merasa ada yang
mengikutinya. Setelah kejadian itu respon keluarga belum langsung
membawanya ke rumah sakit, sampai keluarga merasa keadaan pasien
menggangggu lingkungan sekitarnya, kemudian dibawa ke rumah sakit.
Pasien memperoleh pengobatan selama di rumah sakit. Setalah keadaan
pasien membaik Ia kembali datang pada tahun 2015 untuk kedua kalinya
masuk rumah sakit. Pada tahun 2016 pasien kembali masuk dengan
keluhan yang sama. Pasien tidak pernah kontrol setelah keluar RS
Madani dan 1 tahun terakhir pasien mengalami putus obat.

Hendaya/disfungsi :
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

Faktor stresor psikososial :


Saat ini faktor stresor psikososial yang mempengaruhi pasien adalah
suami pasien yang masih dicintainya, namun sudah bercerai pada tahun
2014, dan ada kabar bahwa ia telah memiliki wanita lain.

Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan


psikis sebelumnya.
Pada tahun 2014 dan 2015 pasien pernah dirawat di RSD Madani
dengan keluhan yang sama. Berupa mendengar adanya bisikan-bisikan
yang terus menerus mengikutinya dan melihat adanya sosok keluarganya
disekitar pasien.

2
c. Riwayat Kehidupan Sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien tidak pernah mengalami trauma, kejang dan sakit berat.

Riwayat gangguan psikiatri


- Pasien pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya, tepatnya
pada tahun 2014 dan 2015.

Riwayat penggunaan zat psikoaktif


- Pasien tidak pernah mengkonsumsi alcohol, obat-obatan ataupun rokok.

d. Riwayat Kehidupan pribadi


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal dirumah dengan bantuan dukun beranak. Tidak
ada gangguan atau penyakit yang diderita oleh ibunya saat mengandung
hingga melahirkan Ny.K. Pasien lahir cukup bulan dengan imunisasi tidak
dilakukan.

Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)


Pasien mendapatkan ASI dari ibunya, pertumbuhan dan
perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi
pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)


Pasien tumbuh normal dan bergaul seperti anak-anak biasa. Pasien
tidak mengikuti sekolah TK, masuk SD pada usia 7 tahun dan berhenti
sekolah saat duduk dibangku kelas 3 SD karena pernah mendapat
hukuman berupa dijemur oleh gurunya setelah menonton di bioskop
bersama teman-temannya, namun yang mendapat hukuman hanya pasien

3
sendiri. Hal ini menyebabkan bapak kandung pasien memukuli pasien dan
tidak mengizinkan pasien untuk melanjutkan sekolahnya.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Setelah pasien putus sekolah, pasien selalu menemani bapaknya
untuk mencari ikan dilaut. Dimana bapak dari Ny.K adalah seorang
nelayan. Pasien merupakan anak yang sangat rajin dan penurut kepada
kedua orang tua.Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangga dan
lingkungan sekitar.

Masa Dewasa
Pasien menikah pada tahun 2004, setelah 8 tahun menikah pasien
belum memiliki anak. Pasien sempat mengalami keguguran hingga dua
kali selama perkawinan. Pada tahun 2012 pasien berpisah dengan
suaminya (cerai). Selama ini pasien selalu bekerja untuk mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti sandang dan pangannya.
Pekerjaan yang dilakukan oleh pasien beragam, pasien pernah bekerja
membuat kopra, menyabit sawah dan lain-lain. Mantan suami pasien
bekerja sebagai petani, namun mantan suaminya sering meminta uang
kepada pasien, jika tidak diberikan ia marah dan memukuli pasien
beberapa kali.

e. Riwayat kehidupan keluarga


Pasien merupakan anak ke 3 dari 8 bersaudara terdiri dari 1 orang
laki-laki dan 7 orang perempuan. Satu orang laki-laki dan satu orang
perempuan telah meninggal dunia. Pasien mempunyai hubungan yang baik
dengan saudara dan kedua orang tuanya. Tidak ada riwayat penyakit di
dalam keluarga.
Pasien menikah pada usia 23 tahun yakni pada tahun 2004 dan
pisah dengan suaminya pada tahun 2012. Hubungan dengan suami kurang
baik karena pasien sering dipukuli oleh suaminya jika tidak diberikan
uang. Hubungan suami dengan keluarga pasien juga kurang baik.

