ABSTRAK: Taman Hutan Raya Raden Soerjo merupakan kawasan konservasi di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki beranekaragam biota, salah satunya katak pohon emas (Philautus
aurifasciatus). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakter morfologi, pola distribusi, dan
preferensi mikrohabitat katak pohon emas. Pengambilan spesimen dilakukan mulai pukul 19.0024.00 WIB di dua tempat, yaitu Hutan Cangar dan Hutan Lemahbang dengan metode Visual
Encountering Surveys (VES) pada Sampling Kuadrat dalam Transek. Karakter morfologi
menunjukkan lima variasi corak warna, pola distribusi populasinya cenderung mengelompok, dan
preferensi mikrohabitat dengan vegetasi Paku, Pandan, dan Palem.
Kata kunci: Morfologi, Distribusi, Mikrohabitat, Katak Pohon Emas, Taman Hutan Raya Raden
Soerjo
PENDAHULUAN
Taman Hutan Raya Raden Soerjo (Tahura R. Soerjo) merupakan salah satu
kawasan konservasi Indonesia yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan menjadi
taman hutan raya terbesar di Pulau Jawa selain Taman Hutan Raya Ir. Juanda di
Lembang, Jawa Barat. Tahura R. Soerjo meliputi wilayah Kota Batu, Kabupaten
Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jombang.
Tahura R. Soerjo memiliki 163 mata air dan beberapa Obyek Wisata Alam
(OWA), namun dari jumlah tersebut beberapa kawasan yang mudah untuk diakses
adalah OWA Cangar, Watu Ondo, dan hutan lindung Lemahbang (UPT Tahura R.
Soerjo, 2010).
Tahura R. Soerjo pernah menjadi tempat penelitian untuk mengkaji
keanekaragaman hayatinya pada tahun 2012 oleh Organisasi Foto Biodiversitas
Indonesia (FOBI). Penelitian yang dilakukan selama seminggu ini masih terpusat
di kawasan Cangar dan Watu Ondo. Hasil penelitian ini diantaranya dari kelas
Amfibi yang menemukan katak serasah (Leptobrachium haseltii), katak bertanduk
(Megophrys montana), kongkang jeram (Huia masonii), katak pohon emas
(Philautus aurifasciatus), dan katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax),
tetapi hanya katak pohon emas yang ditemukan di dua kawasan, yaitu Cangar dan
Watu Ondo (Taufiqurrahman, 2012).
Katak pohon emas (Philautus aurifasciatus) merupakan salah satu spesies
dari genus Philautus (Famili Rhacophoridae) yang merupakan jenis umum di
Pulau Jawa. Genus Philautus merupakan salah satu jenis katak pohon yang
berukuran kecil dibandingkan genus lainnya (Iskandar, 1998). Habitat katak
pohon emas menurut Iskandar dan Mumpuni (2004), yaitu tumbuhan bawah dan
beberapa pohon dengan medan yang cukup landai.
Populasi katak pohon emas yang berada di hutan sepanjang aliran sungai
Kromong di Cangar dan Lemahbang tentunya memilih mikrohabitat yang
mendukung daya adaptasi untuk tetap eksis dengan peran ekologisnya. Merujuk
dari hasil penelitian sebelumnya di Tahura R. Soerjo sehingga dianggap perlu
untuk mengetahui karakter morfologi, pola distribusi, preferensi mikrohabitat
serta pengaruh faktor abiotik terhadap kelimpahan katak pohon emas agar dapat
dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan perannya dalam penilaian tingkat
status konservasi di kawasan Tahura R. Soerjo.
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif bertujuan untuk
mengungkapkan karakter morfologi, pola distribusi, dan preferensi mikrohabitat
katak pohon emas di Tahura R. Soerjo. Penelitian ini akan dilaksanakan selama
bulan Maret-Mei 2013 di hutan sekitar sungai Kromong yang berada di Cangar
dan Lemahbang, Tahura R. Soerjo. Obyek penelitian ini adalah seluruh individu
katak pohon emas yang teramati dan diambil di hutan sekitar sungai Kromong
yang berada di Cangar dan Lemahbang, Tahura R. Soerjo.
Penentuan lokasi berdasarkan hasil penelitian oleh FOBI tahun 2012 dan
informasi dari petugas setempat yang berada di hutan dengan vegetasi yang masih
alami, yaitu hutan sekitar sungai Kromong di kawasan Cangar dan Lemahbang.
Penentuan titik sampling dimodifikasi dari penjelasan Kusrini (2009) bahwa
metode sampling kuadrat dalam transek ini biasa digunakan untuk mempelajari
amfibi yang berada di lantai hutan atau dekat badan sungai. Panjang transek yaitu
100 m dengan lima plot berukuran 20 x 20 m. Plot diletakkan dari tepi sungai
menuju hutan secara tegak lurus tanpa adanya jarak antara setiap plot (belt
transect). Transek yang diletakkan di Cangar dan Lemahbang menunjukkan
gradien lingkungan, yaitu dari tepi sungai menuju daerah hutan.
