BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, banyak kita jumpai berbagai jenis makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup memiliki perbedaan yang dapat membedakan makhluk hidup tersebut dengan
makhluk hidup yang lain. Perbedaan makhluk hidup pun beragam misalnya perbedaan bentuk
tubuh, cara beradaptasi, cara berkembang biak, cara memperoleh makanan dan tempat hidup setiap
makhluk hidup pun berbeda. Berbagai perbedaan ini menciptakan suatu keanekaragaman makhluk
hidup yang disebut juga keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada semua makhluk hidup atau organisme dalam
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Tidak hanya memiliki perbedaan, setiap makhluk hidup juga memiliki persamaan yang disebut
juga keseragaman. Dari keseragaman inilah dapat diciptakan suatu pengelompokan makhluk hidup
atau klasifikasi oleh para ahli. Dengan adanya klasifikasi ini memudahkan kita dalam
pembelajaran dan penelitian mengenai keanekaragaman.
Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Wilayah Indonesia
hanya mencakup 1,3 % permukaan bumi, tetapi di dalamnya terkandung salah satu
keanekaragaman hayati yang paling tinggi di dunia yaitu 10 % dari semua tumbuhan berbunga, 12
% dari jenis mamalia, 16 % dari jenis reptilia dan amfibi, 17 % dari jenis burung dan seperempat
jenis ikan air tawar dan air laut. Kekayaan hayati yang sangat tinggi ini bukan hanya sebuah
warisan alam yang kita miliki, tetapi juga sebagai sistem pendukung kehidupan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI
2.1 Sejarah Klasifikasi
1. Aristoteles
Pada tahun 384 SM Aristoteles mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu
tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak, dan pohon. Sedangkan
hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan hewan tidak berdarah. (Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
2. John Ray
Pada tahun 1627 John Ray mengelompokkan makhluk hidup menjadi kelompok kelompok
kecil dan memperkenalkan konsep tentang spesies.(Nurhayati, dkk , 2012 : 177)
3. Carolus Linnaeus (Sistem Klasifikasi Dua Kingdom)
Pada abad ke- 18 tepatnya pada tahun 1735 Carolus Linnaeus mengelompokan mahluk hidup
berdasarkan kesamaan struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan sistem tata nama
makhluk hidup. Menurut sistem ini klasifikasi dimulai dengan dua kerajaan atau kingdom yaitu
Animalia dan Plantae. Kerajaan dibagi ke dalam kelas dan masing-masing kelas terbagi dalam
ordo, yang dibagi dalam Genera ( bentuk tunggal atau genus) yang dibagi dalam spesies.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
4. Ernest Heackel dan Hoog ( Sistem Klasifikasi Tiga Kingdom)
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan yang dapat
bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun
ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena,
dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernest Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya
kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas.
Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.(Nurhayati, dkk , 2012 : 178)
5. Herbet Copeland (Sistem Klasifikasi Empat Kingdom)
Pada tahun 1938 Copeland mengelompokkan organisme dalam empat kingdom. Copeland membagi
menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protista, Plantae dan Animalia. Monera adalah organisme yang belum
memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik. Berbeda dengan Protista/Protoctista yang
bersifat Eukariotik. Plantae adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Animalia
adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. (Nurhayati, dkk,
2012 : 178)
6. R.H. Whittaker (Sistem Klasifikasi Lima Kingdom)
Pada tahun 1969 R.H. Whittaker mengelompokkan organisme dalam lima kingdom. R.H. Whittaker
menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera. Ciri-ciri pada sistem lima
kingdom sebagai berikut :
Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler.
Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 178)
7. Carl Woese (Sistem Klasifikasi Enam Kingdom)
Pada tahun 1977 Carl Woese mengelompokkan makhluk hidup menjadi enam kingdom, Carl Woese
membagi monera menjadi dua kingdom yaitu Archabacteria dan Eubacteria sehingga terdapat enam kingdom. Pada
tahun 1990, Carl Woese dan rekan rakannya kembali mengusulkan sistem pengelompokkan makhluk hidup
menjadi tiga domain yaitu Bacteria (dari Eubacteria), Archaea (dari Archabacteria), dan Eukarya (didalamnya
termasuk Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia). (Nurhayati, dkk, 2012 : 179)
Hewan Tumbuhan
Kingdom Regnum (kingdom)
Phylum Divisio (division)
Class Classis (class)
Order Ordo (order)
Family Familia (family)
Genus Genus (genus)
Species Species (species)
Invertebrata Vertebrata
Invertebrata adalah hewan yang Pial neural (neural crest), sefalisasi (
tidak bertulang belakang. Contoh chepalization) yang nyata, tulang
filumnya adalah filum porifera, punggung, dan sistem sirkulasi tertutup
cnidaria, dan Mollusca. merupakan karakteristik khas Subfilum
( Campbell, dkk, 2003 : 213) Vertebrata. Contohnya : Ikan (Pisces).
(Campbell, dkk, 2003 : 250)
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Sejarah klasifikasi dimulai dari tahun 384 SM oleh Aristoteles sampai ditemukannya sistem enam
kingdom oleh Carl Woese pada tahun 1977.
2. Indonesia memiliki flora dan fauna yang khas dan beragam. Keanekaragaman hayati di Indonesia
terdiri atas fauna tipe oriental (Asia), tipe peralihan dan tipe Australia, flora dan fauna langka, flora
dan fauna endemik dan flora tipe malesiana.
3. Prinsip-prinsip klasifikasi dipelajari dalam bidang taksonomi. Kegiatan taksonomi yaitu
identifikasi, tata nama dan klasifikasi.
4. Keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem merupakan jenis-jenis keanekargaman hayati.
Keanekaragaman gen ditunjukan adanya variasi yang terjadi dalam satu spesies . Keanekaragaman
jenis ditunjukan adanya variasi yang terjadi pada berbagai spesies. Keanekaragaman ekosistem
ditunjukan adanya berbagai macam ekosistem.
5. Klasifikasi hewan diambil contoh macan tutul dengan nama ilmiahnya Panthera Pardus dan
tumbuhan diambil contoh padi dengan nama ilmiahnya Oryza Sativa L.
1.2 Saran
Kita sebagai manusia dan generasi penerus bangsa sebaiknya memiliki kesadaran dalam
menjaga alam dan keanekaragaman hayati. Setelah membaca makalah ini kita juga perlu
menyadari pentingnya melestarikan alam, hewan dan tumbuhan yang telah Tuhan anugerahkan
bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk.2003.Biologi Edisi Kelima-Jilid 2.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Campbell, dkk. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco : Pearson Benjamin Cummings
Gem, Collins. 1999. Kamus Saku Biologi. Jakarta: Erlangga.
Jeffrey, C. 1982. An introduction to plant taxonomy 2nd ed. Cambridge : Cambridge University
Press.
Noorhidayati, Wahidah Arsyad. 2010. Bahan Ajar Biologi Umum. Banjarmasin
Nurhayati, Nunung. 2012. Biologi Berbasis Pendidikan Karakter.
Suandharu, Haru . 2011. OSN Biologi.
Suharno, dkk. 2007. Biologi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Wijayani, Suprih. 2013.Biologi. Yogyakarta : Amara Books.