4
f. Situasi Sekarang
Setelah cerai pada tahun 2012 pasien tinggal di rumah kedua orang
tuanya bersama saudara-saudaranya serta keponakan pasien.

g. Persepsi Pasien Tentang Diri Dan Kehidupannya


Pasien merasa perlu mendapatkan pertolongan medis dengan
keluhan yang ia rasakan sekarang.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
- Penampilan: seorang perempuan tampak sesuai umur, berkulit sawo
matang, menggunakan daster ungu dan kerudung bunga-bunga,
tampak sehat dan perawatan diri baik.
- Kesadaran: komposmentis
- Perilaku dan aktivitas psikomotor: Tenang
- Pembicaraan: bicara spontan, intonasi rendah dan gaya berbicara
monoton
- Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif
b. Keadaan Afektif
- Mood : Sedih
- Afek : Tumpul
- Empati : Tidak dapat dirabarasakan
c. Fungsi Intelektual (kognitif)
- Taraf Pendidikan, Pengetahuan umum dan kecerdasan : Pengetahuan
umum sesuai dengan tingkat pendidikannya
- Daya konsentrasi: baik
- Orientasi waktu, tempat, dan orang: baik
- Daya ingat jangka panjang baik, menengah dan pendek: baik
- Pikiran abstrak: terganggu
- Bakat kreatif : -
- Kemampuan menolong diri sendiri: baik

5
d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Halusinasi auditori (+) berupa seperti suara
bisikan-bisikan yang terus menerus terdengar ditelinganya , halusinasi
visual (+) berupa sosok keluarga yang sering muncul disekitar pasien.
- Ilusi : (-)
- Depersonalisasi :(+), pasien merasa kepalanya seperti berlubang
karena dibelah.
- Derealisasi : (-)

e. Proses Berpikir
- Arus Pikiran
a. Produktivitas : Meluas
b. Kontinuitas : Asosiasi longgar
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
- Isi Pikiran
a. Preokupasi : Pasien memikirkan mantan suaminya
b. Gangguan isi pikir : Delusi pasivitas (+) pasien merasa pasrah
terhadap kekuatan yang datang dari luar.

f. Pengendalian Impuls : Baik

g. Daya Nilai
- Norma Sosial : Terganggu
- Uji Daya Nilai : Kurang
- Penilaian Realitas : Kurang

h. Tilikan
Derajat 6 (Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan).

6
i. Taraf Dapat Dipercaya:
Dapat dipercaya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan Fisik :
Status Internus
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,5C
Pernapasan : 18 kali/menit
Anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-)/(-)
Sianosis : (-)/(-)
Thorax
o Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
o Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
o Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
o Auskultasi : Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2,
bunyi tambahan (-)
Abdomen
o Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
o Auskultasi : Peristaltik usus (+)
o Perkusi : Bunyi timpani di 4 kuadran, Pembesaran hepar (-),
lien (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
Neurologis
o Kesadaran : Compos mentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
o Nervus Cranial : Dalam batas normal
o Refleks Fisiologi : Normal
o Refleks Patologis :-

7
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
- Pasien datang dibawa oleh ibu pasien karena mengamuk, merasa gelisah,
berbicara sendiri, dan susah tidur.
- Pasien adalah pasien berulang yang pernah dirawat beberapa kali pada
tahun 2014 dan 2015.
- Pasien seringkali mendengar suara bisikan-bisikan yang terus menerus
terdengar telinganya dan melihat sosok keluarganya disekitar pasien.
- Perilaku dan aktivitas psikomotor pasien selama wawancara adalah
tenang. Pembicaraan spontan, menjawab sesuai dengan pertanyaan
namun jawaban yang diberikan tidak masuk diakal. Mood terlihat sedih,
afek tumpul, keserasien serasi. Pada gangguan persepsi didapatkan
adanya halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+) dan pada gangguan
isi pikir didapatkan delusi (+), tilikan derajat VI.

V. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
a. Axis I
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupa halusinasi auditorik dan halusinasi visual dan adanya
delusi pasivitas. Keadaan ini menimbulkan distress bagi pasien dan
keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan
dalam menilai realita, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya dalam menilai realita,sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi
gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta
dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, Sehingga
diagnosis gangguan mental dapat disingkirkan dan didiagnosa
Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

8
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual dan delusi
pasivitas yang perlangsungan gejalanya lebih dari 1 bulan, sehingga
memenuhi diagnosis Skizofrenia (F20). Pada pasien ini ditemukan
halusinasi auditorik yang menonjol serta halusinasi visual di mana
pasien melihat sosok keluarganya disekitarnya, berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis
diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0).
b. Axis II
Dari anamnesis tidak didapatkan bahwa pasien terdapat tanda-tanda
gangguan kepribadian. sehingga dikatakan tidak ada diagnosis Axis II (Z
03.2)
c. Axis III
Tidak ada diagnosis Axis III.
d. Axis IV
Masalah dengan Primary Support Group (Keluarga)
e. Aksis V
GAF Scale 70-61 beberapa kesulitan dalam bekerja, namun secara umum
dapat berfungsi cukup baik.

VI. DAFTAR PROBLEM


1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berupa halusinasi auditorik, halusinai
visual dan delusi pasivitas, sehingga menimbulkan gejala psikis,
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

9
VII. PROGNOSIS
Dubia at Bonam
- Faktor Pendukung : Keinginan pasien yang ingin sembuh.
- Faktor Penghambat : Lingkungan keluarga, perceraian.

VIII. RENCANA TERAPI


a. Farmakoterapi
Antipsikotikatipikal : Risperidon 2 mg, diazepam 5 mg.

b. Psikoterapi
- Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi
pikirannya sehingga pasien merasa lega.
- Suportif
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya, serta tetap memotivasi pasien agar tetap minum
obat secara teratur.
- Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat
pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga tercipta
dukungan moril dan lingkungan yang kondusif sehingga membantu
proses penyembuhan pasien.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping obat yang diberikan.

10
X. PEMBAHASAN

Kriteria Diagnostik Menurut DSM-IV


Menurut DSM-IV-TR: Kriteria Diagnostik Skizofrenia
a) Gejala-gejala yang khas : 2 atau lebih dari gejala berikut yang bermakna
dalam periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi):
1. Waham.
2. Halusinasi.
3. Pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau incohorensia).
4. Perilaku janggal atau katatonik
5. Adanya gejala negatif (spt afek datar,alogia,abulia).
Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika waham-nya janggal atau
jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus mengomentari tingkah
laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi 2 (atau lebih) suara-suara
yang saling bercakap-cakap.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: 1 atau lebih dari area fungsional utama
menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila
onset pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan pencapaian
tingkat interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal atau perawatan diri.
c) Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini meliputi 1 bulan gejala-gejala fase aktif yang memenuhi
kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga mencakup fase
prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal atau residual ini,
tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-
gejala negatif saja atau lebih dari atau=2 dari gejala-gejala dalam kriteria A
dalam bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaankepercayaan ganjil,
pengalaman perseptual yang tidak biasa).
d) Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena : (1) tidak ada

11
episode depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan
dengan gejala-gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif
maka perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan
residual.
e) Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang
disalah gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat
riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa
skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang
menonjol dalam waktu sedikitnya 1 bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).

Klasifikasi berdasarkan perjalanannya (longitudinal; hanya dipakai setelah


minimal 1 tahun berlalu semenjak onset dari gejala-gejala fase aktif pertama):
- Episodik dengan gejala-gejala residual inter episode (episode ditandai dengan
keadaan kekambuhan dari gejala-gejala psikosis) juga tentukan jika disertai
gejala-gejala negatif yang menonjol.
- Episodik tanpa gejala-gejala residual interepisode.
- Kontinyu (gejala-gejala psikosis jelas ada sepanjang periode observasi) juga
tentukan jika disertai gejala-gejala negatif yang menonjol.
- Episode tunggal dengan remisi parsial; juga tentukan jika disertai gejala-
gejala negatif yang menonjol.
- Episode tunggal dengan remisi penuh
- Pola lainnya atau yang tidak ditentukan.

Tipe PARANOID
Suatu tipe skizofrenia yg memenuhi kriteria:
a. Preokupasi dengan 1 atau lebih waham atau sering berhalusinasi auditorik.
b. Gejala2 berikut tidak menonjol: pembicaraan atau perilaku yang janggal atau
katatonik atau afek datar atau inappropriate.

12
Kriteria diagnostik Menurut PPDGJ III
Gejala skizofrenia paranoid adalah memenuhi gejala skizofrenia dengan
halusinasi dan atau waham yang menonjol. Hendaya dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Pada pasien ini dapat ditemukan adanya halusinasi auditorik dan visual
yang menonjol disertai adanya waham sehingga memenuhi criteria untuk
diagnosis skizofrenia paranoid.

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafrenia paranoid berdasarkan PPDGJ-III

Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia


Halusinasi dan atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
member perintah atau halusinasi auditorik tampa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
sexual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham terdapat hamper setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), waham dipengaruhi
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar
beraneka ragam, adalah yang paling khas;
-gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/ tidak menonjol.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide
berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

13
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
berulang.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir
(self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Pengobatan antipsikotik yang diperkenalkan awal tahun 1950an, telah
merevolusi penanganan skizofrenia. Obat antipsikotik mencakup dua kelas
utama: antagonis reseptor dopamine (klorpromazin, haloperidol) dan
antagonis serotonin dopamine (risperidon dan klozapin).
Oleh karena pasien menunjukan gejala negative yang dominan, maka
dapat diberikan obat antipsikotik atipikal atau generasi kedua, salah satunya
adalah risperidon. Untuk mengatasi susah tidur pasien dapat diberikan obat
golongan benzodiazepine seperti diazepam.

14
- Risperidon
Risperidon merupakan antipsikotik atipikal yang digunakan untuk
mengatasi sindrom psikosis dengan gejala negatif yang dominan, yaitu :
gangguan perasaan (afek tumpul, respon emosi minimal), gangguan
hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir
(lambata, terhambat), isi pikiran yang streotip dan tidak ada inisiatif,
perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia). Obat
antipsikosis atipikal berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors, dan
Serotonin 5 Ht2 Receptors.
- Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama.Pemberian benzodiazepin dimulai dengan
dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons
terapi.Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis
terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama
pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering
off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi efek anti-
anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan operatif.
Diazepam/Chlordiazepoxide : broad spectrum. Dosis anjuran, oral :
2-3 x 2-5 mg/hari, injeksi : 5-10 mg (im/iv), rectal tube : anak <10
kg/bb : 5 mg, anak > 10 kg/bb : 10 mg
Nitrazepam/Flurazepam : dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berdekatan (non dose related), lebih efektif sebagai anti-insomnia.
Midazolam : onset cepat dan kerja singkat, sesuai kebutuhan untuk
premedikasi tindakan operatif.
Bromazepam, lorazepam, clobazam : dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

Diagnosis Banding
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan oleh pasien yakni adanya halusinasia
uditorik dan visual yang muncul secara terus dan perlangsungannya sudah lebih
dari 1 tahun, kemudian pasien merupakan pasien berulang yang sebelumnya telah

15
didiagnosis skizofrenia, maka beberapa ganguan yang menjadi diagnosis banding
dari pasien adalah sebagai berikut:
1. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi semua:
a. Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas, atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk, seperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja social
yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu periode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dan skizofrenia.
d. Tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organic lain, depresi
kronis atau instituionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R (ed). 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-


III. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT Nuh Jaya
2. Sadock B J, Sadock V A. Kaplan & Sadock. 2010.Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC
3. Utama H (ed). 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
Edisi Ketiga. Jakarta : FK Unika Atmajaya

17

Anda mungkin juga menyukai