Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata merupakan jendela dunia, kita dapat mengenal dunia dan


mengetahui berbagai hal dengan mata. Mata merupakan satu alat indra
yang berperan dalam proses melihat. Mata sebagai media penerima
rangsang berupa berkas-berkas cahaya yang akan diterima retina dan
selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan pada otak dan
direpresentasikan menjadi sebuah gambar visual. Bagian mata yang
berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda atau rangsangan cahaya ke
retina adalah lensa (Wijaya & Putri, 2013 dalam Mootapu, Rompas&
Bawotong, 2015). Salah satu bentuk kelainan yang dapat timbul pada
lensa mata adalah katarak. Katarak merupakan suatu kelainan berupa
kekeruhan pada lensa yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan,
dari penglihatan kabur sampai kebutaan (Tana, Rifati & Kristanto, 2007).
Gangguan penglihatan ini disebabkan karena terganggunya proses refraksi
mata. Bayangan tidak dapat melewati media refraksi secara normal karena
terhalang oleh lensa yang keruh (Vaughan, 2005 dalam Amindyta, 2013).

Salah satu gangguan pada mata yang dapat menimbulkan masalah


serius adalah kebutaan. Katarak masih menjadi penyakit mata paling
dominan dan merupakan penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia.
Paling sedikit 50% dari semua kebutaan disebabkan oleh katarak, dan 90%
diantaranya terdapat di Negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia
(Tana, dkk, 2007). Besarnya jumlah penderita katarak berbanding lurus
dengan jumlah penduduk usia lanjut. Diperkirakan 12 orang menjadi buta
setiap menit di dunia. Di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu
orang menjadi buta. Jumlah ini akan meningkat menjadi dua kali pada

1
2

tahun 2020, hal ini berkaitan dengan usia harapan hidup meningkat
(Soehardjo, 2004 dalam Mootapu, dkk, 2015). Sebagai salah satu
penyakit degeneratif, buta katarak pada umumnya terjadi di usia lanjut.
Enam belas persen dari buta akibat katarak di Indonesia terjadi pada usia
produktif (Tana, dkk, 2007). Prevalensi katarak di provinsi Jawa Tengah
mencapai 2,3% dari keseluruhan jumlah penduduk. Kabupaten Banyumas
berada pada urutan ke-23 dengan prevalensi mencapai 1,2% untuk jumlah
penderita katarak terbanyak dari 35 kabupaten di Jawa Tengah (Riskesdas,
2013).

Penyakit katarak jika tidak segera ditangani atau dilakukan


tindakan, maka akan timbul hal-hal yang merugikan penderita itu sendiri.
Salah satu masalah yang paling utama muncul pada pasien pre dan post
operasi katarak adalah gangguan persepsi sensori penglihatan. Dengan
munculnya gangguan persepsi sensori penglihatan seseorang akan
mengalami penurunan kualitas hidup (quality of life). Seseorang dengan
gangguan penglihatan akan memiliki batasan karakteristik yaitu hambatan
berkomunikasi dan beraktifitas, akan memiliki resiko trauma injuri,
perubahan citra tubuh, menurunnya konsentrasi, bersikap apatis dan
gelisah (Wilkinson & Ahern, 2013). Peran perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pada pasien pre dan post operasi katarak, perawat dapat melakukan
beberapa tindakan antara lain perawatan mata, menejemen lingkungan dan
peningkatan komunikasi defisit penglihatan. Untuk menunjang
keselamatan pasien terkait menejemen lingkungan, perawat harus
melakukan orientasi lingkungan sekitar kepada pasien untuk
menghindarkan pasien dari risiko cedera. Perawat juga harus menerapkan
peningkatan komunikasi dalam setiap interaksi, karena pasien memiliki
keterbatasan panglihatan. Namun, dalam kenyataannya masih banyak
perawat yang tidak mengaplikasikan intervensi tersebut. Perencanaan

2
3

tambahan untuk menunjang perawatan mata, perawat dapat melakukan


promosi kesehatan yaitu dengan memberikan discharge planning kepada
pasien dan keluarga tentang perawatan mata post operasi katarak. Teknik
ini sangat mendukung dalam berjalannya proses pengobatan dan
mempercepat proses pemulihan. Namun kenyataannya tidak semua
perawat melakukan promosi kesehatan terkait discharge planning kepada
pasien dan keluarga.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk


mengangkat kasus tersebut sebagai materi Karya Tulis Ilmiah dengan
judul Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Penglihatan pada
Tn.S dengan Pre dan Post Operasi Katarak di Ruang Seruni Rumah Sakit
Margono Soekarjo Purwokerto.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain :

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori Penglihatan pada Tn.S dengan Pre dan Post Operasi
Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain :

a. Menggambarkan pengkajian pada Tn.S dengan Pre dan Post Operasi


Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan Pre dan
Post Operasi Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto.

3
4

c. Menggambarkan intervensi pada Tn.S dengan Pre dan Post Operasi


Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
d. Menggambarkan implementasi pada Tn.S dengan Pre dan Post
Operasi Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada Tn.S dengan Pre dan
Post Operasi Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto.
f. Menganalisa tentang teori dengan pengaplikasian pemberian
tindakan asuhan keperawatan Gangguan Persepsi Sensori
Penglihatan pada Tn.S dengan Pre dan Post Operasi Katarak di
Ruang Seruni Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari Karya Tulis ini antara lain :

1. Bagi pasien
Meningkatkan kesehatan pada klien yang menderita katarak.
2. Bagi Bidang Kesehatan
Memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan proses
asuhan keperawatan pada klien yang menderita katarak guna
meningkatkan kepuasan pelayanan bagi masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kontribusi teoritis bagi akademisi ilmu keperawatan
khususnya mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto tentang pengelolaan
keperawatan pada klien dengan katarak.
4. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam pengelolaan masalah
keperawatan pada klien dengan katarak.

Anda mungkin juga menyukai