Pengambilan data dengan menggunakan metode Visual Encounter Surveys
(VES) pada 5 plot selama 6 hari di setiap lokasi. Pada malam hari pertama
menjelajahi semua titik yang sudah ditentukan kemudian menangkap sampel yang
terlihat menggunakan tangan, kemudian memasukkan sampel ke dalam kotak
berisi air untuk disimpan. Data pendukung diambil dengan mengukur ketinggian
titik ditemukannya sampel dari tanah, jarak titik dari badan sungai terdekat, suhu
udara, pH tanah, suhu tanah, dan mengidentifikasi vegetasi ditemukannya sampel.
Pengukuran morfometri berdasarkan parameter yang sudah ditentukan serta
pendeskripsian morfologi melalui pengamatan langsung yang dicocokkan dengan
deskripsi dari literatur dan mengawetkannya.
Data kelimpahan katak pohon emas untuk menentukan korelasi perbedaan
tempat terhadap karakter morfologi katak pohon emas dianalisis menggunakan uji
statistik Anava Tunggal. Pola distribusi dianalisis menggunakan rumus indeks
dispersi Morisita (Brower dalam Ridho dkk., 2012) sebagai berikut.
Id =
Id
N
n
xi2
Parameter
(2)
SVL (Panjang Tubuh)
NN (Jarak Lubang Hidung)
IO (Jarak Terdekat Mata)
EW (Jarak Terjauh Mata)
HW (Lebar Kepala)
THL (Panjang Paha)
TFL (Panjang Tibia-Fibula)
ED (Diameter Mata)
SL (Panjang Moncong)
TD (Diameter Membran Timphani)
HND (Panjang Tangan)
WD (Lebar Piringan Kaki)
FOT (Panjang Kaki)
Cangar
(3)
2,10 cm
0,26 cm
0,47 cm
0,77 cm
0,81 cm
1,13 cm
1,14 cm
0,24 cm
0,38 cm
0,14 cm
0,60 cm
0,19 cm
0,84 cm
Lemahbang
(4)
1,63 cm
0,20 cm
0,33 cm
0,56 cm
0,64 cm
0,93 cm
0,90 cm
0,19 cm
0,26 cm
0,11 cm
0,45 cm
0,08 cm
0,57 cm
Gambar
(2)
Deskripsi
(3)
Corak warna kulit bagian dorsal
cokelat keabu-abuan.
No.
(1)
7
Gambar
(2)
Deskripsi
(3)
Corak warna kulit bagian dorsal merah
bergaris kuning pada ekstremitas
belakang.
10
2.
Lokasi
Id
Mu
Mc
(1)
Cangar
Lemahbang
(2)
1,68
1,44
(3)
0,71
0,61
(4)
1,79
1,79
Keterangan: Id
Ip
3.
Mu
Mc
Ip
Pola Sebaran
(6)
0,43
0,28
(7)
Mengelompok
Mengelompok
= Indeks keseragaman
= Indeks pengelompokan
Preferensi Mikrohabitat
Preferensi mikrohabitat yang dilakukan katak pohon emas di daerah
Cangar dan Lemahbang wilayah Tahura R. Soerjo diketahui melalui pengukuran
parameter abiotik dan vegetasi. Rerata parameter di daerah Cangar, yaitu jarak
individu terhadap sungai sebesar 4,38 m, ketinggian individu saat melekat pada
vegetasi terhadap permukaan tanah sebesar 0,44 m, suhu udara sebesar 19,03 oC,
kelembaban udara sebesar 75,68%, suhu tanah sebesar 14,26oC, dan pH tanah
sebesar 6,97. Rerata parameter di daerah Lemahbang, yaitu jarak individu
terhadap sungai sebesar 9,79 m, ketinggian individu saat melekat pada vegetasi
terhadap permukaan tanah sebesar 0,45 m, suhu udara sebesar 18,66oC,
kelembaban udara sebesar 69,06%, suhu tanah sebesar 14,59oC, dan pH tanah
sebesar 6,95. Vegetasi yang dominan digunakan katak pohon emas di kedua
daerah adalah tumbuhan Paku dan Pandan.
PEMBAHASAN
Karakter morfologi katak pohon emas berupa tekstur kulit, corak warna
kulit, bentuk kepala, dan bentuk tubuh yang diperoleh dari daerah Cangar dan
Lemahbang menunjukkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan. Hasil
penelitian tentang karakter morfologi katak pohon emas yang telah dilakukan di
Cangar dan Lemahbang ini didukung dengan penelitian terdahulu pada genus
Philautus, yaitu pernyataan Dehling (2010) bahwa karakter kelompok Philautus
aurifasciatus memiliki bentuk moncong bulat jika dilihat dari dorsal, bantalan
nuptial (terlihat saat masa kawin) yang lembut, corak warna bagian dorsal kuning
kecokelatan dengan garis samar saat malam hari dan saat siang hari berwarna
cokelat muda dengan tanda berwarna gelap, terdapat corak kuning cerah di sisi
anterolateral paha, pangkal paha, dan panggul, serta iris berwarna cokelat
keemasan saat hidup.
