Anda di halaman 1dari 10

kaeanekaragaman hayati

Selasa, 25 Maret 2014

keanekaragaman hayati mata kuliah biologi umum

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, banyak kita jumpai berbagai jenis makhluk hidup. Setiap
makhluk hidup memiliki perbedaan yang dapat membedakan makhluk hidup tersebut dengan
makhluk hidup yang lain. Perbedaan makhluk hidup pun beragam misalnya perbedaan bentuk
tubuh, cara beradaptasi, cara berkembang biak, cara memperoleh makanan dan tempat hidup setiap
makhluk hidup pun berbeda. Berbagai perbedaan ini menciptakan suatu keanekaragaman makhluk
hidup yang disebut juga keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada semua makhluk hidup atau organisme dalam
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Tidak hanya memiliki perbedaan, setiap makhluk hidup juga memiliki persamaan yang disebut
juga keseragaman. Dari keseragaman inilah dapat diciptakan suatu pengelompokan makhluk hidup
atau klasifikasi oleh para ahli. Dengan adanya klasifikasi ini memudahkan kita dalam
pembelajaran dan penelitian mengenai keanekaragaman.
Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Wilayah Indonesia
hanya mencakup 1,3 % permukaan bumi, tetapi di dalamnya terkandung salah satu
keanekaragaman hayati yang paling tinggi di dunia yaitu 10 % dari semua tumbuhan berbunga, 12
% dari jenis mamalia, 16 % dari jenis reptilia dan amfibi, 17 % dari jenis burung dan seperempat
jenis ikan air tawar dan air laut. Kekayaan hayati yang sangat tinggi ini bukan hanya sebuah
warisan alam yang kita miliki, tetapi juga sebagai sistem pendukung kehidupan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah klasifikasi organisme?
b. Bagaimana keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia?
c. Bagaimana prinsip-prinsip klasifikasi organisme?
d. Apa yang dimaksud keanekaragaman tingkat sel, organisme dan ekosistem?
e. Bagaimana contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan sejarah klasifikasi organisme.
b. Menjelaskan keanekaragaman hayati di alam secara umum dan di Indonesia.
c. Menjelaskan prinsip-prinsip klasifikasi organisme.
d. Menjelaskan keanekaragaman tingkat sel, organisme dan ekosistem.
e. Memberikan contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam mencari data untuk pembuatan makalah ini
adalah dengan cara mengumpulkan data dan materi dari bahan ajar danbuku-buku.

BAB II
KEANEKARAGAMAN HAYATI
2.1 Sejarah Klasifikasi
1. Aristoteles
Pada tahun 384 SM Aristoteles mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu
tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak, dan pohon. Sedangkan
hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan hewan tidak berdarah. (Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
2. John Ray
Pada tahun 1627 John Ray mengelompokkan makhluk hidup menjadi kelompok kelompok
kecil dan memperkenalkan konsep tentang spesies.(Nurhayati, dkk , 2012 : 177)
3. Carolus Linnaeus (Sistem Klasifikasi Dua Kingdom)
Pada abad ke- 18 tepatnya pada tahun 1735 Carolus Linnaeus mengelompokan mahluk hidup
berdasarkan kesamaan struktur ke dalam takson-takson dan memperkenalkan sistem tata nama
makhluk hidup. Menurut sistem ini klasifikasi dimulai dengan dua kerajaan atau kingdom yaitu
Animalia dan Plantae. Kerajaan dibagi ke dalam kelas dan masing-masing kelas terbagi dalam
ordo, yang dibagi dalam Genera ( bentuk tunggal atau genus) yang dibagi dalam spesies.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
4. Ernest Heackel dan Hoog ( Sistem Klasifikasi Tiga Kingdom)
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan yang dapat
bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun
ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena,
dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernest Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya
kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas.
Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.(Nurhayati, dkk , 2012 : 178)
5. Herbet Copeland (Sistem Klasifikasi Empat Kingdom)
Pada tahun 1938 Copeland mengelompokkan organisme dalam empat kingdom. Copeland membagi
menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protista, Plantae dan Animalia. Monera adalah organisme yang belum
memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik. Berbeda dengan Protista/Protoctista yang
bersifat Eukariotik. Plantae adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Animalia
adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. (Nurhayati, dkk,
2012 : 178)
6. R.H. Whittaker (Sistem Klasifikasi Lima Kingdom)
Pada tahun 1969 R.H. Whittaker mengelompokkan organisme dalam lima kingdom. R.H. Whittaker
menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera. Ciri-ciri pada sistem lima
kingdom sebagai berikut :
Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler.
Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler.
Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 178)
7. Carl Woese (Sistem Klasifikasi Enam Kingdom)
Pada tahun 1977 Carl Woese mengelompokkan makhluk hidup menjadi enam kingdom, Carl Woese
membagi monera menjadi dua kingdom yaitu Archabacteria dan Eubacteria sehingga terdapat enam kingdom. Pada
tahun 1990, Carl Woese dan rekan rakannya kembali mengusulkan sistem pengelompokkan makhluk hidup
menjadi tiga domain yaitu Bacteria (dari Eubacteria), Archaea (dari Archabacteria), dan Eukarya (didalamnya
termasuk Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia). (Nurhayati, dkk, 2012 : 179)

