Anda di halaman 1dari 6
Biota Vol. III (2) : 58 ~ 62, Agustus 1998 ISSN 0853-8670 Kebiasaan Makan Empat Jenis Katak Rana Asal Kelila, Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya (Food Habit of Four Spe Hellen Kurniati Pusat Penelitiun dan Pengembangan Biologi-LPl, P.0.Box 208, Bogor 16002 Abstract Rana From Kelila, Jayawijaya District, Irian Jaya) Exploration of frog for genus of Rana had been carried out at Kelila District, Jayawijaya Regency, Irian Jaya. There were found four genus of Rana which lived symphatric, Result of stomach content analysis of those frogs showed that their main prey were insects (x ~ 75,6%). ‘The Pianka’s Index of food overlap were 0,25 between R. jimiensis and R. grisea, 0,98 between R. jimiensis and R. papua and 0,80 between R. grisea and R. papwa These indexes showed that competition between R. jimiensis and R. papua and between R. grisea and R. papua were strong, Key words food habit, Rana, Irian Jaye Diterima: 23 Maret 1998; disetujui: 15 Juli 1998, Pendahuluan Tim eksplorasi sumber daya hayati di Kecamatan Kelila, Kabupaten Jayawijaya, Trian Jaya pada bulan Oktober 1994 berhasil mengoleksi empat jenis Rana dengan jumiah yang memadai, yaitu R jimiensis, R. grisea, R supragrisea dan R. papua. Menurut Menzies (1987), R. supragrisea, R. grisea, R. papua, dan R. arfaki hidup simpatrik. Eksplorasi ini tidak menemukan R. arfaki, tetapi R. jimiensis yang hidup simpatrik dengan ketiga jenis lain, R. arfaki dan R. simiensis termasuk katak endemik Irian yang berukuran _besar Perbedaan sifat dari kedua jenis katak tersebut hanya pada bentuk timpanum, yang mana ukuran timpanum R. jimiensis kecil, sedangkan R. arfaki besar (Menzies, 1987), Keempat jenis Rana tersebut dikonsumsi oleh penduduk setempat, Oleh karena itu perlu dipikirkan pengembangan teknologi budidaya katak di daerah dataran tinggi Jayawijaya, sehingga penduduk asli_ dak hanya menggantungkan diri kepada konsumsi daging babi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani mereka, Selain itu juga tetap menjaga kelestarian Katak tersebut di alam. Untuk mendukung pola pemikiran ini, maka dilakukan analisis isi lambung katak tersebut. Pengetahuan akan pakan katak tersebut merupakan langkah awal untuk teknologi budidaya. Metode Penelitian Jumlah spesimen yang diperoleh untuk Jimiensis 6 ekor, R. supragrisea 3 ckor, R grisea 19 ckor, dan R, papua 6 ekor. Semua spesimen yang diperoleh di lapangan dibunuh dengan eter kemudian direndam dalam formalin 10 % untuk fiksasi. Setelah sampai di laboratorium larutan formahn dibuang, dan scluruh spesimen diawetkan dalam alkkoho! 70 %, termasuk juge lambung yang telah diisolasi Cara penghitungan jumlah —mangsa mengikuti cura Berry (1965), yaitu kategori bentuk mangsa dalam lambung terbagi dua : (1) mangsa berada dalam bentuk utuh atau Kebiasaan Makan Empat Jenis Katak Rana Asal Kalila hampir utuh, dan (2) potongan kaki, sclerit, sayap, kepala, elytra, ovipositor, dan sebagainya, Penghitungan untuk Kategori 2 dengan melihat jumlah kepala, jumlah pasangan elytra untuk kelompok kumbang, atau bentuk dan jumlah pasangan sayap. Untuk penghitungan