Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN ANTARA

JIN, IBLIS DAN SYAITAN

DISUSUN OLEH:
INDAH CHAERUNNISA
04020130301

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013
Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun
yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada
dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas
jika diragukan keimanannya.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala telah mengutus nabi kita


Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dengan risalah yang umum dan
menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan Arab saja namun juga untuk selain
Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun bagi umat seluruhnya. Bahkan
Allah Subhanahu wa Taala mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin
dan manusia.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah


kepadamu semua. (Al-Araf: 158)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya sedang aku diutus kepada
seluruh manusia. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu anhuma)

Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:




.
. .


Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yang


mendengarkan Al-Qur`an. Maka ketika mereka menghadiri pembacaannya lalu
mereka berkata: `Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika
pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan setelah Musa, yang
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran
dan jalan yang lurus. Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang
menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah,
maka dia tidak akan lepas dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya
pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf:
29-32).

Jin Diciptakan Sebelum Manusia


Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan
jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab
dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana
pengakuan kaum muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang
mengingkarinya. Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang
mengingkarinya yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mutazilah.

Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi
mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui
orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan
mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka dibebani
perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat
seperti yang ada pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi Umumi
Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmuul Fatawa, 19/9)

Anehnya orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam


hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan:
Sesungguhnya jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri.
Karena ia tidak dapat dilihat kecuali dengan perantara mikroskop. (Nashihatii
li Ahlis Sunnah minal Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu)

Jin lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah


Subhanahu wa Taala dalam firman-Nya:


.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah
menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27)

Karena jin lebih dulu ada, maka Allah Subhanahu wa Taala mendahulukan
penyebutannya daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka
diperintah untuk beribadah seperti halnya manusia. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56).

Jin, Setan, dan Iblis


Kalimat jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an,
bahkan mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga
eksistensinya sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Taala tidak lagi diragukan,
berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma ulama Ahlus Sunnah wal
Jamaah. Tinggal persoalannya, apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk
yang berbeda dengan penciptaan yang berbeda, ataukah mereka itu bermula
dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat?

Yang pasti, Allah Subhanahu wa Taala telah menerangkan asal-muasal


penciptaan jin dengan firman-Nya:

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
(Al-Hijr: 27)

Juga firman-Nya:

Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (Ar-Rahman: 15)


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian. (HR. Muslim no. 2996 dari
Aisyah radhiallahu anha)

Adapun Iblis, maka Allah Subhanahu wa Taala berfirman tentangnya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan
jin (Al-Kahfi: 50)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Iblis mengkhianati asal penciptaannya,


karena dia sesungguhnya diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan
malaikat adalah dari cahaya. Maka Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan
di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari api.
Al-Hasan Al-Bashri berkata: Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis
merupakan asal mula jin, sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia.
(Tafsir Al-Qur`anul Azhim, 3/94)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullahu mengatakan: Iblis


adalah abul jin (bapak para jin). (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)

Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil
bin Hadi rahimahullahu pernah ditanya tentang perbedaan jin dan setan,
beliau menjawab: Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang shalih. Setan
diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yang
shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid
dan melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja
mayoritas mereka itu bodoh. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Siapakah Iblis?
Terjadi perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari
malaikat atau dari jin.

Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adalah
pendapat Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu. Beliau menyatakan: Iblis tidak
pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia
benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul manusia.
(Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan
oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya)

Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash
dalam kitabnya Ahkamul Quran (3/215), dan Asy-Syinqithi dalam kitabnya
Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan
dalam kitab tersebut. Secara ringkas, dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kemashuman malaikat dari perbuatan kufur yang dilakukan iblis,


sebagaimana firman Allah:

yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada


mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)

Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka


mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al-Anbiya`: 27)

2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan
jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.

Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah
malaikat. Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: Ini adalah nash
Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini. Beliau juga
menyatakan: Dan hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah
mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.

Adapun pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut
Al-Qurthubi, adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas radhiallahu
anhuma. Alasannya adalah firman Allah:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34)

Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.

Pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama, insya Allah, karena
kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.

Adapun alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya
ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan
kalimat tersebut adalah susunan istitsna` munqathi (yaitu yang dikecualikan
tidaklah termasuk jenis yang disebutkan).