2.2 Keanekaragaman Hayati di Alam Secara Umum dan Di Indonesia


Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat bervariasi di seluruh dunia maupun
dalam daerah. Indonesia merupakan negara nomor tiga di dunia yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brazil dan Zaire. (Haru Suandharu, 2011: 226).
Secara Geografis Indonesia terletak pada pertemuan sirkum pasifik dan sirkum mediterania.
Akibatnya, Indonesia memiliki banyak gunung api sehingga tanahnya menjadi sangat
subur. Berdasarkan letak astronomi Indonesia terletak di daerah beriklim tropis yaitu terletak pada
6LU-11LS dan 95-141BT. Letaknya yang strategis menyebabkan Indonesia memiliki jenis
hewan dan tumbuhan yang sangat bervariasi sehingga menjadi salah satu negara
megabiodiversitas. (Suharno, dkk, 2007 : 117).

Ciri-ciri keanekaragaman hayati di Indonesia


1. Memiliki fauna tipe Oriental, Australia dan Peralihaan
Gambar 1.1 persebaran fauna di Indonesia
Sumber: Indonesia Haritage, garis Wallace dan weber
a. Fauna tipe Oriental
Hewan-hewan di Indonesia bagian barat meliputi daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan
memiliki fauna khas yaitu gajah, banteng, harimau, badak, bekantan, , beruang madu, tapir, rusa,
babi hutan, orangutan, dan berbagai jenis burung berkicau (jalak, perkutut, kutilang). (Nurhayati,
dkk, 2012 : 188).
Banteng Gajah Sumatera Orang Utan
Gambar 1.2 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia Barat
Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa.

b. Fauna tipe Australia


Hewan-hewan di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, dan Nusa
Tenggara memiliki fauna khas yaitu kanguru, kuskus, koala, kakatua, kasuari dan cendrawasih.(
Nurhayati, dkk, 2012 : 188).

Kanguru Kakatua Koala


Gambar 1.3 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia timur
Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa

c. Fauna tipe Peralihan


Terletak antara garis Wallace dan garis Weber. Daerahnya meliputi pulau Sulawesi, Nusa
Tenggara (P.Lombok, P.Sumbawa, P.Sumba, P.Flores, P.Timor) dan pulau-pulau di sekitarnya.
Terdapat hewan-hewan endemik yang tidak terdapat di kawasan Indonesia barat dan timur.
Misalnya di Sulawesi terdapat babi rusa (Babyrousa), anoa (Bubalus depressicornis) dan
komodo (Varanus komodoensis).(Nurhayati, dkk, 2012 : 189).

Babi rusa Anoa Komodo


Gambar 1.4 jenis-jenis fauna daerah peralihan
Sumber: Indonesia Heritage, Margasatwa

2. Memiliki flora tipe Malesiana


Kawasan Malesiana meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini dan Solomon. Flora
khas Malesiana antara lain kayu cendana, anggrek, meranti, keruing, ramin, kamper, rotan dan
mahoni. (Suharno, dkk, 2007 : 120).
Pohon Kamper Pohon Ramin
Gambar 1.5 fauna malesiana
Sumber: Indonesia Haritage, flora malesiana
3. Memiliki flora dan fauna endemik
Gambar 1.6 Flora dan Fauna Endemik Di Indonesia
Sumber: Indonesia Haritage, flora dan fauna endemik Indonesia
4. Memiliki flora dan fauna langka
Flora langka yang terancam punah yaitu Rafflesia arnoldii, matoa, pohon cendana dan
gandaria. Fauna langka yang terancam punah yaitu badak bercula satu, badak Sumatera, orang
utan, bekantan, kakatua raja, kasuari. .(Nurhayati, dkk, 2012 : 189).
Gandaria Cendana