nilai_ tumpang tindih pakan digunakan Indeks Pianka (Krebs, 1989), yaitu : n 0, = 2PaPe ij "Spire yang mana ; Oy = Index Pianka untuk tum- pang tindih pakan pada Jenis j dan jenis k. py = perbandingan mangsa i yang digunakan _jenis j Pi = perbandingan mangsa i yang digunakan jenis k. n= jml, keseluruhan mangsa yang digunakan oleh jenis j dan k. Hasil dan Pembahasan Komposisi jenis makanan keempat jenis katak tersebut dapat dilihat pada Tabel 1, Pada tabel terlihat serangga merupakan sumber makanan utama katak (76,9 % pada R Jimiensis; 75 % pada R. grisea; dan 75 % pada R. papua). Dalam perbandingan ini R. supragrisea tidak dapat diperhitungkan, karena jumlah macam mangsa tidak dapat_masuk perhitungan. Avertebrata lain yang menjadi makanan mereka ialah Crustacea, Araneida, Acarina, dan Chilopoda yang mencapai 23,1 % pada R. jimiensis; 25 % pada R. grisea dan R papua. Selain itu dalam lambung keempat katak tersebut ditemukan cacing Nematoda parasit yang umum dijumpai pada katak Rana. Dominasi jenis makanan berbeda untuk setiap jenis. Untuk R. jimiensis, Hymenoptera 84.9 %; untuk R. grisea, Araneida 14,8 %; untuk R. papua, Coleoptera 36,4 %. Mangsa Crustacea dari jenis udang Cherax hanya dijumpai pada lambung R. jimiensis (1,9 %), 59 begitu pula untuk Chilopoda (0,9 %). Orthoptera merupakan mangsa yang umum dimakan oleh keempat jenis katak tersebut (R Jimiensis 28 %; R. supragrisea 66,7 %: R grisea 7.4%; R. papua 18,2 %). Kondisi lambung yang kosong dijumpai pada R. supragrisea (33,3 %) dan R. grisea(10,5 %). Materi lain yang dijumpai yang mungkin masuknya tertelan bersamaan dengan mangsa adalah daun-daun tumbuhan dan pasir. Daun-daun tumbuhan pada 2. jimiensis, sedangkan pasir terdapat pada R. grisea. Tabel_ 2 memperlihatkan persentase lambung yang berisi jenis mangsa. Untuk &. jimiensis persentase lambung yang. berisi Crustacea dan Coleoptera paling tinggi (33,3 %); sedangkan R. grisea mangsa Thysanura, Coleoptera, dan Arancida paling tinggi (17.6 %): untuk R. papwa mangsa Coleoptera paling tinggi (50 %). Dari hasil penelitian ini belum. dapat dikatakan bahwa persentase tertinggi mangsa dapat dikatakan sebagai _mangsa kesukaan, Karena mengingat jumlah sampel tidak memadai. Sebagai contoh untuk R. Jimiensis betina yang sedang bertelur tidak dijumpai jenis mangsa dominan, karena dalam satu lambung dijumpai 10 kelompok takson. Dari keempat jenis Rana ini R. jimiensis berukuran paling besar (dewasa dapat, mencapai ukuran 150 mm); sedangkan R grisea dan R. papua berukuran sedang (betina berukuran 64-96 mm pada R. grisea, 65-87 mm pada R. papua) (Menzies, 1987). Menurut Christian (1982), semakin besar katak akan memakan mangsa lebih besar dan lebih beragam. Pendapat ini sesuai dengan keadaan yang ditemukan pada 2. jimiensis, mangsanya termasuk udang Cherax yang relatif ukurannya paling besar dibanding jenis mangsa lain dan mangsanya terdiri atas 10 takson. Pada R. jimiensis jumlah mangsa yang paling banyak adalah semut (Tabel 1), tetapi hanya terdapat pada satu lambung (Tabet 2) Dalam kasus ini semut ditelan dalam satu kumpulan, yang mana kumpulan itu terdapat pada daun