Adapun cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir
menyatakan: Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang
diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-
cerita dari Bani Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji wallahu
alam, Allah lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di
antaranya ada yang dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran yang ada
di tangan kita. Dan apa yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang
selainnya dari berita-berita itu. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)

Asy-Syinqithi menyatakan: Apa yang disebutkan para ahli tafsir dari


sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu Abbas dan selainnya, bahwa dahulu iblis
termasuk pembesar malaikat, penjaga surga, mengurusi urusan dunia, dan
namanya adalah Azazil, ini semua adalah cerita Israiliyat yang tidak bisa
dijadikan landasan. (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)
Siapakah Setan?
)dalam bahasa Arab diambil dari kata (
Setan atau Syaithan (
) yang
berarti jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata ( )yang berarti
terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan
Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari
rahmat Allah Subhanahu wa Taala (Al-Misbahul Munir, hal. 313).

Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang
durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan
kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). (Al-Anam: 112)

(Dalam ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya
setan dari jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena
akhlak dan perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang
sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat
jenisnya dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-
Muhith (hal. 1071).

Yang mendukung pendapat ini adalah surat Al-Anam ayat 112:

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan
kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk
menipu (manusia). (Al-Anam: 112)
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu anhu, ia berkata:
Aku datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan beliau berada di
masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: Wahai Abu Dzar apakah
kamu sudah shalat? Aku jawab: Belum. Beliau mengatakan: Bangkit dan
shalatlah. Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: Wahai
Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.
Abu Dzar berkata: Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada
setan? Beliau menjawab: Ya.

Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini:


Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut
menunjukkan kuatnya hadits itu dan keshahihannya. (Tafsir Ibnu Katsir,
2/172)

Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
dalam riwayat Muslim:

Anjing hitam adalah setan.

Ibnu Katsir menyatakan: Maknanya wallahu alam yaitu setan dari jenis
anjing. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)

Ini adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu
Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.

Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat
yang lemah. (ed)

Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan


manusia, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

. . .

Iblis menjawab: Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan,


Allah berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.
Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-
benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat). (Al-Araf: 14-17)

Setan adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:

Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin


selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai
pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim. (Al-Kahfi: 50)

Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan. (Taisir
Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)

Penggambaran Tentang Jin


Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang bermakna satarahu
(menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti tersembunyi.
Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi.

Jin memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi
rahimahullahu mengatakan: Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka
dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa
masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau
mengatakan: Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup.
Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama
Allah Subhanahu wa Taala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke
rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan mengatakan: Tidak ada
kesempatan menginap. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah,
maka setan berkata: Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap
malam. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan
kalajengking, juga dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan
juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi
kaum musyrikin dalam bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi
menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti
anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan
bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal.
19 dan 23)

Kaum jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih
bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang
jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang
kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Tulang dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits,
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah
radhiallahu anhu:

.
: :



Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci dan janganlah engkau
carikan tulang dan kotoran hewan. Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan di
sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.

Aku bertanya: Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?

Beliau menjawab: Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi


rombongan utusan jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin.
Mereka meminta bekal kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk
mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka
mendapatkan makanan. (HR. Al-Bukhari no. 3860 dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu, dalam riwayat Muslim disebutkan: Semua tulang yang
disebutkan nama Allah padanya, ed)

Gambaran Tentang Iblis dan Setan


Iblis adalah wazan dari fiil, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna at-
tai`as (putus asa) dari rahmat Allah Subhanahu wa Taala.
Mereka adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan
keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta
kedustaannya, mereka berani menentang perintah Allah Subhanahu wa Taala
saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur, dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34)

Malah dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis menjawab:

Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah. (Al-Araf: 12)

Analogi atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas
batil karena bertentangan dengan perintah Allah Subhanahu wa Taala yang
menyuruhnya untuk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash,
maka ia menjadi batil karena maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum
yang tidak ada padanya nash, mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada
nashnya, sehingga keberadaannya menjadi pengikut bagi nash.

Bila qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka
konsekuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!

Sumpah mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari
kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam
dan vonis sesat dari Allah Subhanahu wa Taala untuk mereka. Allah
Subhanahu wa Taala mengingatkan kita dengan firman-Nya:

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia
menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya
auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman. (Al-Araf: 27)

Karena setan sebagai musuh kita, maka kita diperintahkan untuk


menjadi musuh setan. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu,


karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Fathir: 6)

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin


selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu
sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim. (Al-Kahfi: 50)

Anda mungkin juga menyukai