Kasuari Kakatua Raja Bekantan


Gambar 1.7 fauna dan flora langka di Indonesia
2.3 Prinsip-Prinsip Klasifikasi Organisme
1) Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi adalah metode menata organisme ke dalam kelompok berdasarkan pada kemiripan
struktur yang menunjukkan dekatnya kekerabatan antara organisme tersebut dan juga
menunjukkan evolusinya. (Gem, Collins. 1999 : 33)
2) Tujuan Klasifikasi
a. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki;
b. Mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk
hidup dari jenis yang lain;
c. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup;
d. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya.
(Noorhidayati. 2010 : 64)
3) Tahapan Klasifikasi
Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian tahapan. Tahapan tersebut
antara lain sebagai berikut.
a. Identifikasi
Identification is the process of deciding whether or not two things are, in your opinion, the same.
This is the basic principle of all classification and, by means of it, as we shall see, our systems of
classification are built up.
Identifikasi adalah proses untuk menentukan apakah dua hal yang menurut pendapat anda sama
atau tidak. Ini adalah prinsip dasar dari semua klasifikasi, menggunakan itu kita dapat melihat
sistem klasifikasi kita akan terbentuk. (Jaffrey, C. 1982 : 13).
b. Tatanama
Tatanama merupakan salah satu kegiatan di dalam taksonomi. Kegiatan ini mengenai penentuan
nama yang benar bagi takson yang telah atau harus diketahui.
Nama ilmiah dalam klasifikasi mempunyai ketentuan, antara lain :
1. Menggunakan bahasa Latin (bahasa yang dilatinkan)
2. Menggunakan sistem binominal nomenklatur (sistem binary), yaitu kata 1 menunjukkan genus,
kata ke-2 sebagai petunjuk jenis(epitheton specificum). Epitheon spesificum dapat berasal dari
nama lokasi, sifat, nama orang. (Wijayani, Suprih. 2013 : 131, 133)
Contoh : Primula vulgaris (Bunga Primrose)
Primula menunjukkan nama genus
vulgaris menunjukkan nama jenis.
(Jaffrey, C. 1982 : 66).
c. Tingkat Taksonomi
Tingkat taksonomi disebut juga tingkat pengelompokan. Tingkatan ini disusun oleh kelompok
(takson) yang paling umum sampai yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut
:

Hewan Tumbuhan
Kingdom Regnum (kingdom)
Phylum Divisio (division)
Class Classis (class)
Order Ordo (order)
Family Familia (family)
Genus Genus (genus)
Species Species (species)

(Noorhidayati. 2010 : 64).


(Campbell, Neil A. dkk. 2009 : 537).
(Jaffrey, C. 1982 : 52, 53).
4) Sistem Klasifikasi
Berdasarkan dasar atau kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
a. Sistem Klasifikasi Alamiah
Perintis sistem klasifikasi ini adalah Michael Adamson dan Jean Baptise de Lamarck. Sistem
klasifikasi ini mengelompokkan makhluk hidup dengan membentuk takson-takson yang alami.
Artinya, anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya
seperti yang dikehendaki oleh alam. Dasar yang digunakan adalah persamaan morfologi.
b. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)
Sistem klasifikasi artifisial mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri morfologi, anatomi,
dan fisiologi. Tumbuhan dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu herba, semak rendah, semak,
dan pepohonanyang dikemukakan oleh murid Aristoteles yang bernama Theophratusdalam
bukunya yang berjudul Historia Plantarum.
c. Sistem Klasifikasi Filogenik
Sistem klasifikasi Filogenik mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan sejarah evolusi
(hubungan kekerabatan).
(Noorhidayati, 2010 : 63, 64)