tumbuhan, sebab dalam lambung ini terdapat pula daun tumbuhan, — Menurut Erftemeijer dan Boeadi (1991), semut merupakan mangsa yang dapat langsung, mengenyangkan, Karena mereka biasanya Biota Vol. III (2), Agustus 1998 Hellen Kurniati hidup berkoloni, Pada R. grisea juga memangsa semut (Formicidae), _tetapi jumlahnya satu ekor hanya pada satu lambung. Kemampuan R. jimiensis untuk menelan koloni semut karena ukurannya lebih __besar dibandingkan R. grisea; keadaan ini sejalan dengan pendapat Christian (1982) bahwa semakin besar katak akan mempunyai kemampuan untuk memakan mangsa lebih besar, Selain mangsa berupa Arthropoda, ditemukan juga material tumbuhan, Material tersebut tidak diperhitungkan dalam. analisis, karena katak dewasa tidak mempunyai enzim untuk mencema material yang berasal dari tumbuhan (Erftemeijer dan Schelwald, 1986 dalam Mumpuni ¢7 a/. 1980). Kelompok takson lain yang tidak diperhitungkan dalam analisis adalah Nematoda. Nematoda yang terdapat dalam keempat katak tersebut berasal dari katak tersebut dan bersifat positif parasit, lagi pula tidak ada enzim yang dapat mencerna mereka, Keempat jenis katak ini hidup simpatrik. Berdasarkan hasil perhitungan index tumpang tindih relung (Index Pianka) (dalam perhitungan ini R. supragrisea tidak dapat diperhitungkan), didapat nilai 0,25 antara R jimiensis dan R. grisea, nilai 0,98 antara jimiensis dan R. papua; dan 0,80 antara R. grisea dan R. papua, Index Pianka antara R. Jimiensis dan R. grisea kecil; keadaun ini disebabkan karena macam makanan berbeda dan habitat berbeda, Dari hasil _analisis makanan, R. jimiensis dapat _memangsa Arthropoda besar (udang Cherax dan Chilopoda) karena ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan R. grisea. Dari habitat mereka juga berbeda. Menurut Tyler (1962), R. Jimiensis dijumpai pada habitat sungai dangkal ‘yang mana bagian tepi sungai merupakan hutan tropika. Sedangkan R. grisea ditemukan pada sungai dangkal yang mana pada bagian tepinya merupakan suatu padang rumput (Menzies, 1987). Index Pianka untuk &. jimiensis dan R. papua; R. grisea dan R. papua besar, ini berart! kompetisi makanan di antara mereka kuat. Untuk melakukan budidaya lebih baik penelitian dikonsentrasikan kepada jenis R. jimiensis. Katak ini berukuran besar (dapat mencapai ukuran 150 mm). Pada katak Biota Vol, III (2) , Agustus 1998 biasanya bagian tubuh yang dimakan adalah bagian kaki belakang (Abdulali, 1985); oleh sebab itu R. jimiensis lebih bernilai ekonomi: Untuk tahap penelitian selanjummya_perlu dilakukan penelitian kebiasaan makan pada tingkat umur berudu, juvenil, pradewasa, dan dewasa, Penelitian ini perlu dilakukan, pada sebagian besar kelompok katak terdapat perbedaan jenis mangsa, ukuran, dan strategi mencari mangsa yang berhubungan dengan umur (Christian, 1982) Kesimpulan Dari hasil analisis pakan pada empat jenis katak Rana yang berasal dari Dataran ‘Tinggi Jayawijaya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Mangsa utama keempat katak Rana tersebut adalah serangga: 2) Katak R. jimiensis mempunyat variasi jemis dan ukuran mangsa lebib besar dibandingkan ketiga katak lainnya; 3) Kompetisi makanan antara R Jimiensis dan R. papua kemudian R. grisea dan R papua kuat yang dapat dibuktikan dari Index Pianka yang besar. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak A. Suyanto MSc dan M.H Sinaga yang banyak membantu dalam pengumpuln spesimen di lapangan. Ucapan terima kasih khusus kepada Bapak A. Suyanto M.Sc atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk kebaikan tulisan ini. Terakhir kali saya mengucapkan terima kasih kepada Proyek Penelitian dan Pengembangan Biota Pegunungan dan Konservasi Ex-situ Kebun Biologi Wamena pada tahun anggaran 1994- 1995 Daftar Pustaka Abdulali, H. 1985. On the Export of Frog Legs from India, Journal Bombay Natural History Society 82 (2) : 347-375. Berry, P.Y. 1965. The Diet of Some Singapore Anura (Amphibia) Proceeding Zoologi- cal Society of London 144 (1) : 163-167. 60 Kebiasaan Makan Empat Jenis Katak Rana Asal Kalila Christian, K.A. 1982. Changes in the Food Niche During Ontogeny of the triseriata. Copeia (1) : 73-80. Erftemeijer, P. and Boeadi. 1991. The Diet of Microhyla heymonsi Vogt (Microhyli- dae) and Rana chal Postmetamorphie Frog Pesudacris leonota Schlegel (Ranidae) in a Pond on West Java Raffles Bulletin of Zoology 39 (2) 279-282. Krebs, C.J, 1989. Ecological Methodology. Harper dan Row Publishers, New York. Menzies, J.1. 1987. A Taxonomic Revision of Papuan Rana. Australian Journal Zoology 35 (4) : 373-418, Mumpuni, I. Maryanto dan Boeadi. 1990. Studi Pakan Katak Microhyla —achatina (Tschudi) dan Hylarana chaleonota di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat Prosiding Seminar Biologi Dasar 1 108-112 Lyler, MJ. 1902. On the Possible Existence of aGunt Frog in New Guinea, British Journal of Herpetology 3 (2) : 28-30. Tabel 1. Jenis mangsa, jumlah, dan persentasenya dari isi lambung 2. jimiensis, R. supragrisea, R. grisea, dan R. papua Insecta atau Arthropoda lain Rana. Jimiensis n=6 N Thysanura Orthptera Blattariae Isoptera (Termiticae) Hemiptera Odonata (larva) Trichoptera Lepidoptera (larva) Diptera Coleoptera Hydrophilidae Staphylinidae Cerambycidae Curculionidae larval Hymenoptera Formicidae pupa Crustacea Araneida ‘carina Chilopoda tidak teridentifikasi Lambung kosong Hen lenis Kodok ee Rana ‘Rana Rana supragrived grisea a papua n= 19 n=6 g Jumlah ot 27 100 Biota Vol. III (2), Agustus 1998 ‘abel 2. Jumlah lambung yang berisi serangga atau Arthropoda lain untuk jenis R. jimiensis, Hellen Kurniatt R grisea, dan R. papua Insecta atau Arthropoda lain Thysanura Orthoptera Blattariae Isopoda Hemiptera Odonata Trichoptera Lepidoptera Diptera Coleoptera Hymenoptera Crustacea Araneida Acarina _Chilopoda_ Biota Vol. TH (2) , Agustus 1998 Ryimiensis 1 1 1 1 n=6 % 16,7 16,7 16,7 16,7 16,7 33,3 167 33,3 16.7 Rerisea n=17 __(lambung isi) 17,6 18 11,8 59 59 17,6 8 12.6 39 2 Rpapua n= 2 One aqouine 0A matlayt ne weal Fist! £ fede Kaeb merivg, b syns, Toi i wmnwage Tal sanguin) Sal i vanitaneel . aborjoel or q FotermoH sisrrobO ' sxakgortontT ‘sistqobigat srigil : sroiqo2i0°) oi mrargonain¢t! Lat wooWneuT > oi * pbiseswa . enna en fo sboqolit 1 ie? eros

Anda mungkin juga menyukai