Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerajaan Maritim Hindu-Budha di Indonesia ...................................................... 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 12
B. Saran......................................................................... ............................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan
dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan
wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh
Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa
terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok
yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan
Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada
masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan


bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.
Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya
dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses masuknya kerajaan-kerajaan Maritim Hindu-Budha di Indonesia?
b. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Maritim di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses masuknya kerajaan-kerajaan
Maritim Hindu-Budha di Indonesia dan perkembangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya


pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja
yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua
di Indonesia, dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya pada hulu
sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan kerajaan ini ditandai dengan adanya 7
buah prasasti, yang dinamai prasasti yupa dengan huruf palawa dan bahasa sansekerta.
Pendirinya adalah Raja Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil alih oleh
putranya, Raja Aswawarman. Dan setelah Raja Aswawarman wafat, kerajaan diambil alih
oleh putra Raja Aswawarman, yaitu Raja Mulawarman.

Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah
menyumbangkan 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan betapa
dermawannya seorang Raja Mulawarman, dari sini dapat dianalisis bahwa masyarakat Kutai
makmur dan bermata pencaharian sebagai petani dan beternak.

2. Kerajaan Tarumanegara

Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti yang
berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Kebun
Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seorang musafir Cina bernama
Fa-Hsien pernah datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan
To-lo-mo atau Taruma di Pulau Jawa. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang
pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan
Purnawarman meliputi hampir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor.
Raja pernah memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran
panjang 6.112 tumbak ( 11 km). Saluran itu berfungsi untuk mencegah bahaya banjir.
Saluran ini selanjutnya disebut sebagai sungai Gomati.

3. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berjaya di
Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan
menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Keberadaan kerajaan ini
diketahui melalui enam buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf
pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit,
Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga terdapat
dalam berita Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab,
Sriwijaya disebut dengan Zabag atau Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta
Cina yang bernama I-Tsing sering dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan
bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India.
Berita dari Dinasti Sung juga menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun
971-992 M.

Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari
kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya
merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Menurut
berita I-Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar
agama Buddha di bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemuda
Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan
Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau
patung/arca Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang
Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).

. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terakhir dan terbesar di Indonesia.


Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya yang sempat melarikan diri ke
Madura bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya. Kerajaan Majapahit, awalnya
hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik yang merupakan pemberian Raja
Jayakatwang dari Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak bersalah atas
kesalahan generasi atasnya.

Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal
dengan 20.000 orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang
Raja Kertanegara yang telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau tunduk
pada Kaisar Kubilai Khan. Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara beserta Kerajaan
Singhasari itu telah meninggal dan hancur dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Mengetahui rencana penyerangan dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk
merebut kembali Kerajaan Singhasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan
menyerang Raja Jayakatwang di Kediri.

Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan, sehingga Raja Jayakatwang


berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta pora.
Mereka tidak menyangka ketika sedang berpesta pora, pasukan Majapahit balik menyerang
mereka. Akhirnya pasukan armada Cina kalah, dan mereka segera kembali ke tanah airnya.
Sejak saat itu Kerajaan Majaphit mulai berkuasa. Pada tahun 1295, berturut-turut pecah
pembrontakan yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi.
Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan
mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi
Artahpura. Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama
Jayanegara menggantikannya sebagai Raja Majapahit.
Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus menghadapi sisa pemberontakan yang
meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara
diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia
kemudian diungsikan ke Desa Bedager. Raja Jayanegara wafat tahun 1328 karena dibunuh
oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak
mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang
bergelar Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani.

Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar


Kertawerdhana. Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan
di masa pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya
adalah pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu dapat
dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para
pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah palapa), sebelum ia
dapat menundukan seluruh Nusantara di bawah naungan Majapahit.

Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama
Hayam Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah
berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Wuruk dinobatkan
sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara dan Gajah Mada diangkat sebagai Patih
Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang
sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk pada Majapahit, namun ada satu
kerajaan kecil yang belum berhasil dikuasai kerajaan Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh.
Raja Hayam Wuruk bersama Patih Gajah Mada berusaha untuk menaklukan kerajaan
tersebut.

Namun ketika itu Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari Kerajaan
Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi
Dyah Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan
Majapahit untuk menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari kerajaan Sunda
Galuh tiba di Kerajaan Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa
keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih
Gajah Mada segera mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota keluarga Kerajaan
Sunda Galuh. Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya tewas,
Dyah Pitaloka pun akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri.

Raja Hayam wuruk yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi
marah, terlebih ketika melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas kesalahpahaman
patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal karena sakit hati. Sejak
kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan Majapahit mencapai masa kemunduran,
perlahan-lahan kekuasaan Majapahit pun runtuh. Pada salah satu versi cerita, dikisahkan
Sang Patih, Gajah Mada pergi ke sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa
karena merasa bersalah pada rajanya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya


pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja
yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit. Masuknya
kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan
kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur.
Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan,
maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.

B. Saran

Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu.
Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana.
Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat
kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang
ditinggalkan agama Hindu-Budha.

Anda mungkin juga menyukai