Klasifikasi Mahluk Hidup


Monera Protista
Monera adalah contoh prokariota. Protista adalah eukariota yang paling
Bakteria dan arkhae merupakan dua beraneka ragam. Protista bersifat
cabang utama evolusi prokariota. eukariotik, bahkan protista yang paling
Prokariota merupakan organisme sedehana sekalipun jauh lebih kompleks
yang paling mudah berkembang dibangdingkan dengan prokariota. (
biak dan memperbanyak Campbell, dkk, 2003 : 125)
populasinya. Prokariota dapat
bertahan hidup di habibat yang
terlalu panas, terlalu dingin, terlalu
asin, terlalu asam, ataupun terlalu
basa untuk eokariota apapun.
(Campbell, dkk, 2003 : 105 )

Tumbuhan Tingkat Tinggi Tumbuhan Tingkat Rendah


Contohnya adalah Angiospermae Contohnya adalah briophyta. Tiga divisi
(Tumbuhan berbunga) dan briophyta adalah lumut daun (moss),
Gimnospermae. Pada tumbuhan lumut hati ( liver wort), dan lumut
berbiji, biji menggantikan spora tanduk ( horn wort).
sebagai cara utama penyebaran ( Campbell, dkk, 2003 : 160)
keturunan. Gimnospermae memilik
empat divisi yaitu sikad, ginkgo,
gnetofit, dan konifer.
( Campbell, dkk, 2003 : 182)

Invertebrata Vertebrata
Invertebrata adalah hewan yang Pial neural (neural crest), sefalisasi (
tidak bertulang belakang. Contoh chepalization) yang nyata, tulang
filumnya adalah filum porifera, punggung, dan sistem sirkulasi tertutup
cnidaria, dan Mollusca. merupakan karakteristik khas Subfilum
( Campbell, dkk, 2003 : 213) Vertebrata. Contohnya : Ikan (Pisces).
(Campbell, dkk, 2003 : 250)

2.4 Jenis-jenis Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati dapat terjadi dalam berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisasi tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari makhluk bersel satu
hingga bersel banyak, dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Gen adalah faktor pembawa sifat keturunan. Gen-gen membentuk molekul rantai ganda
terpilin yang disebut DNA. Susunan gen (genotif) akan mengekspresikan sifat individu
(fenotif). Genotip merupakan sifat yang tidak tampak dan terdiri atas susunan gen.Fenotip
merupakan sifat yang tampak dari luar dan merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor
lingkungan.
Keanekaragaman jenis dan jumlah gen yang dimiliki setiap individu makhluk hidup
merupakan bahan mentah yang dapat dibudidayakan menjadi bibit unggul. Bahan mentah bibit
unggul ini disebut plasma nutfah,plasma nutfah (germ plasm) pertama kali dikemukakan
oleh A.Weismannuntuk menjelaskan ide tentang diwariskannya protoplasma. Plasma nutfah
merupakan sumber pembawa sifat yang terdapat dalam sel reproduksi atau gamet, dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Istilah plasma nutfah mengacu pada sel hewan atau tumbuhan
yang dapat ditumbuhkan menjadi generasi baru, seperti koleksi berbagai biji, umbi-umbian, dan
polong-polongan dalam bank gen. (Suharno,dkk, 2007 : 114)
2 .Keanekaragaman Jenis (spesies)
Keanekaragaman hayati tingkat jenis memperlihatkan adanya variasi bentuk, penampilan,
jumlah, sifat lain antar satu jenis (spesies) dengan jenis lain. Variasi dalam spesies bersifat
menurun. Dengan demikian, variasi dalam spesies dapat terjadi karena faktor keturunan atau
genetika serta interaksinya terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Variasi pada tingkat jenis
mudah diamati karena perbedaannya yang mencolok.
Variasi pada tingkat jenis disebabkan jumlah, bentuk, dan susunan kromosom (tempat
terdapatnya gen) berbeda, faktor lingkungan, hibridisasi, dan mutasi kromosom. (Suharno,dkk,
2007 : 114)
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah komunitas organik yang terdiri atas tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme bersama lingkungan fisik dan kimia tempat hidup atau habitatnya. Faktor fisik
dan kimia disebut komponen abiotik. Komponen organik yang terdiri atas berbagai individu
makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme disebut komponen biotik. Sebagai
suatu sistem, komponen ekosistem (biotik dan abiotik) merupakan suatu kesatuan yang di
dalamnya terjadi proses pengambilan dan perpindahan energi (energetika), daur materi, dan
produktivitas.
Keanekaragaman ekosistem memperlihatkan adanya berbagai individu makhluk hidup yang
memiliki kemampuan interaksi berbeda-beda terhadap lingkungannya sehingga membentuk
ekosistem yang berbeda beda bagi tiap-tiap individu tersebut. Keanekaragaman ekosistem terdapat
di Indonesia karena Indonesia memiliki berbagai spesies tumbuhan dan hewan.(Suharno,dkk, 2007
: 114)
2.5 Klasifikasi Hewan dan Tumbuhan

Contoh klasifikasi hewan dan tumbuhan :


Hewan : Macan Tutul Tumbuhan : Padi
Kingdom : Animalia Kingdom : Plantae
Filum : Chordata Divisio : Spermatophyta
Kelas : Mammalia Sub Divisio : Angiospermae
Ordo : Carnivora Kelas : Monocotyledoneae
Family : Felidae Ordo : Poales
Genus : Panthera Famili : Graminae
Spesies : Panthera Pardus Genus : Oryza Linn
Spesies : Orzya sativa L.
(Campbell, 2008 : 537)
( Literatur Grist, 1960)

Perbedaan antara Tumbuhan dan Hewan (Collins, 1999 : 186 )


Tumbuhan Hewan
Sel dilindungi dinding sel selulosa Tidak ada dinding selulosa
Vakuola besar dalam sel berisi cairan Vakuola jika ada, kecil
sel
Sel besar dengan bentuk tertentu Sel kecil,bentuk tidak teratur
Gerakan terbatas Gerakan bebas
Respon terhadap rangsangan rendah Respon terhadap rangsangan cepat
Sel mengandung kloroplas Tidak mengandung kloroplas
(klorofil)
Fotosintesis Harus mendapatkan makanan dari
luar

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Sejarah klasifikasi dimulai dari tahun 384 SM oleh Aristoteles sampai ditemukannya sistem enam
kingdom oleh Carl Woese pada tahun 1977.
2. Indonesia memiliki flora dan fauna yang khas dan beragam. Keanekaragaman hayati di Indonesia
terdiri atas fauna tipe oriental (Asia), tipe peralihan dan tipe Australia, flora dan fauna langka, flora
dan fauna endemik dan flora tipe malesiana.
3. Prinsip-prinsip klasifikasi dipelajari dalam bidang taksonomi. Kegiatan taksonomi yaitu
identifikasi, tata nama dan klasifikasi.
4. Keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem merupakan jenis-jenis keanekargaman hayati.
Keanekaragaman gen ditunjukan adanya variasi yang terjadi dalam satu spesies . Keanekaragaman
jenis ditunjukan adanya variasi yang terjadi pada berbagai spesies. Keanekaragaman ekosistem
ditunjukan adanya berbagai macam ekosistem.
5. Klasifikasi hewan diambil contoh macan tutul dengan nama ilmiahnya Panthera Pardus dan
tumbuhan diambil contoh padi dengan nama ilmiahnya Oryza Sativa L.
1.2 Saran
Kita sebagai manusia dan generasi penerus bangsa sebaiknya memiliki kesadaran dalam
menjaga alam dan keanekaragaman hayati. Setelah membaca makalah ini kita juga perlu
menyadari pentingnya melestarikan alam, hewan dan tumbuhan yang telah Tuhan anugerahkan
bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk.2003.Biologi Edisi Kelima-Jilid 2.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Campbell, dkk. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco : Pearson Benjamin Cummings
Gem, Collins. 1999. Kamus Saku Biologi. Jakarta: Erlangga.
Jeffrey, C. 1982. An introduction to plant taxonomy 2nd ed. Cambridge : Cambridge University
Press.
Noorhidayati, Wahidah Arsyad. 2010. Bahan Ajar Biologi Umum. Banjarmasin
Nurhayati, Nunung. 2012. Biologi Berbasis Pendidikan Karakter.
Suandharu, Haru . 2011. OSN Biologi.
Suharno, dkk. 2007. Biologi Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga
Wijayani, Suprih. 2013.Biologi. Yogyakarta : Amara Books.

Anda mungkin juga menyukai