Hasil pengukuran parameter morfometri pada setiap sampel katak pohon
emas di daerah Cangar dan Lemahbang menunjukkan bahwa parameter SVL
memiliki perbedaan secara signifikan dan parameter TD menunjukkan tidak ada
perbedaan secara nyata berdasarkan uji Anova Univarian (Anava Tunggal).
Ukuran SVL dari daerah Cangar sebesar 2,10 cm dan daerah Lemahbang sebesar
1,63 cm menunjukkan perbedaan dengan signifikasi sebesar 0,000. Ukuran TD
dari daerah Cangar sebesar 0,14 cm dan daerah Lemahbang sebesar 0,11 cm
menunjukkan tidak berbeda nyata. Dehling (2010) menyatakan bahwa holotype
Philautus juliandringi di daerah Taman Nasional Gunung Mulu, Serawak,
Malaysia memiliki ukuran SVL sebesar 0,33 mm sedangkan pada paratype di
daerah yang sama memiliki ukuran SVL sebesar 19,7 mm. Lebih lanjut Dehling
menjelaskan bahwa spesies yang termasuk dalam kelompok Philautus
aurifasciatus (kekerabatan genetiknya dekat) ukuran SVL jantan dewasa berkisar
kurang dari 20,1 mm. Meegaskumbura dan Manamendra-Arachci (2005)
menyatakan bahwa jantan dewasa Philautus frankenbergi di Taman Nasional
Horton Plains, Sri Lanka, memiliki ukuran SVL berkisar 26,7-29,3 mm,
sedangkan Philautus mittermeieri di hutan Beraliya, Sri Lanka, pada jantan
memiliki ukuran SVL berkisar 16,3-18,4 mm.
Kelimpahan mempengaruhi pola distribusi populasi katak pohon emas di
kedua daerah seperti yang dijelaskan oleh Krebs dalam Basiri, dkk. (2011) bahwa
pola distribusi diketahui melalui perhitungan indeks terhadap kelimpahannya.
Pola distribusi katak pohon emas di daerah Cangar dengan nilai Id sebesar 1,68
dan Ip sebesar 0,43 sedangkan di daerah Lemahbang dengan nilai Id 1,44 sebesar
dan Ip sebesar 0,28. Nilai indeks dispersi Morisita dari kedua daerah yang tidak
berbeda secara signifikan menunjukkan kecenderungan untuk mengelompok.
Heyer, William Ronald. 1998. On Frog Distribution Patterns East of The Andes.
Proceedings of a Workshop on Neotropical Distribution Patterns. Rio de
Janeiro: Academia Brasileira de Ciencias.
Iskandar, Djoko Tjahjono dan Mumpuni. 2004. Philautus aurifasciatus. IUCN
2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. (Online),
(www.iucnredlist.org), diakses 22 Januari 2013.
Iskandar, Djoko Tjahjono. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jones, Jason L.; Peterson, Charles R.; dan Baxter, Colden V. 2005. Factors
Influencing Rocky Mountain Tailed Frog (Ascaphus montanus)
Distribution and Abundance. Pocatello: Idaho State University.
Kusrini, Mirza Dikari. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam.
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Martanti, Dini. 2001. Pola Distribusi dan Struktur Populasi Keong Macan
(Babylonia spirata L.) di Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim Timur.
Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Meegaskumbura, Madhava dan Manamendra-Arachchi, Kelum. 2005. Description
of Eight New Species of Shrub Frogs (Ranidae: Rhacophorinae: Philautus)
from Sri Lanka. The Raffles Bulletin of Zoology No. 12: 305-338.
Morey, Steven R. 1990. Microhabitat Selection and Predation in The Pacific
Treefrog, Pseudacris regilla. Journal of Herpetology, Vol. 24, No. 3. Pp.
292-296.
Ridho, Afdhal; Siregar, Yusni Ikhwan; dan Nasution, Syafruddin. 2012. Habitat
dan Sebaran Populasi Kerang Darah (A. granosa) di Muara Sungai
Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir.Pekanbaru: Universitas Riau.
Taufiqurrahman, Imam. 2012. Terlalu Banyak Flora dan Fauna. Biodiversitas
Indonesia, Vol. 02.
Touchon, Justin Charles dan Warkentin, Karen Michelle. 2011. Thermally
Contingent Plasticity: Temperature Alters Expression of Predator-Induced
Colour and Morphology in a Neotropical Treefrog Tadpole. Journal of
Animal Ecology Vol. 80: 79-88.
UPT Taman Hutan Raya Raden Soerjo. 2010. Profil Taman Hutan Raya R. Soerjo.
Malang: Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan.