Anda di halaman 1dari 2

TUGAS AUTOBIOGRAFI

MARIA KRISKA ANANDA


X MIPA 5 (20)

Namaku Maria Kriska Ananda. Aku biasa dipanggil


Manda. Aku lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Agustus 2003.
Aku anak dari Veronica Dyah Habsari dan Yohanes Christian
Widiyanto. Mempunyai satu orang kakak perempuan
bernama Laurensia Mutiara Indah Pramestika yang
menempuh pendidikan SMA, berselisih 1 tahun denganku.
Dan dua adik laki-laki bernama Dionysius Hayu Pungkas Aji
yang berselisih 9 tahun denganku. Fransiskus Lionel Adven
Cristo selisih 10 tahun denganku.
Ketika aku berumur 4 tahun, aku memulai pendidikan
pertamaku di TK Pangudi Luhur Yogyakarta. Saat itu aku masih
sulit bergaul dengan teman-teman baruku. Hanya satu orang
yang kukenal saat itu, itu saja dia adalah tetanggaku. Yang masih berkomunikasi hingga kini.
Aku lulus TK tahun 2009. Dan melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar di SD Pangudi Luhur
1 Yogyakarta. Masih sama, aku masih sulit bergaul dengan teman-teman baruku. Temanku
pun masih sama dengan temanku TK.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai mudah bergaul dengan teman-temanku lainnya.
Dan juga aku mulai menemukan sebuah hobi baru, yaitu membaca buku, karena aku sangat
menyukai buku aku menjadi ingin membuat sebuah cerita yang kukarang sendiri. Kebiasaan
itu tumbuh sejak aku menduduki bangku kelas 4 SD. Pada saat itu, sekolah yang aku harapkan
setelah aku lulus nanti adalah SMP Negeri 8 Yogyakarta. Akan tetapi, kesadaran dalam diriku
terhadap ujian yang akan berlangsung, masih sangatlah minim. Melalui belajar kelompok
menjelang Ujian Nasional yang akan berlangsung, serta foto bersama untuk buku tahunan
sekolah. Aku menempuh pendidikan di sekolah dasar selama 6 tahun. Aku lulus SD dan
membawa hasil nilai Ujian Nasionalku kurang memuaskan, yaitu 22.75. Terlebih lagi aku tidak
mendaftar sekolah swasta, untuk jaga-jaga apabila aku tidak diterima dengan sekolah negeri.
Walaupun begitu, orangtuaku mendaftarkanku di sekolah negeri yang tidak jauh letaknya
dengan rumahku.
Aku berhasil diterima di sekolah negeri. SMP Negeri 4 Sewon, bukanlah Sekolah
Standar Nasional (SSN). Aku berangkat dan pulang menggunakan sepeda, dan itu benar-benar
hal yang baru dan menyenangkan. Untuk beberapa waktu aku merasa belum bisa menerima
sekolahku. Dan apalagi, aku adalah siswa perempuan yang tidak menggunakan kerudung di
sekolahku. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Belajar dan bermain bersama teman-
temanku benar-benar bisa melupakan hal-hal yang negatif. Sempat terlintas juga, apakah bisa
aku melanjutkan SMA dengan standar yang lebih tinggi. Yang katanya, sangat sulit untuk
meraih sekolah jenjang berikutnya yang standarnya lebih tinggi.
Tetapi, hatiku selalu mengatakan,"tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Aku pasti
bisa mendapatkan sekolah negeri berstandar Nasional, asalkan aku mau berusaha, tekun
belajar, dan disertai doa." Hanya kalimat itu yang aku ingat hingga Ujian Nasional SMP
berlangsung. Berdoa, berdoa, dan berdoa. Berusaha, berusaha, dan berusaha semaksimal
mungkin. Dengan dua metode itu aku berharap bisa mendapatkan nilai yang lebih baik.
Dan pada akhirnya aku bisa lulus pada tahun 2018 dengan nilai yang baik dan menjadi
siswa dengan nilai terbaik seangkatanku, dengan nilai 34.30. Hal yang diluar dugaanku. Aku
berpeluang mendapatkan sekolah yang aku inginkan. Dengan keyakinan penuh aku
memutuskan untuk memilih tiga sekolah pilihan, berdasarkan pilihanku sendiri.
Aku berhasil diterima di SMA Negeri 7 Yogyakarta, pada pilihan kedua. Terasa seperti
seperti mimpi. Kemudian aku berpikir, jika Tuhan memberikanku sekolah yang kuinginkan itu
artinya aku harus berkembang lagi menjadi pribadi yang lebih baik. Dimulai dari menjadi siswa
yang menghormati seluruh warga sekolah dan aktif di sekolah baik di dalam organisasi maupun
di luar.

Anda mungkin juga menyukai